Growing In Community By Ps. Kenny Goh

JPCC Online Service (19 September 2021)

Apa kabar Saudara semua? Siap belajar dari firman Tuhan? Bulan ini tema kita adalah “Planted to Love”, tentang pentingnya hidup dalam sebuah komunitas Kristus. Di awal tema kita, Ps. Jeffrey mengutip firman Tuhan di Kejadian yang berkata, tidak baik untuk manusia seorang diri saja, dan bahwa Tuhan mau agar kita hidup dengan orang-orang lain yang sepadan dan agar kita menolong satu sama lain.   Opening Verse – TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Kejadian 2:18 (TB)   Melalui hubungan komunitas, kita mendapatkan dukungan, percepatan, akuntabilitas, perlindungan dan kasih. Lalu minggu lalu, Pastor Alvi mengajarkan bahwa komunitas Kristus bukan hanya perkumpulan orang yang menjalankan kebaktian, tetapi tempat di mana pemuridan bisa terjadi. Setiap orang percaya terpanggil untuk bertumbuh dewasa, belajar disiplin dan menjadikan murid-murid Kristus yang baru.  

Setiap orang percaya terpanggil untuk tertanam, bertumbuh dan berbuah. Jadi by now :

  • Saudara sudah belajar, mengerti dan yakin akan pentingnya hidup berkomunitas.
  • Saudara sudah belajar tentang pentingnya untuk tertanam dalam sebuah komunitas yang bukan saja memiliki interest atau hobi yang sama, tetapi komunitas yang berpusat kepada Kristus.
  • Setiap anggota komunitas diundang untuk membangun hubungan yang pribadi dengan Tuhan. A personal faith (iman pribadi), bukan iman kerumunan. Sebuah komunitas yang mendorong setiap anggota untuk menjadi serupa dengan Kristus.
Sebelum Yesus menghadapi kematian-Nya di kayu salib, Dia berdoa seperti ini untuk murid-murid-Nya.   Supporting Verse – “Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa. Aku juga berdoa untuk orang-orang yang akan percaya kepada-Ku oleh kesaksian mereka ini. Aku mohon, Bapa, supaya mereka semua menjadi satu, seperti Bapa bersatu dengan Aku, dan Aku dengan Bapa. Semoga mereka menjadi satu dengan Kita supaya dunia percaya bahwa Bapa yang mengutus Aku.” Yoh‬ 17:20-21‬ (BIMK)   Doa Yesus untuk murid-murid-Nya adalah untuk mereka bisa menjadi satu, sama seperti Bapa bersatu dengan Yesus. Yesus ingin agar murid-murid-Nya menikmati hubungan yang berkualitas satu dengan yang lain, sama seperti yang Dia miliki bersama dengan Bapa di surga. Dosa mengakibatkan manusia putus hubungan dengan Tuhan. Dan kalau Saudara perhatikan di kitab Kejadian, dosa enggak hanya merusak hubungan kita dengan Tuhan, tapi dosa juga merusak hubungan kita dengan sesama.   Yesus datang untuk memulihkan hubungan kita dengan Tuhan dan dengan demikian, mengajak kita semua untuk juga memulihkan hubungan kita dengan sesama. Itu sebabnya, Yesus tidak memisahkan perintah untuk mengasihi Tuhan dengan perintah untuk kita mengasihi sesama manusia. Sama seperti salib yang memiliki bagian vertikal dan bagian horisontal, iman yang sehat dan utuh, adalah iman yang menekankan pentingnya membangun hubungan dengan Tuhan dan juga membangun hubungan dengan sesama manusia.   Gereja Tuhan yang disebut tubuh Kristus, sebuah komunitas orang-orang percaya adalah gambaran rencana pemulihan Tuhan bagi dunia. Mereka enggak bisa melihat Tuhan dan enggak percaya Tuhan, tetapi pada saat mereka melihat kualitas hubungan kita dengan sesama dalam komunitas iman, besar kemungkinan— seperti yang Yesus katakan— mereka akan tertarik dan percaya kepada Tuhan.   
Jadi, seperti apakah kelihatannya? Seperti apa sih bentuk dan wujud dari sebuah komunitas yang bertumbuh dalam Kristus?    Apa saja yang harus diperhatikan supaya kita tahu dan yakin, bahwa kita ada di dalam sebuah komunitas yang baik?   Bagaimana caranya untuk kita tahu, apakah kita membangun atau memimpin komunitas gereja, komsel, small groups atau DATE dengan benar? 
