JPCC Online Service (29 Mei 2022)
Salam damai sejahtera untuk para JPCC DATE Member yang dikasihi Tuhan
dan semua yang mengikuti ibadah daring hari ini. Kiranya damai sejahtera dan sukacita dari Tuhan menyertai kalian. Tidak terasa kita sudah masuk di minggu terakhir di bulan Mei. Puji Tuhan untuk semua kemajuan yang dapat kita rasakan bersama dan keadaan yang makin kondusif ini yang mengantar kita masuk ke musim yang berbeda.
Kita juga sudah mendapat izin untuk mulai bulan Juni menambah kapasitas tempat duduk di setiap kebaktian sehingga akan memberi kesempatan kepada lebih banyak lagi yang mau mengikuti kebaktian secara onsite. Tim JPCC Kids juga sedang mempersiapkan diri untuk memulai kebaktian onsite untuk anak-anak kita.
Saya harap para orang tua dapat bersabar sedikit lagi dan menunggu pengumuman berikutnya dari kami. Masih pada tema yang sama yaitu “Stewardship”. Hari ini saya mencoba untuk kembali ingatkan dan menambahkan kepada apa yang sudah kita pelajari selama sebulan ini.
Saya berharap dan berdoa agar apa yang saya sampaikan ini dapat memberikan jawaban dari teka-teki yang mungkin selama ini ada dalam kehidupan Saudara.
Saya temukan banyak yang bertanya, “Mengapa saya belum mendapatkan jawaban dari doa saya?” Atau, “Saya sudah beriman untuk sebuah promosi tapi tidak juga datang, padahal saya sudah berdoa, bahkan sudah berpuasa.” Atau “Mengapa saya belum berhasil dalam bisnis atau pekerjaan, padahal saya sudah melayani atau sudah rajin ke gereja,” dan lain-lain.
Kita sudah belajar bahwa bumi dan segala isinya adalah milik Tuhan, bukan milik kita. Kita tidak memiliki tetapi kita mengelola semua yang dipercayakan di tangan kita. Kita tidak memiliki tetapi kita mengelola semua yang dipercayakan di tangan kita.
Apa yang dimaksud dengan ‘stewardship’, atau penatalayanan, atau pengelolaan?
Penatalayanan adalah tugas dan tanggung jawab untuk mengelola dan memelihara serta mengawasi milik orang lain. Tentunya sebagai seorang yang bertugas untuk mengelola, kita perlu mempertanggungjawabkan kepada Tuhan, sang Pemilik segalanya.
Opening Verse – TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.— perhatikan dua kata yang penting ini, “untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ”Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Kejadian 2:15-17 (TB)
Taman Eden adalah taman buatan Tuhan. Namun Tuhan memercayakan taman tersebut kepada manusia untuk dikelola. Kita bisa lihat bahwa penatalayanan ini sudah diperkenalkan Tuhan kepada manusia dari sejak awal. Berarti kita bisa menyimpulkan bahwa penatalayanan ini sangatlah penting.
Penatalayanan ini diperkenalkan sebelum dosa masuk ke dalam dunia. Berarti, penatalayanan bukanlah akibat dari dosa, tetapi kalo tidak dilakukan dengan benar, akan membawa orang masuk ke dalam dosa.
Perhatikan bagaimana awal mula dosa masuk ke dalam dunia. Bukankah disebabkan oleh manusia yang tergoda untuk melihat apa yang tidak ada di bawah kekuasaan mereka?
Mereka tertarik pada apa yang belum ada di tangan mereka, yaitu buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Mata mereka lebih tertuju pada buah pohon tersebut daripada sibuk mengelola apa yang sudah ada di bawah tanggung jawab mereka.
Bukankah itu yang sering kali terjadi sampai hari ini? Bukannya kita sibuk mengelola apa yang sudah ada di tangan kita, kita malah tergoda untuk memperhatikan apa yang ada di tangan orang lain— apa yang mereka beli, ke mana mereka pergi, apa yang mereka makan, dengan siapa mereka bergaul, dan lain sebagainya, sehingga bukannya kita bersyukur dengan apa yang ada pada kita, kita malah menjadi iri hati.
