JPCC Sutera Hall 2nd Service (19 October 2025)
Selamat Pagi Saudara Semua, Terima Kasih untuk semua volunteers yang melayani hari ini, dan saya juga mau menyapa saudara semua yang bergabung secara online. Kita mau melanjutkan series pengajaran Ketiga, “From Reverence to Excellence”, dan saya berharap saudara belajar sesuatu dalam beberapa minggu terakhir ini.
Saya bersyukur saudara, bahwa selama saya ikut Tuhan, saya sering dipertemukan dan juga dikelilingi oleh orang-orang yang imannya begitu luar biasa, khususnya di antara saudara semua disini. Yang saya maksud bukan orang-orang yang setiap kali berdoa langsung mendapat mukjizat, mereka langsung dapat apa yang mereka inginkan.
Meskipun saya senang kalau itu terjadi, puji Tuhan. Kalau kita berdoa, kita terima jawaban kita, kita mengalami mukjizat. Tetapi yang saya maksud dengan orang-orang yang imannya luar biasa adalah orang-orang yang mengalami musibah, mengalami tragedi dalam hidup, bahkan mungkin dalam kehilangan dan kerugian banyak, seperti kehilangan pekerjaan mungkin, dikhianati orang kepercayaan mungkin, mengalami sakit penyakit mungkin, atau mungkin sakitnya juga tidak bisa sembuh, ditinggalkan orang yang disayangi. Dan di tengah semua itu, mereka tetap mampu berkata, “Saya tetap percaya sama Tuhan.”
Ada juga yang merespon dengan berkata, “Saya yakin bahwa Tuhan punya tujuan di balik semua ini. Ada juga yang merespon dengan berkata, “Saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi saya akan memegang terus kepada Tuhan”. Itu sungguh luar biasa.
Malah tidak jarang saya ketemu dengan orang yang berkata seperti ini, “Justru karena saya mengalami musibah ini, entah kenapa saya semakin cinta Tuhan. Karena Tuhan membuktikan bahwa penyertaanNya itu lebih dari cukup buat saya.”
Saya selalu berpikir, “Wow, sebagai seorang pastor, seorang hamba Tuhan, belum tentu saya bisa berespon seperti itu. Belum tentu.” Kalau saya mengalami hal yang sama, belum tentu saya responnya seperti itu. Tetapi seringkali saya lihat jemaat, DATE members, saudara semua di sini yang mengalami masa-masa yang sulit dalam hidup saudara, dan saya terinspirasi.
Saya belajar dari saudara semua disini bagaimana saudara bisa punya iman yang unggul, “an excellent faith”, iman yang excellent, pengharapan yang unggul, pengharapan yang excellent. Lebih unggul daripada pengharapan-pengharapan lain. Pengharapan-pengharapan lain yang mungkin bisa kandas saat dihadapi dengan musibah, tragedi, dan hari-hari yang sulit.
Judul kotbah hari ini adalah “Excellent Through Trials”. Tetap unggul dalam pencobaan.
Biasanya ada dua respon yang extreme yang seringkali saya lihat saat orang Kristen mengalami pencobaan atau kesusahan dalam hidup mereka.
Respon pertama yang saya sebut respon “I will power-up”.
Orang seperti ini, di tengah musibah yang terjadi, mereka mengklaim, mereka meng-aminkan, mereka meng-imankan, dan mereka memaksakan mukjizat. Dan mereka berusaha untuk menggunakan kuasa Tuhan untuk mendapatkan jawaban dan terobosan.
Orang-orang di sini terlihat super rohani, super spiritual sekali. Seolah-olah mereka hidup di dunia yang berbeda. Seolah-olah mereka “in denial”. Tidak menerima realita atau kenyataan. Dan mereka menganggap orang yang mengalami musibah itu seperti orang-orang yang tidak beriman atau kurang imannya.
Saya kadang-kadang sering mendengar statement seperti ini. “Kamu sampai sekarang tidak punya jodoh? Karena kurang iman!”.
Wah, saya mendengar itu bertahun-tahun, bukan “curcol”, just keeping it real.
“Kalian sampai sekarang belum punya anak? Karena kurang iman!.”
Ada yang bilang begini, “Ayuk dong, lebih giat lagi cari Tuhan, Ayuk dong, pelayanan, kasih persembahan lebih, supaya dapat terobosan dan kamu bisa keluar dari masalah kamu.
