JPCC Online Service (1 Mei 2022)
Opening Verse – Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit,— Dialah Allah— yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya,— dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami—: “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain. Tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia! Aku, TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus.” Yesaya 45:18-19 (TB)
Hai, apa kabar Saudara semua yang dikasihi Tuhan? Di mana pun Saudara berada, saya berharap Saudara semua dalam keadaan baik, sehat, dan penuh dengan damai sejahtera. Jika ada di antara Saudara yang dalam keadaan kurang baik hari ini, tantangan dan beban begitu menghimpit Saudara, percayalah bahwa Tuhan— melalui firman-Nya— mampu memberi kekuatan bagi Saudara. Amin?
Hari ini kita memasuki bulan baru dengan tema baru. Di bulan lalu kita belajar mengenai “Mendengar Suara Tuhan” sebagai tanda perilaku “DEVOTED” [Setia]— berakar di dalam Kristus dan dibangun di atas Kristus, menunjukkan kekuatan dan tetap berada di jalan yang benar di tengah-tengah kesulitan.
Bulan ini kita akan belajar tentang “Stewardship”— mengurus apa yang Tuhan percayakan dalam kehidupan kita. Seperti ayat yang kita dengar di awal katakan, bahwa Tuhanlah pencipta dan pemilik segala sesuatu, dan Ia membentuk bumi untuk kita diami.
Oleh karena itu, seharusnya kita mengurus isi bumi ini. Untuk mengawali tema “Stewardship” atau “The Good Steward”, khotbah hari ini saya beri judul: “Good and Faithful” (Baik dan Setia). Siapkan pikiran, hati, dan catatan Saudara.
Sharing Ps. Ary – Suatu kali, saya memberi anak saya sebuah tablet. Saya beri tahu dia bahwa saya membeli dan memberi tablet ini untuk membantu dia mengerjakan tugas-tugas sekolahnya, dan boleh dia gunakan sesekali untuk bermain. Namun saya mau dia mengerti dan ingat, bahwa ini saya beli dengan harga yang tidak murah karena fungsinya yang demikian hebat, maka dia harus urus dengan baik, tidak sia-siakan nilai dan kegunaannya.
Lalu saya percayakan tablet tersebut pada anak saya karena saya mengenal dia. Namun, apa yang terjadi? Anak-anak terkadang lupa— sebenarnya orang dewasa juga, sih. Anak saya meletakkan gawai tersebut dengan sembarangan, sehingga menjadi kotor dan tidak berada di kondisi yang seharusnya.
Akibatnya yang terjadi tak sesuai dengan harapan saya. Saudara pernah mengalami hal demikian? Atau Saudara saat ini sedang dipercayakan sesuatu oleh seseorang yang Saudara kenal dan dia mengenal Saudara?
Mari kita pelajari apa yang tertulis di Alkitab. Tugas pertama yang Tuhan berikan kepada manusia setelah manusia diciptakan adalah: mengurus taman milik Tuhan.
Supporting Verse – TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Kejadian 2:15 (TB)
Kata lain dari “mengusahakan” dan “memelihara” adalah “mengurus“. Mengusahakan bukan berarti sekadar menjaga agar kondisinya tetap baik, melainkan, makin meningkatkan nilai fungsinya. Sedangkan memelihara berarti memastikan peningkatan nilai tersebut terus terjadi sehingga dapat berkembang sesuai harapan.
Jika Saudara diberi kesempatan untuk mengurus milik dan ciptaan Tuhan yang sedemikian sempurna, seperti taman Eden, mungkin Saudara berpikir: apa lagi yang bisa dilakukan untuk mengurus sesuatu yang sudah sedemikian sempurnanya?
