JPCC Online Service (6 November 2022)
Hai Saudara, apa kabar? Saya harap kita semua dalam kondisi yang baik dan juga hidup di dalam damai sejahtera Tuhan. Tak disangka kita sudah masuk ke dalam bulan dan tema yang baru tentang “Melayani Tuhan Dalam Segala Musim.”
Saya ingin langsung mulai dengan firman Tuhan, jadi izinkan saya baca dari Lukas 22, sebuah kisah di mana murid-murid Yesus sedang berdiskusi tentang siapa yang paling hebat dari antara mereka dan siapa yang berhak mendapatkan posisi khusus dalam kerajaan Tuhan.
Opening Verse – Lalu mereka [para murid Yesus] mulai bertengkar tentang siapakah yang akan memperoleh kedudukan tertinggi di dalam Kerajaan Allah. Yesus berkata kepada mereka, “Di dalam dunia ini raja-raja dan para pembesar memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya dan rakyat mereka itu mau tidak mau harus menurut. Tetapi di antara kalian—Yesus katakan—, orang yang paling banyak melayani, dialah pemimpin kalian. Di dunia ini seorang majikan duduk pada meja dilayani oleh para pelayannya. Tetapi di antara kita tidak demikian halnya! Karena Akulah [Yesus] pelayan kalian. Lukas 22:24-27 (FAYH)
Sering kali dalam konteks gereja dan kekristenan kita berpikir bahwa melayani Tuhan itu sekadar tugas yang kita kerjakan, terutama di hari Minggu, di gereja, seperti melayani jadi usher, atau melayani di tim pujian dan penyembahan, atau di sekolah Minggu dan lain-lain.
Saya yakin Saudara mengerti maksud saya.Namun jika kita sadar makna melayani Tuhan dan sesama itu lebih dari sekadar apa yang kita lakukan dalam gereja saja, hidup kita dalam mengikuti Kristus akan jauh lebih berdampak dalam segala musim.
Definisi melayani adalah suatu tindakan yang kita sadari—baik ucapan, perkataan, dan perbuatan— yang kita lakukan tanpa paksaan untuk memberi pertolongan kepada orang lain dengan tulus ikhlas, dengan kesungguhan hati tanpa pamrih, dan tidak mengharapkan imbalan. Itu adalah definisi melayani.
Pada dasarnya, melayani atau menjadi seorang pelayan adalah tindakan yang tak egois—kita menjadi orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan selalu mementingkan kepentingan orang lain; atau, dalam situasi kita, selalu mementingkan kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri.
Sebagai pengikut-pengikut Kristus, tujuan kita melayani adalah hanya untuk kemuliaan Tuhan saja sehingga apa yang kita perbuat hanya tertuju kepada Kristus, dan untuk menyenangkan hati-Nya.
Namun kita juga harus mengakui bahwa saat ini, di zaman ini kita sedang hidup dalam budaya yang egois, yang sangat mementingkan diri sendiri, yang selalu mencoba memuaskan diri sendiri, dan yang selalu mempromosikan diri sendiri.
Akhir-akhir ini ada begitu banyak artikel— saya lihat juga dari para influencer di media sosial—yang mengajarkan keahlian atau cara untuk mempromosikan diri sendiri. Akibatnya, banyak orang berpikir jika mereka ingin menjadi yang terbaik atau terhebat di zaman ini, mereka harus belajar untuk mempromosikan diri sendiri.
Artikel dan narablog seperti “Bagaimana promosikan diri sendiri di TikTok dan Instagram”atau “Tip dan trik mendapat banyak follower dan menjadi viral di tahun 2022” sering sekali saya temukan, lihat, dan baca akhir-akhir ini.
Saya juga baru membaca sebuah artikel tentang generasi muda yang terobsesi menjadi influencer. Dan saya ingin membacakan beberapa hal menarik yang saya temukan di situ.