Ada orang seperti itu, mereka akan “I will power-up”, dalam menghadapi situasi ini.
Nah ada juga, pada saat orang-orang yang power-up, setelah sekian lama, mereka tidak mendapatkan jawaban doa mereka, tidak dapat jalan keluar, terobosan dan tidak dapat apa yang diinginkan atau dibayangkan. Mereka kecewa. Lalu mereka lari ke extreme yang satunya lagi.
Respon yang kedua adalah, “I will power-down” atau Menyerah.
Dia menyerah, dia putus asa, dia pasrah. Dia mengatakan, “Ya sudah lah, sudah tidak ada harapan lagi”. Mereka merasa ditinggal sama Tuhan, merasa Tuhan tidak peduli.
“Mana bukti Tuhan yang sayang sama saya? Karena saya mengalami situasi ini kalau Tuhan sayang sama saya”. Mereka berhenti ke gereja, mereka menjauhi komunitas, mereka berhenti berdoa, dan lain-lain.
Nah, orang seperti ini hidup sangat dipengaruhi oleh situasinya. Dia hanya mampu mengeluarkan dan memberikan yang terbaik saat situasinya sedang baik. Dia berkata seperti ini, “I cannot give my best if my situation is not at its best”.
Saya tidak bisa memberikan yang terbaik kalau situasi saya sedang tidak baik. Orang seperti itu, putus asa, tidak punya harapan, merasa untuk apa lanjut lagi.
Jadi kalau diperhatikan, mau power-up atau power-down, ini bukan respon yang ideal terhadap pergumulan, tantangan, dan pencobaan. Dan seringkali kita lihat bahawa orang merespon salah satu ini kalau ketemu musibah, rintangan atau kesulitan. Jadi, bagaimana dong? Firman Tuhan memberikan jalan yang lebih baik.
Hari ini kita akan belajar dari Surat Yakobus. Dan, saya akan kasih sedikit konteks dari Surat Yakobus ini. Surat ini ditulis oleh Yakobus, Yakobus ini adalah saudara Yesus. Yakobus ini adalah anaknya Yusuf dan Maria.
Jadi, Yesus dikandung oleh Roh Kudus, tetapi Yakobus anaknya Yusuf. Jadi, meskipun mereka dekat secara keluarga, kalau saudara mau belajar lebih lagi, saudara bisa baca di Yohanes pasal 7, bahwa Yakobus ini awalnya tidak percaya sama Yesus.
In fact, ada banyak, saya sering dengar, bahwa bukti terbesar bahwa Yesus adalah Anak Allah, sesuai dengan klaim Dia sendiri, adalah karena Yakobus percaya.
Saudara mau atau pernah tidak disini, punya kakak, dan kakak saudara bilang, “Aku Tuhan loh”. Mereka dari kecil tumbuh bersama, kenal satu sama lain, dan ujung-ujungnya Yakobus percaya. Buat saya lebih sulit untuk meyakinkan adik bahwa saya ini Tuhan, unless dia benar-benar tahu dan melihat bahwa Yesus ini, lakaknya ini ternyata adalah anak Allah.
Anyway, kita lanjutkan. Nah setelah Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada Yakobus, dan lain-lain, di 1 Korintus 15 ayat 7, Hidup Yakobus berubah total. Sejak itu Yakobus dikenal sebagai orang yang rendah hati, dan dia setia memimpin gereja mula-mula. Bahkan dia sampai menjadi martir. Dia seorang gembala di gereja mula-mula.
Nah, Yakobus menulis surat ini kepada orang-orang Yahudi yang telah percaya sama Yesus. Mereka meninggalkan agama mereka sesuai hukum taurat, mereka mau ikut Yesus. Tetapi orang-orang ini, diaspora, tersebar di berbagai tempat wilayah di romawi.
Mereka ini adalah orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah, kota, setelah mereka dianiaya di Yerusalem. Terutama khususnya ada seorang martir bernama Stefanus yang dibunuh, dan setelah itu Mereka menyebar dan berpencar kemana-mana. Disaat itu, tidak mudah untuk mereka, mereka dianiaya karena ikut Yesus, mereka diusir dari tempat ibadah Yahudi. Mereka dijauhi dari keluarga dan komunitas Yahudi. Mereka terlantar pekerjaan dan mereka hidup miskin. Mereka mengalami ketidakadilan dari masyarakat dan juga pemerintah, karena mereka ditekan terus.