Apakah kita sering-sering kumpul untuk curhat saja? Apakah cukup untuk kita mendoakan satu sama lain? Atau kita mendalami dan mengupas firman Tuhan bersama-sama? Atau kita mengadakan pelayanan misi bersama-sama? Atau kita hangout saja dan membiarkan semua berjalan secara natural? Atau kita butuh panduan, mungkin; mungkin menggunakan sebuah kurikulum supaya lebih terstruktur? How do we know that we are growing as a community of faith?
Bagaimana kita tahu kita sedang bertumbuh sebagai sebuah komunitas beriman?
I’m so glad you asked! Saya senang Saudara bertanya! Ayo kita belajar bersama-sama. Matius, salah satu murid Yesus, mencatat Yesus berkata seperti ini.   Supporting Verse – Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Matius 18:20 (TB)   “Dua atau tiga orang berkumpul”— berbicara soal sekelompok orang seperti sebuah komunitas. “Dalam nama-Ku”— mereka berkumpul, disatukan, karena Yesus. Bukan atas nama hobi, bukan nama club, bukan nama band, tapi nama Yesus. “Aku ada di tengah-tengah mereka”— bukankah tujuan setiap komunitas Kristus adalah untuk mengenal dan mengalami kehadiran Yesus bersama? Dan di mana Yesus berada, di situ transformasi bisa terjadi.   Manusia yang hidup dalam dosa dan kegelapan, melalui Yesus, bisa dihidupkan untuk berjalan dalam terang, bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, menghidupi rencana Tuhan atas hidupnya. Hadirat Tuhan terus bersama dengan kita secara individu dan secara pribadi. Namun di sini kita lihat bahwa ada kesadaran, pengalaman, kuasa, efektivitas yang hanya dapat dialami hanya pada saat kita berkumpul bersama dalam sebuah komunitas!   Itu sebabnya rasul yang menulis surat Ibrani berkata begini.    Supporting Verse – Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Ibrani 10:25 (TB)   Nah, tentu di masa pandemi ini harus dengan prokes (protokol kesehatan), dan kalau enggak memungkinkan, ya puji Tuhan, kita punya teknologi untuk membantu kita bisa terus terkoneksi dan membangun hubungan. Karena kita enggak bisa hidup dan bertumbuh sendirian. Saya mau ajak Saudara untuk perhatikan, apa dampaknya buat kita apabila Yesus hadir di tengah sebuah komunitas.   Supporting Verse – Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Yoh 1:16-17 (TB)   Saya mau ajak Saudara, perhatikan baik-baik. Kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Berarti, di mana Yesus ada, di situ ada kasih karunia dan kebenaran. Jadi, kalau Yesus hadir di tengah perkumpulan orang-orang yang berkumpul dalam nama-Nya, maka di situ juga ada kasih karunia dan kebenaran!   Kasih karunia dan kebenaran, hadir. Jadi, bagaimana kita tahu kalau komunitas yang kita pimpin adalah komunitas Kristus yang sejati dan sehat? Ini poin utama saya untuk hari ini:   Komunitas Kristus yang sejati ditandai oleh Kasih Karunia dan Kebenaran.   Saya ulangi lagi, Komunitas Kristus yang sejati ditandai oleh kasih karunia dan kebenaran. Sekali lagi poin saya, Komunitas Kristus yang sejati ditandai oleh kasih karunia dan kebenaran. Saya ajak Saudara untuk membedah dan mendalami pengertian kita tentang statement ini.   Yang pertama, mari kita bicara soal Kasih Karunia.   Yesus datang membawa kasih karunia. Dan Saudara mungkin sudah banyak mendengar, dan Saudara mengerti dan mengalami kasih karunia dalam hidup Saudara. Saudara menerima kasih karunia dalam bentuk pengampunan dan penerimaan tanpa syarat, Saudara bebas dari tuduhan dan hukuman.    Namun pada dasarnya, kasih karunia atau grace dalam bahasa Inggris adalah unmerited favor atau perkenanan tanpa syarat. Pada saat kita menerima grace atau unmerited favor atau perkenanan tanpa syarat, kita menerima sesuatu yang tidak layak kita terima.   