Aku Seorang Imam By Ps. Alvi Radjagukguk

JPCC Online Service (17 July 2022)

Selamat hari Minggu untuk setiap Saudara yang mengikuti ibadah daring JPCC. Bagaimana, sudah benar-benar bangun? Sudah sikat gigi? Baik, hari ini kita akan mendengarkan pesan Tuhan, Judul pesan Tuhan hari ini adalah “Aku Seorang Imam”.

Hari ini kita tentunya masih terus belajar tentang imamat yang rajani. Jadi siapkan catatan Saudara, buka hati dan pikiran Saudara, nantikan pesan yang personal, yang pribadi buat Saudara, bahkan melebihi apa yang sedang dikatakan. Saudara yang saat ini mengikuti secara daring, apalagi sambil santai di sofa, saya sarankan untuk ikut mencatat agar Saudara tetap fokus dan juga tidak ketiduran. Konsep imam sebenarnya bermula di Taman Eden, meski tidak dituliskan secara gamblang.

Opening Verse – TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Kejadian 2:15 (TB)

Yahweh Elohim menempatkan manusia pertama di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman tersebut. Kedua kata kerja ini berasal dari bahasa Ibrani yaitu: ‘abad’ (עבד), yang artinya mengerjakan, melayani, dan menyembah, serta ‘shamar’ (שָׁמַר), yaitu merawat, menjaga, melestarikan.

Kedua kata kerja ini merujuk kepada suku Israel yang melayani dan menjaga atau mematuhi firman Tuhan, tapi justru lebih sering dipakai untuk menjelaskan para imam dan suku Lewi, yang melayani Tuhan di kemah pertemuan antara Tuhan dan manusia di zaman itu.

Sebagai imam, Adam dan Hawa diberikan tugas untuk merawat taman yang kudus itu. Lalu Tuhan memberi pesan kepada bangsa Israel melalui Musa di Gunung Sinai.

Supporting Verse – Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.” Keluaran 19:5-6 (TB)

Di sini Tuhan secara gamblang menetapkan bangsa Israel untuk menjadi sebuah kerajaan imam, atau terjemahan bahasa Inggrisnya, “a kingdom of priests”. Lalu di Perjanjian Baru, Rasul Petrus mengulangi prinsip “kerajaan imam (a kingdom of priests)” ini dengan istilah yang mirip. Saudara sudah dengar beberapa kali ayat ini.

Supporting Verse – Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. 1 Petrus 2:9-10 (TB)

Yang tadi dikatakan di Keluaran sebagai kerajaan imam (a kingdom of priests), sekarang istilah yang dipakai imamat rajani, dengan terjemahan bahasa Inggris “royal priesthood”. Kitab terakhir di Alkitab juga mencatat lagi tentang hal ini.

Supporting Verse – Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya – dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, –bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. Wahyu 1:5b-6 (TB)

Kerajaan imam (a kingdom of priests) di kitab Keluaran, kemudian imamat yang rajani (royal priesthood) di 1 Petrus, lalu sekarang kerajaan dan imam-imam (a kingdom and priests). Jadi konsep imamat yang rajani ini awalnya diperkenalkan oleh Musa, lalu diulangi oleh Petrus, dan dipertegas lagi oleh Yohanes di kitab Wahyu.

Kalau sampai diulang, dipertegas, dikatakan berkali-kali, artinya, setiap Saudara dan saya, yang adalah pengikut Kristus, perlu mengerti dan juga menghidupinya. Karena ini adalah sebuah kerajaan yang berisi para imam (a kingdom of priests), satu-satunya cara untuk menjadi bagian dari kerajaan itu tentunya adalah dengan menjadi salah satu dari imam-imam itu.

Itu sebabnya, saya berikan judul firman Tuhan hari ini: “Aku adalah Imam”. Kita adalah imam. Kesimpulannya, Tuhan menentukan Saudara dan saya sebagai orang percaya untuk berfungsi sebagai seorang imam.

