316notes-attitude

Attitude

Penting bagi kita semua untuk mempunyai sikap hati (attitude) yang tepat dalam tindakan yang kita lakukan setiap hari-nya, khusus-nya dalam hal melayani.

Kita semua tentu-nya tahu mengenai Kisah Petrus dan Yudas. Mereka mempunyai Pastor, Gembala, Pemimpin, Guru dan Sahabat yang terbaik dalam diri Yesus, tetapi mengapa kisah akhir mereka begitu jauh berbeda?

Peter dan Yudas sama-sama menyangkal Yesus di saat kritis, tetapi respon dan sikap (attitude) mereka dalam menyikapi kegagalan ini sangat-lah berbeda. Yudas merasa sedih, bersalah dan menggantung diri-nya, sementara Petrus disaat dia mengalami hal yang sama, juga merasa sedih dan bersalah, tetapi dia juga memutuskan untuk bertobat dan kembali melayani Yesus.

Petrus tidak pernah menoleh ke belakang setelah kegagalan yang ia alami, Petrus melayani seluruh kota Yerusalem saat Pentakosta, dan 3000 orang menerima Yesus saat itu, dan pada saat yang sama, Gereja pertama lahir. Bukan-kah itu suatu hal yang sangat luar biasa impact-nya?

Dari semua orang yang bisa digunakan Tuhan untuk memulai Gereja-nya, dia menggunakan seseorang dengan sejarah kegagalan yang luar biasa, hal ini semakin membuat saya mengerti bahwa selalu ada ruang untuk melayani bagi kita semua.

Talenta dan Kemampuan sangat-lah penting, tetapi itu bukan-lah segalanya dalam pelayanan. Jika kita melihat pola yang ada di Alkitab, Tuhan selalu memulai dengan apa yang kita punya.

Mungkin kita tidak punya cukup waktu, materi, atau mungkin kita merasa bahwa kita tidak punya talenta yang cukup, tetapi kita bisa memberikan “SEMUA” yang ada pada diri kita untuk Tuhan, Kita bisa memberikan Hati, Reputasi, Masa Lalu, Sekarang dan Masa Depan kita untuk Tuhan, Kita bisa memberikan Dia 5 Roti dan 2 Ikan yang kita punya.

Supporting Verse – “‘Where shall we buy bread for these people to eat?’ He asked this only to test him, for he already had in mind what he was going to do.” (John 6:5b-6 NIV)

“Semua” yang kita punya, mengingat hal ini, saya jadi teringat kisah seorang Janda Miskin dan sekelompok orang kaya yang memberikan persembahan. Janda miskin itu memberikan 2 peser yang merupakan seluruh harta yang dia miliki (2 peser dari 2 peser).

Yesus tertarik oleh apa yang dilakukan oleh Janda Miskin itu. Banyak orang kaya memberi dalam jumlah besar, dan Yesus tidak meng-kritik orang yang banyak memberi, tetapi yang menarik adalah kemudian Yesus berkata bahwa Janda Miskin itu memberikan lebih “banyak”.

Bicara soal “banyak”,  Manakah yang menurut kamu lebih besar? 500 dari 1000, 999 dari 1000 atau 2 dari 2? atau mungkin 1 dari 1? Allah sangat penuh kasih, dia kasih 1 dari 1 anakNya, yg artinya “seluruh-nya” atau “semua-nya”.

Ini menunjukkan bahwa Pola untuk Memberikan secara 100% pun dicontohkan terlebih dahulu oleh Bapa kita

Selain itu, Di Hukum Taurat berbicara bahwa, jangan ada Allah lain di hadapanku, yang berarti bahwa fokusmu pada Tuhan harus 100% hanya kepada Tuhan, bukan hal yang lain, Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu, akal budimu, yang juga berarti bahwa kita harus 100% mengasihi Tuhan.

Supporting Verse – Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”Markus 12:41-44 TB

b8ba731d792fdfba5e57615e83cbdcb2.jpg

Saya banyak belajar bahwa dari pengalaman sendiri, atau dari orang lain, ada beberapa hal yang kita bisa lakukan agar bisa melayani dengan maksimal di Gereja :

Start somewhere – Sometimes people get stuck looking for the perfect role. There is no perfect time, we’re always gonna be busy. There’s no perfect role, you will never be ready. Try something that appeals you. What you like to do. If after serving for 1.5 hours and you walk out of it feeling like you just donate your blood, then it’s a wrong place.

