Fullness of Life (Opening Session) by Christine Caine

Treasures Women Conference 2016

Opening Verse – The thief comes only to steal and kill and destroy; I have come that they may have life, and have it to the full. John 10:10 NIV.
Yohanes berkata bahwa Tuhan tidak hanya memberikan hidup saja, tetapi Ia juga memberi kelimpahan. Alkitab berkata bahwa Kita berpindah dari Faith to Faith, Grace to Grace, and from Glory to Glory. Jadi dimanapun anda berada saat ini, masih ada level berikutnya, kemanapun kita pergi. Jika anda berputus asa, dan merasa kalah dalam hidup saat ini, saya percaya bahwa Tuhan akan membawa anda ke tempat yang baru, Kita akan pergi ke tempat yang baru hari ini.

Supporting Verse – These are the words Moses spoke to all Israel in the wilderness east of the Jordan—that is, in the Arabah—opposite Suph, between Paran and Tophel, Laban, Hazeroth and Dizahab. (It takes eleven days to go from Horeb to Kadesh Barnea by the Mount Seir road.) In the fortieth year, on the first day of the eleventh month, Moses proclaimed to the Israelites all that the Lord had commanded him concerning them. This was after he had defeated Sihon king of the Amorites, who reigned in Heshbon, and at Edrei had defeated Og king of Bashan, who reigned in Ashtaroth. East of the Jordan in the territory of Moab, Moses began to expound this law, saying: The Lord our God said to us at Horeb, “You have stayed long enough at this mountain. Break camp and advance into the hill country of the Amorites; go to all the neighboring peoples in the Arabah, in the mountains, in the western foothills, in the Negev and along the coast, to the land of the Canaanites and to Lebanon, as far as the great river, the Euphrates. See, I have given you this land. Go in and take possession of the land the Lord swore he would give to your fathers—to Abraham, Isaac and Jacob—and to their descendants after them.” At that time I said to you, “You are too heavy a burden for me to carry alone. The Lord your God has increased your numbers so that today you are as numerous as the stars in the sky. May the Lord , the God of your ancestors, increase you a thousand times and bless you as he has promised! But how can I bear your problems and your burdens and your disputes all by myself? Choose some wise, understanding and respected men from each of your tribes, and I will set them over you.” You answered me, “What you propose to do is good.” So I took the leading men of your tribes, wise and respected men, and appointed them to have authority over you—as commanders of thousands, of hundreds, of fifties and of tens and as tribal officials. And I charged your judges at that time, “Hear the disputes between your people and judge fairly, whether the case is between two Israelites or between an Israelite and a foreigner residing among you. Do not show partiality in judging; hear both small and great alike. Do not be afraid of anyone, for judgment belongs to God. Bring me any case too hard for you, and I will hear it.” And at that time I told you everything you were to do. Then, as the Lord our God commanded us, we set out from Horeb and went toward the hill country of the Amorites through all that vast and dreadful wilderness that you have seen, and so we reached Kadesh Barnea. Then I said to you, “You have reached the hill country of the Amorites, which the Lord our God is giving us. See, the Lord your God has given you the land. Go up and take possession of it as the Lord , the God of your ancestors, told you. Do not be afraid; do not be discouraged.” Then all of you came to me and said, “Let us send men ahead to spy out the land for us and bring back a report about the route we are to take and the towns we will come to.” The idea seemed good to me; so I selected twelve of you, one man from each tribe. They left and went up into the hill country, and came to the Valley of Eshkol and explored it. Taking with them some of the fruit of the land, they brought it down to us and reported, “It is a good land that the Lord our God is giving us.” But you were unwilling to go up; you rebelled against the command of the Lord your God. You grumbled in your tents and said, “The Lord hates us; so he brought us out of Egypt to deliver us into the hands of the Amorites to destroy us. Where can we go? Our brothers have made our hearts melt in fear. They say, ‘The people are stronger and taller than we are; the cities are large, with walls up to the sky. We even saw the Anakites there.’ ” Then I said to you, “Do not be terrified; do not be afraid of them. The Lord your God, who is going before you, will fight for you, as he did for you in Egypt, before your very eyes, and in the wilderness. There you saw how the Lord your God carried you, as a father carries his son, all the way you went until you reached this place.”  Deuteronomy 1:1‭-‬31 NIV

Banyak ayat yang kita baca diatas, tetapi bagian yang sangat penting adalah saat dimana anak-anak bangsa Israel yang telah menjadi budak selama 430 tahun, sampai Tuhan membebaskan dan membawa mereka keluar dari Mesir. Tuhan membelah laut merah, hingga seluruh pasukan mesir tenggelam. Dalam Kisah diatas, Tuhan berusaha membaya mereka ke tanah perjanjian. Seluruh gerakan itu tercatat dalam 5 kitab pertama. Tujuannya adalah untuk menduduki tanah perjanjian secara fisik.