Jadi di tengah situasi seperti ini, Yahobus menulis surat ini untuk menguatkan iman mereka. Supaya mereka tetap tegar, berpegang teguh kepada Tuhan. Supaya mereka tidak menyerah, dan menunjukkan iman yang berbeda dan “real” dalam hidup mereka sehari-hari.
Opening Verse – [2] Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, Yakobus 1:2 TB
Ini menarik. Dari ayat pertama saja ini sudah agak sedikit berbeda. Perhatikan kata “anggap” dulu di sini. Anggap artinya cara kita melihat sesuatu, cara kita menyikapi sesuatu.
Kalau Yahobus kasih instruksi untuk menganggap sesuatu, artinya kita mampu mengubah cara kita menganggap. Kalau tidak, tentu tidak fair. Kalau dia kasih instruksi, anggaplah, berarti kita bisa “shift” cara kita melihat sesuatu. Kita bisa memilih bagaimana cara kita melihat pencobaan dan masalah kita.
Jadi, apapun yang terjadi kepada kita, kita masih punya pilihan. Ada orang yang merasa bahwa ini musibah dan tragedi, tetapi Yahobus bilang kamu bisa menganggapnya berbeda. Karena mereka percaya di dalam Yesus. Kita masih punya pilihan. Karena kita dikasih instruksi untuk “anggaplah”.
Kita bisa melihat pencobaan atau musibah sebagai suatu penderitaan. Atau kalau sesuai dengan Yahobus bilang, kita bisa melihat itu sebagai suatu kebahagiaan.
Kalau saudara pikir, ini tidak normal. Saudara benar. Tidak normal sekali. Mana mungkin kalau saudara mengalami musibah, dan sikapnya bahagia. Mungkin saudara disebut agak “psycho”. Karena orang lagi kesulitan, lagi mengalami kesusahan, kenapa dipaksa untuk bahagia? Kayak tidak ada empati sama sekali. “Kalian tidak mengerti situasi gue yah? Masa di tengah kehilangan ini, lo suruh gue untuk harus bersyukur dan bahagia?
Tapi saudara, yang membedakan apakah kita kejam, insensitif, tidak ada empati, yang membedakan adalah mengapa. Yang membedakan adalah the why, the reason, dan alasan. Tanpa alasan yang jelas dan kokoh, maka akan terlihat seolah-olah kita ini “in denial”, Seolah-olah kita sama dengan group yang “I will power-up”. Seolah-olah kita disuruh hanya think positive aja.
Supporting Verse – [3] sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Yakobus 1:3 TB
Nah,Yakobus menjelaskan, bahwa bagi orang percaya, setiap kali orang percaya mengalami musibah, tragedi, kesusahan, ada kategori baru untuk menginterpretasikan apa yang dialami. Ada kategori baru untuk menafsirkan apa yang sedang terjadi dalam hidup kita. Ada label yang baru untuk orang yang percaya pada Yesus.
Untuk yang tidak percaya Yesus, tragedi labelnya, tragedi. Musibah labelnya, musibah. Pencobaan labelnya, pencobaan. Tetapi untuk yang ikut Yesus, yang percaya Yesus, labelnya berbeda.
Dan sesuai ayat yang kita baca tadi, labelnya adalah ujian terhadap iman. Itu labelnya. Itu kotaknya. Segala macam pencobaan, kesulitan, musibah dan lain-lain masuk ke dalam kotak itu. Yang namanya apa? Oh, ini adalah ujian terhadap iman.
Nah, mengapa ujian terhadap iman? Karena saudara, iman kita itu, iman harus diuji. Iman itu harus dimurnikan. Kenapa? Karena tanpa iman, manusia tidak mungkin berkenan dihadapan Allah.
Itu kita baca di Ibrani, sudara. Tanpa iman, manusia tidak mungkin berkenan dihadapan Allah. Allah menyalakan api yang namanya ujian atau pencobaan ini, bukan untuk membakar dan menghanguskan kita. Bukan untuk menghancurkan kita, tetapi untuk memurnikan kita.
Dan gini, sudara, iman ini bukan superpower. Iman ini bukan disini yang kayak power-up, bukan! Kita tidak ke situ arahnya. Iman adalah mengalihkan kepercayaan kita dan fokus kita dari diri sendiri, dan kita alihkan kepada Yesus.
