Harta yang Sesungguhnya By Ps. Alvi Radjagukguk

JPCC Kota Kasablanka Service 3 (8 Oktober 2017)

Bulan ini kami masih berbicara mengenai True Riches atau Kekayaan yang Sesungguhnya.

Dengan kemajuan jaman dan teknologi serta ditambah maraknya media sosial pada jaman sekarang, seringkali kita menjadi salah kaprah dalam menentukan nilai dan prioritas yang dulu penting menjadi tidak terlalu penting sekarang ini, dan begitu juga sebaliknya.

Dunia dengan nilai-nilainya tanpa kita sadari akan mengkondisikan kita untuk memiliki nilai-nilai sebagai berikut :

A. Dengan maraknya Program Talent Show, Kita menjadi terdorong untuk memberikan apresiasi lebih terhadap Talenta daripada Karakter seseorang.

B. Kita juga terpaksa lebih menilai Uang ketimbang Hubungan sehingga banyak pernikahan, keluarga atau persahabatan yang hancur karena itu.

C. Kita juga dikondisikan untuk mencari kehebohan dan stimulasi adrenaline (atau sekarang dikenal dengan istilah “YOLO, atau You Only Live Once), ketimbang mencari damai sejahtera.

D. Kita juga dipaksa untuk begitu menjunjung tinggi “Happiness”, tanpa kita sadar bahwa “Happiness” ini seharusnya bersifat situasional. Alkitab menjanjikan sukacita yang internal, sementara Happiness bersifat eksternal.

E. Hari-hari ini kita juga dikondisikan untuk menilai tinggi kecepatan atau sesuatu yang instant, baik di dalam alat selular atau wi-fi yang menjadi sangat penting, padahal Alkitab mengajarkan bahwa kita semua perlu proses, terutama dalam memilih pasangan hidup.

F. Kita juga dipaksa untuk memilih kenikmatan sesaat dibanding fokus dalam sesuatu yang bersifat jangka panjang. Istilah yang populer adalah #NikmatiHQQ

– Kita juga dipaksa untuk memiliki dan mengalami segala sesuatu yang kekinian, terutama dalam hal gaya baju di jaman sekarang yang makin cetar, pendek, meliputi bulu mata, dsb.

Dunia tidak mengajar kita untuk berkata cukup akan apa yang kita punya. Dalam istilah sekarang, istilah #FOMO (atau dikenal Fear of Missing Out) sangat sering dikumandangkan, yang berarti takut untuk ketinggalan akan sesuatu yang seru diluar sana dan dipicu oleh postingan media sosial.

Seperti yang pernah dikemukakan oleh Ps. Jeffrey, Kalau kita tidak bisa handle gaya hidup dan berkat orang lain, lebih baik kita tidak mengikuti media sosial orang itu.

Karena pengaruh Dosa, kita lebih condong untuk fokus akan kepuasan diri sendiri dan sesuatu yang tidak bersifat kekal.

Jangan sampai kita menjadi orang yang setiap minggu datang ke gereja, ada di komunitas DATE, agamawi tetapi tidak rohani, serta tidak berakar pada Firman Tuhan.

Mana nilai yang benar dan perlu dibangun dan mana yang perlu ditinggalkan? Hal ini penting agar kita punya prioritas hidup yang benar karena sebagai gereja kita mempunyai misi untuk membangun generasi bintang yang berkenan kepada Allah dan dihormati manusia.

Opening Verse – “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” ‭‭2 Timotius‬ ‭3:1-5‬ ‭TB‬‬

Harta seseorang terlihat dari Nilai yang dihidupinya, dan Nilai akan termanifestasi dalam Prioritas.

Kalau kesehatan menurut kita penting, maka kita akan menjaganya dengan baik, atau jika anda berpikir bahwa kedewasaan itu penting dalam komunitas, maka anda akan memutuskan untuk tetap berada di dalamnya dan membantu menyelesaikan masalah yang ada. Jika anda melihat bahwa pernikahan anda penting, maka anda akan selalu suka belajar dalam setiap seminar pernikahan yang ada.

Supporting Verse – “Jesus said to his disciples, “There was once a rich man who had a manager. He got reports that the manager had been taking advantage of his position by running up huge personal expenses. So he called him in and said, ‘What’s this I hear about you? You’re fired. And I want a complete audit of your books.’

