Kenny Goh JPCC

Keeping It Real By Ps. Kenny Goh

JPCC Online Service (9 Mei 2021)

Apa kabar Saudara semua? Salam sejahtera dalam Tuhan Yesus. Minggu lalu, Ps. Jose memulai tema bulan ini “TRUTH BE TOLD”, dan menjelaskan tentang pentingnya untuk hidup jujur dan terbuka dengan Tuhan, dengan diri sendiri dan dengan sesama.

Kejujuran kita di hadapan Tuhan akan mempengaruhi kejujuran kita pada diri sendiri dan orang lain. Ps. Jose menjelaskan bahwa kemunafikan adalah jarak antara apa yang kita tampilkan dengan siapa kita sesungguhnya. Kalau kemunafikan adalah jarak antara apa yang kita tampilkan dengan siapa kita sesungguhnya, saya berpikir, mungkin saudara akan berkata :

“Saya, sih, enggak mau hidup munafik. Tapi saya enggak yakin, kalau saya siap memperlihatkan siapa saya sesungguhnya. Mungkin saya bisa terbuka di hadapan Tuhan, tapi saya enggak siap jujur dan terbuka kepada orang lain.

“Mungkin ada yang berkata,”Lebih baik hidup dalam kepalsuan tapi diterima, daripada hidup jujur dan terbuka tapi ditolak.”Saya ulangi lagi.”Lebih baik hidup dalam kepalsuan tapi diterima,daripada hidup jujur dan terbuka tapi ditolak.”Keinginan untuk diterima dan disukai oleh orang lain,inilah yang memicu banyak orang untuk memalsukan citra dirinya.Dan zaman sekarang, sangat mudah dilakukan melalui teknologi.Hal ini tidak hanya terjadi di dunia maya, tapi juga di dunia nyata,di mana manusia memendam dan mengubur pemikiran, gagasan,kreativitas dan inovasi, bahkan identitas sesungguhnya,semua demi penerimaan dan karena takut ditolak.Lebih baik memalsukan diri daripada konflik dengan pihak lain.Nah, lawan dari hidup yang palsu atau munafik adalah hidup berintegritas,di mana tidak ada jarak antara apa yang kita tampilkan,dengan siapa kita sesungguhnya.Semua terintegrasi dari dalam ke luar.Terintegrasi.Berintegritas.Saya menemukan pribadi-pribadi yang dikagumi masyarakatadalah pribadi-pribadi yang berani dan nyaman untuk menjadi dirinya sendiri.Yang apa adanya. Enggak dibuat-buat.Dalam bahasa kerennya,mereka menjalani kehidupan yang real and authentic (apa adanya and autentik).Salah satu penyebab depresi dan kegelisahan, atau anxiety,adalah karena seseorang kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya,karena pribadi tersebut terus hidup dalam kepalsuanatau merasa terpaksa dan terjebak dalam kepalsuan.Tidak apa adanya. Tidak autentik.Tujuan saya hari ini,bukan supaya Saudara dengan sembarangan membeberkan semua opini,pemikiran, atau detail tentang hidup Saudaradengan tujuan menjadi apa adanya dan autentik.Hal itu tidak bijaksana.Tujuan saya hari ini,adalah untuk mengajak Saudara untuk berpikir, berdoa, merenungkan,dan mengambil langkah untuk menjadi apa adanya dan autentikdalam tiga area yang sangat spesifik dalam hidup Saudara.Yang pertama, adalah dalam area “hubungan”.Hubungan yang menuntut Saudara menjadi palsuadalah hubungan yang tidak layak dipertahankan.Hubungan yang bertumbuh dengan sehatadalah hubungan-hubungan yang didasari oleh kebenaran.Apakah Saudara mampu, apa adanya dan autentik dalam hubungan Saudara?Yang kedua, dalam Saudara “berkarya”.Ada begitu banyak talenta, passion, yang ada dalam diri Saudara,yang tidak berani dikeluarkanoleh karena insecurity atau rasa tidak aman.Saudara takut karya Saudara ditolak dan dikritik oleh orang-orang lain,sehingga takut menjadi orisinal dan takut membuat sesuatu yang berbeda.Saudara hidup dalam kepalsuan dan mengikuti arus,padahal ada karya yang berbeda yang Tuhan taruh dalam Saudara.Apakah ada keautentikan dalam karya Saudara?Dan yang ketiga adalah dalam Saudara “berkontribusi”.Kalau Saudara merasa tidak layak, merasa tidak cukup atau tidak mampu,Saudara hidup dalam kepalsuan dan dusta apabila Saudara mematikan rasa,belas kasihan, dan kepedulian Saudara terhadap hal-hal dalam duniayang mampu Saudara bantu dan perbaiki.HUBUNGAN, KARYA, KONTRIBUSI.Nah, manusia menuntut orang lain untuk hidup jujur dan terbuka,untuk hidup berintegritas dan