Kita percaya bahwa Yesus yang menyelamatkan kita, saat kita tidak layak. Kita percaya bahwa Yesus yang mengasihi kita, sehingga Dia rela memberikan nyawanya dan mengganti kita. Kita percaya bahwa Yesus sanggup menyelesaikan apa yang Dia mulai. Kita percaya bahwa meskipun kita menderita sekarang, Dia mampu untuk memulihkan kita, bisa sekarang, dan bisa nanti. Bisa saat Dia kembali lagi. Itulah iman. Itulah pengharapan kita yang unggul, yang excellent.
Nah, kenapa penting?
Karena seringkali kita menaruh harapan kita dalam hal-hal yang palsu. Kita punya harapan yang palsu. Kita main “claim” aja, karena kita mau hidup yang nyaman. Benar, saudara. Saya juga mau banget hidup yang nyaman. Saya belum ketemu orang yang tidak mau hidup yang nyaman. Kita mau hidup yang nyaman. Kita mau hidup yang bebas dari penderitaan, Kita mau dipandang orang, kita mau diterima, kita mau mengendalikan situasi dan kita mau mengendalikan orang lain.
Sedangkan harapan dalam Yesus adalah harapan yang jauh lebih excellen, lebih unggul. Sangat dibutuhkan ujian api untuk memunculkan iman dan pengharapan-pengharapan yang palsu dalam hidup kita.
Maksudnya apa?
Karena ternyata ada orang disaat uangnya hilang, dia rontok dan hancur. Berarti apa? Berarti iman dan pengharapannya ada pada uang.
Ada orang saat dicabut kedudukannya, dia depresi. Dia mengambil nyawanya sendiri. Berarti apa? Iman dan pengharapannya ada di mana? Ada di kedudukannya.
Ada orang yang pencapaian dan harta bendanya, pengharapannya disana, jadi disaat mereka mengalami mukjizat dan semua itu hilang, mereka langsung runtuh. Jadi, musibah, tragedi kehilangan itu menunjukkan dimana pengharapan dan iman kita.
That’s why, saudara, untuk orang yang ikut Yesus, mengalami semua itu, it’s a gift. Di “X-Ray” untuk menunjukkan, kamu benar iman kamu dan pengharapan kamu ada di dalam Yesus atau bukan. Karena kalau pengharapanmu dalam Yesus, kalau kau kehilangan segalanya, tapi kamu masih punya Yesus, kamu tidak akan jatuh dan runtuh.
Kalau kamu kehilangan segala sesuatu yang sudah kau kerjakan dan raih seumur hidup untuk capai di sini, lalu dalam sekejap kamu jatuh, ditest. Jadi yang kamu cinta itu, yang sudah kamu bangun, atau kamu cinta Yesus.
Untuk orang yang percaya, it’s a gift. Untuk orang yang tidak ikut Yesus, it’s a nightmare. Kenapa?
Karena mereka tidak punya pegangan lain. Makanya saat rintangan dan kesulitan datang, Yakobus bilang “Siap-siap kamu berbahagia, karena kamu akan ditantang untuk menaruh imanmu di satu-satunya yang sesungguhnya bisa memuaskan kamu, dan yang sesungguhnya, excellent, lebih unggul dari yang lain. Karena pengharapan dan iman kamu ini, kekal. Itu sebabnya setiap kali ada cobaan datang, kita bisa berbahagia.
Lalu kita lihat, kita lihat bahwa ujian terhadap iman kita menghasilkan ketekunan. Kata ketekunan disini bukan sekedar sabar ya, saudara. Tetapi daya tahan, kemampuan untuk tetap teguh di tengah beban berat.
Kalau saudara lihat orang lari marathon gitu ya, kadang di ujung-ujung sudah mau menyerah, tetapi langkah demi langkah dia maju terus. Karena dia punya pengharapan. Kita punya pengharapan yang lebih kekal. Meskipun kita bisa kehilangan segala sesuatu. Tetapi selama kita punya pengharapan yang kekal, we’ll be okay. Dan kita bisa dapat motivasi untuk melangkah dan melangkah dan melangkah.
Lalu perhatikan apa yang terjadi saat kita menghasilkan ketekunan.
Supporting Verse – [4] Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. Yakobus 1:4 TB
Kata sempurna di sini bukan berarti tanpa cacat, tetapi dewasa. Kita menjadi dewasa. Kita menjadi stabil. Kita tidak terombang ambing, kita tidak mudah goya, kita menjadi matang. Dan hal ini tidak terjadi semalam saja. Perlu proses. Dan proses itu, saudara, tidak ada jalan pintasnya. Mengalami, melewati luka, air mata, dan kesetiaan yang diuji.
