Five Loaves and Two Fishes by Christine Caine

Five Loaves and Two Fishes by Christine Caine (Founder of A21 Social Initiative)

​JPCC Kota Kasablanka Service 2 (4 September 2016)

Joesi Sihombing, This is my Story Testimony – Situasi yang tidak ideal, dimana meskipun saya tidak muda lagi, Suami kena stroke, dan banyak sekali aktifitas yang dilakukan, umur dan hal diatas tidak menjadi alasan bagi saya untuk berhenti dan tidak mau belajar. Saya berhasil lulus kuliah S2 dengan nilai memuaskan selama 6 tahun kuliah tanpa semester pendek.

Pada akhir-nya juga Suami saya membaik, saya mendapat nilai IP atau GPA 3.7, dan kami berdua bisa ke Jerman untuk melihat pernikahan anak kami. Lakukan semua-nya seperti kamu melakukan itu untuk Tuhan, dan kamu akan menuai hasilnya. 

Opening Verse – Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.  Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.  Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil. Markus 6 :30 – 52

Perlu diingat bahwa setiap ayat itu penting dan saling berhubungan, karena klimaks dari sebuah pasal di Alkitab seringkali berada di ayat terakhir-nya.

Anda tidak akan mengerti kisah lima roti dan dua ikan kecuali jika anda mengerti kisah mengenai Badai. Itu sebab-nya di ayat 52, Yesus mengatakan bahwa hati para murid belum mengerti dan tetap degil.

Kita seringkali melewatkan ini, kemudian dikatakan bahwa murid-muridnya tidak mengerti. Anda bisa ke gereja setiap minggu-nya, tetapi bisa melewatkan tujuan yang ada.

Saya jadi berpikir, bahwa bila keadaan kita berubah, apakan perasaan kita akan Yesus pun berubah? karena anda bisa terlibat di gereja, bahkan di dalam mukjizat yang datang, tetapi tetap luput mengenali Tuhan yang menjadi pelaku mukjizat tersebut.

Jadi tidak cukup untuk hanya mengenal mukjizat dari Tuhan, atau menjadi penonton kejadian ke-kristenan yang terjadi, karena anda dan setiap pribadi harus mengenal Tuhan yang merupakan pelaku mukjizat dari semua badai yang ada dalam hidup-mu.

Dari kisah diatas, Para Murid Yesus sangat sibuk dan bahkan tidak punya waktu untuk makan. Yesus kemudian mengajak mereka untuk menyebrang ke sisi area yang lain untuk beristirahat, tetapi ada masalah karena ketika mereka menyebrang ke sisi yang lain, berita itu tersebar dan ada sekitar 5.000 – 15.000 orang yang mengikuti dan menantikan mereka datang.

Dan anda harus mengerti, bahwa ini jaman atau masa sebelum sosial media dimana mereka tidak bisa menyebarkan berita ini dengan leluasa, tidak ada facebook, stasiun berita cnn, snapchat, twitter, atau mass communication lain, dll. Ini mengingatkan saya akan JPCC, dimana tidak peduli siapa yang bernyanyi dan berkotbah, tetapi Tuhan-lah yang ada disini dan dicari semua orang. 

Yesus mulai tergerak hati-nya dan mulai mengajar kembali, mengajar adalah suatu tindakan belas kasihan. Belas kasihan tidak ada hubungan-nya dengan isu sosial, atau seringkali kita juga identikan belas kasihan dengan pelayanan pemulihan saja, tetapi belas kasih tidak meliputi itu saja, Alkitab berkata bahwa Yesus tergerak hati-nya dan mulai mengajar. Dengan mengajar Firman Tuhan, bangsa-bangsa bisa diubahkan.

Pada masa lalu dan juga sekarang, banyak orang yang ingin menyembunyikan Firman, karena Firman punya kuasa dan hidup, lebih tajam dari pedang bermata dua dan membawa harapan. Karena itu, Yesus mengetahui hal ini dan mengajar orang-orang yang ada.

Kembali ke Kisah Lima roti dan dua ikan, Disaat itu, Yesus juga menyuruh para murid untuk memberi makan kepada banyak orang yang mereka ajar, dan para murid menjadi bingung karena secara kalkulasi angka, hal itu mustahil untuk dilakukan.


Seringkali disaat kita berdoa, kita merasa tidak layak dan tidak kuat untuk menghadapi dan menjadi jawaban dari doa kita, tetapi sebenar-nya, kita sendiri-lah yang bisa menjadi jawaban atas doa kita. Tuhan dapat bekerja melalui diri kita. 


Sama hal-nya dengan saya disaat memulai A21 social initiative dimana saya merasa tidak layak dan berkecukupan dalam memulai dan melakukan hal ini. Mengapa? Saya lahir dilecehkan, merasa tidak bertalenta, sumber daya, koneksi, tidak tahu soal perdagangan manusia, dan hanya ada gelar sastra inggris, tetapi sekarang Tuhan melakukan mukjizat melalui A21, dimana kami sekarang sudah mempunyai 16 kantor di berbagai penjuru dunia, bekerja sama dengan United Nations dan Red Cross dan semua orang tahu akan A21 disaat kami masuk wall street journal. 