Dalam arti kata lain : kita mendapatkan sesuatu yang tidak mampu kita dapatkan. Ada definisi lain kata grace yaitu divine enablement— dalam bahasa Indonesia, “pemberdayaan ilahi”. Di dalam sebuah komunitas Kristus yang sejati, sesama anggota komunitas mendapatkan hal-hal yang tidak mampu mereka dapatkan atau berikan dengan seorang diri.   Sebagai contoh, saya tahu ada kisah orang-orang yang masuk dalam komunitas sel yang terjebak hutang berat dan tidak tahu bagaimana caranya untuk keluar dari hutang, atau enggak mampu untuk mengambil langkah-langkah untuk keluar dari hutang. Namun teman-teman dalam komsel, pertama-tama, tidak menghakimi dia, memastikan bahwa dia tidak perlu malu, lalu mereka mengambil langkah untuk membantu dia menyusun sebuah rencana yang baik. Bahkan ditelepon dan ditanyakan di setiap langkah, dipastikan ada akuntabilitas, sehingga akhirnya orang itu berhasil membangun kebiasaan finansial yang baik dan keluar dari hutang.   Nah, ini adalah satu dari begitu banyak bentuk contoh orang-orang yang menerima kasih karunia, sebuah divine enablement atau pemberdayaan ilahi, yang membawa hidupnya menjadi semakin baik dan berjalan dalam kehendak Tuhan.   Kasih karunia dan pemberdayaan ilahi atau pertolongan ilahi, memiliki banyak wujud: penerimaan, pengampunan, teguran, bantuan, penguatan, pembatasan, dorongan untuk mencari sumber pertolongan yang lain dan mungkin lebih baik. Semua ini adalah bentuk nyata dari kasih karunia.   Berikutnya, kita bahas soal Kebenaran.   Komunitas Kristus yang sejati tidak hanya ditandai dengan kasih karunia, tetapi juga dengan kebenaran. Tuhan memberikan kebenaran agar manusia mengerti bagaimana cara hidup yang benar, sesuai dengan prinsip alami atau realita, atau sistem dan cara kerja yang Tuhan ciptakan bagi seluruh alam semesta ciptaan-Nya.   Untuk mengerti kebenaran dengan baik, kita harus mengerti perbedaan antara kebenaran dengan hukum Taurat, atau yang juga dikenal dengan hukum agama. Hukum Taurat yang diberikan oleh Musa, hanya berhasil untuk mencegah bangsa Israel untuk tidak berdosa lebih banyak. Hukum Taurat diberikan sebagai buffer atau penyangga dosa, tetapi enggak mampu untuk mengubah hati dan menginspirasi manusia untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya.   Mari kita perhatikan chart (bagan) ini dengan cepat.
  • Hukum Taurat selalu menggunakan fear atau rasa takut untuk membuat manusia takut dan patuh. Namun kebenaran selalu didasari oleh kasih atau Love, keinginan untuk menguntungkan orang lain dan melihat orang lain menjadi lebih baik.
  • Oleh sebab itu, hukum agama sibuk menuntut kepatuhan atau compliance, tetapi kebenaran membantu manusia mendapatkan perspektif atau sudut pandang yang benar.
  • Hukum agama sibuk memberi aturan demi aturan, namun kebenaran akan membawa pengertian; untuk mengerti “why” (kenapanya) di balik sesuatu.
  • Hukum agama enggak peduli akan hubungan karena aturan harus ditegakkan, apapun harga yang harus dibayar. Namun kebenaran akan kehilangan tujuan dan kehilangan maksud apabila hubungan dikorbankan.
  • Hukum agama sifatnya transaksional— itu sebabnya hukum diberikan atau dikirim melalui Musa— tetapi kebenaran, bersama dengan kasih karunia, sifatnya relasional.
  • Ia [kebenaran] datang melalui Yesus Kristus. Kalau Saudara mau membayangkan, hukum Taurat dan agama bisa diibaratkan seperti polisi yang menjaga supaya manusia patuh terhadap hukum, dan siap menghukum orang-orang yang melanggar. Tetapi kebenaran seperti seorang guru pembimbing yang dengan sabar membantu setiap kita untuk mengerti dan berjalan di jalan yang benar.
