JPCC Online Service (20 September 2020)
Saya berharap kita semua ada dalam keadaan yang baik dan sehat. Saya tahu bahwa masa-masa ini bukan masa yang mudah bagi kita semua, bagi kebanyakan orang masa pandemi ini menjadi masa krisis bagi hidup mereka. Ada yang kehilangan pekerjaan, momentum dalam semua rencana yang sudah ada, bahkan ada yang kehilangan teman dan anggota keluarga karena pandemi.
Bagi beberapa orang, musim ini juga menjadi saat untuk meluangkan waktu bersama anggota keluarga tetapi bagi kebanyakan orang, ada juga beberapa orang yang harus tinggal jauh dari keluarga dan mengalami kesendirian dan kecemasan yang berat. Banyak orang mengalami masalah yang berbeda, kita tidak berada di perahu yang sama namun kita semua berada di badai yang sama.
Satu hal yang saya tahu, tidak ada satupun dari kita yang bisa mengatur badai ini, hanya Tuhan kita yang bisa.
Satu-satunya cara Tuhan bisa menunjukkan bahwa Dia yang memegang kendali adalah dengan menempatkan kita di situasi yang kita tidak bisa kendalikan – Ps. Steven Furtick
Sebagai seorang Pemimpin dan Pastor, saya sering ditanya apa yang harus kita lakukan dalam badai ini. Ada sebuah nasihat yang saya temukan dalam Firman Tuhan, dan memang agak berat untuk dibaca. Mari kita baca bersama di :
Opening Verse – Saudara-saudari, setiap kali keyakinan kalian masing-masing diuji lewat berbagai kesusahan hendaklah kamu menganggap semuanya itu sebagai berkat yang membawa sukacita bagimu. Karena kamu tahu bahwa setiap kali keyakinan kita diuji, hal itu membuat kita lebih dewasa untuk bertahan dalam keyakinan kita itu. Jadi biarlah kita semakin kuat untuk bertahan, supaya kita semakin dewasa dan semakin diperlengkapi, dengan tidak kekurangan apa-apa secara rohani. Tetapi dalam suatu ujian iman, kalau kamu merasa kekurangan hikmat, mintalah hikmat dari Allah. Karena Allah sangat murah hati kepada semua orang, dan Dia tidak pernah tersinggung kalau kita meminta hal itu kepada-Nya. Karena itu mintalah, dan hikmat yang kamu perlukan akan diberikan kepadamu. Tetapi ketika kamu berdoa untuk hal itu, percayalah penuh dengan tidak ragu-ragu bahwa Allah bersedia memberikan hikmat yang kamu perlukan itu. Karena orang yang ragu-ragu sama seperti ombak yang ditiup oleh angin ke sana kemari. Yakobus 1:2-6 TSI
Dear brothers and sisters, when troubles of any kind come your way, consider it an opportunity for great joy. For you know that when your faith is tested, your endurance has a chance to grow. So let it grow, for when your endurance is fully developed, you will be perfect and complete, needing nothing. If you need wisdom, ask our generous God, and he will give it to you. He will not rebuke you for asking. But when you ask him, be sure that your faith is in God alone. Do not waver, for a person with divided loyalty is as unsettled as a wave of the sea that is blown and tossed by the wind. James 1:2-6 NLT
Pernahkah kita belajar mati-matian saat ada ujian, atau bekerja kerasa untuk proyek kerja yang ada sampai tidak tidur. Di akhir itu semua, kita bisa lulus dan bahkan sampai mendapatkan promosi. Kita bisa berkata bahwa sekarang kita bisa tidur, dan ada sukacita yang terjadi disaat kita bisa melewati sebuah ujian. Itulah yang dikatakan Yakobus dalam ayat diatas, agar kita mengubah cara berpikir kita.
Badai atau ujian ada untuk membuat kita lebih dewasa dan bertahan dalam keyakinan kita. Semua bada pasti berlalu, cobaan dan tantangan yang berat ini ada waktu kadaluarsamya dan semua rasa sakit ada akhirnya. Semua ini akan menjadikan kita lebih dewasa untuk bertahan dalam Iman.