Ini saya kutip dari artikel tersebut: “Pada zaman sekarang banyak anak muda yang sangat terobsesi menjadi seorang influencer. Hal ini dikarenakan banyaknya kemudahan yang dapat dimiliki seorang influencer, mulai dari: mudahnya mendapatkan pendapatan atau gaji dengan tenaga yang tidak banyak dikeluarkan, mendapatkan kemudahan atau akses ke banyak tempat atau ke acara-acara tertentu—bila Saudara sudah menjadi influencer di tingkat tertentu, dapat memasarkan produk yang kita jual tanpa harus mengeluarkan biaya untuk promosi.”
Ini yang ditulis dalam artikel tersebut. Intinya, kita sedang hidup di zaman di mana orang-orang mau mendapat kemudahan dan akses, mendapat ketenaran dan kekayaan, menjadi yang terbaik sepanjang waktu, dengan cara mempromosikan dan mementingkan diri sendiri. Itu budaya kita sekarang.
Namun Yesus mengajarkan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan budaya seperti ini.Yesus berkata: “Tetapi di antara kalian, orang yang paling banyak melayani, dialah pemimpin kalian.” Dengan kata lain, Yesus berkata bahwa jika engkau ingin menjadi yang terbaik sepanjang masa, engkau harus melayani.
Berarti cara kita bisa meraih keberhasilan di mata Tuhan—bukan di mata dunia—adalah dengan melayani. Yesus sudah terlebih dahulu menjadi panutan, contoh bagi kita semua.
Supporting Verse – Sama seperti Anak Manusia itu juga; Ia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, dan menyerahkan nyawa-Nya untuk membebaskan banyak orang. Matius 20:28 (BIMK)
Seperti dalam Lukas 22:27 yang tadi kita baca, Yesus berkata begini: “Di dunia ini seorang majikan duduk pada meja dilayani oleh para pelayannya. Tetapi di antara kita—orang-orang percaya— tidak demikian halnya! Karena Akulah pelayan kalian.”
Yesus yang terlebih dahulu melayani Saudara dan saya. Jadi, sederhananya seperti ini: Tindakan melayani adalah untuk membuat orang yang kita layani terlihat baik dan menjadi istimewa. Itu sederhananya: membuat orang yang kita layani terlihat baik dan menjadi istimewa.
Jika saya melayani keluarga saya, artinya saya mau membuat mereka terlihat baik dan menjadi istimewa. Kalau saya berkata saya melayani bangsa dan negara, artinya saya tidak akan menjelek-jelekkan bangsa saya sendiri dan saya akan menjadi sebuah perwakilan yang baik dengan perilaku saya sendiri.
Apalagi jika kita berkata bahwa kita melayani Tuhan kita, bukan?Apakah kita menunjukkan kebaikan Tuhan melalui hidup kita?Saudara pernah makan di sebuah restoran dengan pelayan yang membuat Saudara berkesan? Biasanya kita punya pengalaman yang mengesankan dengan seorang pelayan atau staf karena orang tersebut berhasil membuat kita merasa istimewa. Betul bukan? Mereka membuat kita terlihat baik dan merasa istimewa, bukan?
Karena tujuan melayani adalah membuat orang-orang yang kita layani terlihat baik dan merasa istimewa. Ini berbeda dengan orang-orang yang cenderung membuat diri mereka sendiri terlihat keren, hebat, spesial, dan malah mencoba menunjukkan kepada orang-orang lain bahwa diri merekalah yang istimewa.
Melayani, pada intinya, selalu tak berpusat pada diri sendiri, tidak egois. Melayani selalu tak mementingkan diri sendiri, melainkan mementingkan orang lain. Jadi kalau Saudara dan saya menyatakan diri kita adalah pengikut-pengikut Kristus, tetapi kita tetap ingin mempromosikan diri sendiri, mencari kepentingan diri sendiri atau mencari keuntungan untuk diri sendiri, sepertinya kita akan memiliki masalah besar dalam perjalanan mengikut Yesus.
“Wah, aku bisa dapat akses apa nih, kalau aku bergabung di gereja ini?”
“Apa untungnya buat aku kalau aku bergabung di komunitas DATE ini?”
Pemikiran seperti ini akan membuat kita sangat sulit untuk terus mengikuti Tuhan Yesus. Apa yang diajarkan Yesus untuk menjadi yang terhebat sangat amat berbeda dengan yang budaya dunia ajarkan.
