JPCC Kota Kasablanka Service 1 (2 Feb 2020)
Sebelumnya atas nama tim penggembalaan, saya dan team ingin mengucap syukur atas kontribusi dan dukungan dari bapak dan ibu sekalian di acara Vision Day 2020 yang baru diselenggarakan pada awal bulan ini.
Paling tidak, ada dua dimensi dari Hadirat Tuhan, yang pertama adalah “The Omnipresence” of God. Kemaha-hadiran Tuhan dimana Dia hadir di setiap waktu dan tempat. Dimensi kedua adalah “The Manifest” Presence of God, yaitu kehadiran Tuhan yang diwujudkan atau dinyatakan.
Kemaha-hadiran Tuhan bisa terjadi tanpa kita menyadarinya, namun tidak demikian halnya dengan kehadiran Tuhan yang dinyatakan atau dimanifestasikan, karena hal ini justru membangkitkan kesadaran kita akan siapa Tuhan sebenarnya untuk kita, terutama di musim dan situasi dimana Tuhan menyatakan kehadiranNya untuk kita.
Untuk itu, tujuan dari pesan pagi hari ini adalah supaya tidak hanya kita berhenti di sadar akan kemaha-hadiran Tuhan, tetapi kita juga mengalami kehadiran Tuhan. Karena disaat kita mengalami kehadiran Tuhan dengan caraNya yang dia mau, maka kita akan mengakuinya secara penuh di hati dan pikiran kita.
Pengalaman pribadi kita akan kehadiran Tuhan akan menguatkan iman kita, dan hal ini tidak bisa dicuri oleh si jahat. Hadirat Tuhan yang dinyatakan membuat kita mengerti bahwa kehadiran Tuhan itu lebih nyata daripada realita kita.
Terkadang, kita terlalu kewalahan dengan apa yang mata kita lihat sehingga kita lupa bahwa Tuhan tidak hanya hadir tetapi juga sedang dan terus bekerja hanya untuk mendatangkan kebaikan kepada kita yang mengasihiNya. Sulit untuk mengasihi Tuhan jika kita hanya sadar akan kehadiranNya, oleh karena itu kita perlu berpindah dari Sadar, dan juga turut mengalamiNya.
Bagaimana cara kita meresponi kehadiran Tuhan dalam keseharian kita? Bagaimana cara kita mempertahankan kesadaran kita akan kehadiran Tuhan? Ada 3 pemikiran yang ingin saya tanamkan mengenai hal ini :
1. Honoring.
Menghormati dan Menghargai. Perbedaan respect dan honoring adalah kita bisa respek terhadap seseorang tanpa perlu mengekspresikannya. Tetapi Honor selalu kita ungkapkan.
Hormat artinya menghargai (menaruh harga / nilai tinggi) sopan, perbuatan yang menandakan rasa memuliakan (seperti menyembah atau menunduk), menjunjung tinggi.
Contoh : Sewaktu di SD, kita selalu memberikan hormat kepada bendera merah putih disaat ada Upacara Bendera.
Kita perlu membiasakan justru disaat Tuhan hadir, kita perlu menghargai serta menghormati Tuhan.
Supporting Verse – 6:1 Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya. 6:2 Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari Baale -Yehuda dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim. 6:3 Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu. 6:4 Uza berjalan di samping tabut Allah itu, sedang Ahyo berjalan di depan tabut itu. 6:5 Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap. 6:6 Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. 6:7 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. 2 Samuel 6:1-7 TB
Jika kita mengerti konteks yang ada disini, karena mereka tidak hanya menyentuh Tabut Allah, tetapi mereka hanya mengganggap Tabut Allah sebagai tugas dan kotak yang perlu diselesaikan dan untuk mereka, mungkin ini hanyalah sebuah transaksi meskipun mereka sudah mempersiapkannya dengan cukup baik.
Tabut Allah ini juga seharusnya dipikul, dan juga tidak diangkat dengan kereta. Tabut Allah ini juga menandakan Pribadi yang ingin dekat dengan UmatNya. Cara Tuhan untuk memberikan kelegaan adalah dengan memikul Kuk, Kuk berbicara tentang kecepatan dan arahan, serta penundukan diri.
Tuhan ingin dekat dengan kita, tetapi sayangnya kita suka menganggap enteng hal ini. Tuhan kita adalah Tuhan yang relational dan bukan transaksional. Dia ingin dekat dengan kita, sehingga Dia bisa memberikan arahan agar kita tidak burn-out.