Saudara dan saya ditentukan Tuhan untuk berfungsi sebagai seorang imam. Berikut ini tiga fungsi dari seorang imam. Kalau Saudara terus mengikuti ibadah daring, Saudara pernah mendengarnya dari khotbah Pastor Jeffrey dua minggu yang lalu.

Fungsi imam yang pertama adalah bertanggung jawabatas kehidupan rohani keluarga atau orang-orang yang dipimpinnya.

Yang kedua, imam bertindak sebagai mediator atau pengantara antara Tuhan dan umat Tuhan, sebagai penyambung lidah, dan juga sebagai pendoa; Penyambung lidah antara Tuhan dan umat-Nya, pendoa mewakili umat-Nya kepada Tuhan.

Fungsi yang ketiga, imam membawa korban persembahan kepada Tuhan, mewakili keluarga atau umat yang dipimpinnya. Sederhananya, Saudara, fungsi keimaman ini berbicara tentang akses, jalan masuk, sebagai penghubung.

Sebelum zaman Musa, jabatan imam diemban oleh kepala keluarga, diteruskan kepada anak pria yang paling tua. Sebagai keturunan Batak, tampaknya pola patriarki ini terinsipirasi dari ini. Di zaman Musa, suku Lewi ditunjuk sebagai imam, sebagai pemegang akses itu, dengan Harun sebagai Imam Besar. Sedangkan di Perjanjian Baru, Yesus menjadi Pribadi yang berfungsi sebagai Imam dan Raja ini.

Waktu Yesus ada di bumi, Bait Suci di Yerusalem adalah pusat dari ritual agama Yudaisme. Dalam Bait Suci ada tirai yang memisahkan Ruang Maha Kudus, yaitu tempat kediaman hadirat Allah di dunia ini. Tirai ini memisahkan antara Ruang Maha Kudus dan ruangan lainnya, yang adalah simbol dari tempat kediaman manusia. Tirai ini memiliki tinggi sekitar 18 meter, dan tebalnya 10 centimeter.

Jadi betul-betul kuat pasti tirainya ya! Tinggi 18 meter, tebal 10 centimeter. Dengan kematian Yesus, Ia membuka tabir di Bait Suci, yang ketika itu memang memisahkan antara Tuhan dan umat-Nya.

Supporting Verse – Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, Matius 27:50-51a (TB)

Wah, Yesus membuka akses dan menjadi jalan yang kembali menghubungkan antara Tuhan dan manusia. Puji Tuhan untuk Yesus! Sekarang Yesus Kristus menjadi Imam Besar Agung bagi setiap orang percaya. Akses itu menjadi bagian dari setiap Saudara dan saya yang percaya kepada Yesus dan menerima Dia sebagai Juru selamat. Sekarang, setiap orang percaya punya akses langsung kepada Tuhan,tanpa perlu lagi adanya perantara. Dan melalui Yesuslah, kita juga mengemban fungsi imam ini.

Supporting Verse – Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,— sebelumnya kita tidak berani, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri Ibrani 10:19-20 (TB)

Lalu mungkin Saudara bertanya:

  • “Tapi saya ini kenal Tuhan baru-baru ini, kak. Saya masih pendatang baru dalam area kekristenan”,
  • “Saya masih mencari-cari tentang kebenaran.”
  • “Saya ini masih kuliah, masa saya jadi imam?”
  • “Saya belum selesai baca Alkitab,”
  • “Saya ini wanita.Imam ‘kan seharusnya pria.”
  • “Saya ini bukan staf gereja penuh waktu,”
  • “Saya ini masih jomblo.” [hubungannya apa?] dan sebagainya, dan sebagainya, dan sebagainya.