Dan tidak akan bertahan kalau kita tidak sadar bahwa Yesus ini worth it, saudara. Dia berharga. Dan Tuhan akan terburu-buru untuk membentuk kita. Dia mau agar kita jadi matang dan unggul. An Excellent faith yang melandasi di hidup kita. Nah ini points utama kita hari ini. Points utama kita hari ini adalah:
God uses trials to refine our faith into excellence. So that we realize Christ is more than enough for us.
Tuhan memakai ujian untuk memurnikan iman kita agar menjadi unggul. Supaya kita semakin yakin bahwa Kristus lebih dari cukup buat kita. Jadi saudara, semakin kita yakin kalau Yesus cukup buat kita, maka respons kita bukan “I will power-up”. Kenapa saudara? Karena powernya tidak cukup untuk mengatasi apapun yang kita lewati.
Dan respons kita juga bukan “I will power-down” dan menyerah. Kita hidup floating saja, menantikan dan memakai excuse bahwa Tuhan berdaulat. Kalau Tuhan berdaulat, saudara akan penuh dengan pengharapan karena Tuhan itu baik. Jadi, solusinya bukan “I will power- up, solusinya bukan I will power-down”.
Solusinya adalah “I will rest on Jesus”. Aku akan beristirahat dalam kuasaNya Yesus. Aku akan rest. Jangan ngotot dan maksa, Aku akan rest. Bukan juga “ya sudah lah, terserah atau whatever”, saya mau dan seserah”. Tetapi, Tuhan pengharapanku ada dengan Yesus. Aku bisa nangis, aku bisa sedih, hancur, but You got me, Itu Excellent Faith dan saya banyak melihat itu dari banyak saudara semua.
Saya kehilangan orang yang dikasihi, tetapi saya tetapi percaya Tuhan. Itu Excellent Faith! Saya barusan ditipu sama orang, I made a mistake, tetapi saya tahu karena saya memegang Yesus, hidup saya tidak berakhir, dan meskipun saya tidak bisa sekuat yang saya mau, saya mau bersandar dengan kekuatan Yesus. It’s okay kalau saya Lemah tetapi saya tidak menyerah. Excellent Faith
Nah, praktis bagaimana caranya? Kita baca ayat berikutnya.
Supporting Verse – [5] Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Yakobus 1:5 TB
Jadi, saat kita tidak mengerti what’s going on, cara kita “Rest in Jesus”, adalah meminta hikmat dari Tuhan. Saat kita tidak mengerti, mintalah hikmat dari Tuhan. Saat kita tidak mengerti, doanya bukan “Please stop it, Tuhan! Tolong hentikan semua ini”.
Doanya adalah, “Tuhan, apa yang Tuhan mau aku lihat dari semua? Apa yang Tuhan mau aku pelajari dari hal ini? Apa hikmat yang Tuhan mau sampaikan kepada aku hari ini?”
Pastor Remi berkata seperti ini, saya suka sekali apa yang dia katakan :
Hikmat bukan sekedar tahu apa yang benar, tapi tahu bagaimana berjalan dengan benar di tengah situasi yang salah.
That is so true. Bukan hanya sekedar tahu apa yang benar, tapi bagaimana berjalan dengan benar. Bagaimana menyikapi, menanggapi situasi.
Supporting Verse – [6] Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Yakobus 1:6-7 TB
Jadi jangan bimbang, jangan mendua saat berdoa, percayalah sepenuhnya kepada Tuhan.
2. Saat Berdoa > Percayalah sepenuhNya kepada Tuhan
Maksudnya Fokus, kalau percaya sama Tuhan, benar-benar katakan bahwa Dia adalah satu-satunya harapan bagi kita. Fokus dan pegang Teguh itu.
Supporting Verse – [8] Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. Yakobus 1:8 TB
3. Saat Memilih >Tetapkan hati kepada Tuhan.
Maksudnya apa?
Di tengah saudara tidak mengerti, dan mungkin saudara bimbang harus memilih opsi A atau B. Saya harus ngapain dan harus bagaimana?
Hatimu ditetapkan, artinya Tuhan berada dalam hati kita. Apapun pilihan aku, Tuhan sanggup menuntun aku. Tetapkan hati kita kepada Tuhan. Fokus kita kepada Tuhan. Minta hikmat kepadaNya. That’s how you rest in His Power.
