Personal Freedom by Ps. Jeffrey Rachmat

JPCC Kota Kasablanka (20 Agustus 2017)

This is my Story (Priscilla Novani) – Saya mempunyai hubungan yang jauh dengan orang tua saya, terutama Ibu saya. Setelah ayah meninggal, Pemulihan Keluarga semakin sulit antara hubungan dengan Ibu.

Saya bersyukur melalui encoragement dan anjuran Komunitas DATE dan DATE Leader Saya (Ribka Lukman) , saya belajar untuk berani bayar harga untuk mengampuni dan memperbaiki hubungan keluarga, dan sesuai anjuran Ribka, saya memutuskan untuk mengajak Ibu saya ke Treasures Women Conference 2016 (Fullness of Life), dan pada saat sesi doa ternyata yang diubahkan rupanya adalah cara saya merespon dan mencintai ibu saya.

Hope is Never Fails, beranikah kita untuk menginvestasikan kehidupan kita untuk sebuah hubungan dan masa depan yang kita punya?

Belakangan ini saya kembali membaca Kisah bagaimana Bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, selanjutnya hidup di padang gurun dan kemudian masuk ke tanah perjanjian yang berlimpah dengan susu dan madu-nya.

Sesuai dengan Tema Freedom dan Kemerdekaan, Saya pikir kita bisa mengambil kisah ini dalam metaphor Personal Freedom (kemerdekaan pribadi) kita.

Beberapa hal yang kta perlu ketahui dari kisah Bangsa Israel adalah mengenai Tingkatan Kehidupan yang mereka lalui :

1. Taraf Masa Perbudakan (Ketergantungan atau Dependent) dimana kita perlu diajari dan diperhatikan.

2. Taraf Hidup di Padang Gurun (Mandiri and Independent), dimana kita belajar berkata cukup, ada Proses Disiplin Iman dan Belajar untuk Mengelola.

3. Taraf Masuk ke Tanah Perjanjian yang berlimpah susu dan madu-nya (Inter-Dependence), dimana kita belajar untuk berbuah, mencetak, bersinergi dan memberi.

Ada tingkatan kehidupan dalam perjalanan hidup seseorang, tidak semuanya berhasil tetapi kita semua memulai dari tingkatan yang sama yaitu tingkatan Ketergantungan atau Dependent.

Kita semua perlu pertolongan dari orang lain agar bisa bertahan hidup pada awal-nya, dalam hal fisik di usia balita, tentu kita akan sangat membutuhkan pertolongan dari orang tua kita, tetapi tujuan kehidupan adalah bukan agar kita semua bisa terus berada di dalam taraf ini.

Orang tua mempunyai tugas untuk mengajar anak-nya agar bisa hidup secara mandiri dan independent, demikian juga dalam hal jasmani dan rohani, dimana anda perlu diajar dan didoakan oleh orang lain pada awal-nya.

Tujuan-nya adalah supaya kita bisa masuk ke dalam Taraf Inter-Dependent, yang disebut sebagai masa sinergi, cetak, atau berbuah, dimana kita bisa bekerjasama dengan orang lain.

Pernikahan adalah salah satu bentuk dari masa ini, kesatuan dari dua orang yang sudah mandiri agar bisa mencetak kehidupan yang baru.

Ciri-ciri orang yang ada di dalam fase ini adalah keinginan untuk suka memberi, dan belajar untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada di tangan mereka.

Orang yang berada di taraf ini disebut dengan orang yang berkelimpahan, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua orang yang ada di taraf padang gurun atau interdependent ini bisa masuk ke tanah perjanjian. Bahkan diketahui bahwa satu generasi bangsa israel hilang di padang gurun.

Bangsa Israel tidak siap menghadapi padang gurun, sama seperti kebanyakan dari kita yang saat lepas dari pengawasan orang tua (biasa berusia diatas 17 tahun), men-declare independence, dan di padang gurun kita semua ter-expose dengan segala kekurangan dan ganas-nya dunia yang ada.