Supporting Verse – Orang yang mau mengikuti Aku [Yesus], harus melupakan kepentingannya sendiri, memikul salibnya,— memikul salib artinya kita harus mematikan semua kepentingan diri kita sendiri— dan terus mengikuti Aku.— Terus mengikuti adalah sebuah proses yang berkelanjutan,bukan sekadar kegiatan atau keputusan yang dilakukan satu kali saja. “Terus mengikuti Yesus.” Sebab orang yang mau mempertahankan hidupnya, akan kehilangan hidupnya. Tetapi orang yang mengurbankan hidupnya untuk Aku, akan mendapatkannya. Apa untungnya bagi seseorang, kalau seluruh dunia ini menjadi miliknya tetapi ia kehilangan hidupnya? Dapatkah hidup itu ditukar dengan sesuatu?—Matius 16:24-26 (BIMK).
Dalam 30 tahun lebih saya melayani Tuhan, tujuan saya sebenarnya sangat sederhana. Saya hanya ingin membuat Tuhan terlihat baik, indah, dan istimewa melalui kehidupan saya. Sesederhana itu.
Saya tak pernah sibuk memikirkan cara mempromosikan diri sendiri atau cara terlihat lebih keren supaya diundang banyak gereja-gereja dalam “pelayanan”, melainkan, saya mau sekadar hidup sedemikan rupa sehingga nama Tuhan Yesus saja yang dipermuliakan dari dan melalui hidup saya.
Saya ingat beberapa tahun lalu saya ditelepon oleh seseorang yang saya kenal dalam sebuah pelayanan di luar kota, dan dia bertanya begini, “Kak Sidney, apa sih tips dan kunci-kunci strategi pemasaran Kak Sidney sehingga punya follower yang banyak di media sosial dan mendapatkan undangan pelayanan yang banyak, bahkan bisa sampai ke mancanegara? Gereja kami ingin belajar dari Kak Sidney.”
Saya sangat terkejut dengan pertanyaan itu. Saya jawab, saya sama sekali tak punya strategi pemasaran atau tips mempromosikan diri. Bahkan saya katakan pada orang tersebut, “Jujur saya tidak mengerti bagaimana saya bisa ada di posisi saya hari ini karena semua ini adalah anugerah Tuhan, bukan karena apa pun yang bisa saya sombongkan.”
Yang saya bisa bagikan kepada teman saya tersebut adalah hanya untuk mengikuti dan menaati apa yang Yesus sudah ajarkan, yaitu untuk menjadi yang terbesar atau yang terhebat dalam hal apa pun di dunia ini, kita harus mengambil sifat seorang hamba. Tidak ada cara lain dalam perspektif kerajaan Tuhan.
Mengambil sifat seorang hamba, bukan sekadar tugas seorang hamba atau pelayan. Bukan hanya tugas pelayan, melainkan sifat seorang pelayan. Menurut saya sangat penting bagi Saudara dan saya untuk mengerti jika kita ingin terus mengikuti Yesus, bahwa melayani [pelayanan] bukanlah sesuatu yang sekadar kita kerjakan [tugas], melainkan sebuah tindakan yang mencerminkan siapa diri kita, bahwa kita adalah pelayan. Saudara dan saya—kita adalah hamba. Itulah siapa kita.
Melayani Tuhan, melayani sesama, menjadi seorang pelayan atau hamba adalah sebuah panggilan yang Yesus berikan bagi kita semua. Melayani Tuhan dan jemaat-Nya bukanlah tugas yang kita lakukan, melainkan identitas kita.
Saya seorang pelayan Tuhan yang Maha Kuasa. Itu identitas saya. Cara pandang kita harus berubah. Jadi kita bukan berkata, “Saya seorang pebisnis yang melayani Tuhan.” Melainkan, “Saya seorang pelayan Tuhan yang juga berbisnis.”