Saudara,imam bicara tentang fungsi, bukan posisi. Imam bukan bicara tentang yang lain-lainnya, melainkan tentang fungsi. Seorang suami bisa punya posisi sebagai kepala keluarga, tapi tidak melakukan fungsi keimamannya. Seseorang bisa saja tidak punya gelar imam, atau mungkin belum “serohani” itu, tapi orang ini berfungsi seperti imam bagi keluarganya, orang-orang sekelingnya, bagi teman-teman di kampusnya, rekan-rekan di kantor dan tempat usahanya, atau bagi saudara-saudaranya di DATE.

Karena sekali lagi, imam bicara tentang fungsi, dan bukan posisi. Setelah kita mengerti bahwa Saudara dan saya adalah imam, bahwa kita ditentukan untuk berfungsi sebagai imam, lalu kira-kira apa manifestasinya dalam keseharian Saudara dan saya? Saya senang Saudara bertanya.

Ada tiga hal yang ingin saya jabarkan dalam kita menjalankan fungsi kita sebagai imam.

Yang pertama, sadari dan yakini identitas Saudara sebagai imam.

Sadari dan yakini bahwa “Ya, saya ini imam. Aku ditetapkan Tuhan untuk berfungsi sebagai seorang imam. Saya adalah imamat yang rajani. Saya adalah bagian dari sebuah kerajaan yang terdiri dari para imam itu.”

Namun kalau Saudara kurang yakin, mari kita cermati bagian dari surat rasul Petrus tadi.

Supporting Verse – Tuhan Yesus adalah batu yang hidup. Batu itu ditolak manusia. Tetapi Ialah yang dipilih Allah dan dihormati— terjemahan bahasa Inggrisnya “precious” (berharga), maka datanglah kepada-Nya. Kamu juga seperti batu-batu hidup yang dipakai Allah untuk membangun bait rohani. Tujuannya adalah supaya kamu melayani Allah di dalam bait sebagai imam-imam kudus, mempersembahkan korban-korban rohani yang akan Ia terima melalui Yesus Kristus. 1 Petrus 2:4-5 (AMD)

Ada beberapa kata kunci yang saya tebalkan di situ. Sama seperti Tuhan Yesus, mungkin Saudara pernah ditolak, pernah dianggap tidak berguna, atau bahkan mungkin dibuang. Namun, ketahuilah, sadarilah, yakinilah bahwa Tuhan tetap memilih Saudara.

Dia tidak perlu lihat CV Saudara dulu, tidak perlu lihat daftar kekurangan, atau bahkan daftar pelanggaran kita dulu. Dia pilih Saudara jadi imam. Tuhan katakan Saudara itu berharga. Meskipun tidak ada orang lain yang mengafirmasinya, atau mungkin orang lain katakan Saudara tidak ada gunanya, tidak berharga, Tuhan katakan engkau berharga, dan Tuhan katakan, “Aku mau pakai engkau, persis di posisimu sekarang.”

Tidak perlu ini-itu dulu, tidak perlu kompetensi ini-itu dulu. Persis di posisimu sekarang, Tuhan katakan Tuhan mau kamu, Tuhan mau pakai engkau, dan Tuhan mau Saudara melayani Dia sebagai imam-imam yang kudus. Saudara ini kudus, dikuduskan oleh pengorbanan Yesus, maka sadarilah dan yakinilah bahwa Saudara adalah seorang imam.

Supporting Verse – Tetapi kamulah bangsa yang terpilih,— kembali tertulis di situ, “terpilih” imamat yang rajani, bangsa yang kudus, — engkau dikuduskan oleh Yesus Kristus—umat kepunyaan Allah sendiri, Saudara dinyatakan sebagai milik Tuhan. 1 Petrus 2:9 (TB)

Mungkin orang-orang sekitarmu, atau bahkan keluargamu, tidak terlalu menganggap engkau sebagai milik. Namun dengarkan hari ini, Tuhan katakan, “Engkau adalah milik-Ku.”

Kata Tuhan, “Aku klaim kepemilikan atas kehidupanmu.” Itu sebabnya, Saudara, kita jangan lupa, jangan sampai kita tidak yakin akan identitas kita ini. Karena ketika kita lupa, tidak yakin bahwa ya, saya ini seorang imam, maka kita sulit untuk berfungsi sebagai seorang imam.