apa adanya dan autentik,namun dia sendiri seringkali kesulitan untuk jujur dan terbuka.Mengapa manusia memiliki kecenderungan untuk menutup-nutupi dirinya?Merasa pribadinya tidak cukup untuk diterima orang lain?Hari ini, izinkan saya untuk memperkenalkan Saudarakepada kendala terbesar atau musuh utama yang menghalangi manusia untuk hidup jujur,terbuka, berintegritas, apa adanya dan autentik.Musuh utama adalah “rasa malu”, atau, bahasa Inggrisnya “shame”.Orang takut untuk (menjadi) apa adanya karena rasa malu.Rasa malu merupakan dasar dari beberapa penelitian ilmu kejiwaan.Ada beberapa pemikiran yang mengusulkan,bahwa rasa malu merupakan akar dari kendala manusiauntuk berkeyakinan bahwa dirinya cukup, bahwa dirinya layak,dan juga mampu untuk berubah, belajar dan bertumbuh.Saya berharap, kebenaran yang akan kita lihat dari firman Tuhanakan memerdekakan Saudara semua.Mari kita lihat kepada Alkitab.Pada mulanya, setelah Tuhan menciptakan manusia,kita baca di Kejadian 2:25 (TB) bahwa,[25] Mereka keduanya telanjang,[25] manusia dan isterinya itu,[25] tetapi meraka tidak merasa malu.Sangat menarik di akhir dari Kejadian 2 ini,ada selipan detail yang diberikan kepada kita tentang perasaan mereka.Mereka telanjang dan tidak merasa malu.Mereka belum kenal dengan rasa malu atau bahasa Inggrisnya, shame.Mereka tidak merasa malu.Bayangkan seperti apa hidup Saudara dan sayaapabila kita tidak memiliki rasa malu.Tentu maksud saya bukan untuk kita semua lalu menanggalkan pakaian kita.Tetapi bayangkan hidup kita tanpa beban memikirkan apa kata orang lain.Tidak usah menutup-nutupi siapa diri kita sebenarnya.Memiliki rasa aman yang sedemikian rupa,sehingga kita mampu terbuka dan sama sekali tidak ada rasa malu.Bayangkan!Itu yang dirasakan oleh Adam dan Hawa sebagai manusia pertama.Namun hal itu tidak bertahan lama,karena manusia kemudian jatuh ke dalam dosa.Kejadian 3:6-10 (TB) berkata,[6] Perempuan itu melihat,[6] bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan, dan sedap kelihatannya,[6] lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.[6] Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya[6] dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia,[6] dan suaminyapun memakannya.[7] Maka terbukalah mata mereka berdua[7] dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang[7] lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.[8] Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah,[8] yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,[8] bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah[8] di antara pohon-pohonan dalam taman.[9] Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya:[9] “Di manakah engkau?”[10] Ia menjawab:[10] “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini,[10] aku menjadi takut, karena aku telanjang;[10] sebab itu aku bersembunyi.”Adam dan Hawa melanggar kepercayaan Tuhan,melanggar standar Tuhan,lalu mereka sadar bahwa mereka telanjang.Mereka berusaha menutupi diri sendiri dengan cawat yang dibuat dari daun pohon ara.Mungkin, di sinilah lahirnya fesyen—bercanda.—Lalu saat Tuhan mencari mereka, dan mereka berkata,”Aku menjadi takut, karena aku telanjang.Sebab itu aku bersembunyi.”Ada banyak orang yang hidup dengan perasaan takut, hidup bersembunyi,dan menggunakan berbagai macam cara untuk menutupi dirinya sendiri.Bahkan, rasul Paulus dalam Perjanjian Baru mengatakan di suratnya ke gereja di Roma,di Roma 3:23 (TB),[23] Karena semua orang telah berbuat dosa[23] dan telah kehilangan kemuliaan Allah,–Kehilangan kemuliaan Allah,sehingga berusaha menutupi dengan membuat-buat kemuliaannya sendiri.Adam dan Hawa lalu menutupi dirinya sendiri dengan daun pohon ara.Manusia sejak zaman dahulumenggunakan berbagai macam cara untuk menutupi kesalahan,kelemahan dan bahkan dosanya sendiri.Manusia menutupi diri sendiri karena dia sadar bahwa dia tidak layakdan kehilangan kemuliaannya dan nilainya.Manusia merasa tidak aman, atau menjadi