Ada satu kisah yang luar biasa yang tercatat di injil Yohanes yang dengan sangat jelas menggambarkan dinamika antara hukum, kasih karunia dan kebenaran. Saya akan kutip dalam versi Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini.   Supporting Verse – Tetapi Yesus pergi ke Bukit Zaitun. Keesokan harinya pagi-pagi Ia pergi lagi ke Rumah Tuhan, dan banyak orang datang kepada-Nya. Yesus duduk, lalu mulai mengajar mereka. Sementara itu, guru-guru agama dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang wanita yang kedapatan berzinah. Mereka menyuruh wanita itu berdiri di tengah-tengah, lalu berkata kepada Yesus, “Bapak Guru, wanita ini kedapatan sedang berbuat zinah. Di dalam Hukum Musa ada peraturan bahwa wanita semacam ini harus dilempari dengan batu sampai mati. Sekarang bagaimana pendapat Bapak?” Yohanes 8:1-6 (BIMK)   Jadi Saudara, batasan dan pelanggaran hukum Taurat sangat jelas. Tidak bisa di kompromi. Harus ditegakkan. Mereka bertanya begitu untuk menjebak Dia, supaya mereka dapat menyalahkan-Nya. You see, Yesus memiliki reputasi sebagai pribadi yang berteman dengan orang-orang berdosa. Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi enggak mengerti mengapa seorang Rabbi mau bergaul dengan orang-orang berdosa dan para pemungut cukai karena mereka dianggap pengkhianat bangsa Yahudi. Mereka enggak mengerti bahwa Yesus adalah kasih karunia dan kebenaran. Kita lanjut baca:    Tetapi Yesus tunduk saja, dan menulis dengan jari-Nya di tanah. Ketika mereka terus mendesak, Ia mengangkat kepala-Nya dan berkata kepada mereka, “Orang yang tidak punya dosa di antara kalian, biarlah dia yang pertama melemparkan batu kepada wanita itu.” Sesudah itu Yesus tunduk kembali dan menulis lagi di tanah. Setelah mendengar Yesus berkata begitu, pergilah mereka meninggalkan tempat itu, satu demi satu mulai dari yang tertua. Yohanes 8:7-8 (BIMK)   Yesus tahu, bahwa tidak ada satu manusia pun yang 100% tanpa dosa dan kesalahan. Tidak ada manusia yang sempurna. Yesus tahu bahwa semua manusia memerlukan kasih karunia.    Akhirnya Yesus tinggal sendirian di situ dengan wanita yang masih berdiri di tempatnya. Lalu Yesus mengangkat kepala-Nya dan berkata kepada wanita itu, “Di mana mereka semuanya? Tidak adakah yang menghukum engkau?” “Tidak, Pak,” jawabnya. “Baiklah,” kata Yesus, “Aku juga tidak menghukum engkau. Sekarang pergilah, jangan berdosa lagi.” Yohanes 8:9-11 (BIMK)   Waw! Yesus berkata, “Aku juga tidak menghukum engkau”. Itulah kasih karunia! Yesus mengakui dan melihat bahwa benar, wanita ini telah berbuat dosa. Yesus tidak mengabaikan dosa yang wanita ini lakukan tetapi Yesus tidak menghukum dia. Karena tugas menghukum adalah tugas hukum Taurat. Hukum Taurat adalah baik, untuk menegakkan standar Tuhan dan menyatakan seberapa sempurnanya Tuhan. Tetapi Hukum Taurat tidak dirancang untuk menyelamatkan manusia, hanya untuk menjaga perilaku manusia sampai Yesus datang untuk mengubah hati manusia. Hukum Taurat yang membawa ketakutan, menuntut kepatuhan, memberi aturan, mematikan hubungan, menghukum dan– dan sangat transaksional.   Tetapi di mana Yesus ada, situ ada kasih karunia, penerimaan dan pengampunan. Tetapi Yesus juga berkata, “Sekarang pergilah, jangan berdosa lagi.” Yesus enggak hanya menerima wanita ini, tetapi Yesus memberikan kebenaran, instruksi kepada wanita ini untuk tidak lagi berbuat dosa, karena dosa mengurangi nilai sang wanita, merusak hidupnya, dan Yesus ingin wanita ini dibebaskan dari keterikatan dosa.   Yesus memberikan kasih karunia dan kebenaran. Dalam pengalaman saya memimpin sebuah tim, ada satu kalimat yang sering saya gunakan dan ajarkan dalam menangani pelanggaran yang terjadi. Apabila ada kesalahan, atau pelanggaran sebuah aturan yang kita sepakati, contohnya, kalau ada yang datang telat ke sebuah pertemuan, saya perhatikan sering ada yang berkata, “Ah enggak apa-apa! It’s okay.”   