Lalu kita mulai mempersoalkan, “Kenapa dia yang dapat, bukan saya?” “Kok dia dapat begitu banyak, sedangkan saya dapat cuma segini?” Lalu kita sibuk bergosip tentang hidup orang lain yang tak ada urusannya dengan hidup kita.
Kedewasaan seorang anak Tuhan bisa dilihat dari kemampuannya dalam mengelola apa yang ada di tangannya. Kita tahu bahwa salah satu nilai yang kita pegang di JPCC adalah kedewasaan.
Itu sebabnya kita harus terus belajar dan menjadi pandai dalam penatalayanan, dalam mengelola semua yang Tuhan sudah percayakan kepada kita.
Penatalayanan tidak dapat dilepaskan dari perencanaan, aturan, dan keselarasan dalam pelaksanaan— saya ulangi sekali lagi—perencanaan, aturan, dan keselarasan dalam pelaksanaan, dan komitmen untuk terus melakukannya— bukan cuma sekali saja melakukannya.
Itu sebabnya buat saya, penatalayanan lebih merupakan sebuah gaya hidup, yang jika kita lakukan secara konsisten, akan menghasilkan akuntabilitas.
Pertanyaannya, apa saja yang Tuhan sudah percayakan kepada kita?
Banyak orang cuma melihat harta sebagai berkat yang Tuhan percayakan, padahal masih ada beberapa hal lagi.
Yang pertama, adalah Waktu.
Bagaimana kita mengatur waktu yang Tuhan berikan, karena kepada setiap orang Tuhan memberi jatah yang sama: satu hari berisi 24 jam. Bagaimana kita mempergunakan waktu setiap hari dari sejak kita bangun tidur di pagi hari sampai kita kembali tidur di malam hari?
Apakah kita menghargai waktu yang kita punya? Itu sebabnya di JPCC kita selalu berusaha untuk memulai semua kegiatan kita dengan tepat waktu, karena kita mengerti bahwa kita perlu mengelola waktu dengan baik, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa yang Tuhan sudah berikan.
Yang berikutnya adalah Talenta atau Bakat.
Apa yang kita lakukan dengan bakat yang Tuhan sudah berikan? Karena bakat masih perlu diasah agar menjadi sebuah keahlian. Jadi, bagian dari pertanggungjawaban kepada Tuhan yang memberi bakat kepada kita adalah terus berlatih dan memakai bakat tersebut untuk kemuliaan nama Tuhan.
Yang berikutnya adalah Hubungan.
Tuhan sendiri yang mengatakan: “Tidak baik untuk manusia itu seorang diri saja.” Jadi kita ditentukan untuk menjalin hubungan dengan sesama manusia. Masa depan kita terkait dengan hubungan yang kita bina.
Hubungan yang kita bina dapat membuka pintu atau menutup pintu kesempatan. Kita berjalan dari satu tingkat kehidupan kepada tingkat kehidupan yang lain melalui hubungan yang kita bina dengan orang lain.
Di JPCC, selama beberapa tahun belakangan ini, kita selalu mendedikasikan bulan Februari untuk membahas soal hubungan, karena hubungan penting untuk dikelola, supaya kita mengerti hubungan mana yang harus dipertahankan dan hubungan mana yang harus ditinggalkan.
Penatalayanan yang baik merupakan cara kita bersyukur kepada Tuhan atas apa yang Tuhan sudah percayakan kepada kita. Itu mengapa saya percaya dan melakukan perpuluhan, karena setiap saya kembalikan perpuluhan, saya ingat bahwa saya ini cuma pengelola, dan saya bersyukur bahwa Tuhan masih mempercayakan berkat-Nya kepada saya.
Demikian juga dengan Volunteering. Menjadi Volunteer di gereja adalah bagian dari ucapan syukur, untuk mengingatkan kita bahwa waktu yang kita punya, kemampuan atau bakat yang ada di diri kita, itu datangnya dari Tuhan.