Kita harus ubah pandangan kita yang seperti ini: “Saya seorang staf di perusahaan, yang juga melayani Tuhan di gereja di hari Minggu” menjadi kebalikannya: “Saya seorang pelayan Tuhan,yang bekerja sebagai staf di sebuah perusahaan.” “Saya pelayan Tuhan yang Maha Kuasa, yang juga bekerja di bank, atau di restoran, atau yang juga adalah seorang ibu rumah tangga,” dan lain sebagainya.
Pekerjaan kita tidak mendefinisikan siapa kitakarena melayani Tuhan dan sesama sudah menjadi identitas kita. Saya harap Saudara bisa melihat perbedaan pemikirannya. Dan jika kita menyadari bahwa kita adalah pelayan-pelayan Tuhan, maka kita pun akan mengerti bahwa kita sedang melayani Kristus saat kita juga melayani orang-orang di sekeliling kita.
Kenapa? Karena melayani sudah menjadi identitas kita, DNA kita, bukan sekadar tugas yang kita kerjakan di gereja atau dalam “pelayanan” kita. Dan ini yang Saudara dan saya harus sadari setiap hari, bahwa mempunyai sifat atau hati seorang hamba adalah sebuah keputusan dan pilihan yang harus kita ambil setiap saat dalam setiap musim kehidupan kita.
Supporting Verse – Seandainya kamu tidak mau mengabdi kepada Tuhan—Yosua berbicara kepada bangsa Israel—, Seandainya kamu tidak mau mengabdi kepada Tuhan— terjemahan bahasa Inggrisnya: “Seandainya kamu tidak mau melayani Tuhan”— ambillah keputusan hari ini juga kepada siapa kamu mau mengabdi:— ambillah keputusan hari ini juga kepada siapa kamu mau melayani— kepada ilah-ilah lain yang disembah oleh nenek moyangmu di Mesopotamia dahulu atau kepada ilah-ilah orang Amori yang negerinya kamu tempati sekarang. Kemudian Yosua mengatakan begini— ini ayat yang sangat populer: Tetapi kami — saya dan keluarga saya — akan mengabdi hanya kepada Tuhan. Yosua 24:15 (BIMK)
Dalam terjemahan bahasa Inggrisnya dikatakan: “But as for me and my house, we will serve the LORD!”
Ini sebuah keputusan yang kita ambil setiap hari, dalam setiap musim kehidupan kita: apakah kita membuat keputusan untuk terus mengikuti dan melayani Yesus dan juga melayani orang-orang di sekeliling kita? Apakah kita terus membuat keputusan untuk memiliki sifat dan hati seorang hamba yang terus ingin membuat Tuhan yang kita layani terlihat baik dan indah dan menjadi istimewa, serta untuk membuat komunitas yang kita layani terlihat baik dan menjadi istimewa? Apakah kita membuat orang-orang yang kita kasihi merasa spesial? Atau malah sebaliknya, mereka merasa lelah dan sebal berada di dekat Saudara, karena Saudara malah lebih peduli tentang diri sendiri dibandingkan melayani mereka?
Apakah Saudara melayani istri, suami, anak-anak, dan orang-orang terkasih Saudara? Karena saat Saudara melayani mereka, Saudara pun sedang melayani Kristus.
Sharing Ps. Sidney – Di rumah kami, anak-anak kami suka meringis sambil tertawa karena saya orang yang sangat ekspresif kepada Etha, istri saya. Mereka suka teriak-teriak geli kalau saya kejar-kejar Mami mereka untuk peluk-peluk dia, dan mereka sering berkata begini, “Ih kenapa sih Daddy selalu suka peluk-peluk dan cium-cium Mommy?”
Memang kedengarannya seperti mereka sedang mengeluh, tetapi saya tahu sebenarnya mereka sangat senang melihat Mommy dan Daddy mereka saling menyayangi satu dengan yang lainnya.
Waktu saya membuat istri saya merasa spesial dan disayangi dengan perbuatan dan tindakan saya, itu adalah sebuah pelayanan. Saya sedang melayani istri saya.
Beberapa waktu lalu ada teman yang melihat saya dengan istri saya dan dia berkata, “Ah, kamu kan selalu ‘bucin’ sama Etha!” “Bucin.” Ya betul, sih.