Dari yang kita baca tadi, Anak-anak israel ini ada di Pantai Timur bagian sungai yordan dan mereka sedang mempersiapkan diri untuk menduduki Tanah Perjanjian, Musa mengingatkan bangsa israel tentang tujuan dari mengapa mereka keluar dari Mesir dan menduduki tanah perjanjian, dikarenakan ada sebuah masa depan disana.

Penting untuk mengingatkan generasi sekarang, bahwa Tuhan sudah mengingatkan kita bahwa ada satu tujuan, untuk keluar dari “perbudakan” yang kita mungkin sedang alami saat ini, dan tahu bahwa ada sebuah masa depan, ada sebuah tanah perjanjian di depan kita semua. Kita harus terus maju, dan menduduki. Tuhan sudah mempersiapkan perkara yang dahsyat bagi kita semua di Indonesia, Apa yang sudah kita lihat saat ini, tidak cukup, karena ada yang lebih besar di hadapan kita.

Supporting Verse – Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: “Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir. Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir. Keluaran 13:17-18 TB

Yang menarik selanjutnya adalah, dari Keluaran 13:17-18, dikatakan bahwa disaat Firaun membiarkan bangsa Tuhan itu pergi, Tuhan tidak menuntun mereka untuk melalui jalan ke negeri Filistin, walaupun jalan-nya lebih singkat. Sebab jika mereka menghadapi peperangan disana, bisa saja mereka akan menyesal dan kembali ke Mesir. Maka dilewatkanNya-lah mereka melalui laut merah. Tuhan menuntun lewat jalan lebih panjang, lewat padang gurun, dengan tujuan membawa mereka ke Tanah perjanjian.

Alkitab berkata bahwa ada jalan pintas lewat tanah filistin, tetapi  Tuhan membawa mereka melewati jalan yang lebih jauh. Kadangkala ada Jalan pintas tempat dimana kita mau pergi, tetapi jalan pintas ini tidak akan menjadikan kita menjadi pribadi seperti yang Tuhan inginkan. Tidak selalu Iblis yang akan membawa anda ke padang gurun, kadang Tuhan-lah yang membawa anda kesana, membawa kita melalui jalan yang lebih panjang karena Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menghadapi apa yang sedang Ia siapkan bagi kita.

Bangsa Israel telah keluar dari mesir, tetapi Mesir masih ada dalam diri mereka. Padang gurun adalah jalan untuk mengeluarkan mental Mesir dari dalam diri mereka. Mental mesir yang mereka punya tidak boleh dihidupi dalam tanah perjanjian.

Ada dari kita yang sedang melalui musim kering dalam kehidupan, dan anda berpikir bahwa Tuhan telah mengabaikan anda. Tetapi ingat bahwa Tuhan punya janji untuk anda.

Sharing Christine – Christin baru tiba dari Qatar, saya selalu berpikir bahwa jakarta itu panas sekali, sampai saya ada di Qatar. Saat saya berada di padang gurun di sana, saya merasa panas sekali, dan merasa sendiri. Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan berbicara kepada engkau di padang gurun. Tuhan berbicara pada Musa di padang gurun, Musa berbicara pada Joshua, dan Tuhan akan berbicara di padang gurun anda, Ia akan memberikan anda pengharapan. Tuhan akan memberi kita arah dalam padang gurun kita.

Kembali ke Kisah Israel di padang gurun, di ayat 3, sesuatu terjadi dimana mereka mengubahkan apa yang tadinya hanya perhentian sementara (Pit Stop), menjadi perhentian jangka panjang (Full Stop). Sesuatu yang Pendek menjadi lama, yang harusnya hanya 3 hari, menjadi 40 tahun.

Beberapa dari kita perlu mengambil 40 tahun untuk mengambil jalan yang seharusnya hanya 3 hari.  Kadang kita berada di padang gurun selama itu. 40 tahun keliling di Gunung Horeb, padahal itu bukan tujuannya, tujuannya harusnya adalah melewati itu, dan mencapai ke tanah perjajian. Gunung Horeb bukan tujuan akhir, melainkan Kanaan. Harusnya Horeb hanya dilewati saja tetapi kadang kita stuck dan terjebak disana.

Ada beberapa dari kita yang seharusnya hanya melewati padang gurun itu tapi malah terjebak karena ada ‘Gunung’ Ketidakyakinan diri, Rasa malu, Ketamakan, Rendah Diri, Kecemburuan, Nafsu, Tidak rela mengampuni, Kepahitan, Kenyamanan, Keterikatan, Kecemburuan, Nafsu.

