Love as a Baton to be Passed On by Ps. Paul Scanlon

JPCC Young Adult Service (12 August 2017)

Hubungan antara kita dengan Kasih adalah seperti ibarat-nya disaat kita memegang suatu hadiah yang berharga, disaat kita memandang Kasih seperti hadiah, maka kita akan merasa memiliki, melindungi dan mempertahankan-nya. Pada saat saya yakin akan hal ini (Love is a Gift), maka itu akan berhenti di saya, hal ini akan menjadi diam begitu Kasih hadir dan tiba di dalam hidup saya.

Apa yang terjadi kalau kita memperlakukan Kasih sebagai Hadiah yang kita terima?

Kita akan menjadi orang yang senantiasa hanya menjadi penikmat cinta kasih saja, Kita akan menjadi ahli bagaimana kita ingin dikasihi, bagaimana menjadi pengendali, pemelihara dan penumpuk daripada Kasih yang kita terima dalam kehidupan.

Di dalam sejarah gereja, ini adalah 2 kisah yang saya ingin share, Bagaimana Gereja bisa berfungsi dan berjalan dengan baik sangat tergantung dengan bagaimana mereka melihat Kasih, sebagai salah satu sudut pandang yang kita bahas disini.

Jika sebuah gereja melihat Kasih sebagai hadiah untuk mereka nikmati saja, maka generasi tersebut pasti tidak akan bisa menjangkau apa-apa bagi Tuhan dalam masa kehidupan mereka, tetapi jika Gereja tersebut mampu melihat Kasih sebagai Tongkat Estafet yang perlu mereka serahkan dan lanjutkan kembali, pada saat itu-lah akan banyak perubahan dan catatan sejarah yang mampu dilakukan oleh Gereja karena mereka punya perspektif yang berbeda.

Orang Farisi dan Orang Agamawi melihat Kasih sebagai hadiah dan sesuatu yang mereka terima, dan pada saat Yesus datang dan mengambil Kasih sebagai sesuatu yang bisa dilanjutkan, apalagi dilanjutkan kepada orang-orang yang menurut mereka tidak pantas untuk dikasihi, hal ini membuat orang farisi sangat kesal dan marah.

Pada saat Yesus menceritakan perumpamaan pesta yang besar, dan si pemilik pesta ini pergi mengundang orang yang selalu dia undang, dan orang-orang yang ada di daftar undangan memberikan alasan mengapa mereka tidak bisa datang, dan sang pemilik pesta berkata kalau begitu, libatkan juga-lah orang-orang yang sebelumnya tidak pernah terpikir untuk diundang,

Yesus berkata bahwa jangan hanya mengundang orang-orang yang sama dan aman untuk anda saja seperti keluarga dan sahabat terdekat anda di sebuah pesta, tetapi undang juga orang yang berbeda dengan anda, dan bahkan mungkin menakutkan diri anda.

Ada sesuatu yang ada di dalam Kasih yang akan menolak untuk hanya sekedar bertahan di dalam diri seseorang saja, disaat kita menahan kasih, kasih itu menjadi pudar dan ada masa berlaku-nya. Ada beberapa gereja yang mempunyai bau bangkai karena mereka menahan kasih itu terhadap diri mereka sendiri terlalu lama, dan ini membuat mereka menjadi kelompok eksklusif yang hanya memikirkan diri sendiri.

Kasih tentu tersedia, tetapi hanya diberikan kepada mereka yang menjadi “anggota” gereja itu saja, ini sempat terjadi di gereja kami sampai tahun 1990an dimana saya mengubah ide tentang kasih, dari sebuah hadiah menjadi sebuah tongkat estafet yang harus dilanjutkan.

Disaat kita mulai memberikan dan menyalurkan Kasih, maka terjadi perubahan besar di gereja kami, dimana kami merubah pola pikir Kasih dari sesuatu yang hanya kita cicipi menjadi sesuatu yang perlu kita lanjutkan. Saat kita membuat Kasih sebagai tongkat estafet, bukan sekedar sesuatu yang kita cicipi, maka Kasih ini tidak akan bisa diam di dalam hidup anda saja. Seperti tongkat estafet dalam lomba lari, tujuan dari tongkat atau baton ini adalah terus berada di suatu pergerakan, jika anda menahan atau menjatuhkan tongkat ini maka pertandingan ini akan berakhir.

Tongkat Estafet ini tidak menjadi milik salah satu pelari yang ada, dan tidak ada yang menyimpan dan membawa tongkat ini di rumah, karena tongkat estafet ini tidak memiliki fungsi kegunaan selain di luar “pergerakan”.

Saya ingin share mengenai hal ini kepada generasi milenial, karena secara umum generasi ini tidak dikenal sebagai generasi yang dengan alamiah bisa melakukan hal ini.

Generasi saya, dikenal dengan generasi Baby Boomers, adalah Generasi pasca perang dunia mempunyai masa kecil yang sangat berbeda dengan generasi milenial, karena pada umumnya generasi milenial mempunyai sikap “entitlement” (rasa pantas) untuk menerima sesuatu, rasa pantas menyebabkan kita lebih merasa pantas untuk menerima sesuatu, daripada melanjutkan sesuatu.

Kami sebagai Generasi Baby Boomers mempunyai etika masa pengasuhan orang tua yang berbeda, kalau kita tidak bisa mengubah pola pikir generasi milenial mengenai kasih sebagai sesuatu yang perlu dilanjutkan, bukan hanya dicicipi saja, maka masa depan gereja akan terancam. Saya percaya bahwa Tuhan lebih tertarik bagaimana mencintai melalui kita, daripada hanya sekedar mencintai kita saja.