Karena identitas yang salah, identitas yang keliru akan menghasilkan pola pikir, sikap, perilaku atau tindakan yang keliru juga.

Saya ajak kita mengulangi perkataan saya dengan yakin, ya? Belum ada yang tidur ‘kan, ya? Coba cek dulu sebelahnya, kalau ada yang tidur, boleh dicolek sedikit, “Bangun, bangun, pendetanya menggonggong, Radjagukguk.”

Ulangi perkataan saya dengan yakin. Katakan ini, “Aku dipilih Tuhan.” Dengan lebih keras lagi, “Aku ini berharga.” Ya, katakan, “Aku ini kudus.” Ya, katakan, “Aku milik Tuhan.”Ya, katakan, “Tuhan mau pakai hidupku, untuk jadi imam.”

Yang setuju dengan saya, katakan, ‘Amin’. Saudara dipilih Tuhan. Saudara ini berharga. Saudara ini kudus. Kita milik kepunyaan Tuhan sendiri. Dia katakan hidup kita miliknya, bukan milik kita lagi, dan Tuhan mau pakai hidup kita untuk jadi imam. Saudara, setiap orang percaya adalah seperti imamnya sendiri di hadapan Allah.

Kita tidak perlu lagi perantara, kecuali Imam Besar kita yang agung, yaitu Yesus Kristus. Jadi tidak ada yang namanya “imam elit”, yang bisa klaim bahwa dia punya akses khusus kepada Tuhan, atau punya hak istimewa khusus dalam sebuah ibadah atau persekutuan dengan Tuhan.

Saudara pendeta atau bukan, Saudara ketua DATE atau bukan, Saudara staf gereja penuh waktu atau bukan, setiap orang percaya punya akses yang sama kepada Tuhan, karena sekarang kita adalah imam.

Yang kedua,yang perlu kita lakukan dalam menjalani fungsi kita sebagai seorang imam, adalah membawa persembahan rohani yang menyenangkan Tuhan.

Persembahan rohani. Tadi sudah disebut sebetulnya, di dalam 1 Petrus 2:5 (FAYH).

Supporting Verse – Dan sekarang Saudara telah menjadi batu bangunan yang hidup untuk dipakai Allah membangun rumah-Nya. Bahkan Saudara adalah imam-Nya yang kudus. Karena itu, datanglah kepada-Nya—Saudara diterima oleh-Nya karena Yesus Kristus— dan persembahkanlah kepada Allah hal-hal yang menyukakan hati-Nya. 1 Petrus 2:5 (FAYH)

Alkitab Terjemahan Baru memakai kata “persembahan” atau “korban-korban rohani”. Di sini dikatakan, “persembahkanlah kepada Allah yang menyenangkan, yang menyukakan hati Tuhan.” Bagian Tuhan adalah memakai Saudara dan saya untuk membangun bait rohani.

Dikatakan bahwa kita adalah batu-batu yang hidup. Namun bagian kita sebagai batu-batu yang hidup adalah mempersembahkan korban rohani, membawa perkara-perkara yang menyenangkan hati Tuhan. Kita sudah dengar bahwa fungsi imam bahwa dia, seorang imam, pasti, selalu membawa persembahan kepada Tuhan.

Tidak ada imam yang tidak membawa persembahan. Kalau dulu para imam harus mempersembahkan dalam bentuk fisik, yaitu korban-korban bakaran, sekarang kita mengenal istilah “persembahan rohani”, yang berarti bukan korban yang fisik atau korban bakaran lagi.

Sekarang kita membawa persembahan rohani. Ada paling tidak enam korban rohani atau persembahan rohani yang berkenan kepada Tuhan. Mungkin Saudara sudah pernah mendengar beberapa dari padanya, dari khotbah Pastor Jeffrey dua minggu yang lalu. Tidak apa-apa.