Tidak akan ada waktu yang tepat untuk melayani jika kita terus menunggu, and there’s no such thing as the Perfect Ministry.

Salah satu indikator untuk mengetahui jika pelayanan yang anda pilih baik atau tidak, adalah dengan melihat kondisi anda setelah pelayanan. Apakah anda merasa drained out, atau bahkan sampai burned-out? atau re-charged?

Hindari hal itu, Jika anda merasa burned out, ini akan membuat anda menjadi bitter. Start over if you’ve been burned out.

Small is big – What if you know that all the small things we do actually have the biggest result and impact? The not – normal – volunteers believe that the smallest things they do have the biggest results. They pay attention into details.

Excellent Volunteers believes that every little things matters. 

Contoh – Registrasi & Absensi Kelas, hal-hal seperti ini penting dan membuat perubahan yang sangat berarti bagi kelangsungan dan kelancaran kelas.

Own, don’t rent – We lose impact and our return of investment when we think we just rent. Owners invest more for a bigger return.

They show up on time, they read the curriculum before they arrive, they commit to serve each week. Because they don’t just rest in the ministry, they own the ministry.

Punyai mentalitas sebagai owner, not renter. Owner will invest for a bigger return. so does the volunteer who have owner mentality. When you’re in a ministry, you will be able to see “the mess” that can’t be seen from the eye of participants, but it’s your choice, mau jadi owner apa renter? are you going to stay and make it better, and better?

Contoh – Sikap para Uber driver yang “own” mobil-nya, akan merawat kendaraan supaya lebih rapih dan details dalam mempercantik kendaraan-nya (ada yang provide Wi-fi, Jok wangi, etc).

You, Me, We – Often times when we enter the ministry we don’t know anyone else. But we need to connect one another. Because this is not about you, it’s not about me, but it’s about how WE do this together. We have to create ministry as family, not a task. Because people will easily leave a task when season of life comes, but they won’t leave family easily.

It’s about looking side to side to see what’s going on around you – rather than focusing on yourself. When we don’t have this culture of “me you we” then ministry is like going to a bad party.

Remember that when it’s just a task, it’s always easy to left, But when it’s a Family, You just don’t left your family behind. 

Honor the leader – Embrace your leader’s vision. Sometimes the best thing a volunteer can do is amicably move on if they are in conflict with the leader over vision.

Dalam JPCC, mungkin beberapa dari kita masih belum mempunyai common language dan end of minds yang sama, dan kadang hal ini bisa membuat terjadi-nya “visi” kita tersendiri, dan kalau dibiarkan, hal ini bisa membahayakan visi yang sudah ada di JPCC.

Your leader needs a cheerleader, not a drama queen.

Replace yourself – At some point you might have to let go of what you’re doing now and let someone do it so you can do other things. Check yourself: who is your apprentice?

This is important, so you can go to a higher level, and the church and ministry can be sustainable and continue to grow.

Let Go: of what you want, of your current role, of controlling your future. Replacing yourself is essential for the growth of your ministry.

You can’t always see it – At times we will feel discouraged when we can’t see if anything that we do actually matters.

If you’re in this season, ask God to show you. Because, just because we can’t see it, it doesn’t mean it’s not happening.

There’s an old Chinese proverb that says, “Seek to understand before seeking to be understood.” When you’re focused on the other person’s needs and not your own, you’ll be able to get a better understanding of the situation and move forward with resolving your conflict.

Saya ingin menutup sharing dengan ayat ini. Dimana Tuhan ingin agar kita mempunyai sikap dan attitude yang sama seperti Diri-nya, yaitu dengan aktif melayani sesama kita, tidak hanya fokus kepada diri kita sendiri. Belajar untuk punya sikap hati seperti Yesus dan fokus dengan orang yang akan kita layani, kepuasan datang disaat orang yang dilayani merasa senang dan gembira. Strength is for Service.

Closing Verse – Philippians 2:4-5 says, “Don’t look out only for your own interests, but take an interest in others, too. You must have the same attitude that Christ Jesus had” (NLT, second edition).