Kata “bucin [budak cinta]” memang tak memiliki definisi di Kamus Besar Bahasa Indonesia karena “bucin” memang sebuah bahasa gaul.
Definisi “bucin” adalah seseorang yang rela berkorban—dalam bentuk apa saja—untuk pasangan yang dicintainya— baik harta, jiwa, dan raga, dan juga menuruti kata-kata dari pasangannya. Saya malah senang kalau orang bisa melihat saya “bucin” dengan istri saya sendiri.
Saya juga “bucin” dengan keluarga saya. Saya “bucin” dengan Tuhan saya karena artinya saya mau melayani mereka tanpa pamrih. Ketika saya peduli kepada keluarga saya, mementingkan mereka lebih dari diri sendiri, itu adalah pelayanan saya kepada mereka. Saya sedang melayani mereka.
Dan waktu saya melayani keluarga saya, saya pun sedang melayani Kristus. Saya harap Saudara mengerti dan memahami ini. Untuk melihat apakah perilaku kita sehari-hari sudah mengambil sifat seorang pelayan atau tidak, perhatikan apa yang orang lain katakan tentang apa yang selalu Saudara lakukan karena itu bisa menunjukkan apakah Saudara sudah mengambil sifat seorang hamba atau pelayan atau malah Saudara masih tetap dilihat orang-orang di sekelilingmu sebagai orang yang mementingkan dirinya sendiri.
Seperti yang anak-anak saya katakan,“Kenapa sih, Daddy selalu suka peluk-peluk dan cium Mommy”, perhatikan apa yang orang lain katakan tentang apa yang selalu Saudara lakukan.
- “Wah, si Agus selalu pelit kalau sedang makan bersama.”
- “Si Ratna selalu telat kalau mau kumpul. Dia tak peduli dengan waktu teman-temannya.”
- “Si Kevin selalu menjelek-jelekkan teman-temannya kalau mereka sudah pulang.”
- “Dokter Barry selalu doakan saya setiap kali selesai konsultasi. Hebat sekali dia.”
Perhatikan apa yang orang lain katakan tentang apa yang Saudara selalu lakukan. Beberapa hari lalu saya mengobrol dengan anak bungsu saya, Charis, dan dia berkata, “Daddy selalu perhatian.”
Saya katakan, “Oh ya? Menurut kamu Daddy selalu perhatian?” Dan Charis menjawab dengan gayanya dia, “Pastinya Dad! Daddy selalu perhatian pada kami.”
Jika itu yang anak saya sendiri perhatikan dari sifat saya, saya senang sebagai ayah. Melayani itu bukanlah sesuatu yang sekadar kita kerjakan, melainkan sebuah tindakan yang mencerminkan siapa diri kita. Kita adalah seorang pelayan Tuhan yang Maha Kuasa, dan saat kita melayani sesama, kita pun sedang melayani Kristus.
“Aku dan seisi rumahku akan melayani Tuhan.” Buatlah keputusan dan pilihan ini dalam setiap musim kehidupan kita.
Pertanyaannya, bagaimana kita melayani Tuhan dan terus mengikuti Dia di zaman sekarang ini?
Pertama, melayani dan mengikuti Kristus berarti mengakui ketuhanan-Nya atas hidup Saudara dan saya.
Kita harus mengakui dan sangat sadar bahwa kita hidup di bawah kedaulatan dan pemeliharaan Tuhan. Dia adalah Pencipta, Penebus, dan Pemelihara kita. Di zaman gereja modern ini, kita sering kali mengganggap Tuhan sebatas Bapa dan sahabat kita. Kita sering lupa bahwa Dia adalah Tuhan dan Raja atas kita, dan kita—Saudara dan saya— adalah pelayan-Nya.
Dan sangat penting bagi kita untuk sadar bahwa kita harus tunduk pada otoritas-Nyakarena Dia Tuhan dan Raja. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Rasul Paulus bahwa bagi kita, pengikut Kristus, hidup kita bukan lagi milik kita sendiri.