Supporting Verse – Berdasarkan semua yang sudah saya jelaskan sebelumnya tentang berbagai cara Allah berbaik hati kepada kita, maka sudah sepantasnya kita membalas kebaikan hati-Nya itu!—benar ya? Janganlah lagi— ini caranya— Janganlah lagi kamu mengikuti cara hidup berdosa yang sudah menjadi kebiasaan orang-orang duniawi. Tetapi hendaklah kamu mengambil keputusan seperti ini, “Ya TUHAN, aku mempersembahkan tubuhku sebagai kurban bagi-Mu!”— walaupun sebenarnya kamu masih hidup. Keputusan itu merupakan persembahan yang suci dan menyenangkan hati TUHAN. Waktu kita lakukan ini, lihat apa yang Tuhan akan lakukan: Dia akan memperbarui pikiranmu masing-masing, sehingga kamu bisa mengetahui apa kehendak-Nya bagimu dan apa yang terbaik dalam setiap keadaan. Kamu semua akan dimampukan untuk mengerti dan memilih apa yang baik, yang paling tepat, dan yang menyenangkan hati TUHAN. Roma 12:1-2 (TSI)

Jadi yang pertama, persembahan rohani yang kita bawa kepada Tuhan adalah tubuh kita.

Secara praktis, hal ini bisa kita lakukan dengan mulai tanya diri sendiri dan jawab dengan jujur, apakah ada cara hidup saya sebagai imam, yang mirip dengan kebiasaan orang duniawi? Atau Saudara bisa melakukannya dengan— kalau memang ada—mulai pisahkan diri Saudara dari pergaulan yang membuatmu sulit menghentikan perilaku atau kebiasaan itu.

Atau, Saudara juga bisa mulai melakukan ini: Berhenti puas dengan hanya mendengar khotbah, tapi mulailah membangun disiplin untuk baca Alkitab sendiri, pelajari sendiri, dan renungkan firman Tuhan.

Ini juga yang akan terjadi dalam kehidupan Saudara waktu Saudara mulai mempersembahkan [tubuh Saudara]. Ketika Saudara hendak menggunakan tubuh untuk perkara yang tidak baik, tapi Saudara mulai berpikir ulang, dan Saudara tidak jadi melakukannya.

Jangan kaget kalau pola pikir Saudara mulai diperbarui, apalagi bila ditambah dengan Saudara disiplin dalam mempelajari firman Tuhan tentang kehidupan Saudara. Itu sebabnya, di akhir ayat tadi, di ayat kedua dikatakan bahwa salah satu tandanya, atau salah satu hasilnya adalah cara pikirnya menjadi progresif.

Kita mulai bisa memilih dan mengerti, dari sekadar apa yang baik,menjadi apa yang paling tepat, apa yang paling benar, sampai ke apa yang menyenangkan hati Tuhan. Jadi cara pikir seorang imam memang sudah selayaknya progresif.

Pengertian dia, dan pemilihan dia terhadap apa yang perlu dilakukan dan tidak dilakukan itu progresif. Terjemahan bahasa Inggrisnya menarik.

Supporting Verse – So here’s what I want you to do, God helping you: Take your everyday, ordinary life—your sleeping, eating, going-to-work, and walking-around life—and place it before God as an offering. Embracing what God does for you is the best thing you can do for him. Don’t become so well-adjusted to your culture that you fit into it without even thinking. Instead, fix your attention on God. You’ll be changed from the inside out. Readily recognize what he wants from you, and quickly respond to it. Unlike the culture around you, always dragging you down to its level of immaturity, God brings the best out of you, develops well-formed maturity in you. Roma 12:1-2 MSG

“Bawalah kehidupanmu sehari-hari—tidurmu —atau dengkuran buat saya— makan, pergi kerja, berjalan-jalan—dan taruh di hadapan Tuhan sebagai persembahan.”

