JPCC Kota Kasablanka Service 3 (25 February 2018)
Dalam kelemahan kita, kekuatan Tuhan akan menjadi nyata. Hari ini kita masih akan belajar tentang “Relationship”.
Relationship adalah hubungan, pergaulan dan persahabatan yang akan menentukan siapa kita di masa yang akan datang.
Relationship atau Hubungan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita, sejak dari lahir bahkan sampai kita meninggal nantinya, karena itu kita perlu belajar bagaimana caranya untuk membangun hubungan yang baik dan sehat.
Firman Tuhan memberikan arahan yang cukup banyak dalam hal ini, terutama di Kitab Amsal tentang bagaimana membangun hubungan yang sehat.
Seharusnya kita perlu menjaga paling ketat “Hati” kita, dan bukan hanya menjaga hal material yang kita miliki saja. Kehidupan yang baik dan menyenangkan bisa ada karena hati yang bahagia, kemampuan untuk menjaga hati akan menentukan diri kita.
Opening Verse – “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Amsal 4:23 TB
Dari semua hubungan yang kita punya, ada satu hal atau faktor yang pasti dan selalu sama dalam semua hubungan yaitu ada kita di dalamnya.
Sangat mudah dan sederhana memang, tetapi sangat benar, jadi Kita yang menentukan semua hubungan tersebut baik di dalam hubungan bisnis, pelayanan, relationship, pekerjaan, dan hubungan sehari-hari.
How you value yourself will determine how you behave and how others will treat you – Ps. Jeffrey Rachmat.
Apakah kita bisa menerima, mengasihi dan suka dengan diri kita sendiri? Ada orang yang tidak suka dengan diri sendiri, dan tidak menyukai bentuk fisik dan wajahnya.
Sharing Ps. Jeffrey – Beberapa waktu lalu saat saya di luar negeri dan tidak bisa tidur karena perbedaan jam yang jauh, saya menonton salah satu program TV dan ada sebuah acara dimana seorang wanita muda ingin melakukan operasi karena dia tidak suka dengan bentuk bibirnya, dan ingin melakukan operasi agar bibirnya bisa lebih sedikit seksi.
Ada lagi episode lain dimana ada 2-3 wanita yang tidak suka dengan matanya, pada hal yang sama, apakah kita semua bisa berdamai dengan diri kita sendiri? Dan mengasihi diri kita sendiri?
Itu semua adalah modal dari hubungan yang kita bina, jadi jika kita membangun hubungan dengan orang lain dan kita tidak menyukai diri kita sendiri, sebenarnya kita sedang memberikan sesuatu yang kita tidak suka dan sayangi kepada orang tersebut. Bagaimana hubungan itu bisa menjadi baik?
Kalau kita tidak berdamai dan tidak suka dengan diri kita sendiri, maka kita tidak bisa memberikan yang terbaik pada hubungan tersebut.
Kita seringkali berpikir bahwa yang menjadi masalah adalah orang lain, baik itu adalah pacar, suami, rekan bisnis, rekan pelayanan atau boss kita tetapi sebenarnya seringkali masalahnya adalah diri kita sendiri.
Dalam hal berpacaran, jika semua mantan kita dulu berkumpul dan mendirikan suatu “asosiasi”, maka kemungkinan besar mantan kita semua ini akan sampai pada suatu keputusan bahwa diri kita-lah yang menjadi masalah dan membuat hubungan yang dibina sebelumnya tidak bisa berjalan dengan baik.
We are the common denominator in our relationship, jika kita berdamai dan suka dengan diri kita sendiri, mengasihi dan sayang dengan diri kita sendiri maka dalam setiap hubungan yang kita bina, kita akan memberikan yang terbaik.
Kalau kita mau jujur dengan diri kita sendiri, bukan orang lain yang menjadi masalah dalam hubungan kita. Masalah yang seringkali ada dalam hubungan adalah kita merasakan bahwa diri kita kosong dan berkekurangan, serta mengharapkan bahwa hanya orang lain di sekeliling kita yang bisa melengkapi dan memenuhi diri kita.
Hubungan menjadi kacau karena ada sengketa dan rasa saling menuntut antara satu sama lain.
Supporting Verse – “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Yakobus 4:1-3 TB
Kebanyakan persoalan hubungan dimulai dari apa yang terjadi di dalam diri kita sendiri, itu sebabnya kita perlu menjaga hati kita dengan kewaspasaan.
