JPCC Kota Kasablanka Service 3 (23 Feb 2020)
Bulan ini kita membahas tema relationship atau hubungan yang didasari dengan tema tahunan kita yaitu Presence. Relationship tidak akan pernah habis dalam kehidupan kita, dan Tuhan menganugerahkan kita Kasih sebagai pengikat dalam hubungan.
Disaat bersamaan, Tuhan juga memerintahkan kita untuk mengasihiNya kembali, oleh pengorbananNya Dia menebus setiap dosa kita, dan kita mengasihi Tuhan karena itu adalah perintahNya dengan cara menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan, senantiasa melakukan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.
Opening Verse – “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 22:36-40 TB
Membaca Firman dengan tujuan untuk semakin mengenalNya, dan membuat kita semakin bisa mengasihiNya. Melalui penyembahan kita, kita sedang memuji dia, dan disaat kita berdoa, kita juga sedang mengasihiNya.
Melalui ayat diatas, kita juga harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri. Kita bernilai tinggi di mataNya, dan oleh karena itu kita harus bisa mengasihi diri kita sendiri dan juga sesama kita.
Kenapa harus ada hukum kedua untuk mengasihi sesama kita? Karena kita diciptakan sebagai mahluk sosial untuk berinteraksi dengan orang lain, kita perlu orang lain dan tidak bisa hidup dalam kesendirian. Kita tidak bisa hidup mengisolasi diri kita sendiri karena kita diciptakan Tuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Hukum pertama untuk mengasihi Tuhan bersifat vertikal, tetapi hukum kedua untukmengasihi sesama bersifat horizontal. Tuhan memberikan kita kash dalam berhubungan. Sewaktu kita menunjukkan bahwa kita sedang mengasihi sesama, itu menunjukkan bahwa kita juga mengasihi Tuhan karena hukum pertama dan kedua ini sama.
Kita harus mengasihi semua orang, dan bukan orang yang baik kepada kita saja. Kita harus belajar untuk mengasihi orang yang juga merusak atau merugikan kita karena inilah perintah Tuhan.
Bagaimana untuk menghadapi keadaan seperti ini? Mari kita belajar dari kisah Paulus, seorang pelayan yang setia dan dipercaya Tuhan untuk melakukan perkara-perkara yang ajaib dan memberkati banyak orang. Terutama dalam kisahnya dengan seorang peramal atau ahli tenuh yang dia sembuhkan dan membuat para pembesar kota melawan dirinya.
Supporting Verse – “Setelah mereka membawa keduanya menghadap pembesar-pembesar kota itu, berkatalah mereka, katanya: “Orang-orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi, dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya.” Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!” Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” Jawab mereka: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.” Kisah Para Rasul 16:20-34 TB
Beberapa dari kita mungkin pernah atau sedang mengalami hal yang sama, dimana ada beberapa orang yang menghambat rencana Tuhan dalam hidup kita, dan itu bisa terjadi di berbagai aspek baik dalam hubungan kita, pelayanan, pekerjaan atau bahkan bisnis yang sedang kita jalankan.
Di dalam amarah dan kekesalan karena pergumulan yang Paulus hadapi, dia tetap berdoa dan menyanyikan pujian serta menghargai hadirat Tuhan. Itulah yang dinamakan mengasihi dengan segenap hati, jiwa dan akal budinya. Apakah kita bisa melakukan hal yang sama? Bisa tetap berkata bahwa Tuhan itu baik, menyembahNya, dan berdoa disaat kita mengalami pergumulan dalam hidup?
Melalui kisah diatas, Tuhan juga memperlihatkan dampak (gempa bumi yang hebat, dan pintu penjara terbuka) apa yang terjadi jika kita taat kepadaNya. Kepala penjara disana bahkan sampai bertobat disaat melihat Paulus dan Silas. Kalau kita mempunyai sikap yang berbda, orang-orang yang menghambat kita akan terheran-heran melihatnya.
Disaat Paulus terhambat untuk menjalankan rencana Tuhan, disaat dia dibebaskan, dia segera kembali melanjutkan pekerjaan dan pelayananNya, dia tidak mundur dan lari dari itu. Paulus membuktikan itu disaat dia mengatakan kepada Kepala Penjara dan seisi rumahnya untuk bertobat dan menerima Yesus.
Bayangkan jika Paulus berhenti untuk melakukan pekerjaannya, maka musuhnya tidak akan baia menerima Tuhan, tetapi dia memilih untuk setia dan mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa, hati dan akal budinya, bahkan hal ini dia tunjukkan kepada musuhnya sekalipun.
Pengampunan adalah sebuah keputusan yang besar dan berdampak lebih besar kepada diri kita sendiri yang melepas pengampunan, daripada pelaku yang terlebih dahulu menyakiti kita.
Supporting Verse – “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” Lukas 6:27-28 TB
Kita tidak pernah tahu dampak dari sikap yang Tuhan ingin kita lakukan, tugas kita hanya mengasihi mereka, oleh karena itu pilihlah Kasih kepada semua orang karena Kasih adalah sebuah pilihan, keputusan dan berujung kepada perbuatan.
Kasih bersifat aktif dan harus ditunjukkan dan dibuktikan. Seindah-indahnya janji kita tidak akan ada artinya jika tidak dibuktikan, dan ini hanya terlihat dalam keseharian kita.
Supporting Verse – “Anak-anakku! Janganlah kita mengasihi hanya di mulut atau hanya dengan perkataan saja. Hendaklah kita mengasihi dengan kasih yang sejati, yang dibuktikan dengan perbuatan kita.” 1 Yohanes 3:18 BIMK
Kasih ini juga tidak hanya terbatas dengan orang terdekat kita, tetapi juga kepada kolega pekerja, bawahan dan tetangga kita.
Kasih itu.. sabar, Murah hati dan tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, sopan, tidak egois, tidak pemarah, tidak simpan kesalahan orang lain, bersukacita karena keadilan dan kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, itulah yang dinamakan Kasih dan semua ini adalah pilihan dan keputusan, dan tidak terjadi otomatis.
Supporting Verse – “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” 1 Korintus 13:4-7 TB
Semua ini baru bisa kita lakukan disaat kita berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain, lihatlah diri kita sendiri apakah kita sudah melakukan hal diatas, terutama untuk suami dan istri, disaat kita sudah berkata “I love you”, apakah kita sudah melakukan ini dalam hubungan kita?
Closing Verse – “Tetapi kalau setiap kalian menaati Hukum Kasih yang diberikan oleh Raja kita Yesus, maka kamu akan melakukan yang benar— yaitu perintah yang tertulis di dalam Kitab Suci, “Kasihilah sesamamu sama seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.” Tetapi kalau kamu pilih kasih karena kedudukan orang, ternyata kamu berdosa karena melanggar Hukum Kasih itu.” Yakobus 2:8-9 TSI
“Tetapi sifat yang paling penting dari semua ini adalah saling mengasihi. Hendaklah kasih sebagai tali pengikat yang mempersatukan kita dengan sempurna.” Kolose 3:14 TSI
Jadi, pilihlah Kasih karena Kasih adalah pilhan, keputusan dan berujung kepada perbuatan. Baik kepada Tuhan dan juga kepada sesama kita seperti mengasihi diri kita sendiri.