Dengan menjadi Volunteer, kita mengingatkan diri bahwa semua yang ada pada kita datangnya dari Tuhan. Namun, kalau kita menjadi Volunteer dengan niat lain, seperti untuk menampilkan diri, atau untuk mendapat pujian, atau supaya kita dapat diasosiasikan dengan kelompok tertentu, maka kita tidak akan dapat bertahan lama.
Dalam prinsip penatalayanan, ada dua komponen yang penting.
Tadi saya meminta Saudara untuk memperhatikan [dua kata tersebut]. Dua kata yang penting itu adalah: untuk mengusahakan atau “to work”, dan untuk memelihara atau “to keep”.
Mengusahakan dan memelihara. Mengusahakan artinya kita harus mengembangkan, menjadikannya lebih baik lagi. Memelihara artinya menjaganya pada kondisi yang sama.
Itu sebabnya saya katakan dalam buku yang saya tulis, yaitu “Suit Up”: “The best way to keep something is to work it.”
Cara terbaik untuk memelihara segala sesuatu adalah dengan mengusahakannya. Contohnya, untuk menjaga pernikahan, kita harus mengusahakannya. Untuk memelihara kesehatan, kita harus berolahraga.
Untuk memelihara pekerjaan, kita harus berusaha bekerja dengan rajin dan maksimal. Sekarang saya ingin kita semua melihat bagaimana prinsip penatalayanan ini bekerja, khususnya dalam perumpamaan tentang talenta yang Yesus berikan dalam kitab Matius pasal 25.
Supporting Verse – “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Matius 25:14-15 (TB)
Mengapa ada yang diberi lima talenta? Karena dia sanggupnya mengelola lima talenta.
Mengapa ada yang diberi dua talenta? Karena dia sanggupnya hanya mengelola dua talenta. Demikian juga untuk yang menerima satu talenta.
Supporting Verse – Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Matius 25:16-23 (TB)
Ada yang menarik dari perkataan tuannya di sini, yaitu “Baik sekali perbuatanmu itu.” Jadi ada usaha yang mereka lakukan sesuai dengan kemampuan mereka untuk menjalankan uang tuannya.
Hamba yang diberikan lima talenta mengusahakan uang tersebut sesuai dengan kesanggupannya. Itu sebabnya dia bisa mempertahankan dan bahkan menambah lima talenta lagi.
Hamba yang diberi dua talenta juga menjalankan uang tersebut—dalam bahasa Inggrisnya dikatakan dengan jelas “put it to work”[mengusahakannya]. Hasilnya, dia bisa memelihara yang diberi tuannya kepada dia dan beroleh laba lagi dua talenta, sehingga sekarang mereka masing-masing punya sepuluh dan empat talenta.
Jadi, jika tadinya kesanggupan mereka hanya lima dan dua talenta, karena mereka mengerjakan apa yang dipercayakan kepada mereka sesuai kesanggupan mereka, kita lihat ada peningkatan kapasitas setelah mereka mengusahakannya.
Dari yang kapasitasnya mengerjakan lima, sekarang naik menjadi sepuluh. Yang punya kapasitas mengerjakan dua, sekarang naik menjadi empat. Kemudian lanjut di ayat 24.
Supporting Verse -Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Matius 25:24-26 (TB)
Kita lihat bahwa hamba yang diberi satu talenta tidak mengerjakannya. Berbeda dengan yang memperoleh lima dan dua talenta, hamba yang diberi satu talenta ini tidak mengerjakan apa-apa; dia hanya memelihara saja, sehingga dia disebut “malas dan jahat”.
Sedangkan hamba yang diberi lima dan dua disebut “baik dan setia.” Kenapa yang punya satu talenta disebut malas dan jahat? Karena dia hanya diam-diam saja, tidak mengerjakan apa yang dipercayakan oleh tuannya. Dia hanya diam tetapi berharap ada sebuah multiplikasi.