Apa artinya?

Seorang imam mengerti bahwa setiap aktivitas dalam kesehariannya itu, sekecil apa pun itu— bagaimana dia tidur, makan, olahraga, cara menyetir, jalan-jalan— itu juga adalah korban persembahannya kepada Tuhan. Sangat beda, bukan? Ya.

Supporting Verse – Jadi biarlah kita melalui Yesus selalu mempersembahkan kurban pujian kepada Allah —ini berarti berbicara dengan baik tentang Allah, menyatakan karakter-Nya. Ibrani 13:15 (AGS)

Korban persembahan rohani yang kedua yaitu pujian dan perkataan kita.

Saudara bisa melakukan ini dengan tetap memuji Tuhan meskipun rasanya hati ini tak ingin melakukannya, dengan tetap memperkatakan yang baik, meskipun keadaan yang Saudara lihat dengan kasat mata Saudara tidak sebaik yang Saudara inginkan.

Atau bisa dengan Saudara bersaksi, menceritakan kebaikan Tuhan dan siapa Tuhan untuk kita kepada orang lain.

Persembahan yang ketiga, ada di ayat ke-16.

Supporting Verse – Dan jangan lupa untuk melakukan perbuatan yang baik, dan untuk berbagi dengan orang lain apa yang kalian miliki, sebab Allah senang saat kalian melakukan pengorbanan seperti itu. Ibrani 13:16 (AGS)

Korban persembahan rohani yang ketiga, perbuatan baik dan harta milik kita.

Kita bisa melakukannya dengan melakukan kebaikan kepada orang yang menurut kita tidak layak untuk menerima kebaikan kita. Karena kalau kita bisa melakukan kebaikan kepada orang yang juga berbuat baik kepada kita, itu namanya bukan korban, karena tidak perlu pengorbanan.

Namun persembahan yang dimaksudkan di sini lebih sesuatu yang memang membutuhkan pengorbanan. Itu sebabnya, tadi saya katakan, mulai cari atau mulai pikirkan siapa orang yang menurut kita selama ini tidak layak untuk terima kebaikan hati kita, tapi Saudara bisa belajar melakukan perbuatan baik kepada dia.

Atau Saudara berbagi kepada orang yang tidak bisa kembali membagi harta miliknya kepada Saudara. Saudara berbagi kepada dia, bukan karena dia bisa mengembalikannya kepada Saudara. Saudara tetap memilih untuk berbagi meskipun Saudara tahu dia tidak bisa berbagi lagi kepada Saudara.

Korban persembahan rohani yang keempat, ada di ayat berikut.

Supporting Verse – Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. Filipi 4:18 (TB)

Yang keempat adalah pemberian kita bagi pekerjaan Tuhan.

Saudara, meskipun di sini Paulus berbicara tentang pemberian finansial untuk membantu pelayanan Paulus dalam pemberitaan Injil, tapi ketahuilah, pemberian juga bisa berupa waktu Saudara, talenta, tenaga, hati Saudara.

Dengan komoditas waktu yang tidak terlalu banyak, Saudara tetap memilih untuk berkorban, dan berprinsip “Saya masih bisa memberi waktu untuk ini.” Seorang imam melihat sebuah kebutuhan dalam pelebaran kerajaan Tuhan, lalu dia menyediakan dirinya, menyediakan sumber dayanya, untuk berusaha menjawab kebutuhan itu.

Itu sebabnya, waktu Saudara diberi kesempatan untuk mulai ikut memperhatikan orang lain di DATE sebagai Core Team, engkau adalah imam. Katakan ini kepada Tuhan, “Tuhan, ini aku. Aku imam-Mu. Pakai aku untuk bertanggung jawab juga atas kerohanian mereka.” Itu sikap seorang imam. Yang kelima… Sebentar lagi saya selesai. Korban persembahan yang kelima, ada di ayat berikut.