Namun, menarik bahwa Tuhan memberi ruang bagi Adam untuk melatih kesetiaan dan tanggung jawabnya sebagai manusia serta untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam memperluas kerajaan Allah di muka bumi ini; “memperluas kerajaan Allah” ditandai dengan makin banyak orang yang setia mengikut Tuhan, menerima dan mengaku Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat, serta mau hidup berakar di dalam-Nya dan dibangun di atas-Nya.
Makna “stewardship” [kepengurusan] menurut Holman Bible Dictionary adalah: memanfaatkan dan mengelola semua sumber daya yang Tuhan sediakan untuk kemuliaan Tuhan dan keadaan yang lebih baik bagi ciptaan-Nya.
Dalam Matius 25:14-30, Yesus memberikan pengajaran melalui perumpamaan tentang talenta kepada para murid— sebuah kisah yang mungkin sudah sangat familiar bagi sebagian Saudara.
Namun hari ini saya ingin ajak Saudara menyelidiki lebih dalam, karena menurut saya perumpamaan ini mengajarkan prinsip-prinsip kepengurusan dengan sangat jelas. Sekadar pengingat, dalam perumpamaan ini dikatakan, ada seorang tuan yang memiliki tiga hamba.
Ketika dia hendak pergi ke luar negeri untuk beberapa saat, dia memercayakan hartanya untuk diurus oleh tiga hamba tersebut. Dan setelah tuan tersebut kembali, dia hendak mengadakan perhitungan dengan mereka untuk menguji jika para hamba tersebut menjalankan perintahnya dengan baik.
Supporting Verse – ”Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.” Matius 25:14 TB
Kata “memanggil” dan “memercayakan” berarti inisiatif berasal dari si tuan, dan tuan tersebut mengenal para hambanya dengan baik. Kalau tidak mengenal, bagaimana mungkin dia memanggil mereka dan memercayakan hartanya?
Berbicara tentang “mengenal“, kita sudah belajar sepanjang bulan lalu dari Yohanes 10 mengenai Gembala yang Baik.
Supporting Verse – Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Yohanes 10:14 (TB)
“Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.” Matius 25:15 (TB)
Saat membaca ayat ini, mana yang Saudara fokuskan: jumlah talenta yang berbeda atau frasa “masing-masing menurut kesanggupannya”? Bagaimana jika Saudara di posisi hamba yang dipercaya talenta lebih sedikit? Saudara merasa diremehkan atau sebaliknya merasa bersyukur karena dipercayakan sesuatu sesuai kapasitas Saudara saat ini?
Dan akankah Saudara lebih bersyukur lagi jika alasan sang tuan memercayakan jumlah tersebut adalah dia mengerti kapasitas masing-masing Saudara karena dia benar-benar mengenal Saudara dengan baik? Bagaimana respon ketiga hamba tersebut?
Supporting Verse – “Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.” Matius 25:16-18 TB
Dua hamba yang menerima kepercayaan lebih banyak mengurus dengan baik, mengusahakan talenta yang dipercayakan tuannya, sedangkan satu hamba yang menerima lebih sedikit justru menyembunyikan apa yang dipercayakan kepadanya.
Menurut Saudara, mengapa dia bersikap demikian? Apakah karena dia merasa diremehkan dan iri dengan temannya yang dipercaya lebih banyak?
Saya berharap Saudara makin penasaran. Mari kita lanjutkan. Apa yang terjadi setelah itu?
Supporting Verse – “Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25:19-23 TB
Hamba yang pertama dan kedua sama-sama tidak fokus pada dirinya sendiri saat menunjukkan keberhasilan untuk mengurus harta atau talenta yang dipercayakan tuannya kepada mereka.
Mereka tidak berkata: “Hai tuan, lihatlah aku yang telah berhasil, pujilah aku, dan berikan aku komisi.”
Sebaliknya, mereka hanya fokus pada harta milik tuannya atau kepentingan tuannya. Maka, alih-alih mereka berkata, “Lihatlah aku dan kehebatanku dalam mengurus ini semua,” mereka justru berkata, “Lihat, aku telah beroleh laba dari harta yang kau percayakan itu.”