Supporting Verse – Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu—Saudara dan saya— telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu—firman Tuhan katakan— muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 1 Korintus 6:19-20 (TB)
Ini benar-benar kebalikan dari apa yang dunia ajarkan saat ini. Karena dunia mengajarkan bahwa kita yang memiliki hidup kita sendiri, bahwa kita adalah tuan dan raja atas hidup kita sendiri, dan oleh sebab itu, kita dapat melakukan apa saja yang kita inginkan dengan hidup kita, meskipun itu merugikan dan bahkan menghancurkan diri kita sendiri dan orang lain.
Yang kedua, melayani Tuhan berarti menyelaraskan pikiran dan agenda kita dengan Tuhan.
Bulan lalu kita sudah membahas tentang ini, bahwa kita harus hidup mengikuti agenda dan kehendak Tuhan, bukan sekadar mengikuti kemauan dan pikiran diri kita sendiri.
Supporting Verse – Sebab rancangan-Ku [Tuhan] bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. Yesaya 55:8-9 (TB)
Kita harus terus mengakui bahwa jalan Tuhan itu benar dan yang terbaik dalam hidup kita. Dan setiap kali kita berbalik arah atau berputar dari jalan kita sendiri dan mengikuti jalan dan rencananya Tuhan, ini yang disebut sebagai “pertobatan” dalam Alkitab.
Dan ini hanya dapat dicapai dengan bantuan dari Roh Kudus. Dalam Roma 12:2, Rasul Paulus mengatakan bahwa kita harus membiarkan Tuhan mengubah cara kita berpikir.
Supporting Verse – Itu berarti janganlah kita ikuti cara hidup yang tidak baik yang sudah menjadi kebiasaan dalam dunia ini. Perhatikan ayat ini: Tetapi marilah kita serahkan diri kepada Allah, dan Ia akan memperbarui pikiran kita. Dengan begitu kita dapat mengetahui apa yang termasuk dalam kehendak Allah, dan apa yang terbaik dalam setiap situasi. Maksudku: Kita dapat mengerti dan memilih apa yang baik dan bijaksana bagi kita, dan apa yang menyenangkan Tuhan. Roma 12:2 AMD
Ingat, melayani Tuhan artinya menyenangkan Dia. Ingat, melayani adalah menyenangkan orang yang kita layani, bukan menyenangkan diri sendiri. Pelayan yang baik adalah pelayan yang selalu menyenangkan orang yang dilayani, bukan?
Mengapa Paulus mengatakan ini? Karena sekali lagi, cara Saudara dan saya berpikir akan menentukan cara kita bertindak. Apa yang masuk menentukan apa yang keluar. Itu sebabnya kita harus selalu berhati-hati memilih hal yang memengaruhi cara kita berpikir karena hal itu juga memengaruhi cara kita bertindak yang mungkin bisa bertentangan dengan apa yang benar di mata Tuhan.
Yang ketiga dan yang terakhir adalah ini: melayani Tuhan berarti melakukan kehendak-Nya dan menaati perintah-Nya.
Karena tidak cukup untuk kita sekadar mengakui bahwa Tuhan itu ada tapi kita tak pernah melakukan apa yang Tuhan perintahkan untuk kita lakukan.
Supporting Verse – Jika kamu mengasihi Aku, maka kamu akan menuruti semua perintah-Ku. Yohanes 14:15 (AMD)
“Semua perintah-Ku.” Bukan sekadar perintah yang kita suka saja. Ketaatan yang sejati selalu berdasarkan kasih dan bukan ketakutan. Taat untuk mengikuti semua perintah dan ajaran-Nya karena Dia yang sudah terlebih dahulu baik dan setia dalam hidup kita.
Karena melayani Tuhan berarti menunjukkan kebaikan-Nya dalam segala hal, termasuk juga dalam cara kita berperilaku, tindakan kita sehari-hari. Memang benar bahwa Saudara dan saya diselamatkan oleh iman dan anugerah, dan bukan oleh perbuatan kita— seperti yang Rasul Paulus katakan—supaya tidak ada satu pun dari kita yang dapat menyombongkan dirinya.