Supporting Verse – Ia sudah menjadikan saya pelayan Kristus Yesus untuk diutus kepada bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Dan saya bertindak sebagai imam, yang mengabarkan Kabar Baik dari Allah, supaya orang-orang yang bukan Yahudi— yang belum kenal Tuhan—menjadi suatu persembahan kepada Allah yang dapat diterima oleh-Nya. Semoga Roh Allah membuat mereka menjadi suatu persembahan yang khusus untuk Allah. Roma 15:16 (BIMK)

Persembahan kelima yang Tuhan sukai dan berkenan atasnya adalah orang-orang yang kita bawa, yang kita perkenalkan kepada Kristus, orang-orang yang kita bawa untuk mengenal siapa Yesus Kristus.

Itu sebabnya, Saudara, jangan ragu, jangan takut untuk memberitakan Kabar Baik kepada mereka yang belum mengenal Tuhan. Atau paling tidak Saudara tetap perlu merawat hubungan, tetap membina, merawat jembatan yang ada dengan orang-orang yang belum mengenal Tuhan.

Pertanyaannya, apakah kita cuek atau tergerak karena belas kasihan waktu melihat orang yang belum mengenal Tuhan? Saya yakin kita sebagai imam tidak akan cuek. Waktu kita mulai peduli, Tuhan akan taruh hati-Nya dalam hati Saudara buat orang-orang yang belum mengenal Tuhan.

Korban persembahan yang menyukakan hati Tuhan yang keenam, yang terakhir,adalah kasih kita.

Supporting Verse – Dalam segala perbuatan hendaklah Saudara mengikuti teladan Allah sebagaimana seorang anak yang sangat dikasihi mengikuti teladan ayahnya. Kasihilah orang lain dengan mengikuti teladan Kristus yang mengasihi Saudara, dan yang memberikan diri-Nya kepada Allah sebagai suatu kurban yang menghilangkan dosa Saudara. Dan Allah bersenang hati, sebab kasih Kristus kepada Saudara bagaikan wangi-wangian yang harum bagi-Nya. Efesus 5:1-2 (FAYH)

Saudara, korban kasih kita ini memang tidak mudah untuk dilakukan, karena standar mengasihinya adalah Kristus yang sudah mengasihi kita. Untungnya Tuhan tidak baper-an seperti kita. Untungnya Tuhan tidak punya kondisi, syarat, atau ketentuan dalam mengasihi kita. Dia mengasihi kita tanpa syarat. Itu sebabnya kita perlu mengingat bagaimana selama ini Tuhan sudah mengasihi kita.

Saudara, layanilah, kasihilah orang lain tanpa pamrih. Kasihi mereka tanpa agenda pribadi. Layani saja, kasihi saja. Tidak perlu timbal balik. Jangan pakai embel-embel; bukan karena “ada maunya”.

Beberapa dari Saudara perlu berhenti mengingat-ingat dosa dan kesalahan yang pernah orang lain buat pada Saudara, karena Saudara adalah imam. Justru tugas Saudara sekarang sebagai imam, yaitu membawa pelanggaran mereka ke hadapan Tuhan: “Tuhan, aku belum bisa mengampuni mereka, tapi aku bawa dia ke hadapan-Mu. Ampuni dia, Tuhan. Bantu aku juga mengampuni dia, dalam nama Yesus.”

Yang terakhir, langkah ketiga, implementasi ketiga yang kita bisa lakukan dalam keseharian kita sebagai imam. Saudara ingat yang pertama? Sadari dan yakini bahwa Saudara adalah seorang imam.

Yang kedua, bawa korban persembahan rohani yang menyukakan, menyenangkan Tuhan.

Yang terakhir, membawa perubahan. Semua katakan, ‘perubahan.’

Ya. Membawa perubahan di area tertentu.