insecure.Kalau kita terus baca di kitab Kejadian 4, setelah Adam dan Hawa berbuat dosa,anak-anak mereka pun menjadi korban.Rasa tidak aman Kain,mengakibatkan dia membunuh saudara kandungnya, Habel,karena Kain merasa malupada saat perbuatannya tidak berkenan di hadapan Tuhan.Rasa malunya bermanifestasi menjadi iri hati dan amarah.Dan sampai hari ini, manusia masih menyerang sesamanya,sebagai reaksi rasa malu terhadap dirinya sendiri,dan menutupi kekurangan yang ada dalam dirinya sendiri.Kalau kita terus membaca apa yang terjadi saat manusia jatuh ke dalam dosa,dalam Kejadian 3:21 (TB),[21] Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang[21] untuk manusia dan untuk isterinya itu,[21] lalu mengenakannya kepada mereka.Sebuah gambaran yang indah!Tuhan tidak membiarkan Adam dan Hawa untuk terus menutupi dirinyadengan upaya mereka sendiri,hanya dengan sekadar menggunakan daun dari pohon ara.Tuhan yang bertindak menyembelih binatangdan memakai kulit binatang untuk menutupi Adam dan Hawa.Tuhan memberikan mereka pakaian yang lebih layakuntuk menutupi rasa malu mereka.Di saat itulah terjadi penumpahan darahdan penyembelihan korban pertama yang kita dengar dalam Alkitab,yang tercatat bagi kita semua sebagai gambar dan nubuatan tentang Yesus,Anak Domba Allah yang akan datang menyelamatkan kita semuadan menutupi rasa malu kita,dan memberikan kita identitas yang baru, yang kekal, di dalam Dia.Ibrani 10:14 (TB) berbicara tentang Yesus,[14] Sebab oleh satu korban saja— satu korban saja—[14] Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya[14] mereka yang Ia kuduskan.Ibrani 12:2 (BIMK) berkata,[2] Hendaklah pandangan kita tertuju kepada Yesus,[2] sebab Dialah yang membangkitkan iman kita[2] dan memeliharanya dari permulaan sampai akhir.[2] Yesus tahan menderita di kayu salib![2] Ia tidak peduli bahwa mati di kayu salib itu[2] adalah suatu hal yang memalukan.[2] Ia hanya ingat akan kegembiraan yang akan dirasakan-Nya kemudian.[2] Sekarang Ia duduk di sebelah kanan takhta Allah[2] dan memerintah bersama dengan Dia.Melalui pengorbanan dan kebangkitan Yesus,rasa malu kita sudah ditanggung oleh Dia.Kita dibebaskan dari kuasa dosa.Kita dibebaskan dari rasa takut dan rasa malu.Kita dinyatakan bernilai dan berharga di mata Tuhan,untuk selama-lamanya.Satu poin sederhana yang saya ingin Saudara ingatmelalui Firman Tuhan yang kita pelajari hari ini.Bukan sesuatu yang ajaib atau rumit.Saya ingin Saudara dan saya, tentunya, mengingat satu kebenaran ini.Jesus didn’t just bore our sin, he also bore our shame.Yesus tidak hanya menanggung dosa kita,namun Dia juga menanggung rasa malu kita.Nah, mengapa hal ini penting untuk kita mengerti?Karena saya temukan,jauh lebih mudah untuk percaya Yesus menanggung dosa kitaketimbang kita percaya bahwa Yesus menanggung rasa malu kita.Dia menanggung dosa kitaagar kita tidak lagi harus menanggung dosa kita sendiri.Dengan cara yang sama, Dia juga menanggung rasa malu kita,supaya kita dibebaskan dari rasa malu,agar kita bisa hidup dalam kemerdekaan dan damai sejahtera,aman di dalam Dia.Nah, akibat dari semuanya itu adalah we can be real,because Jesus bore our shame.Kita bisa hidup dengan apa adanya,karena Yesus telah menanggung rasa malu kita.Nah, mungkin Saudara berkata, “Ya, bagus Yesus menanggung rasa malu saya.Tapi saya tetap merasa maludan enggak berani menjadi diri saya sendiri.”Di sinilah kita semua harus memilih untuk tidak hidup berdasarkan perasaan,dan memilih untuk hidup dengan iman.Percaya kepada kenyataan dan kebenaran akan apa yang Yesus lakukan,telah lakukan, bagi identitas kita.Dan kalau kita memilih untuk percaya dalam kabar baik ini,rasul Paulus memberikan instruksi dalam suratnya ke gereja di Efesus 4:21-25 (TB),[21] Karena kamu telah mendengar tentang Dia[21] dan menerima pengajaran di dalam Dia[21] menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu,[22] berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu,[22] harus menanggalkan manusia