“The manager said to himself, ‘What am I going to do? I’ve lost my job as manager. I’m not strong enough for a laboring job, and I’m too proud to beg. . . . Ah, I’ve got a plan. Here’s what I’ll do . . . then when I’m turned out into the street, people will take me into their houses.’

“Then he went at it. One after another, he called in the people who were in debt to his master. He said to the first, ‘How much do you owe my master?’ “He replied, ‘A hundred jugs of olive oil.’ “The manager said, ‘Here, take your bill, sit down here—quick now—write fifty.’ “To the next he said, ‘And you, what do you owe?’ “He answered, ‘A hundred sacks of wheat.’ “He said, ‘Take your bill, write in eighty.’ “Now here’s a surprise: The master praised the crooked manager! And why? Because he knew how to look after himself. Streetwise people are smarter in this regard than law-abiding citizens. They are on constant alert, looking for angles, surviving by their wits. I want you to be smart in the same way—but for what is right —using every adversity to stimulate you to creative survival, to concentrate your attention on the bare essentials, so you’ll live, really live, and not complacently just get by on good behavior.”

Jesus went on to make these comments: If you’re honest in small things, you’ll be honest in big things; If you’re a crook in small things, you’ll be a crook in big things. If you’re not honest in small jobs, who will put you in charge of the store? No worker can serve two bosses: He’ll either hate the first and love the second Or adore the first and despise the second. You can’t serve both God and the Bank.” ‭‭Luke‬ ‭16:1-13‬ ‭MSG‬‬

Tuhan menggambarkan perumpamaan ini bahwa Dia sebagai Tuan-nya, dan kita adalah bendahara-nya, Tuhan sebagai Tuan yang begitu kaya sampai dia membutuhkan seorang estate manager atau portfolio manager jika digambarkan dalam kehidupan sekarang.

Saking dipercayanya. bendahara ini diberikan kuasa untuk mengadakan transaksi atas nama Tuan-Nya, sayangnya bendahara ini yang tadi dipercaya mulai berani berbuat macam-macam karena tidak bisa handle kekayaan Tuan-Nya, itulah yang terjadi.

Dia menghamburkan dan memakai kekayaan Tuan-Nya untuk hal-hal yang tidak seharusnya dipakai.

Kata Menghamburkan dalam bahasa asli adalah “Diaskorpizo“, kata yang sama juga dipakai dalam kisah anak bungsu yang hilang, yang pergi menghamburkan kekayaan Bapa-nya.

Di dalam 2 transaksi si Bendahara sebelum dia benar-benar berhenti, justru sang Tuan malah memuji tindakan bendahara ini disini sebagai cerdik? Kenapa? Karena Tuan-nya tetap mendapatkan bagian yang semestinya.

Kata Cerdik disini diambil dari kata “Phronimos“. Cerdik sepeti ular dan Tulus seperti Merpati.

Ada 2 macam Harta menurut Firman Tuhan :

1. Harta Duniawi, yang terlihat dengan ciri-ciri sebagai berikut :

A. Mentalitas yang ada di dalamnya adalah “dihamburkan”.

Hari-hari ini susah untuk menilai dan mem-filter pengertian dari “Apa yang Bagus untuk dimiliki” atau “apa yang Harus untuk dimiliki?” Apa yang bagus untuk dimiliki belum tentu harus dimiliki, seringkali kita suka “menghamburkan” materi karena merasa bahwa hal itu adalah kepunyaan kita dan hal itu ada karena hasil keringat kita sendiri.

Saya melihat ini sebagai hal yang ironis, Ironis dengan arti yaitu memiliki gaya hidup yang tidak semestinya untuk menyenagkan orang yang tidak dikenal atau bersaing dengan orang di sekelilingnya.

B. Harta Duniawi mempunyai orientasi bahwa segala sesuatu diukur dengan gengsi.

C. Pendekatan di harta duniawi fokus di kenyamanan.

Dalam pemikiran Harta Duniawi, kita selalu berpikir akan dampak sebesar apa yang didapat untuk hal-hal yang kita miliki seperti bisnis yang ada, kita tidak fokus dengan kepentingan si Pemberi, yaitu Tuhan.