Ijinkan Badai dan Ujian ini bekerja dalam masanya untuk melatih ketahanan kita. Di tengah masalah kita, jangan kompromi dan mencari jalan pintas, stay in the boat with Jesus. Jika kita mengijinkan badai ini melatih iman dan pengharapan, maka kita akan mempunyai Iman dan Pengharapan yang dewasa.
Satu-satunya cara kita bisa mendapatkan Iman dan Pengharapan yang dewasa adalah dengan melalui Ujian dan Badai, karena pada saat itu kita dapat mengalami, dan bukan sekedar tahu, bahwa kita dapat mengalami dan mengenali bahwa kita punya Bapa yang baik dan setia.
Satu hal yang saya pelajari dalam kehidupan saya berjalan bersama Tuhan adalah bahwa setiap kali saya berhasil melalui masa dan pergumulan yang sulit, pengenalan saya akan siapa Tuhan dan siapa diri saya dalam Tuhan pasti bertambah. Pengenalan dan Pengalaman kita itulah yang akan membuat kita lebih dewasa dalam Iman dan Pengharapan kita.
Sekedar fakta dan teori tidak bisa menghapus ketakutan, kecemasan dan keraguan. Hanya Pengalaman yang bisa menghapusnya.
Perhatikan bahwa setiap kali kita ragu-ragu atau takut untuk mencoba sesuatu yang baru, apapun itu, baik berupa bisnis baru, pekerjaan baru, pindah ke negara yang baru, bukan sekedar kata-kata atau teori yang bisa menenangkan kita tetapi pengalaman kitalah yang bisa membuat kita tenang.
As you do it, you know how it feels, dan hal itu tidaklah semenakutkan yang dipikirkan sebelumnya. Ijinkan Ujian ini melatih ketahanan kita agar kita mempunyai Iman dan Pengharapan yang dewasa. Itulah yang disampaikan Yakobus dalam ayat diatas.
Jadi agar kita bisa naik ke level berikutnya, kita harus melalui ujian yang ada. Ini adalah cara alami untuk level up, ini caranya kita lulus. Kita suka mendengar bahwa “Tuhan akan membawa kita dari kemuliaan ke kemuliaan” Namun yang kita lupa sadari adalah bahwa sebelum kita naik kelas, pasti ada selalu ada ujian yang harus dilalui.
Tuhan tidak berjanji bahwa kita tidak akan pernah melewati ujian atau badai. Tetapi JanjiNya adalah “Jangan takut sebab Aku menyertai engkau”, “Jangan kuatir sebab Aku ini Allahmu, Aku akan meneguhkan dan menolong engkau, dengan memegang engkau dengan tangan KananKu yang membawa Kemenangan”. Dia tidak akan membiarkan kita sendirian dan selalu ada Pengharapan Tuhan dan JanjiNya.
Dan ini membawa saya ke Kitab Ibrani. Paulus dan Yakobus yang kita baca ayatnya tadi, juga menulis ini kepada Pengikut Yesus di Yerusalem. Pada saat ini mereka semua sedang dianiaya dan bahkan beberapa pengikut Kristus ada yang mempertimbangkan untuk kembali ke kepercayaan lama karena penganiayaan ini. Badai yang mereka alami saat itu sangat besar.
Supporting Verse – Allah mau menegaskan kepada orang-orang yang menerima janji-Nya, bahwa Ia tidak akan merubah rencana-Nya. Itulah sebabnya Ia menambah sumpah pada janji-Nya itu. Dua hal itu tidak dapat berubah: Allah tidak mungkin berdusta mengenai janji dan sumpah-Nya. Sebab itu, kita yang sudah berlindung pada Allah, diberi dorongan kuat untuk berpegang teguh pada harapan yang terbentang di depan kita. Harapan kita itu seperti jangkar yang tertanam sangat dalam dan merupakan pegangan yang kuat dan aman bagi hidup kita. Harapan itu menembus gorden Ruang Mahasuci di Rumah Tuhan di surga. Yesus sudah merintis jalan ke tempat itu untuk kita, dan sudah masuk ke sana menjadi Imam Agung kita untuk selama-lamanya, seperti Imam Melkisedek. Ibrani 6:17-20 BIMK
Semua tujuan dan rencana adalah milik Tuhan dan bukan milik kita, dan kita dipanggil untuk menghidupi RencanaNya. Namun rencana Tuhan untuk membawa kita dari kemuliaan ke kemuliaan selalu melibatkan badai dan ujian saat kita berada dalam perahu itu. Ini adalah bagian dari proses melatih iman, agar kita bisa melihat Ujian menjadi Berkat yang membawa sukacita.