lama,[22] yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,[23] supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,[24] dan mengenakan manusia baru,[24] yang telah diciptakan menurut kehendak Allah[24] di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.Perhatikan ini,[25] Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain,[25] karena kita adalah sesama anggota.Dalam arti kata lain,kalau kita percaya bahwa Yesus sudah menanggung rasa malu kita,maka tanggung jawab dan respon kita adalahmenanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru.Caranya bagaimana?Dengan membuang dusta dan berkata benar kepada orang lain.Untuk tidak hidup dalam kepalsuan.Untuk hidup apa adanya dan autentik.Seperti apa hubungan Saudara apabila Saudara berani,yakin dan beriman untuk hidup apa adanya dan autentik?Karya-karya apa yang akan Saudara hasilkan,saat kita mendapatkan Saudara yang sebenarnya?Kontribusi apa yang akan Saudara bawa ke dalam dunia ini?Doa saya melalui pesan yang singkat ini,Saudara akan memilih untuk percayadalam apa yang Yesus lakukan bagi Saudara, dan juga saya,dan berani untuk hidup dengan apa adanya dan autentik.We can be real because Jesus bore our shame.Kita bisa hidup dengan apa adanya,karena Yesus telah menanggung rasa malu kita.Nah berikut ini saya ingin mengajak Saudara semuauntuk menyimak obrolan saya dengan Ps. Sidney Mohede.Saya kenal Ps. Sidney secara pribadi sejak saya berumur 14 tahun,dan buat saya pribadi terbukti,bahwa Sidney adalah seorang yang menjadi teladan yang nyata.Seorang pribadi yang tentu enggak sempurna,namun komitmen dia untuk tidak hidup dengan kepalsuan,dan tetap autentik dan apa adanya, terus menghasilkan hubungan,karya-karya dan kontribusi yang sangat besardalam kehidupan orang-orang di sekelilingnya.Saya melihat dia begitu berani untuk terus hidup dalam integritas,membuka dirinya untuk dipakai Tuhan.Saya yakin Saudara akan diberkati oleh segmen berikut ini.- Jadi, Sid, uhm– – Ya.- Satu cerita, tahun lalu… – Mm.- waktu gue pertama kali khotbah online… – Mm…. yah, lalu gue mengambil risikountuk membagikan sesuatu yang ada dalam pikiran gue.- Mm. – Gitu, atau kita bahas temanya yang dikasih–Well, bukan “dikasih”, tapi kita sudah setuju sebagai tim pastoral, gitu.Dan waktu gue khotbah dan ditayangkan online,saat itu kolom komentar masih dibuka…- Oh iya. – …dan ada banyak orang yang DMdan mengirim pesan dan mengirim gue—apa namanya—- konten yang cukup jahat … – Mm hmm….gitu, menyerang apa pun yang gue sampaikan waktu itu.- Gitu. – Mm.Dan saat itu gue cukup terpukul,- karena gue enggak terbiasa … – (TERTAWA)- … tahu kan, dikritik di muka umum seperti itu. – Ya.- Dan padahal, gue betul-betul percaya akan pesan (yang gue sampaikan)…- …gitu lho. – Mm.Dan gue inget beberapa hari setelah itu,- gue kirim chat ke lo; gue chat lo… – Mm….trus lo bilang gitu, kayak— Lo menyemangati gue. – Mm.- Dan lo bilang, “Pokoknya, jangan sekali-kali, – Mm.- lo mundur. – Yup.- Jangan sampai lo nyerah gitu, – Mm.karena apa yang mau lo sampaikan,- dan suara lo, itu berharga, gitu lho. – Yup.Jadi, peran lo besar dalam (hidup) gue,- perjalanan gue untuk, you know, – Mm.- menemukan suara gue, menjadi autentik, gitu. – Ya.- Jadi, pertama, terima kasih untuk itu. – Oke.Tapi alasan kenapa lo ada di sini juga- karena gue juga mau nanya, gitu, – Mm.pernah enggak ada masa di hidup lo,musim atau season di mana lo meragukan identitas lo,tujuan lo, suara lo,- sehingga mempengaruhi gitu, – Ya.- yang tadi gue ngomong di khotbah barusan, – Ya.you know, hubungan, karya, sama kontribusi lo.