Supporting Verse – 6:16 Ketika tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya. 2 Samuel 6:16 TB
6:20 Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: “Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!” 6:21 Tetapi berkatalah Daud kepada Mikhal: “Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, —di hadapan TUHAN aku menari-nari, 6:22 bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu; engkau akan memandang aku rendah, tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati.” 6:23 Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya. 2 Samuel 6:20-23 TB
Raja Daud lebih menghargai siapa Tuhan untuk dirinya, dia membuka jubah kerajaannya dan mengenakan kain efod yang sama dengan budak-budak lain. Dia menghargai kehadiran Tuhan lebih dari siapa dirinya.
Tetapi kita di gereja, bahkan yang berposisi tinggi seperti CEO atau Komisaris mungkin ada yang suka malu untuk mengangkat tangan dan menyembahNya. Terkadang kita lebih menjujung tinggi siapa kita di mata orang daripada siapa Tuhan di mata kita. Kita lebih sadar akan pendapat orang daripada apa kata Tuhan tentang cara kita menghormati HadiratNya.
Kita menjadi terlali terbiasa dengan segala kenyamanan yang ada dan tidak mensyukurinya. Kita tidak bisa menghormati apa yang tidak kita hargai.
Syukuri – Hargai – Hormati.
Supporting Verse – 100:4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! 100:5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun. Mazmur 100:4-5 TB
Jangan menjadi terlalu terbiasa dengan kehadiran Tuhan dan membuat kita menganggap enteng kehadiranNya, membunuh ucapan syukur dan juga ekspektasi kita. Overfamiliarity breeds dishonor, kills gratitude and expectations.
When I worship, I would rather my heart be without words than my words be without heart – LaMar Boschman
Lebih baik hatiku tanpa kata-kata, daripada kata-kataku tanpa hati. Penyembahan bukanlah tentang seberapa bagus suara kita, Kotbah dimulai dari lagu pertama dan Tuhan berpesan kepada kita sewaktu lagu pertama dimulai. Isilah bejana kita dengan hadiratNya.
2. Being Expectant
Menantikan, dan mengharapkan Tuhan. Tuhan ingin mempunyai hubungan yang intim dengan kita. Tabut menjadi simbol hubungan di tengah-tengah bangsa Israel, simbol bahwa Tuhan rindu untuk ada di tengah umatNya dan berperan dalam setiap aspek hidup kita.
Lewat Tabut Perjanjian, Dia juga ingin mendengar kita dan memenangkan kita atas pergumulan yang kita lalui. Bangsa Israel selalu menang, dan itu sebabnya Tuhan mengirimkan seorang Pribadi untuk menjembatani hubungan yang terputus.
Seberapa Tuhan bisa berkarya dalam hidup kita sangat tergantung dari inisiatif kita. Kita tahu Tuhan hadir, pertanyaannya apakah kita mendekat kepadaNya? Mendekat adalah postur untuk menantikan dan mengharapkan.
Supporting Verse – Mendekatlah kepada Allah, maka Dia akan mendekat kepadamu. Hei kamu orang berdosa, jangan lagi gunakan tanganmu untuk berbuat dosa! Murnikanlah hatimu kembali, karena hatimu sudah dicemarkan karena kamu belum memutuskan kalau mengikut Allah atau arus dunia ini. Yakobus 4:8 TSI
Disaat kita berbicara dengan seseorang, jika kita mengharapkan keberadaan orang itu maka disaat kita sedang berbicara dengannya, badan kita akan condong mendekat kepadanya, dan hal yang berbeda berlaku sebaliknya.
Secara teknis, ada beberapa cara untuk mendekat kepada Tuhan, yaitu dengan :
- Doa, pujian & penyembahan
- Meminta arahan dari Tuhan. Tuhan akan mengarahkan, meluruskan dan memperjelas langkah yang harus kita ambil. Kita mengakui bahwa kita memerlukan Tuhan dengan meminta arahan kepadaNya.
- Membaca & merenungkan Firman Tuhan.
- Bersekutu dengan Umat Tuhan yang lainnya. Tertanamlah di Komunitas yang sehat karena Tuhan juga bisa hadir melalui orang lain.
Supporting Verse – Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Amsal 3:5-6 TB
The Lord is saying to His people today: “When you come looking for Me, you’ll find Me. Yes, when you get serious about finding Me and want it more than anything else, I’ll make sure you won’t be disappointed. God’s Decree – Jeremiah 29:13-14 MSG
Janji Tuhan buat setiap orang yang mencari, mengharapkan dan menantikanNya lebih dari nasihat dan siapapun juga, adalah Dia yang akan datang kepada kita, dan juga memastikan bahwa kita tidak akan kecewa. Kalau kita mencari SuaraNya, SuaraNya lah yang akan kita dengar. Seringkali kita lebih suka bertanya kepada orang lain daripada menantikan suara Tuhan terlebih dahulu.