I dont know what your mountain is. If you’re in that mountain too long, you’ve been there long enough. There’re future waiting for you. Fullness of Life! Doubt, negativity, insecurity, addiction, Pain, Unforgiveness, you’ve been there long enough. It is time to release that, move forward and experience Fullness of Life!

Dimana kita berada terlalu lama? dimana Tuhan ingin membawa engkau ke tempat yang anda seharusnya berada? Anak-anak Israel sudah keluar dari Mesir, yang tadinya tawanan sekarang sudah menjadi pasukan, Tuhan sudah beri 10 firman kepada mereka. Dulu bukan bangsa, sekarang mereka sudah menjad bangsa. Apa yg dinantikan lagi? sudah 40 tahun. Kita bisa menentukan seberapa besar tanah perjanjian yang mau kita duduki. Setiap kita adalah anak kesayanganNya.

Musa datang kepada Yosua berkata ‘kamu ada di gunung ini terlalu lama’. Ada kehidupan yang penuh  tetapi kamu ada di ‘gunung’ terlalu lama, terlalu lama tidak percaya diri, terlalu lama tidak mengampuni. Tuhan membawa kita hari ini untuk kita maju dan masuk dalam tanah perjanjian. Semua gunung yang ada, bukan berarti Tuhan tidak berkenan kepada kita, namun kita yang tidak berkenan, dan keluar untuk menempati tempat yg baru. Setiap dari kita bisa memiliki kehidupan yang penuh, tetapi tidak bisa karena kita tidak bersedia merombak ‘kemah’ kita, kenyamanan kita dan bergerak maju.

Sharing Christine – Christine Caine memiliki awal yang tidak baik, unwanted, tidak diakui, dan unnamed. Saya dilahirkan dan ditinggalkan di Rumah Sakit di Australia. Seorang bayi yang ditinggal ibunya, dengan hanya sebuah nomor 25081966, bahkan nama-pun tidak diberikan. Saya selama 12 tahun dilecehkan secara seksual oleh 4 pria yang berbeda-beda. Ibu Biologis saya tidak ingin terhubung secara emosional dan hanya mau kembali bekerja secepat mungkin. Itu sebabnya, Christine punya alasan untuk tinggal di padang gurun, dan hidup sebagai korban seumur hidupnya.

“I want fullness of life but you don’t know what happened to me?”, karena merasa bitter terus, guilt terus, Kita terus berkeliling gurun terus tetapi Tuhan berkata bahwa dia punya promised land yang sudah disiapkan bagi kita. Tuhan berkata bahwa kita harus siap untuk membongkar kemah kita, Tuhan tidak menyelamatkan kita untuk hidup di padang gurun saja, tetapi untuk mengalami kebebasan dan menduduki tanah perjanjian. Banyak orang kristen hidup seperti Israel, dibebaskan dari gurun, tetapi tidak menghidupi apa yang ada dalam janji Tuhan.

Anda harus mengerti perbedaan antara dibebaskan dan hidup dalam kemerdekaan. Di Galatia tertulis bahwa untuk kemerdekaan-lah Tuhan membebaskan kita.  Di perjanjian lama, Tanah Kanaan melambangkan secara fisik jasmani (suatu tempat), tetapi di perjanjian baru melalui Kristus, tanah perjanjian diartikan secara dalam, the Fullness of Life.

Kehidupan yang penuh bukan hanya kehidupan fisik saja tapi ada sebuah kemerdekaan dalam batin kita dimana kita tidak hidup lagi dalam keterikatan masa lalu. Dimana kita tidak dipengaruhi dengan apa yang terjadi di sekitar kita karena apa yang ada di dalam kita lebih besar dari apa yang terjadi di sekitar kita. Sebuah Keadaan internal freedom di dalam diri kita, dimana kita bukan lagi menjadi korban dari masala lalu, kita tidak lagi dipengaruhi dari apa yang terjadi di sekeliling kita, karna kebebasan yang Tuhan kasih lebih besar dari semua gunung kita.

Kita harus membongkar kemah kita (break our camp). Break our camp implies pain. Tentu akan selalu ada proses, tetapi kita tidak perlu melewati proses itu selama 40 tahun. Kesediaan kita untuk melewati proses dan mengerjakannya itu yang akan menentukan apakah kita bisa berjalan bebas.