Ilustrasi – Kalau seorang istri suka uring-uringan, dan suatu waktu disaat dia bangun dari tempat tidur dan telat ke kantor, dia baru sadar bahwa kunci mobil-nya terbawa oleh suami-nya sehingga dia harus naik kendaraan umum.
Dan pada saat dia naik kendaraan umum, mood dia sudah rusak dan sesampainya di kantor, dia sudah merasa sangat kesal dan siap “berperang” dengan orang lain di sekelilingnya.
Supporting Verse – “Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Markus 12:28-31 TB
Melalui Yesus, kita tahu bagaimana menyusun prioritas hidup kita. Jika hukum dilanggar, hak dan kebebasan kita akan diambil dan kita juga bisa terkena denda.
Arti ayat diatas adalah Jadikan Tuhan sebagai sumber dalam hidup kita, sumber hidup kita bukanlah suami, orang tua dan pemerintah kita.
Hanya Tuhan yang bisa mengisi kekurangan kita, mengampuni diri kita sendiri, menaruh nilai yang tinggi atas diri kita sendiri, sehingga kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri dan mengasihi diri kita sendiri.
Tuhan-lah yang menjadi utama dalam hidup kita agar kita menjadi orang yang penuh.
Dalam hubungan antara saya dengan istri saya, Saya belajar bahwa Kebahagiaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri, karena Tuhan adalah sumbernya, bukan pasangan saya.
Pernikahan adalah bonus yang melimpah dan diberikan oleh Tuhan, dan disaat saya berdua dengan istri, kami menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya tetapi bukan berarti kami mutlak harus selalu bersama kapan saja dan setiap waktu, Kita harus merasa aman dengan diri kita sendiri, karena rasa aman didapatkan dari Tuhan, dan bukan dari saya atau istri saya.
Banyak suami yang menyebabkan istrinya yang seharusnya menjadi “Helper” atau Penolong, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Hal ini dikarenakan ada rasa saling menuntut dan tidak ada rasa aman di dalam hubungan mereka. Tetapi kalau kita menjadikan Tuhan yang utama dalam hidup, akan ada rasa aman dan kita bisa berdamai serta berkata cukup.
Supporting Verse – ““Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Yohanes 14:15 TB
Mengasihi Tuhan akan menjadikan Tuhan sebagai pusat pemikiran kita, dan membuat-Nya menjadi yang utama dalam hidup kita, kita akan punya hubungan yang intim dengan-Nya, kita bisa melihat Tuhan di dalam setiap kejadian dan semua area kehidupan, dan kita akan bisa bersyukur di dalam setiap keadaan.
Beberapa hari yang lalu, saat waktu chinese new year atau sin cia, kita semua keluar dari rumah dan melihat langit yang merah saat waktu petang, pada hal yang terlihat sederhana seperti itu, kita bisa bersyukur dan melihat bahwa tangan Tuhan sungguh luar biasa, karena itu saya heran dengan orang percaya yang sebaliknya senantiasa menggerutu dalam hidupnya.
Kalau kita tidak bisa mengasihi diri kita sendiri, bagaimana kita bisa mengasihi orang lain? Sulit untuk mengampuni orang lain kalau kita belum merasakan bahwa Tuhan mengampuni diri kita sendiri.
Kalau kita merasakan kebaikan Tuhan, maka kita akan mampu untuk berbuat baik kepada orang yang tidak baik dengan kita.
Mungkin akan bagi kita untuk bisa menghargai diri kita sendiri, tetapi jika kita datang kepada Tuhan dan Tuhan berkata bahwa “We are the Apple of His eyes”, kita akan mulai melihat diri kita sebagaimana Tuhan melihat diri kita sendiri.
Semua ini bukan karena gagah dan hebat kita sendiri tetapi karena Tuhan yang memampukan kita, sehinga kita bisa memberikan yang terbaik di dalam hubungan kita.
Tuhan ingin mencurahkan Kasih-Nya agar kita bisa berdamai dan mengampuni diri kita sendiri agar kita bisa menjadi saluran kasih bagi orang lain.
Karena kalau kita berubah, semua hubungan yang kita bina akan mulai berubah karena faktor yang sama, di semua area kehidupan kita akan berubah karena kita terlebih dulu berubah karena Kasih Karunia Tuhan.



