Fullness of Life by Angela Rachmat

Fullness of Life (Session 4) by Angela Rachmat

Treasure Women Conference 2016 (Notes collected from Tya Jewangu & Natalie Pramoedito)

Opening Verse – “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Yohanes 10:9-10

Semua orang mendambakan hidup yang berkelimpahan. Reaksi orang akan hal ini bermacam -macam. Ada yang memandang kelimpahan sebagai tujuan hidup, hal duniawi, dan ada juga yang memandang dengan kemarahan karena tidak bisa memiliki apa yang orang lain miliki. Bahkan ada juga yang memiliki kelimpahan tapi merasa tertuduh karena memiliki-nya. Which one are you? 

Kita tidak perlu membandingkan apa yang kita punya dengan orang lain punya, atau apa yang kita lakukan dan apa yang orang lain lakukan. Janganlah menghakimi apa yang orang lain lakukan dan tidak lakukan. Tetapi bandingkanlah apa yang bisa kita lakukan namun tidak kita lakukan.

Fokuslah dengan apa yang Tuhan mau, jadi terang. Kita semua dipanggil untuk menjadi terang. Fokus dengan diri sendiri untuk menjadi terang, Kalau kita menjadi terang maka kita akan fokus kepada terang kita, bukan sebalik-nya sebagai hakim, karena kalau fokus kita menjadi hakim, fokus kita akan berpindah kepada orang lain. Sebagai manusia secara otomatis kita akan lebih melihat apa yang salah daripada apa yang betul.

Ingat bahwa setiap dari kita dituntut pertanggungjawaban atas kehidupan masing – masing. Tetapi buatlah perbandingan seperti ini, apa yang sebenarnya bisa kita lakukan tapi tidak kita lakukan. Selalu lakukan yang terbaik, berikan yang terbaik, karena itu persembahan yang akan dilihat Tuhan, bukan untuk mencari pengakuan atau pencitraan saja. Kita melakukan yang terbaik karena kita sudah menerima yang terbaik dari Tuhan, yaitu pengorbananNya di kayu salib.

Oleh karena itu, Kita tidak hidup hanya untuk sekedarnya, atau eksis dan hanya di garis standard, namun harus lebih dari itu. Karena pengorbanan Tuhan terlalu mulia dan berharga untuk hidup yang biasa-biasa saja.

Tanpa mengerti tujuan hidup dan mengapa Yesus mau kita hidup secara berkelimpahan, maka pertama kita akan menjadi kecil hati, dan kedua kita akan menjadi lupa diri. Tujuan kehidupan bukan untuk mencari tujuan hidup saja, tanpa melakukan hal-hal yang terbaik dan membuat hidup kita berbuah.

Don’t spend your life searching for the purpose of your life without making your life count.

Supporting Verse – “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Matius 25:14‭-‬30 TB

Ada 3 hal tentang suatu kehidupan yang penuh (Fullness of Life) :

1. Fullness of Life bukan hanya bicara mengenai apa yang kita miliki, tetapi apa yang kita lakukan dengan apa yang kita miliki.

Kita tidak harus memiliki keadaan yang sempurna, waktu yang lebih, kepandaian, harta, keluarga, talenta yang lebih, dsb untuk melakukan yang terbaik. Kita tidak harus memiliki hidup yang sempurna dan yang terbaik untuk mengeluarkan yang terbaik dalam diri kita. Seperti Yesus, justru di saat yang terburuk, Yesus memberikan yang terbaik. Yesus memberikan yang terbaik disaat Ia berada dalam kondisi terburuk dalam hidupNya.

Dalam Matius 25, Tuhan adalah Tuhan yang adil. Keadilan dalam dunia adalah apa yang kita terima sama dengan apa yang orang lain terima, namun di dalam Tuhan tidak seperti itu. Tuhan memberi kepercayaan dan tanggung jawab dengan takaran yg berbeda-beda, dan sesuai dengan kapasitas kita.

Untuk hidup penuh tidak berdasarkan apa yang diberikan kepada kita tapi apa yang dikeluarkan dari dirimu. Banyak orang tidak melakukan sesuatu karena merasa belum memiliki banyak.

Perasaan kita akan selalu berkata bahwa saya belum mampu, atau saya belum memiliki banyak. Tetapi kita harus belajar bahwa Hidup bukan berdasarkan perasaan tapi berdasarkan keberanian mengambil keputusan yang benar. Keberanian harus lebih besar dari perasaan untuk maju. Banyak hal tidak akan pernah datang kalau kita tidak pernah mengerjakan yg sedikit.  Semua kekuatan yang ada, kalau kita tidak menggunakannya maka tidak akan ada gunanya. Melihat kekurangan itu biasa, namun orang yang bisa melihat kelebihan & berani memberikan hal itu kepada Tuhan, itu yg luar biasa.

Much means nothing if you don’t do anything. Fullness of Life bukan berarti memiliki banyak, tetapi bagaimana kita melakukan apa yang kita punya dan miliki. 