- Bisa enggak lo bagikan sedikit tentang itu? – Ya.Well, I think first of all, yang…yang pertama yang saya ingin katakan adalah bahwainsecurity—ketidakamanan kita, ketidakpedean kita itu—insecurity is always made, it’s not borne.Jadi, yang namanya kita merasa enggak aman atau enggak PD (percaya diri) itu,bukan karena apa– sifat lahirnya kita dari awal.Pasti ada sesuatu yang eksternal, dan internal juga,yang membuat kita menjadi demikian.Itu yang nomor satu yang harus kita tekankan,bahwa, enggak ada yang salah dengan kamu,bahwa ini memang ada sesuatu faktor-faktor yang di luar.Tapi, yang saya sangat suka dari pesan kamu hari ini adalah,kamu memulai dengan Kejadian, dengan kitab Kejadian pasal 3,di mana pada waktu Adam dan Hawa berdosa, jatuh ke dalam dosa,dan mereka takut, mereka sembunyi kepada Tuhan.Dan kamu membaca sampai ayat ke-10,tapi saya akan bacakan ayat yang ke-11.Saya baca dari (ayat) ke-10, setelah itu ke-11.(Kejadian 3:10-11 BIMK) [10] Laki-laki itu menjawab—ini dari terjemahan BIMK, ya—[10] Laki-laki itu menjawab— Adam—[10] “Saya mendengar Engkau di taman;[10] saya takut, jadi saya bersembunyi karena telanjang.”Tadi kamu menyinggung itu.Kita merasa telanjang, saya– Saya merasa malu.Cuma, yang saya sangat suka adalah di ayat 11 yang kamu belum sebut,tapi Tuhan bertanya kepada Adam,Tuhan bertanya begini kepada Adam,[11] “Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa engkau telanjang?”Siapa yang bilang kepadamu? Siapa yang bilang kalau kamu telanjang?Siapa yang bilang kalau kamu harus malu?Nah, ini yang buat saya, sebuah pewahyuan besar dalam hidup saya.Mungkin kayak tadi– kayak kalau Kenny bilang kan,pertama kali diserang secara publik.Well, saya sudah melayani cukup lama, sejak saya umur 17 tahun.Jadi yang namanya rasa tidak aman,yang namanya enggak PD (percaya diri),yang namanya, kayak, “Ini bener enggak ya?”Apalagi kalau orang ngomong, you know, “Ah, lagumu jelek,suaramu jelek.” Tentu saja itu mempengaruhi saya.Tentu saja itu mempengaruhi saya. Tetapi ayat-ayat ini–Saya ingat belajar tentang ini,mungkin sekitar 25 tahun yang lalu atau 22 tahun yang lalu,di mana aku belajar ini, tentang, “Siapa yang bilang kepadamu?”Pada saat otak kita berkata bahwa, “Kamu enggak baik.Suara kamu jelek. Oh, kamu jelek. Kamu kurang baik. Kamu–“kita harus bertanya kepada diri kita, “Yang ngomong tuh siapa?”Sama seperti Tuhan ngomong kepada Adam,”Yang ngasih tahu kamu siapa?”Karena sebelum kamu sadar kamu telanjang, kamu sudah telanjang,dan kamu enggak pernah merasa malu dengan itu.Berarti ada faktor eksternalatau faktor internal, yang ini saya temukan juga di–terutama di zaman modern ini.Kebanyakan orang dewasa, setiap kali mereka mengalami yang namanya rasa tidak aman,itu bukan karena faktor eksternal.Ya, tentulah, ada 20% lah ya, dari kata-kata orang.Tetapi sebenarnya yang paling berbahaya 80%-nya itu, yang…ngomong kepada diri sendiri.Itu yang paling susah sebenarnya.Dan itu yang saya rasa mungkin dalam 20 tahun terakhir ini,I think I’ve won. Saya lumayan cukup bisa menang.Untuk bisa mengalahkan setiap pertanyaan, kalau ada yang ngomong,atau ada masukan, kritikan, input yang enggak baik,saya selalu bertanya, “Siapa yang bilang begitu kepada saya?”Karena itu yang saya selalu katakan kepada–Ada cerita tentang anak perempuan saya.Dia pulang dari sekolah, ini bertahun-tahun yang lalu.Dia masih… masih di TK atau SD kelas 1.Terus dia pulang, dia bilang gini, dia cerita gini,”Dad, temen-temenku bilang, ‘Chelsea, kamu gemuk banget,'” gitu kan.Oh, maaf Daddy menyebut nama kamu, Chels.Tapi lalu Chelsea ngomong, “But then I told them,saya bilang sama mereka, Dad, ‘No, my dad thinks I’m beautiful.'”See, pada saat itu, saya ngerti, saya jadi lebih jelas bahwakita bisa menjadi minder, menjadi tidak aman,itu memang bener dari kata orang.Tetapi kalau kita bisa mengatakan kepada diri kita sendiri,”Siapa yang bilang? Siapa yang bilang kalau kamu gemuk?There’s somebody that loves you. Ada orang yang mengasihi kamu, kok.”Bahwa karya kamu, kehidupan kamu itu— itu berharga. Seperti yang saya bilang,bahwa pasti akan ada orang yang bilang, “Ah, khotbahnya jelek.””Ah, ininya enggak bermutu.””Ah, ininya nggak–” Apa saja. Orang bisa bilang apa saja,tapi apa yang kamu sendiri bilang juga penting.Nah, ini yang penting yang saya rasa kita, sebagai anak-anak Tuhan,harus selalu punya