Sharing Ps. Jeffrey – Saat anak saya meminta ijin kepada saya untuk bisa menyetir mobil, untuk orang tua seperti saya ini bukan hal yang mudah karena ini bukan hanya berbicara mengenai skill menyetir anak saya, tetapi saya berpikir apakah dia siap untuk menghadapi ganas-nya traffic di Jakarta. Dengan Bus yang suka berlawanan arah, begitu juga dengan Sepeda Motor yang berlawanan arah di Jalanan Satu Arah.

Begitu juga dengan ganas-nya Kompetisi dalam pekerjaan, seperti hal-nya di padang gurun-lah yang membuat Bangsa Israel mulai mengerti akan kesulitan dan pahit-nya kehidupan dan kelaparan.

Sehingga banyak orang yang mencoba mencari kekuatan lain untuk bisa bertahan hidup. Bukan menikmati kegembiraan dari kemerdekaan, tetapi malah hidup dengen keterikatan baik dalam narkoba, judi, atau seks yang menjadi support system dalam kesulitan yang mereka hadapi.

Banyak orang tua yang kaget dan berkata bahwa anak-anak yang terkena adiksi, sebenarnya merupakan anak yang baik saat berada di rumah-nya.

Pengalaman di padang gurun membuat kita jadi mandiri, Kedewasaan dimulai dari kemampuan untuk mandiri dan bisa menentukan serta mempertanggung jawabkan pilihan-pilihannya.

3 hal penting yang bisa menjadi pelajaran dalam hal personal freedom :

1. Aturan Main

Seperti hal-nya di Padang Gurun, Tuhan memberikan batasan dan ketetapan kepda bangsa israel mengenai bagaimana cara untuk hidup, beribadah, membawa korban dan aturan main lain-nya yang Tuhan berikan.

Pentig bagi kita untuk secara bebas menghormati aturan main yang ada, agar kebebasan yang ada tidak diambil dari kita.

Anda akan menikmati berkat-berkatnya disaat anda mentaati peraturan Tuhan, perhatikan perintah dan ketetapan Tuhan dan juga taati hukum yang ada di dalam negeri ini.

Opening Verse – “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu: Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar.” ‭‭Ulangan‬ ‭28:1-6‬ ‭TB‬‬

“Maka haruslah engkau insaf, bahwa Tuhan, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya.” ‭‭Ulangan‬ ‭8:5‬ ‭TB‬‬

“Think about it: Just as a parent disciplines a child, the Lord your God disciplines you for your own good.” ‭‭Deuteronomy‬ ‭8:5‬ ‭NLT‬‬

Sebagai orang tua, saya harus belajar untuk mendisplinkan anak saya, sebab jika saya hanya memanjakan mereka, maka pada saat mereka lepas dari pengawasan saya, pada saat mereka melamar atau dilamar, maka mereka tidak akan siap menghadapi ganasnya padang gurun di dunia ini.

Orang-orang yang tidak bisa mendisiplinkan hidupnya akan hidup dalam keterikatan baik itu keterikatan secara seks, hutang, obat-obatan, pornografi, etc.

Untuk mandiri, Kita harus belajar untuk mengelola dengan baik apa yang ada di tangan kita, dan harus bisa mencukupkan diri dengan apa yang ada di tangan kita.

Tidak mudah melakukan ini karena perlu 40 tahun bagi bangsa israel untuk bisa masuk ke tanah perjanjian, sebagian besar dari Bangsa Israel malah mati di Padang Gurun, itulah ganas-nya padang gurun yang ada di dunia.

2. Visi

Pada saat Bangsa Israel keluar dari masa perbudakan, mereka ada visi dan tujuan mau pergi kemana. Banyak orang yang hanya fokus untuk ingin merdeka, tetapi lupa mempersiapkan visi yang sebenarnya.