D. Harta Duniawi bersifat sementara. Harta Duniawi selalu berarah pada “perhambaan”, bisa jadi ini bukan hanya dalam materi tetapi juga di dalam media sosial yang anda punya.

Lebih nyaman manakah yang anda lakukan sebelum memulai hari anda? Media Sosial atau Firman Tuhan?

Mamon akan membuat anda untuk selalu ingin memiliki dari yang sudah dimilki dan tidak pernah puas, sama dengan pengertian Rakus yaitu ingin memperoleh lebih banyak dari yang diperlukan.

Mengabdi melalui Harta duniawi dan menilainya begitu tinggi, sehingga kita :

1. Menaruh kepercayaan dan iman kepadanya

2. Memandangnya sebagai sumber jaminan dan kebahagian

3. Menjadikannya harapan masa depan

4. Menginginkannya lebih daripada Kebenaran dan Kerajaan Allah.

Supporting Verse – “Wealth from get-rich-quick schemes quickly disappears; wealth from hard work grows over time.” ‭‭Proverbs‬ ‭13:11‬ ‭NLT‬‬

2. Harta Yang Sesungguhnya, dengan ciri-ciri yang terlihat sebagai berikut :

A. Mentalitas yang ada di dalam adalah “dikelola”. Karena disini kita menjadi seorang steward atau pengelola, dan tahu bahwa ini bukan milik saya dan saya berkewajiban untuk mengelola-nya.

Anda harus cinta proses dan harus ada kerja keras disini.

B. Pendekatan di Harta yang Sesungguhnya ada melalui tantangan, masalah dan kesulitan yang ada, semua ini untuk memicu potensi dan kreativitas yang terpendam dari diri anda.

Disinilah anda mulai menyadari bahwa ada sebuah potensi yang anda tidak sadari punya sebelumnya.

8 tahun lalu saya ditantang Ps. Jefrrey untuk berkotbah, saya akan menyesal sekali kalau saya tidak mengambil kesempatan itu.

Kedewasaan dan Hadirat Tuhan, terutama dalam Hadirat Tuhan adalah segala-galanya yang harus anda miliki di dalam masalah yang anda punya.

C. Tuhan ingin anda menjadi Pengelola yang Setia, kita yang besar, harus belajar untuk menghargai apa yang sedikit, tidak penting dan hina yang ada di dalam tangan kita.

Kalau kita setia, kita bisa memakai segala sesuatu yang kecil, hina, tidak penting, tetapi kita tanyakan untuk kepentingan siapa? Kita baru bisa setia kalau kita memikirkan kepentingan Si Pemberi, atau Tuhan.

D. Harta yang Sesungguhnya selalu berhubungan dengan hal -hal yang kekal, Tuhan tidak bisa dibandingkan tetapi di ayat ke 13, Dia sengaja membandingkan ini untuk mengingatkan kita agar kita bisa berhati-hati dalam meresponi kekayaan yang kita punya.

Kata mengabdi berasal dari bahasa asli yang artinya melayani. Harta yang sesungguhnya akan membawa kita mendekat kepada Tuhan.

Penyesalan selalu bersifat dan ada dalam area hubungan dan relasional, Jangan mengorbankan hal-hal yang tidak semestinya dikorbankan karena kita salah menilai prioritas.

Carilah kebiasaan dan nilai yang menjunjung tinggi harta yang sesungguhnya, pilih siapa yang ada di sekeliling ada agar pertemanan anda membawa anda ke dalam harta yang sesungguhnya.

Harta yang Sesungguhnya tidak berasal dari kepemilikan atau pencapaian kita, tetapi ada dari nilai yang dihidupi dan diteruskan kepada generasi berikutnya.

Closing Verse – “Therefore if you have been raised with Christ [to a new life, sharing in His resurrection from the dead], keep seeking the things that are above, where Christ is, seated at the right hand of God. Set your mind and keep focused habitually on the things above [the heavenly things], not on things that are on the earth [which have only temporal value]. For you died [to this world], and your [new, real] life is hidden with Christ in God.” ‭‭COLOSSIANS‬ ‭3:1-3‬ ‭AMP‬‬

Question to Discuss in Small Group :

1. Apa suatu hal yang anda paling junjung tinggi dan mengapa?

2. Apa satu hal yang paling anda ingin orang-orang terdekat anda pelajari dari anda atau ingat tentang anda?