Mereka tidak mencari pujian atau keuntungan bagi diri mereka sendiri. Mereka benar-benar hanya fokus pada tanggung jawab mereka untuk kepentingan tuannya. Dan yang menarik, respon tuannya adalah memuji mereka untuk alasan yang sangat jelas.
Yang pertama dikatakan, “Baik sekali perbuatanmu itu.” Ia menilai karakter hambanya dari perbuatan mereka. Berarti tujuan dia memercayakan harta tersebut adalah untuk menguji karakter mereka, sehingga mereka dapat mengembangkan kapasitasnya di kemudian hari, yang tentu menjadi keuntungan bagi mereka.
Yang kedua, ia berkata: “Hai hambaku yang baik dan setia, karena engkau telah setia dengan perkara kecil, aku akan memercayakan tanggung jawab yang lebih besar.”
Lalu ia melanjutkan dengan memberi penghargaan yaitu: “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Mereka diundang untuk masuk dan turut serta dalam semua hal yang menjadi kebahagiaan bagi tuannya.
Ini berarti mereka diundang untuk mengenal tuannya lebih dalam. Jika kita mengenal seseorang makin dalam, bukankah dia akan makin sering berbicara pada kita? Bukankah dia makin sering menceritakan isi hatinya secara terbuka pada kita? Bukankah dia makin mengungkapkan dengan jelas pemikiran dan rencana-rencananya untuk kita? Dan bukankah hubungan kita dengannya menjadi semakin intim?
Namun bagaimana dengan hamba yang menerima lebih sedikit?
Supporting Verse – “Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!” Matius 25:24-25 TB
Respon hamba ketiga menunjukkan sikap tidak mau bertanggung jawab, malah melempar kesalahan dengan menuduh tuannya. Dia berasumsi terhadap tuannya. Frasa “Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah…” menunjukkan persepsi hamba ini terhadap tuannya dan betapa dangkal ia mengenal tuannya.
Lalu tuannya menjawab demikian:
Supporting Verse – “Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Matius 25:26-30 TB
Dari hal ini Saudara bisa melihat dengan jelas prinsip keadilan dan kebaikan dari si tuan ini. Mengapa justru yang tidak mempunyai, semua diambil daripadanya?
Pastor Jeffrey Rachmat, dalam salah satu pengajarannya, pernah berkata demikian: “Segala sesuatu yang didiamkan saja, atau tidak diurus, akan turun kualitasnya dan rusak dengan sendirinya.”
Jadi, perbuatan tidak mengurus atau mendiamkan saja apa yang dipercayakan tuan kepada hambanya adalah sama dengan menginisiasi penurunan kualitas atau kerusakan dari harta atau talenta yang dipercayakan.
Lalu bagaimana dengan harta rohani dan jasmani kita—spiritual, mental, fisik kita? Apakah kita mengurusnya dengan baik dan setia? Hubungan, pernikahan, pekerjaan, pelayanan, keuangan—apakah kita sudah mengurusnya dengan baik?
Bukan berarti kita harus sempurna di semua area tersebut. Namun, apakah kita bersedia mengusahakannya menjadi lebih baik karena kita mengenal maksud dan karakter Tuan yang mempercayakan semua harta itu?
Menarik bahwa kontras yang kita lihat dari sikap dua hamba pertama dengan hamba yang ketiga ini direspon juga dengan kontras dalam sebutan tuannya kepada mereka.
Sifat “jahat dan malas” dikontraskan dengan sifat “baik dan setia”. Saudara pasti dapat menjawab dengan cepat jika saya tanya: Apa lawan kata dari “baik”? Tentu jawaban Saudara adalah “jahat”.
Namun, apa lawan kata dari “setia”? Bisa jadi Saudara bingung, “Apa ya? Tidak setia?” Betul, tapi ternyata “tidak setia” sama artinya dengan “malas”.