Namun iman yang benar selalu menerjemahkan dirinya sebagai tindakan yang baik. Iman yang benar selalu menghasilkan tindakan yang baik, seperti yang dikatakan dalam Yakobus 2:17-18 (AMD).
Supporting Verse – Sama halnya dengan iman.— perhatikan firman Tuhan ini—Jika iman itu tidak disertai dengan perbuatan, dengan sendirinya iman itu mati. Mungkin ada yang membantah, “Ada yang mempunyai iman dan ada yang mempunyai perbuatan baik.”— pilih salah satu. Bukan begitu—Jawabanku adalah kamu tidak dapat menunjukkan imanmu tanpa perbuatan. Tetapi aku [Yakobus] akan menunjukkan imanku dengan perbuatan yang aku lakukan. Yakobus 2:17-18 (AMD)
Lebih jelas lagi dalam kitab Efesus 2:10 (AMD).
Supporting Verse – Allah membuat kita sebagaimana kita adanya. Sebagai orang-orang milik Yesus Kristus, Allah telah berikan kita hidup baru.Perhatikan ini: Ia melakukan ini supaya kita dapat menggunakan hidup kita melakukan hal-hal baik yang telah Ia rencanakan bagi kita. Efesus 2:10 (AMD)
“Melakukan hal-hal baik” ini berarti bagaimana kita berperilaku, bagaimana kita menjalin hubungan dengan orang lain, bukan sekadar dalam pelayanan di gereja saja.
Dalam Kisah Para Rasul pasal 9 tertulis begini.
Supporting Verse – Di kota Yope, tinggal seorang pengikut Yesus yang dalam bahasa Ibrani bernama Tabita. (Dalam bahasa Yunani Tabita disebut Dorkas). Perempuan itu—Tabita—selalu berbuat baik bagi orang lain dan sering membantu orang miskin.— Kisah Para Rasul 9:36 (TSI).
Perhatikan apa yang orang lain katakan tentang apa yang selalu Saudara lakukan, karena itu bisa menunjukkan apakah kita sudah mengambil sifat seorang hamba atau pelayan, atau malah sebaliknya, kita masih mementingkan diri kita sendiri— dari perilaku kita, dari apa yang kita perbuat.
Itu sebabnya kami di JPCC selalu mendorong Saudara sekalian untuk menjadi bagian dalam pelayanan di dalam gereja juga, bukan sekadar untuk mempunyai “tugas” pelayanan atau sekadar melakukan kewajiban di “pelayanan” masing-masing, melainkan kami mendorong Saudara untuk bergabung melayani dalam gereja sebagai sebuah cerminan akan siapa diri kita di dalam Kristus: bahwa kita adalah pelayan-pelayan Tuhan yang Maha Kuasa. Melayani bukan hanya suatu tindakan, melainkan sebuah identitas.
Iman yang benar harus diterjemahkan ke dalam tindakan yang baik. Kalau tidak, itu sama sekali bukan iman dalam melayani Tuhan dan sesama. Dan kita bisa menemukan panduan tentang bagaimana bertindak dengan baik dalam kehidupan kita sehari-hari dalam firman Tuhan.
Supporting Verse – Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 2 Timotius 3:16 (PBTB2)
Komitmen dan keputusan kita untuk melayani Tuhan dalam setiap musim adalah komitmen untuk taat kepada perintah Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.
Jadi apa yang orang katakan tentang apa yang selalu Saudara lakukan? Apakah itu sudah mencerminkan sifat kita sebagai pelayan atau hamba Tuhan? Atau malah mencerminkan diri kita sebagai seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri tanpa peduli tentang melayani orang lain?
Saya sungguh berdoa agar kita semua hidup tak sama dengan budaya yang egois ini, yang lebih mementingkan diri sendiri, yang selalu mencoba memuaskan diri sendiri, dan yang selalu mempromosikan diri sendiri. Dan saya berdoa kita semua meninggikan dan melayani Kristus Yesus di rumah kita, di keluarga kita, di gereja kita, di tempat kita bekerja, dan di mana pun kita berada sehingga membuat Tuhan Yesus bisa terlihat oleh orang lain melalui segala hal yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan.Tuhan memberkati.