perspektif seperti itu.Bahwa, jika itu bukan yang Tuhan katakan tentang dirimu,buat apa didengar?Siapa yang bilang kamu kurang baik,kamu kurang pintar, kamu kurang cantik atau apa pun.Ada yang namanya Fraudulence Paradox,atau yang disebut “Paradoks Kepalsuan”,di mana kalau kita uhm…selalu mencoba untuk mera– apa… membuat diri kita menjadi lebih keren,lebih…lebih hebat dari orang-orang lain.Tapi saat melakukan itu, kita akan berasa bahwawe’re frauds, kita ini palsu. Kayak kita ini,”Whoa, I’m not that good. I’m not that–Saya enggak sehebat itu!”Dan pada saat kita merasa palsu atau enggak hebat,kita makin berupaya menutupinya, supaya citra kita tetap terjaga.Itulah paradoksnya, lingkaran setan ya—suatu putaran yang… yang sangat-sangat luar biasa menyedihkan.Dan buat saya,jawabannya adalah satu, dan ini yang saya selalu ajarkan kepada teman-teman.Tujuan utamanya bukanlah menjadi sempurna melainkan menjadi autentik.Tujuan kita, tujuan kita berkarir, tujuan kita hidup, tujuan kita ngapainlah,adalah untuk kita menjadi autentik dan bukan menjadi sempurna.Kalau kita ngejarnya sempurna, ya pasti itu–Setiap kali ada yang ngomong, setiap kali ada yang kritik,setiap kali ada yang kasih input yang menyakitkan,pasti kita akan merasa terluka.- Yap, terimakasih untuk pesan itu Sid! Itu sangat-sangat- … menolong banget – Hmm.Salah satu hal yangsepertinya enggak hanya gue sendiri tetapi banyak orang juga kagumi tentang kamu,- …sekali lagi, kata tadi yah, “autentisitas”. – Hmm.Uhm, kalau sebuah– Mungkin istilah yang sering gue pakai adalah- kamu selalu berada di luar sana. Gitu! – Ya!Dan lo enggak takut, gitu, untuk melakukan itu.So, uhm…saya yakin, lagi-lagi, ini gak hanya untuk orang-orang yang di atas panggung,di media, tetapi dalam keseharian orang-orangdalam rapat kerja mungkin, untuk mereka menjadi diri sendiri,mengutarakan komentar dan opini mereka, ide mereka,- perlu keberanian untuk bisa melakukan itu. – Ya.Gitu, so; pertanyaan gue berikutnya adalahuhm, bagaimana kamu menghadapi, bagaimana cara menangani para haters- yang mengkritik… – (TERTAWA)- yang mungkin mengolok-olok kita, ya… – Ya.- sekali lagi, ini bukan ajang curcol; bukan! – Ya! Betul, bukan!Uhm, tapi, orang-orang yang mungkin,”Ah, Sidney minggu lalu khotbah,” gitu,Mungkin bisa dibilang, “Oh, itu cuma sekedar mau dikasihani”,- …gitu, atau, uhm… – Hmm, hmm.kadang mungkin kalau kita unggah sosial media- “Ah, pencitraan doang!” gitu. -Ya, ya, ya!Gimana kamu menghadapi itu dan garisnya di mana, gitu?- Di mana kita menjadi autentik… – YaDan, uhm, you know…- Mungkin, terlalu dipaksakan gitu… – Ya.- untuk kita berusaha bikin citra kita sendiri. – Ya.Ak–jelas banget sih itu…itu… itu sesuatu yang gue selalu gumuli,terutama di dunia media sosial hari-hari ini ya.Di mana (pertanyaannya), apa sih batasannya nih?Gue ingin mendorong semua orang dengan cara, uhm…menunjukkan kehidupan yang asli apa adanya,dan garisnya di mana itu menjadi kayak “pity party”…- …iya kan? Menjadi kayak… – Hmm, “pity party”.Kayak, “Wah, kasihanilah aku!” Yang betul-betul bukan itu maksud gue!Karena aku selalu bilang sama orang-orang, ”Aku sangat bersyukur atas hidupku!Aku sangat bersyukur dengan apa yang aku miliki.”Cuman kalau kita ngomongin haters, satu hal yang saya…saya–Sebuah kebenaran sederhana dalam hidup yang saya pelajari, adalah ini:Bahwa saya gak pernah temukan haters yang hidupnya lebih berguna atau lebih baikdari apa yang saya lakukan.Itu benar, kan? Maksudku, kalau kamu bilang–Kalau kalau kamu kasih tahu, ”Ini ada haters ngomong!”Kalau saya ngeliatin hidup mereka atau mungkin saya ngecek gitu lho,saya stalking mereka lah!Ternyata, apa yang mereka lakukan juga nggak hebat-hebat amat, gitu kan ya?Saya enggak pernah temukan pembenci saya yang hidupnya lebih baik dari saya,atau yang melakukan sesuatu yang lebih hebat dari saya!Jadi, kenapa saya harus “ambil peduli” —tanda kutip ya.—So I punya dua moto biasanya yang saya selalu ngomong kepada diri sayasetiap kali saya mendapatkan masukan —dan ini dari…dari zaman dulu!