Kita sering berpikir bahwa kita tidak cukup untuk melakukan semua dan akhirnya jadi tidak melakukan apa-apa. Tetapi, Tuhan tahu semua itu, dan itu bukan apa yang anda tidak punya, tetapi tentang siapa Tuhan dan apa yang dia bisa lakukan melalui anda.

Tuhan tidak cari kemampuan, sebab jika bicara soal kemampuan, bahkan di saat terbaik-nya anda, anda tidak akan cukup baik untuk Tuhan. Tetapi, apa yang tidak mungkin bagi manusia, selalu mungkin bagi Tuhan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Anda tidak perlu melihat apa yang anda tidak punya, tetapi fokuskan penglihatan anda pada Tuhan, dan apa yang bisa dia lakukan melalui anda. Kembali ke kisah para murid yang disuruh memberi makan banyak orang, 15.000 orang mungkin punya potensi untuk menjadi mukjizat, tetapi hanya ada 1 anak kecil yang menjadi bahan baku dan sumber daya pelaku mukjizat, seorang anak kecil yang tidak dihitung oleh murid Yesus, yang memberikan apa yang dia punya, lima roti dan dua ikan. 

Sama hal-nya dengan kita yang sering berpikir bahwa kita tidak bisa melakukan banyak hal, sibuk membicarakan hal yang tidak kita punya dan bisa lakukan sehingga kita tidak menaburkan sesuatu yang ada di tangan kita, kita mengecilkan benih yang kita miliki, dan tidak ditabur sehingga tidak bisa dituai.

Tuhan akan membuat apa yang sedikit di tangan-mu menjadi banyak, semua bahan baku mukjizat sudah ada di tangan kita, tetapi perlu diingat bahwaTuhan tidak bisa melipat-gandakan apa yang kita tidak kenali.

Ada beberapa orang yang mencari mukjizat pada hari ini, kembalilah ke tempatmu dan periksa apa yang anda punya, karena ada suatu benih mukjizat disana. Mukjizat adalah mata uang yang berlaku di surga. 

Anda mungkin tidak perlu Tuhan disaat segala sesuatu berjalan dengan baik, dan mungkin anda juga akan mengambil kredit akan hal itu. Tetapi anda harus sadar bahwa kita senantiasa perlu Tuhan dalam hidup.

Anda mungkin bisa berada dalam lingkungan iman tetapi luput akan mukjizat, karena anda tersedot dalam sebuah momentum.

Mulai berkati segala hal, terutama hal-hal yang anda kutuki, dalam suatu kepecahan, ada kemakmuran yang akan terjadi, baik secara hati, emosi, fisik, kehancuran yang ada dan anda derita sekarang bukanlah akhir dari segala sesuatu.


Tuhan mampu untuk mengambil kehancuran anda di masa lalu untuk memberikan orang lain suatu masa depan, kebebasan, dan harapan.


Yang sering membuat anda ter-diskualifikasi, seperti perceraian, kebangkrutan, dan kegagalan-mu, itu tidak akan menghalangi anda jika anda mau menyerahkan kepada Yesus dan dia akan memakai-mu dengan luar biasa, dan memberi harapan kepada orang lain

Pada akhir cerita, Yesus berkata ke Murid, bahwa mereka telah melihat mukjizat, dan ujian mereka selanjutnya akan tiba, Ia meminta mereka untuk mengambil pecahan sisa “bakul” yang berisi roti dan ikan. Kuasa justru ada di dalam sisa-sisa itu.

Kuasa di cerita ini bukan pada saat mereka makan, tetapi apa yang tersisa, karena Yesus tahu bahwa mereka akan masuk ke sebuah badai, tidak semua badai datang dari iblis, dan Yesus ingin tahu apakah mereka mengerti apa yang mereka alami, tidak peduli badai apa yang dihadapi, tetapi penting untuk selalu menaruh harapan anda kepada Tuhan.

Seperti hal-nya kita yang sudah menerima pengajaran dan mukjizat di hari Minggu, kita akan menerima badai di hari senin, selasa, dan seterus-nya.

Dan disaat ujian datang, pegang terus sisa “bakul” yang ada. Tuhan yang sama di atas bukit dan melakukan mukjizat selalu ada bersama-sama dengan anda di dalam setiap badai kehidupan anda. 

Ada Tuhan yang akan membawa anda menyebrangi badai yang anda semua hadapi, dan sampai selanjutnya anda menerima mukjizat. Selalu gantungkan harapan anda kepada Tuhan di dalam segala sesuatu, karena Dia selalu ada bersama dengan kita.