Karena kemalasannya itu, maka yang terjadi kemudian—kalau kita baca—adalah dia tidak mendapatkan apa-apa, sehingga kesanggupannya berkurang dari satu talenta menjadi kosong.
Supporting Verse – Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Matius 25:27-28 (TB)
Jadi kita lihat bahwa talenta yang satu ini, yang dia pegang, harus diberikan kepada hamba dengan sepuluh talenta. Menarik bahwa kepada hamba yang menerima lima dan dua talenta, sang tuan tidak meminta uangnya dikembalikan.
Kepada mereka hanya diminta pertanggungjawaban. Hamba yang punya satu talenta justru diminta untuk memberi talentanya kepada hamba yang punya sepuluh talenta. Talenta itu bukan diambil dari dia, melainkan, hamba itu harus menyerahkan talentanya.
Jadi, pelajaran apa yang kita bisa ambil?
Kalau kita tidak dapat mengelola dengan baik, maka apa yang ada di tangan kita akan diambil dari kita. Kita akan kehilangan sesuatu yang tidak kita kelola.
Supporting Verse – Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Matius 25:29 (TB)
Kita lihat bagaimana pentingnya penatalayanan, sebab hal itu turut menentukan apakah seseorang hidup dalam kelimpahan atau tidak. Dan juga yang tidak kalah menarik buat saya adalah ketika tuannya berkata: “Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang.”
Dengan kata lain, tuan ini mengatakan: “Kalau kamu tidak mengerti atau tidak tahu apa yang harus dilakukan, seharusnya kamu minta tolong pada orang yang lebih pandai.”
Salah satu sikap yang perlu diperhatikan dalam penatalayanan yang baik adalah sikap kita dalam menghadapi perkara kecil—apakah kita menyepelekan atau kita menganggapnya serius?
Mari kita melihat kehidupan seorang yang sudah tidak asing lagi dan bagaimana dia mendapat perkenanan Tuhan ketika dia menjadi pengelola yang baik. Kisah yang menarik ini adalah kisah Yusuf.
Supporting Verse – Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. Kejadian 37:3-4 (TB)
Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair. Kejadian 37:23-24 (TB)
Jubah yang maha indah, yang sudah identik dengan dirinya, yang selalu dipakainya dengan bangga, jubah yang membedakan Yusuf dengan saudara-saudaranya itu diambil secara paksa.
Supporting Verse – Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir. Kejadian 37:28 (TB)
Adapun Yusuf, ia dijual oleh orang Midian itu ke Mesir, kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja. Kejadian 37:36 (TB)
Bayangkan, Alkitab katakan Yusuf baru berusia 17 tahun. Dia dipisahkan dari ayahnya yang sangat mengasihi dia, dikhianati oleh saudara-saudaranya sendiri, dilemparkan ke sumur kering, lalu dijual sebagai budak dua kali, kemudian tinggal di tempat asing, dan dikelilingi orang-orang yang asing bagi dia.
Tentu saja Yusuf punya banyak alasan untuk marah kepada Tuhan. Dia punya banyak alasan untuk menjadi pahit. Dia punya alasan untuk mengasihani dirinya sendiri, dan bertanya “Mengapa ini semua terjadi pada diriku?” Bahkan dia bisa saja kehilangan pengharapan akan masa depan yang cerah. Namun, dalam kitab Kejadian 39:1-6, kita temukan bahwa:
Supporting Verse – Adapun Yusuf telah dibawa ke Mesir; dan Potifar, seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja, membeli dia dari tangan orang Ismael yang telah membawa dia ke situ. Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai Tuhan dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf. Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya,
baik yang di rumah maupun yang di ladang. Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya. Kejadian 39:1-6 (TB)
Yang menarik buat saya di sini adalah bagaimana Tuhan menyertai Yusuf.
Memang tidak diberitahukan dengan jelas mengapa Tuhan menyertai Yusuf. Apa rahasianya supaya kita juga bisa hidup seperti Yusuf? Itu yang tentu menjadi pertanyaan kita semua.