Supporting Verse – 40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. 40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, 40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru : mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. Yesaya 40:29-31 TB
Lesu dan Lelah, kata ‘Lelah’ dari terjemahan aslinya adalah lelah karena kerasnya kehidupan. Setiap dari kita pernah mengalami keadaan dimana kita mau menyerah. Sementara kata ‘Lesu’ mempunyai pengertian sebagai gagal karena kehilangan kekuatan.
Kita tidak sekuat yang kita pikir, kata menanti di ayat diatas adalah sebuah postur ketergantungan dan mengandalkan Tuhan. Menariknya, ada 3 kata kerja dari ayat Yesaya 40 diatas yaitu : Terbang, Berlari dan Berjalan.
Supporting Verse – He gives strength to the weary and increases the power of the weak. Even youths grow tired and weary, and young men stumble and fall; but those who hope in the Lord will renew their strength. They will soar on wings like eagles; they will run and not grow weary, they will walk and not be faint. Isaiah 40:29-31 NIV
Dari terjemahan bahasa inggris, kita bisa melihat bahwa ada kata renew diatas berbicara mengenai terjadi penggantian, dari yang tadinya mengandalkan kekuatan sendiri, dan menjadi mengandalkan kekuatan Tuhan. Dari begitu aktif ingin Terbang, Berlari dan Berjalan, perlahan berubah menjadi lebih santai. More of His Strength, and less of my own strength, itulah Menantikan Tuhan. Sewaktu Tuhan Hadir dan berperkara, disaat ada masalah dan tantangan datang, kita akan bisa berkata “More of His Strength and Less of my own strength, This too shall Pass”.
3. Being Still
Kita hidup di area yang penuh dengan kesibukan, gangguan, ada begitu banyak kebisingan. WHO bahkan menentukan istilah burn-out sebagai sindrom resmi dan sebuah penyakit. Sama halnya dengan Panic attack, menurut saya salah satu penyebabnya adalah kebisingan atau noise. Sibuk atau Bising, dan susah untuk be still.
Supporting Verse – Di sana Elia bermalam di dalam gua. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Elia, sedang apa kau di sini?” Elia menjawab, “Ya Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, saya selalu bekerja hanya untuk Engkau sendiri. Tetapi umat Israel melanggar perjanjian mereka dengan Engkau. Mereka membongkar mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu. Hanya saya sendirilah yang tinggal, dan sekarang mereka mau membunuh saya!”. “Keluarlah dari gua itu,” kata Tuhan kepadanya, “dan berdirilah menghadap Aku di atas gunung.” Lalu Tuhan lewat di situ, didahului oleh angin yang bertiup kencang sekali sehingga bukit-bukit terbelah dan gunung-gunung batu pecah. Tetapi Tuhan tidak menyatakan diri di dalam angin itu. Sesudah angin itu reda, terjadilah gempa bumi, tetapi di dalam gempa itu pun Tuhan tidak menyatakan diri. Kemudian datanglah api, tetapi Tuhan pun tidak berada di dalam api itu. Sesudah itu suasana menjadi senyap, lalu terdengar suatu suara yang kecil lembut. Ketika Elia mendengar suara itu, ia menutup mukanya dengan jubahnya, lalu keluar dan berdiri di mulut gua itu. Maka terdengarlah suara yang berkata, “Elia, sedang apa kau di sini?” Elia menjawabnya, “Ya Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, saya selalu bekerja hanya untuk Engkau sendiri. Tetapi umat Israel melanggar perjanjian mereka dengan Engkau. Mereka membongkar mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu. Hanya saya sendirilah yang tinggal, dan sekarang mereka mau membunuh saya!” 1 Raja-raja 19:9-14 BIMK
Tuhan tentu sudah tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh Elia, Tuhan mengontraskan kehadiran diriNya dari api, gempa dan angin menjadi bisikan yang lembut. Jangan sampai terlalu banyak kesibukan dan bisikan diluar (gempa, api dan angin menandakan hal ini), sibuk tetapi Tuhan tidak ada disana.
Jadwal, oekerjaan, keinginan, dan pelayanan bisa begitu penuh tetapi Tuhan tidak ada disana. Tuhan harus berbisik untuk membuat Elia sadar bahwa Dia ada sangat dekat bersamanya.
Oleh karena itu ada istilah Declutter, to simplify or to get rid of a mess, disorder, complications. Membuang semua noise yang membuat kita tidak mendengar SuaraNya.
Keep decluterring the noices! The less the noise, the clearer the voice.
Singkirkan kebisingan agar kita bisa semakin mendengar suaraNya. Menghormati , menantikan, dan menjadi tenang.