Seperti banyak orang yang mau menikah tetapi lupa bagaimana menyikapi dan memikirkan kehidupan pernikahan yang sebenarnya, fokus di persiapan pesta pernikahan tetapi lupa memikirkan ganas-nya padang gurun di pernikahan.

Bebas tanpa tujuan membahayakan orang itu dan orang yang ada di sekitarnya. Setiap kali Bangsa Israel menemui kesulitan di padang gurun, mereka selalu menengok ke belakang dan masa lalu-nya.

Supporting Verse – “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.” ‭‭Amsal‬ ‭29:18‬ ‭TB‬‬

“Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.” ‭‭Bilangan‬ ‭14:1-4‬ ‭TB‬‬

Tidak sedikit orang yang jatuh ke dalam dosa dan selanjutnya kembali ke dalam kehidupan yang lama disaat menemui ganas-nya kehidupan di padang gurun. Itu sebab-nya mereka tidak bisa sampai ke tanah perjanjian dan mati di padang gurun.

3. Iman

Iman sangat penting, karena di Padang Gurun adalah masa dan tempat dimana Bangsa Israel mengenal Tuhan. Padang Gurun adalah masa dimana kita seharusnya bisa mengembangkan Iman kita.

Supporting Verse – “Empat puluh tahun lamanya Aku memimpin kamu berjalan melalui padang gurun; pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu. Roti tidak kamu makan, anggur atau minuman yang memabukkan tidak kamu minum — supaya kamu tahu bahwa Akulah Tuhan, Allahmu.” ‭‭Ulangan‬ ‭29:5-6‬ ‭TB‬‬

Padang Gurun adalah tempat dimana mereka melepas ketergantungan dari perbudakan mesir dan mulai menggantungkan hidup mereka kepada Tuhan.

David Kinnaman, Seorang President dari Barna Group, perusahaan yang suka meriset soal keadaan Ke-Kristenan, Dia melakukan riset yang mengatakan akan statistik buruk bagi orang muda dan gereja di Amerika, dan menurut saya mungkin keadaan ini mirip dengan di Indonesia.

Berdasarkan Riset, dikatakan bahwa 59% dari generasi muda berusia 18-29 tahun tidak lagi datang ke gereja, begitu mereka menginjak kedewasaan dan mulai belajar mandiri, mereka tidak lagi datang karena selama ini datang ke gereja hanya karena disuruh orang tua, dan ini menandakan bahwa berarti mereka belum mempunyai landasan iman yang kuat dan mandiri.

Sebagai orang tua, kita hanya bisa berdoa agar anak-anak kita mempunyai iman yang asli, dan bukan hanya punya iman yang “nebeng” kepada iman orang tua-nya, padang gurun adalah tempat yang paling baik untuk bisa melakukan hal ini.

Kita semua akan menghadapi masa-masa ini dan ini merupakan tantangan kita semua, agar anak kita punya iman yang nyata dan displin rohani yang kuat serta bergantung kepada Tuhan, sehingga disaat mereka mengatasi kesulitan, mereka akan hidup berkemenangan dan berbuah banyak. Padang Gurun adalah saat kita belajar mengenal siapa Tuhan kita.

Sharing Ps. Jeffrey – Saya mengalami hal ini saat berusia 17 tahun, bingung menghadapi ganasnya padang gurun saat saya bebas dan hidup di luar negeri, saya kaget dengan buas-nya padang gurun dan berkali-kali jatuh saat merasa kesepian, patah hati dan saat menghadapi kompetisi yang ada.

Saat itu saya belajar untuk mempunyai iman yang nyata, dan belajar untuk mencoba melewati itu semua bersama Tuhan.

Closing Verse – “Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?” ‭‭Keluaran‬ ‭33:15-16‬ ‭TB‬‬

Anda mau dibedakan dan hidup Berkemenangan dan Berkelimpahan? Anda harus berani melewati ganasnya padang gurun kehidupan bersama dengan Roh Kudus dan Tuhan, agar anda bisa mempunyai landasan iman yang kuat dan nyata bersama-Nya.