Namun, coba pikirkan ini baik-baik: Kalau Yusuf bukan seorang pengelola yang baik, kalau Yusuf seorang pemalas, seorang yang tidak becus bekerja, tidak pandai dalam mengatur milik tuannya, maka tidak mungkin Potifar, bos Yusuf, melihat Yusuf disertai Tuhan.
Namun, karena Yusuf pandai dalam hal mengelola apa yang menjadi milik tuannya, dan baik dalam semua pekerjaannya, maka Potifar dapat melihat bahwa Tuhan menyertai Yusuf.
Pertanyaannya buat kita semua: Bagaimana cara kita bekerja? Apakah kita bekerja sedemikian rupa sehingga atasan atau bos kita dapat melihat bahwa Tuhan menyertai kita? Apakah karena keberadaan kita, perusahaan di tempat kita bekerja diberkati oleh Tuhan, meskipun mereka mungkin bukan orang yang percaya Tuhan?
Kita lihat bagaimana Yusuf kemudian mengalami promosi demi promosi dalam hidupnya. Sebagai budak, tentu dia tidak tinggal di dalam rumah. Namun karena selalu berhasil dalam pekerjaannya, Yusuf kemudian diperbolehkan tinggal di dalam rumah.
Lalu Yusuf mendapatkan perkenanan dan diperbolehkan melayani tuannya, dan segala milik tuannya diberikan ke dalam kekuasaan Yusuf. Inilah bukti bahwa Yusuf adalah seorang pengelola yang baik, bahwa Yusuf sanggup memenangkan kepercayaan tuannya dengan sedemikian rupa sampai semua milik Potifar diberikan kepada Yusuf untuk diurus, sehingga Potifar tidak perlu mengurus apa pun kecuali apa yang mau dia makan.
Sebuah kesaksian hidup yang sangat luar biasa. Yusuf bukanlah seorang yang penuh dengan kepahitan meskipun kisah hidupnya pahit, kondisinya berubah-ubah, tapi tidak mengubah semangatnya untuk tetap mengerjakan yang terbaik dari apa yang dipercayakan kepadanya.
Meskipun jubah yang maha indah itu dilucuti dari tubuhnya, Yusuf tidak kehilangan identitasnya. Yusuf tetap memegang nilai moral yang tinggi dan itu menjadi bagian dari karakternya. Meskipun terpisah dari Yakub, bapaknya di bumi ini, Yusuf masih hidup dalam persekutuan dengan Bapanya yang di surga.
Penatalayanan baik yang Yusuf tunjukkan mendatangkan promosi. Penatalayanan baik membuat Yusuf mendapat kasih dari tuannya dan juga mendapatkan perkenanan Tuhan. Saya harap Saudara mengerti mengapa penatalayanan sangat penting dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan.
Itu sebabnya kita perlu terus belajar untuk menjadi pengelola yang baik dari apa yang Tuhan sudah percayakan kepada kita. Saat kita mengerjakannya, kapasitas kita akan makin bertambah. Dan bila kapasitas kita bertambah, kita sebenarnya sedang memosisikan diri kita untuk dipercayakan lebih lagi, karena demikianlah yang berlaku di dalam kerajaan Allah.
Semoga ini membekali Saudara dalam menghadapi musim yang baru dan membangkitkan semangat Saudara untuk menjadi seorang pengelola yang baik untuk kemuliaan nama Tuhan. Tuhan Yesus memberkati Saudara semua. Kita sudah sampai di akhir dari ibadah daring kita hari ini. Saya percaya bahwa Saudara semua diberkati oleh pemberitaan firman Tuhan tadi.
P.S : Dear Friends, I am open to freelance copywriting work. My experience varies from content creation, creative writing for an established magazine such as Pride and PuriMagz, web copywriting, fast translating (web, mobile, and tablet), social media, marketing materials, and company profile. Click here to see some of my freelancing portfolios – links.
If your organization needs a Freelance Copywriters or Social Media Specialist, Please contact me and see how I can free up your time and relieve your stress over your copy/content needs and deadlines. My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com. Sharing is caring, so any support is very much appreciated. Thanks, much and God Bless!