Tuhan berjanji untuk tidak akan melepaskan kita namun bukan berarti kita tidak mempunyai tanggung jawab untuk memastikan kitapun tidak akan melepaskanNya. Jangan salah mengerti, bukan berarti bahwa kita harus bekerja untuk keselamatan kita karena hanya Kasih Karunialah yang menyelamatkan kita.
Namun kita diberikan dorongan kuat untuk berpegang teguh pada harapan yang bernama Yesus. To saved us is His Promise, but to hold on its our responsibility. Hold on, Pain Ends.
Yesus, Pengharapan kita adalah Jangkar yang sudah merintis jalan bagi kita untuk masuk menembus tirai yang memisahkan kita dengan Tuhan karena dosa. Dia adalah Jangkar yang kokoh, tetapi yang harus pegangan adalah kita semua
Kekristenan di jaman modern berpikir bahwa kita tidak perlu berbuat apa-apa karena Kasih Karunia. Tuhan memang melindungi dan menyelamatkan, tetapi kita juga memiliki tanggung jawab untuk berpegang teguh kepadaNya.
Mengapa Jangkar atau Anchor menjadi Lambang dari Pengharapan?
1. Anchor is a safety tool. It provides Security and Safety.
Sejak jaman dahulu, Jangkar dipandang sebagai simbol keamanan. Tugas Jangkar adalah mengamankan perahu agar tidak terbawa arus atau ombak. Begitu juga peran Yesus dalam hidup kita.
2. Anchor secures us in the rough seas and also in calm waters.
Sebuah fakta yang simple dan jujur, kita tidak hanya memerlukan jangkar di ombak yang ganas. Di dalam air yang tenang sekalipun, bukan berarti tidak ada arus yang bisa membuat kita terhanyut. Pelajarannya adalah agae Kita tidak sekedar menjadi Yesus disaat ada Badai, tetapi juga saat berada dalam kondisi atau perairan yang tenang, agar perahu kita tidak terbawa arus.
Yesus ada bersama kita di dalam badai dan juga dalam situasi berkemenangan. Tugas kita adalah terus berpegang kuat kepada Jangkar PengharapanNya yaitu Yesus.
3. You set your anchor from The Bow (The Front)
Kita menurunkan Jangkar dari depan perahu atau haluan. Artinya di dalam badai, posisi perahu selalu menghadap angin dan ombak. Jangkar diturunkan ke air dan perahu mundur perlahan supaya tali dan rantainya memanjang.
Untuk kapal yang besar, Jangkar yang ada di haluan juga selalu dipasang terlebih dahulu. Yesus juga selalu ada di posisi di depan kita, dan bukan di belakang seperti halnya Jangkar yang ada di depan perahu di tengah badai. Jangkar akan bertahan untuk kita di depan, begitu juga Yesus sebagai pegangan yang kuat untuk kita semua
4. Anchor is fasten with an Anchor Rode (Chain / Rope)
Jangkar tanpa tali dan rantainya tidak akan berfungsi. Saya pernah melihat ada beberapa pelaut amatir melempar jangkar tanpa melihat dulu tali dan rantainya sehingga kehilangan Jangkarnya.
Ps. Jeffrey berbicara minggu lalu bahwa Rantai adalah Iman kita, di jaman modern Kapal memang menggunakan rantai yang terbuat dari besi, tetapi perahu yang lebih kecil di jaman Yesus menggunakan tali yang tebal atau three chord ropes, disaat melihat itu saya menjadi teringat dengan ayat berikut.