Dalam bahasa aslinya, kata “malas” berasal dari kata “oknere” atau “okneros” yang juga berkonotasi “menyulitkan dan menyusut ke belakang.” Dengan demikian, berarti kemalasan hamba ini menyulitkan tuannya untuk mencapai tujuannya dan membuat talenta yang dipercayakan kepadanya mengalami penyusutan nilai.
Setelah mempelajari perumpamaan tentang talenta ini, ada dua prinsip yang ingin saya bagikan kepada Saudara.
Yang pertama adalah prinsip rasa memiliki (ownership).
Seorang hamba atau pengurus harta yang baik adalah orang yang merasakan kepemilikan terhadap harta yang dipercayakan kepadanya. Perhatikan, merasa memiliki sangat berbeda maknanya dengan merasa berhak untuk memiliki. Apakah Saudara mengerti yang saya maksud?
Yang kedua, prinsip tanggung jawab (responsibility).
Seorang hamba atau pengurus harta yang baik adalah orang yang bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Ia tidak menganggap remeh, tapi melakukan yang terbaik untuk mengusahakan harta tersebut.
Dengan demikian, kita telah belajar bahwa tingkat pengenalan kita akan Tuhan, sang pemilik segala sesuatu, menentukan cara kita mengurus talenta atau harta yang Ia percayakan kepada kita.
Kita melakukannya bukan untuk mendapat pujian yang kita mau dari Tuhan, melainkan sebaliknya, karena kita memuji dan mengakui kasih karunia-Nya kepada kita, karena Dia memercayakan harta itu kepada kita. Setelah mempelajari prinsip-prinsip kebenaran tadi, bagaimana aplikasinya dalam kehidupan kita?
Berikut ini beberapa pertanyaan panduan yang saya harap dapat menolong Saudara.
Yang pertama, menurut Saudara, apa harta atau talenta yang paling berharga yang Tuhan percayakan kepada Saudara, yang membuat Saudara bergerak untuk mengurusnya dengan baik?
Yang kedua, jika Saudara percaya bahwa hamba atau pengurus harta yang baik adalah mereka yang mengenal Tuhan, sang pemilik harta tersebut, dengan baik, seberapa baik dan dalam pengenalan Saudara akan Dia dalam kehidupan Saudara?
Dan yang ketiga, bagi Saudara yang telah percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat dalam kehidupan Saudara, apakah Amanat Agung Tuhan untuk memuridkan semua bangsa masuk dalam kategori harta yang paling berharga?
Jika jawaban Saudara “ya”, apa yang Saudara akan lakukan untuk menolong mereka yang belum mengenal Tuhan agar dapat menjadi hamba yang baik dan setia, sama seperti Saudara?
Saya berdoa, Saudara tidak sekadar menerima pelajaran hari ini sebagai pengetahuan saja, tetapi Roh Kudus menolong Saudara untuk menjadi pelaku kebenaran, pengurus harta Tuhan yang semakin baik, yang didasari oleh dalamnya pengenalan Saudara akan Dia, sehingga nama Tuhan Yesus Kristus yang kudus senantiasa ditinggikan, dimuliakan melalui kehidupan Saudara. Amin.
Selamat menikmati perjalanan yang menakjubkan, menjadi hamba yang baik dan setia, bersama dengan Kristus, sang Tuan dan Gembala yang baik.
P.S : Dear Friends, I am open to freelance copywriting work. My experience varies from content creation, creative writing for an established magazine such as Pride and PuriMagz, web copywriting, fast translating (web, mobile, and tablet), social media, marketing materials, and company profile. Click here to see some of my freelancing portfolios – links.
If your organization needs a Freelance Copywriters or Social Media Specialist, Please contact me and see how I can free up your time and relieve your stress over your copy/content needs and deadlines. My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com. Sharing is caring, so any support is very much appreciated. Thanks, much and God Bless!