—Moto pertama yang saya selalu bilang kepada diri saya sendiri adalah:if you don’t know the person personally, don’t take it personally.Paling gampang itu kan?Kalau saya enggak kenal dia secara pribadi, secara dekat,ngapain saya harus terima omongan dia dimasukin ke hati, ya kan?Itu yang pertama. Yang kedua,ini yang saya selalu juga bilang kepada diri saya sendiri, dan…saya ajarkan juga kepada anak saya dan tim saya. Mottonya begini:Jika orang tersebut tidak sedang bertarung di arena yang sama dengan saya,dan tidak babak belur dengan hal yang sama yang saya kerjakan,saya enggak akan tertarik dengan input atau kritikannya dia.Menurut saya ini sangat penting, karena– Apalagi di zaman sekarang,di zaman sosial media di mana semua orang boleh komentar apa aja!Poinnya adalah,apakah mereka bertarung dalam pergumulan kita yang samaatau melakukan hal yang sama dengan kita?Dan ini berlaku gak cuma untuk hamba Tuhan. Ini untuk siapa saja.Kalau kamu seorang penulis lalu seseorang mengkritik tulisanmu.apakah orang yang kritik itu seorang penulis, dia penulis buku apa enggak?Nah, kalau dia tidak pernah menulis buku ya ngapain kamu dengerin kritikannya?Tetapi, contoh, misalnya saya sebagai seorang hamba Tuhan,dan uhm…mentor saya atau uhm… Pastor Jeffrey [Rachmat].Dia ngomong sama saya, ”Hei, yang kemarin kamu khotbahkan,kayaknya kurang begini [dan] begini.” Tentu saya akan mendengarkan,karena apa yang beliau gumuli itu sama dengan saya.Nah, ini yang saya rasa kebanyakan dari kitakurang punya filter di zaman-zaman ini, untuk…untuk, uhm, apa ya–Kita mengizinkan semua orang ngomong langsung pada kita.But I think dari dua itu aja, buat saya udah sangat menolong.Satu, kalau ada yang misalnya komentar di media sosial,saya enggak kenal dia kan? Terus ngapain saya harus masukin ke hati,sampai kayak enggak bisa tidur, mikirin, gitu. I remember,I think I said something to you like that di…di obrolan kita waktu itu.Orang-orang yang ngomong ke kamu, Ken, kamu kenal juga enggak!Ngapain harus diambil hati? Dan–Another thing ya, mereka juga bukan pengkhotbah.Mereka belum pernah berkhotbah di depan.Enggak mudah lagi untuk berkhotbah seperti kita.Nah, ini yang…yang saya rasa– Kalau kita bisa filternya itu aja,akan bisa sangat menolong kita untuk apa ya— Gak usah diambil hati! – Tadi pertama, uhm…If you don’t know them personally,- …don’t take it personally. – Yap!Lalu yang kedua, kalau mereka enggak- in the same battle atau arena… – Yap!- …as, as you… – Karena…karena I look at it as like a…sebuah pertarungan ya. Dan kalau mereka nggak ber–Misalnya gini– Makanya aku pakai kata-kata “babak belur”,karena kadang-kadang it’s that… it’s that experience of battling it.Banyak orang bilang, ”Iya gue juga di… di tim Praise & Worship,” gitu.”Gue juga main musik!” I know, but, are you–Udah babak belur sama kayak aku enggak? Gitu loh.Ngerti maksudnya ya? Ada level pengalaman yang jadi pembeda.Kalau misalnya, misalnya nih. Ada orang dari mana bilang,“Aku enggak suka lagu kamu! Lagu kamu jelek!”itu beda dampaknya, dengan misalnya, seorang Israel Houghton, teman saya,seseorang yang sudah menulis lagu cukup lama dan bilang,”Bro, lagumu itu! “Lagu itu harus kamu benerin!”Itu beda weight-nya Apa, uhm, bobotnya beda.- Nah, ini yang aku selalu bilang. – Great! Thank you, Sid!- Uhm, lastly. – Ya!Uhm, kan selama ini kita bahas, you know. You and I, kita ada di media.- We’re preaching, kita mengajar. – Hm.Kamu seorang penulis lagu, penulis buku, dll. -HmAda enggak advis untuk jemaat atau teman-teman yang nonton,yang di bidang lain, gitu. Maybe they’re uhm, at home,homemaker, sebagai ibu rumah tangga mungkin.