Apa yang sudah kita discount on levitra lakukan untuk membuat apa yang kita punya dan miliki berarti? Segala sesuatu dimulai dari sebuah benih kecil yang kita tabur di ladang kehidupan kita, bukan yang kita simpan saja. Lakukan dengan setia apa yang dipercayakan bagi kita saat ini, niscaya itu akan menjadi besar nanti-nya. Satu langkah iman itu sangat penting, Jangan kuatir dengan yang hanya sedikit yang kita punya, sebab kalau kita tidak bisa dipercaya dengan perkara yang kecil, maka kita tidak bisa diberikan tanggung jawab yang besar.

2. Fullness of Life is not about how busy you are, but how productive you are.

Kesibukan belum tentu menghasilkan sesuatu yang berguna. Sementara produktif adalah bila menghasilkan buah. Fullness of Life seringkali diartikan kalau kita sibuk & banyak yg dilakukan. Namun sebenarnya itu tertuju pada apa yang kita hasilkan dari apa yg kita kerjakan. Apakah kesibukan yang dilakukan membangun hidup kita? Sibuk bukan jaminan kepenuhan hidup. Kita bisa amat sangat sibuk tapi tidak kemana – mana. Jika tidak ada tujuan, maka tidak ada masa depan.

Aktif menandakan kita hidup tapi don’t just be active, but be effective.  Jangan fokus dengan being busy, but focus on living the purpose. Miliki hidup yang penuh, bukan hidup yang kepenuhan. 

Contoh – kalau kita menyimpan/memasukkan banyak barang ke dalam rumah tanpa memikirkan apa yang perlu atau tidak, rumah kita akan menjadi penuh sesak, bahkan hal ini menyebabkan barang yang sebenarnya diperlukan malah menjadi tidak muat.

Sama halnya dengan hidup kita. Jangan memasukkan hal-hal yang tidak penting dalam hidup kita. Jangan sampai kesibukan membuat kita lupa tujuan hidup kita.

We need to do something, NOT we need something to do. Your purpose is discovered when you use your gift/strength for honorable reasons.

Mengenal diri sendiri sangat penting, apa yang kita beri makan untuk kehidupan rohani diri kita sendiri, jangan hanya pusing mencari tujuan hidup kita terus. Cara kita semua berbeda-beda dalam mencari makanan dalam kehidupan kita, seperti hal-nya macan yang berani menghadang untuk mencari mangsa, namun sebaliknya kucing merasa cukup puas untuk melakukan hal yang sama dengan mengorek-gorek sampah. Jangan memberi makan kehidupan rohani kita hanya dengan sampah-sampah saja. Sangat penting untuk kita mengerti siapa kita sesungguhnya.

3. Fullness of Life is not what happen to you but how you respond to what happen to you.
Supporting Verse – Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Yeremia 29:11 TB

Tuhan tidak memberi kita rancangan kecelakaan, namun Ia memberikan rancangan yang damai sejahtera & penuh harapan. Dalam segala hal, Tuhan tetap baik walaupun kita tidak mengerti mengapa sesuatu, baik atau buruk terjadi kepada kita, namun Tuhan tetap mengasihi kita. Yang terutama adalah bagaimana kita merespon situasi apa yang terjadi kepada kita, bagaimana kita merespon panggilan Tuhan, bagaimana kita merespon tekanan kehidupan sangatlah penting, apakah dengan ketakutan, kekhawatiran, kemarahan, atau bahkan penyesalan.
Banyak orang hidup dalam penyesalan. Menghidupi hidup dengan ‘pikiran bahwa “seharusnya dulu begini atau begitu”, Kehidupan seperti itu akan sangat melelahkan. Namun yang terbaik adalah merespon dengan iman, tanpa iman hidup kita tidak berkenan. Iman itu sama dengan perjuangan.

If you won’t fight for it you won’t get it.

Supporting Verse – “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” Roma 8:5-6 TB

‭Seringkali kita harus mengingatkan diri kita kalau kita kuat karena ada roh Tuhan yang tinggal di dalam diri kita. Kita tidak akan memiliki kekuatan untuk berjuang kalau Roh Allah tidak ada dalam kita.

Supporting Verse –
“janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” Yesaya 41:10

Kalau Roh Allah ada di dalam kita, maka setiap perkataan kita akan ada kehidupan. Kita bisa menang dalam pertarungan karena roh Tuhan ada dalam kita. Jangan hancur dalam tekanan, Kita bisa mengutuk apa yang terjadi dalam diri kita atau kita bisa memilih untuk meresponi hal itu dengan baik.

Its up to you. You can curse or choose to respond well.  Fullness of Life = Fullness of God

Kalau kita penuh dalam Tuhan, maka kita akan memiliki kehidupan yang penuh dan menghidupi tujuan hidup (purpose) kita. Suatu hari nanti, kita akan sampai di kehidupan yang di atas rata-rata, hingga sampai di akhirnya Tuhan akan berkata, “Well done, my daughter. You have live your life to the fullest”.