Supporting Verse – Tetapi kita sudah dipilih Allah menjadi umat-Nya yang istimewa, bangsa yang suci, dan imam-imam untuk melayani Dia yang adalah Raja Agung. Semuanya itu diperbuat Allah bagi kita supaya kita mengabarkan hal-hal luar biasa yang sudah Dia lakukan, khususnya ketika Dia memanggil kita keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam terang-Nya yang luar biasa. 1 Petrus 2:9 (TSI)

Saudara tadi ingat, salah satu fungsi imam adalah sebagai penyambung lidah antara Tuhan dan umat-Nya. Dalam hidup setiap orang percaya sebagai imam, saya yakin ada sebuah pesan, ada sebuah perkara, yang membuat kita resah, atau yang membuat kita tidak bisa diam saja.

Khusus di area itu, di perkara itu, di topik itu, ada sebuah kegelisahan rohani atau kegelisahan ilahi yang Tuhan sendiri taruh. Mungkin karena kita dulu pernah hidup dalam kegelapan di area itu, atau karena kita tahu perkara-perkara luar biasa yang Tuhan bisa lakukan di area yang menjadi “keresahan ilahi” itu.

Dan, omong-omong, frasa “hal-hal yang luar biasa” atau “perbuatan-perbuatan yang besar” memiliki terjemahan bahasa Inggris, yang diambil dari bahasa Yunani,“ keunggulan moral untuk membuat hidup lebih kaya, lebih bernilai”.

Saya yakin, pasti ada sebuah perkara, sebuah pesan, sebuah area dalam hidup Saudara yang menjadi keresahan Saudara, yang Saudara katakan, “Tidak, tidak area ini pasti masih bisa jadi lebih unggul lagi, dan membuat hidup lebih bernilai, lebih berharga, lebih baik lagi.”

Dan menurut saya, setiap Saudara, yang bekerja di industri, bukan sebagai staf penuh waktu di gereja, Saudaralah yang saya sebut dengan istilah saya sendiri, “modern day priests”.

Saudara adalah imam-imam masa kini,yang walau tidak pakai jubah, tapi keberadaan Saudara mewakili surga, mewakili Tuhandalam membawa perbedaan dan perubahan. Yang percaya katakan, ‘Amin’.

Dan saya yakin, sebagai imam-imam masa kini, Tuhan taruh sesuatu secara khusus, secara spesifik, di tatanan sosial tertentu, untuk Saudara menjadi agen perubahan itu. Bila Saudara belum terlalu tahu jelas area spesifiknya, berdoalah, “Tuhan, aku imammu. Aku minta hati-Mu. Aku minta mata Tuhan atas hidupku supaya aku bisa mulai melihat dan merasakan seperti apa yang Tuhan inginkan.”

Paling tidak ada tujuh area perubahan. Yang pertama, keluarga, agama, media, edukasi dan teknologi, bisnis,olahraga, seni dan hiburan, politik atau pemerintahan.

Saya ulangi. Keluarga, agama, media, edukasi dan teknologi, bisnis,olahraga, seni dan hiburan, politik dan pemerintahan.

Saudara, saya percaya dan memperkatakan bahwa Tuhan akan memberikan kepada setiap Saudara hikmat-Nya, kreativitas, kemampuan ilahi, serta keberanian untuk membawa perubahan di salah satu dari area-area tersebut, dalam nama Yesus, sang Imam Besar yang agung. Dan bersama-sama kita membangun generasi bintang yang berkenan kepada Tuhan dan dihormati manusia hanya untuk kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus. Amin. Saya berharap Saudara menerima pesan Tuhan ini.

P.S : Dear Friends, I am open to freelance copywriting work. My experience varies from content creation, creative writing for an established magazine such as Pride and PuriMagz, web copywriting, fast translating (web, mobile, and tablet), social media, marketing materials, and company profile. Click here to see some of my freelancing portfolios – links.

If your organization needs a Freelance Copywriters or Social Media Specialist, Please contact me and see how I can free up your time and relieve your stress over your copy/content needs and deadlines. My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com. Sharing is caring, so any support is very much appreciated. Thanks, much and God Bless!