Sharing Christine – Beberapa tahun yang lalu saya sedang main ski di Colorado. Dan hari itu saya bermain ski dengan suami saya di area yang landai, dan hari itu teman-teman dia bermain di area yang curam. Saya berkata ke suami saya, “Jika kamu bisa main bersama teman kamu, kamu akan tetap lebih bahagia bermain bersama saya kan? Suami saya, dengan jujurnya mengatakan, bahwa kalau dia bisa bermain dengan teman pria-nya, dia akan merasa lebih seru. Dan saya langsung meluncur kebawah, dan saya tahu bahwa saya berada dalam masalah 20 detik kemudian, saya berjungkir balik, membuat lutut saya hancur, dan tidak bisa bergarak. Suami saya harus memanggil ambulans dan membawa saya ke Rumah Sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit, setelah operasi hamstring, fisioterapis yang ada berkata kepada saya, bahwa saya mengalami cedera lutut yang paling parah, dan banyak orang tidak bisa pulih total oleh cedera ini. Saya bisa sembuh cepat, atau secara perlahan tetapi semua ini tergantung dari tingkatan kesediaan saya untuk merasa sakit, karena itulah yang akan menentukan tingkatan seberapa cepat kesembuhan saya.

The degree to which you are willing to embrace the pain of recovery is the degree to you can recover. You can have total freedom, You can have total fullness of life. Jesus died in the calvary so we can have the Fullness of Life, But you need willingness to embrace the process, you need willingness to let God work through you, itu yang akan menentukan.

Semua kesakitan mungkin tidak akan terlupakan, tetapi untuk apa membiarkan 1 chapter dalam hidup menentukan seluruh hidup kita? Jangan membiarkan 1 bab,  satu kesalahan, satu musim dalam kehidupan kita menentukan seluruh hidup kita. Tuhan telah bangkit dari kematian dan memberikan kita untuk mendapat hidup yang baru. Darah anak domba bisa membebaskan kita dari masa lalu kita. Let His blood from Calvary sets you free. We need forgiveness from our past.

Kemerdekaan bukan tergantung kepada kepribadian kita, bukan juga bergantung pada temperamen kita, tetapi bergantung kepada Darah Kristus yang memerdekakan kita semua.

You have to break the culture, negative friends, unrealistic expectation, unforgiveness, bitterness, you have to break it, You have to make God bigger, let the promised bigger than your pain. You have to keep moving, and not paraylzed by your fear, past, personality, culture. Keep Advancing. Once you break the camp, you got to start moving, there’s not one disadvantage that God cannot use for your advantage.

Tidak ada satu kerugian-pun yang tidak bisa Tuhan pakai untuk keuntunganmu. Kalau Tuhan mampu memakai saya, seorang anak yang ditinggalkan di rumah sakit dengan hanya sebuah angka, dan terus dilecehkan secara seksual, saya masih bisa tinggal di padang gurun, tetapi ada sebuah tanah perjanjian. God are able to work together for Good, All those bad things that happened to me bring hopes to million people in this world because i didn’t settled in the wilderness, and choose to walk into the promised land.

Fullness of Life tidak hanya tentang diri kita, tetapi ada orang-orang yang menantikan kita. Setiap kali saya membebaskan wanita yang diperdagangkan, saya merasa seperti Yusuf ketika dia bicara dengan abang-abangnya di Kejadian 15:20, Kalau kalian merencanakan untuk kejahatan, tetapi Tuhan merencanakan hal itu untuk kebaikan.  The enemy made for evil, but God use it for good.

Supporting Verse – You intended to harm me, but God intended it all for good. He brought me to this position so I could save the lives of many people. Genesis 50:20

Ada banyak orang yang menantikan saudara, kau tidak bisa memerdekakan orang lain jika anda sendiri tidak mengalami kehidupan yang penuh, Fullness of Life. It is time to break camp, to Advance!

Musa mengingatkan Yosua bahwa 40 tahun yang lalu, kita ada di Mesir, dimana Ia mengirim 10 orang pemimpin atau pengintai ke tanah perjanjian, yang pada akhirnya menahan seluruh generasi dari masa depan mereka, hanya karena ketidakpercayaan mereka, rasa takut, ragu, negativitas, menggerutu dan complain. Hanya dua orang yang bisa melihat janji atau promise ini. 10 orang menahan seluruh generasi, dan dua orang ini harus menunggu 40 tahun baru bisa masuk.

Ingat bahwa Kita bukanlah ‘ex-anything’ karena kita adalah ciptaan baru dalam Tuhan. We’re a brand new creation in Jesus Christ. It’s time to move on. There’s no single person that God cannot change.

3 Hal yang perlu diingat – Bongkar kemah, Bergerak maju, dan duduki tanah perjanjian. Memang perlu usaha tapi itu mungkin. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, tidak ada janji yang tidak bisa dipenuhi, tidak ada satu penyakit yang Tuhan tidak bisa sembuhkan, tidak ada satu kebutuhan yang Tuhan tidak bisa penuhi, tidak ada Ikatan yang Tuhan tidak bisa lepaskan, dan tidak ada satu hal yang tidak mungkin Tuhan tidak bisa lakukan. Nothing is impossible for God.