- Atau, uhm, I don’t know, akuntan di bank. – Ya.Karena setiap mereka, saya yakin, setiap kita,Tuhan berikan, you know, uhm, a certain purpose,dan keunikan yang berbeda-beda, gitu.Nasihat apa yang akan kamu berikan supaya mereka beranimenjadi their authentic self dan bisa jadi diri sendiri.Itu pertanyaan yang baik.Uhm, I read this quote once. Ada…ada satu kutipan yang bilang gini:“Agama dunia mengajarkan bahwa jika engkau taat, engkau akan diterima.Tetapi kekristenan mengajarkan, engkau sudah diterima,sebab itu engkau menjadi taat.”So, I think, for me personally, ada sesuatu yang berubah dalam diri saya,pada waktu saya sadar betul, bahwa Tuhan Yesus menerima saya apa adanya.Menerima, like, Dia bener-bener menerima saya apa adanyaDan saya rasa, kita bisa menjadi autentik, pada saat kita sadar kalau kita diterima.Uhm, yang seperti tadi saya bilang, “rasa tidak aman itu bukan bawaan lahir”.Bahwa dari masa lalu kita, dari keluarga,dari apa pun yang terjadi, situasi yang terjadi dalam kehidupanmembuat kita menjadi itu;entah kita menjadi minder atau kita menjadi percaya diri.Tetapi kita harus sadar, bahwa yang membuat kita percaya diri—yang seperti kayak sering saya khotbahkan kan—“Aku PD, tapi bukan percaya diri, tapi ‘percaya Dia’.”There is a big difference,pada waktu kita sadar betul bahwa kita ini adalah ciptaannya Tuhan.Everything that happens, segala sesuatu yang terjadi dalam musim kehidupan kita,Tuhan ada kendali di dalamnya. That He is still in control.Dan rencananya Tuhan, rencana yang baik. Nah, kalau kita bisa menerima itu,saya rasa, apa ya– Kita akan sangat menerima diri kita.Whatever happens, apa pun yang sudah terjadi di masa lalu,seperti yang tadi kamu khotbathkan tentang rasa malu, dan…dan…rasa takut.Uhm, kita bisa mengampuni diri kita sendiri terlebih dahulu.Because I think that’s the biggest battle.One of the biggest battles for us as adults, adalahto forgive ourselves. Untuk being kind to ourselves.Itu susah banget di zaman sekarang ini,karena kita lebih senang mendengarkan apa kata orangdibandingkan kita mendengarkan kata kita sendiri.Tapi pada saat kita berserah kepada Tuhan,kamu tahu kan…kata “berserah”– Saya selalu bilang,kekuatan super saya adalah penyerahan diri.Pada saat kita berserah kepada Tuhan, tahu bahwa,“Tuhan menerima aku loh! Apa adanya loh!Dengan semua masa laluku, kegagalanku!” Dan semua keadaan kita and our future.Saat itulah kita bisa menerima kita dan menjadi diri kita sebenarnya yang autentik,untuk memuliakan Tuhan. Dan ini berlaku untuk semua;ibu rumah tangga, pengusaha, mau siapa pun, you know,siapa pun kamu, kalau kamu mengerti kuasa penerimaandari Tuhan Yesus, kita bisa berfungsi dan melakukan apapunyang Tuhan mau kita kerjakan dalam hidup ini.- Karena Tuhan terima kita apa adanya,- as who we are… – Hm!- maka kita harus belajar menerima diri kita- sebagaimana adanya. – Yes!Dan justru ini yang kita tampilkan kepada dunia,- diri kita yang autentik. – That’s it!Saya suka banget yang kamu bilang, bahwa Tuhan pun, Bapa,memberikan pakaian kepada Adam dan Hawa;meskipun Dia tahu bahwa anak-anak-Nya sudah berdosa sekalipun,Dia tetap merangkul Adam dan Hawa!Nah, saya merasa ini yang kebanyakan dari kita struggle.Karena kita selalu berpikir bahwa dosa kita udah terlalu besar,sehingga Tuhan tidak mau menerima kita.Padahal kalau kita melihat bahwa Tuhan menerima kita apa adanya kok!Dan di saat saya menyadari itu, 20 tahun yang lalu, 25 tahun yang lalu,di situlah saya mengubah cara pandang saya terhadap hidup,cara pandang saya terhadap perkataan orang lain,tentang saya, atau karya saya, atau kreativitas saya, lagu-lagu saya,apa pun yang saya lakukan, keluarga saya.Aku udah menjadi kayak orang yang— bukannya enggak peduli ya—tetapi jauh lebih bisa menyaring apa yang saya izinkan masukke dalam hati saya dan pikiran saya.- Itu saja. – Bagus banget, Sidney, terima kasih banyak…- …untuk semua yang kamu bagikan hari ini. – Terima kasih kembali!- Uhm, boleh mungkin kita berdoa, untuk… – Tentu!- …uhm, gereja… – Tentu!- …teman-teman yang mendengar semua ini. – Tentu!Boleh berdoa untuk kita semua?Church, kalau teman-teman mau dan teman-teman mau memejamkan matadan mungkin mengangkat tangan teman-teman di rumah masing-masing,