Tetapkan hati kepada Tuhan artinya apapun kehendak Tuhan yang terjadi, kita terima. Tuhan sembuhkan atau tidak, kita terima dan Dia punya plan untuk kita, dan Dia sanggup untuk memberikan yang terbaik yang kita perlukan.
God uses trials to refine our Faith into excellence so that we realize that Christ is more than enough for us.
Kabar baiknya buat saudara yang merasa tidak layak, tahukah bahwa kabar baikNya Yesus menghidupi hidup yang seharusnya kita hidupi. Dia menjadi wakil kita dan Kebenaran kita, karena Tuhan menuntut kesempurnaan dan yang sempurna hanyalah Yesus. Dan Tuhan adalah Tuhan yang adil, Dia juga mengambil ganjaran dosa kita, kita yang seharusnya dihukum mati, tetapi Yesus menggantikan kita di kayu salib sehingga seluruh amarah Allah menimpa Dia sehingga kita semua bisa bebas dari hukuman.
– Apapun kendak Tuhan yang terjadi, aku terima.
– Tuhan sembuhkan, aku terima.
– Tuhan tidak sembuhkan, Tuhan punya tujuan.
Tetapkan hatimu. Biarlah. Dan dia selalu memberikan yang terbaik bagi kita. Bukannya kita pikir yang terbaik, saudara. Tapi tidak. Tuhan menggunakan percobaan untuk menguji kita. Supaya kita menyadari, Kristus lebih dari kita. Tuhan memakai ujian untuk mengerti kalimat ini. Agar kita semakin yakin bahwa Kristus lebih dari kita.
Apakah kita semua, saudara, yang merasa tidak layak. Tapi aku sudah jauh dari Tuhan. Mungkin saudara pertama kali hadir. Saudara kalau baik, ada khusus menghidupkan hidup yang seharusnya kita hidup. Dia menjadi wakil kita. Dia menjadi kebenaran kita. Saat saudara merasa tidak punya kebenaran, dia menjadi kebenaran kita. Karena Tuhan, Allah Bapak, memiliki kebenaran Yesus. Yang dia melatih kita.
Jadi saudara, kita harus tahu bahwa Tuhan akan melatih kita. Dia melatih berdasarkan pengorbanan Yesus. Dan mari percaya, Yesus sempurna. Kalau baik buat kita. Dia memaafkan Yesus. Dia menghilangkan segala perbuatan. Dan semua perbuatan yang pasti. Dia juga melihat diri yang memalukan. Dia melihat diri yang memalukan. Karena dia punya kuasa apa? Yang eksel. Kuasanya dia apa? Yang eksel. Harapan dia tidak ada. Harapannya tidak ada. Janganlah saudara.
Kalau kita semua seperti ini. Saudara datang. Mungkin saudara sedang mengalami hari-hari yang sulit. Saudara tidak tahu harus ngapain. Saudaramungkin berusaha di bawah. Dan ada banyak yang sedang di bawah. Kita harus tahu tentang apa yang kita lakukan. Kita harus tahu tentang apa yang kita lakukan. Kita harus tahu tentang apa yang kita lakukan.
Di tengah kelemahanmu, ketidakmampuanmu, semua bisa menaruh pengharapan saudara dari Yesus. Semua bisa beristirahat lagi. Yes, it’s fine. Memang sulit. Tapi Yesus lebih dari cukup. Yang tahu masa depanmu. Dia adalah pengharapannya.
Setiap mata kepedihan, kalau ada yang di sini yang mungkin sedang menghadapi hari-hari sulit, saudara mau berdoa. Karena dia di dalam sini. Kita harus berdoa. Silakan. Masuk ke dalam sini.
Bapak dan saudara, kalau lihat respon dari anak-anakmu, tangan-tangannya, perangkat kerja, proklusteran. Untuk berdoa oleh firman hari ini, mereka bisa menentangkan hati untuk menaruh kepercayaan mereka dalam Yesus. Yang lebih dari cukup. Untuk memenuhi segala kesedaranmu.
Melalui proses ini Tuhan, aku berdoa, Kau expose pengharapan-pengharapan palsu. Kau expose di mana-mana yang palsu. Dan kau menyatakan dirimu sebagai sumber pengharapan yang sempurna. Yang ekstra.
Terima kasih. Terima kasih Tuhan.