Supporting Verse – Umpama dalam perkelahian, seorang diri saja akan mudah dikalahkan musuh. Tetapi kalau berdua, lebih mungkin mereka mampu bertahan. Tiga orang akan lebih kuat lagi— seperti tiga utas tali yang dijalin menjadi satu sulit diputuskan. Pengkhotbah 4:12 TSI
Tali yang sama dipakai untuk mengencangkan Jangkar di perahu di jaman Yesus. Tali menyimbolkan simbol persekutuan Umat Tuhan. Kita di dalam badai dikencangkan oleh tali persekutuan orang-orang percaya yang akan membantu kita berpegang teguh kepada Jangkar Pengharapan.
Dalam kondisi air tenang, panjang talinya adalah 3-5 kali kedalaman air namun pada saat kondisi badai, panjang talinya bisa sampai 7-10 kedalaman air. Artinya, lebih besar badai maka lebih panjang juga tali dan rantainya.
Lebih besar ujian yang kita hadapi, maka kita lebih membutuhkan tali komunitas dan persekutuan yang sehat untuk membantu kita tetap berpegang teguh kepada Jangkar kita. Tali ini tidak boleh kendor dan renggang dan harus terus diperkuat dan diperketat agar saat ada badai, tali ini tidak akan kendor dan membuat perahu terombang-ambing.
Pertanyaan saya, di musim pandemi sekarang ini apakah tali persekutuan dan komunitas kita cukup kuat? Atau sebaliknya kita malah mundur dari komunitas orang percaya dan tali ini menjadi kendor?
5. Anchor is working when it’s under the waves, unseen to our eyes.
Kalau Jangkar kelihatan mengapung di permukaan air, berarti dia tidak melakukan tugasnya. Di dalam masa sulit ini, ketahuilah bahwa Tuhan sedang bekerja. Meskipun mata jasmani kita hanya bisa melihat ombak yang menghadang perahu kita.
Our biggest challenge in the storm is to synchronize our faith and trust to God’s invisible timing and action.
Alasan terbesar kita sering gagal dalam melakukan ini karena mata kita hanya fokus dengan yang kelihatan. Kita tidak suka berada di masa penantian, kacamata yang kita pakai untuk melihat disekeliling kita adalah kacamata takut dan kecemasan, bukan kacamata iman untuk melihat yang tidak kelihatan.
Dalam artikel yang saya pelajari tentang Jangkar, para pelaut punya istilah “Anchor Faith“. Percaya bahwa Jangkar kita tidak akan goyah dalam menghadapi badai.
Bisakah kita berkata bahwa kita memiliki Anchor Faith dalam masa sulit ini?
Dalam album JPCC Worship Brighter, saya menulis sebuah lagu berjudul “Engkau turut bekerja” dengan lirik sbb :
Di tengah luasnya samudra
Di dalam badai bergelora
Engkaulah Jangkar Hidupku
Tak Sekalipun kugoyah
Sepasti mentari bersinar
Begitupun JanjiMu
Dalam segala perkara
Engkau turut bekerja
Dalam segala perkara, kelihatan atau tidak, Tuhan turut bekerja. So are we building our Anchor Faith? Tahukah anda bahwa kita dapat menderita dalam kesusahan di luar namun tetap memiliki sukacita penuh dari dalam.
Meskipun saya punya penyakit jasmani, Firman berkata bahwa Kita adalah Roh yang memiliki tubuh, seringkali kita terlalu fokus dengan melatih kondisi tubuh dan sebaliknya mengabaikan untuk melatih roh kita. Itu sebabnya di musim pandemi sekarang, roh kita tidak cukup kuat menghadapi pergumulan yang ada.
Banyak orang yang Tuhan belum berikan jawaban atas kondisi kesehatan atau keuangan namun mereka bisa tetap berpegang teguh dalam Iman dan Pengharapan mereka akan kebaikan Tuhan.
When you’re looking to be mentored and discipled, look to somebody who has suffered much and whose faith in God has remained unshaken – Ravi Zacharias
Supporting Verse – Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi, 2 Korintus 1:8-10 TB
Itulah Iman, Pengharapan dan Percaya. 30 tahun saya melayani Tuhan, dan saya yakin ini bukanlah badai pertama untuk saya dan kita semua. Tuhan itu setia, saya bisa pulang dan melewati begitu banyak tantangan. Sampai sekarang, Tuhan tetap setia dan saya tetap berpegang teguh kepadanya, bahkan disaat saya terkena penyakit Meniere’s syndrome dan tumor di thyroid saya.