Kalau anda bisa mulai bangun pagi besok, dan berkata bahwa apa yang anda rasa dan miliki adalah sesuatu yang bisa anda lanjutkan kepada orang lain, tetapi jika anda masih menolak untuk memilih-milih kepada siapa anda bisa melakukan ini, memilih-milih kepada siapa anda dapat menyalurkan kasih anda, berarti anda masih memperlakukan ini sebagai suatu hadiah yang anda cicipi karena anda masih mempunyai rasa memiliki di dalam-nya.

Kita adalah 99 domba yang ada di dalam Tuhan, dimana Tuhan selalu mencari salah satu domba yang hilang, dimana seperti anda dan saya pernah berada dalam posisi seperti itu, Dia datang khusus untuk bisa menjangkau dan melanjutkan kasih kepada mereka yang hilang.

Anda pernah ingat cerita dimana Yesus pernah melihat pohon ara yang tidak berbuah, dan dia sangat kesal dan mengutuk pohon itu, mungkin murid-muridnya berpikir bahwa itu adalah Hari Buruk bagi Yesus, sampai dia mau mengutuk pohon itu. Tetapi apa yang Yesus coba katakan adalah bahwa Pohon itu hanya menerima tanpa bersedia untuk memberi, si pohon sudah mendapatkan nutrisi dari akar, air, hujan dan sinar matahari, bahkan sudah mendapat perhatian dari tukang kebun, tetapi dia tidak bersedia memberikan buah yang seharusnya diberikan.

Yesus mengutuk pohon itu karena melanggar mandat penciptaan yang Tuhan pernah ucapkan. Di Kitab Kejadian 1, dikatakan bahwa ada hukum yang berlaku di dalam penciptaan, hukum reproduksi yang bersifat melanjutkan, atau hukum generasi sebagai hukum yang mewariskan, dan Pohon Ara ini melanggar hukum ini.

Gereja banyak yang seperti Pohon Ara ini, sebagai pohon yang dirawat dengan sangat baik tetapi menolak untuk memberi. Pada saat gereja kami mencoba membuka diri untuk melayani orang-orang yang miskin dan terluka, ada begitu banyak orang kristen yang menulis dan menggerutu kepada saya, bahwa mereka merasa tidak nyaman kenyamanan mereka diusik oleh kedatangan orang-orang seperti itu. Kami saat itu lupa, tetapi kami tidak boleh lupa lagi bahwa kami adalah pembawa, bukanlah pemilik dari tongkat estafet kasih ini, kita bukan pemilik-nya dan tidak bisa menyimpan serta mengendalikan-nya. Itu bukan cara bagaimana saya dan anda dijangkau Tuhan.

Masih merupakan suatu rahasia tentang bagaimana gereja bisa bertumbuh di eropa, seolah-olah ada resep rahasia untuk bisa melakukan hal ini. Tetapi hidup dan gereja kita bertumbuh disaat kita memberikan cinta kasih yang ada dalam hidup kita kepada orang lain.

Saat anda melihat kasih sebagai suatu hadiah yang dicicipi, anda tidak akan pernah bisa merasa cukup dikasihi oleh siapa-pun juga, anda ingat saya pernah mengajar bagaimana hidup penuh dan mati secara kosong, saya yakin Tuhan ingin mengakhiri hidup kita dengan keadaan dimana kita sudah melanjutkan kasih secara maksimal dalam hidup.

Sebuah Revolusi Kasih bisa dimulai disaat  kita melihat kasih sebagai sesuatu yang harus anda bagikan, sebab jika anda melakukan ini, anda tidak akan bisa mengendalikan apa yang akan terjadi selanjutnya dan tidak mengharapkan apa-apa setelah memberikan kasih, tanpa ada hal timbal balik.

Mulai bayangkan saat anda memulai hari kerja anda besok, lanjutkan dan berikan tongkat estafet Kasih yang anda pegang kepada seorang yang lain, jangan terlalu fokus pada kebersamaan yang ada apabila anda tidak bisa melanjutkan kasih yang ada.

Untuk mengundang seseorang ke gereja bahkan termasuk tindakan yang mengasihi, kita sering terjebak dengan ajaran janji ilahi, untuk menunggu saat yang khusus dengan penuh-nya intervensi Tuhan untuk memulai melakukan penginjilan kepada orang asing yang tidak dikenal, hal ini jika tidak dilakukan dengan bijak maka kesan-nya akan terlalu memaksa, kita tidak akan bisa bertumbuh kalau kita hanya mengundang secara memilih-milih kepada orang tertentu saja.

Mari kita memulai revolusi kasih dengan membagikan cinta kasih, dimanapun kita berada dalam setiap kesempatan dalam sepanjang hari kepada siapa saja, mengijinkan mereka tahu agar mereka tahu bahwa anda memperhatikan mereka.

Orang-orang yang kapar, haus, terluka dan telanjang adalah orang-orang yang mewakili Yesus, Kita seharusnya tidak hanya mengkotbahi, tetapi juga mengasihi mereka. Anda dan saya bukan penyimpan Kasih, kalau anda sudah dikasihi Tuhan maka anda harus dan wajib mengasihi orang lain.

Bersediakan anda merasa ditolak dan salah dimengerti pada saat anda melanjutkan Kasih yang anda terima dari Tuhan? jangan memilih-milih untuk kepada siapa anda akan melanjutkan Kasih Tuhan karena anda akan terkejut dengan hasil-nya, anda tidak akan pernah bisa menemukan orang yang siap menerima Kasih jika anda terlalu sibuk untuk memilih-milih kepada siapa anda harus lanjutkan dan berikan Kasih Tuhan dalam hidup anda.