Badai lewat dan Roh saya bisa menjadi dewasa. Saya tetap berpegang teguh kepada Jangkar yang ada di depan saya, begitu juga dalam masa pandemi ini karena saya yakin Dia tetap setia. Selama ini, hubungan saya bersama dengan Yesus di dalam badai ataupun situasi yang tenang membuktikan bahwa Dia tidak pernah berdusta akan JanjiNya.
Dia selalu membuktikan bahwa Dia selalu bersama dengan saya dalam segala musim yang ada. Dia selalu baik dan setia dalam hidup kita. Mengenal Tuhan di dalam badai, bukan sekedar tahu akan Dia.
Supporting Verse – Bukan hanya itu, sekarang aku menganggap semua itu tidak ada artinya dibandingkan dengan besarnya nilai pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku. Karena Kristus, semua yang dulu penting bagiku, sekarang aku menganggap tidak berharga dan sama saja dengan sampah. Yang aku inginkan hanyalah memiliki Kristus, Filipi 3:8 AMD
Semua yang kuinginkan adalah mengenal Kristus dan kuasa yang membangkitkan-Nya dari kematian. Aku mau ambil bagian dalam penderitaan Kristus dan menjadi seperti Dia dalam kematian-Nya. Jika aku mempunyai hal itu, aku sendiri mempunyai pengharapan akan dibangkitkan dari kematian. Filipi 3:10-11 AMD
Ada situasi dan masalah yang terjadi belakangan ini. Banyak dari kita, we have traded experiencing the presence of Jesus with merely consuming the content of Jesus. Jangan lakukan itu, jangan tukarkan pengalaman dan hubungan kita dengan Tuhan hanya untuk sebuah upload, membaca kutipan religi, atau podcast. Semua ini memang baik tapi tidak akan cukup untuk melewati badai dan depresi kita.
Sekedar fakta dan teori tidak akan bisa menghapus kecemasan dan ketakutan kita. Karena hanya hubungan dan pengalaman yang otentik dan sejati dengan Tuhan yang bisa melakukannya. Jadi alamilah Tuhan setiap harinya, dan exercise our Anchor Faith.
The greater the storm, the greater the trust. The greater your struggle and how you overcome, the greater your Jesus is in your story.
Tuhan sedang melihat badai yang kita alami dari Past Tense dan bukan Present Tense. Dia adalah Alpha dan Omega, Awal dan Akhir. Just because you don’t know the ending of your story doesn’t mean that God doesn’t know the ending.
Here’s the spoiler, At the end of the season, God wins. Harapan kita itu seperti Jangkar yang tertanam sangat dalam dan merupakan pegangan yang aman bagi kita. Badai yang kita alami adalah Past Tense dari kacamata Tuhan. So Hold On, Pain Ends. Tidak ada yang permanen dan Badai pasti berlalu.
Hanya Kasih Tuhan yang kekal, peganglah teguh Jangkar kita Yesus, karena semua badai ini akan membuat kita lebih dewasa untuk bertahan dalam keyakinan kita, membuat kita mengenal Bapa kita dan diri kita di dalamNya, kencangkan tali persekutuan dan komunitas kita. Jangan cari jalan pintas dan berkompromi. Stay in the Boat with Jesus and Hold on to our Anchor.
Saat kita membutuhkan hikmat, mintalah Hikmat kepadaNya agar kita bisa berkata pada akhirnya bahwa ujian ini menjadi berkat dan membawa sukacita bagi kita.
Closing Verse – Karena itu saya mendoakan kalian semua yang percaya kepada Kristus: Saya berharap Allah— sumber pengharapan kita itu, akan sangat memberkati kalian dengan sukacita dan ketenangan dalam perlindungan-Nya. Oleh karena berkat-Nya itu dan dengan kuasa Roh Kudus, kalian tentu akan semakin yakin atas kebaikan hati-Nya kepada kita. Roma 15:13 TSI
Anchor Faith By Ps. Sidney Mohede
previous post