Saya bertanya, “Kalau memang it’s okay, berarti boleh diulangi lagi dong?” Saya kemudian mengajak teman-teman untuk belajar berkata seperti ini: “Salah sih, tapi kamu dimaafkan.” Bukan “It’s okay, gak masalah, santai saja.” Bukan! “Salah sih, tapi kamu dimaafkan.” It’s not okay, [karena] pelanggaran terjadi, dan ini merugikan dirimu sendiri dan juga teman-teman lain, jadi perilaku ini harus diubah dan mungkin harus dibantu untuk berubah.   Tetapi kami masih terus menghargai hubungan. Kami mau terus mau merangkul, menerima, mengampuni, membantu: “Kamu dimaafkan.” Tidak dihukum, tetapi diberikan kasih karunia dan kebenaran. Karena komunitas Kristus yang sejati ditandai oleh kasih karunia dan kebenaran.   Jadi pertanyaannya adalah: seperti apa komunitas yang sedang Saudara jalani dan sedang bangun saat ini?   Saya berharap komunitas Saudara bukan komunitas yang didasari oleh hukum Taurat, karena sudah pasti banyak orang kabur atau kandas imannya. Karena tidak ada seorang pun yang sanggup hidup di bawah tekanan hukum Taurat. Komunitas yang didasari oleh hukum Taurat, tidak ada sukacita, enggak damai sejahtera dan cenderung mematikan hubungan-hubungan.   Atau apakah komunitas Saudara hanya ditandai oleh kasih karunia? Di mana semua diterima, semua diampuni, tidak ada yang menegur satu sama lain, dosa dipandang sebelah mata, segala sesuatu diizinkan atas nama kasih dan penerimaan. Tetapi komunitas seperti ini biasanya tidak mengalami kemajuan. Kasih karunia tanpa kebenaran tidak akan membawa transformasi dalam kehidupan manusia.   Atau mungkin komunitas Saudara hanya berfokus kepada kebenaran? Kebenaran tanpa kasih karunia memiliki daya tahan yang sangat kecil. Kasih karunia adalah bahan bakar atau fuel untuk melakukan kebenaran. Alasan kita hidup dalam kebenaran adalah supaya kita bisa belajar mengasihi dan menguntungkan satu sama lain.   Komunitas yang hanya sibuk belajar tanpa membangun hubungan kasih adalah komunitas yang dingin dan tanpa tujuan. Walaupun bisa terlihat efektif dalam mengubah manusia dalam jangka pendek, namun perubahannya tidak berakar dalam kasih dan tidak akan tahan lama karena justru kasih adalah tujuan dari hidup dalam kebenaran.   Perhatikan apa yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada komunitas gereja di Efesus.   Supporting Verse – “sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh— ingat, di dalam kasih kita bertumbuh— di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Efesus‬ 4:14-15‬ (TB)   “…speaking the truth in love, we will grow to become in every respect the mature body of him who is the head, that is, Christ.” Ephesians 4:14-15 (NIV)   Kasih karunia dan kebenaran membuat kita bertumbuh menjadi dewasa, menjadi serupa dengan Kristus. Komunitas Kristus yang sejati ditandai oleh kasih karunia dan kebenaran. Sebelum saya tutup, ada satu poin tambahan yang ingin saya sampaikan kepada Saudara semua.   Dr. Henry Cloud, seorang psikolog Kristen yang menulis banyak buku selama puluhan tahun, menyatakan bahwa manusia bertumbuh sehat bukan hanya dengan kasih karunia dan kebenaran, tapi dengan satu faktor lagi yang akan kita lihat, yaitu “time” atau “waktu”.   Jadi beliau berkata: “The ingredients of growth are grace, truth and time.” “Bahan dasar untuk pertumbuhan manusia adalah kasih karunia, kebenaran dan waktu.”   Apa yang dimaksud dengan “waktu”? Mari kita lihat apa yang Rasul Paulus tulis kepada gereja di Efesus lagi. Dia berkata begini.   Supporting Verse – Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Efesus 5:15-17 (TB)   Nah, penting sebagai komunitas Kristus untuk kita memperhatikan bagaimana kita mempergunakan waktu kita. Tuhan memberikan kita kemampuan untuk mempergunakan, memanfaatkan, memaksimalkan dan bekerja sama dengan waktu. Bukan berarti kita terburu-buru dalam melakukan segala sesuatu. Bukan berarti kita mengisi jadwal kita sampai penuh demi produktivitas. Tapi yang dimaksudkan adalah untuk mengerti bahwa :   Supporting Verse – Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Pengkhotbah 3:1 (TB)   Dalam kita mempraktekkan kasih karunia dan kebenaran sebagai sebuah komunitas, ada baiknya untuk kita menyadari, memahami, menerima dan bekerja sama seiring dengan musim-musim kehidupan dan seiring dengan waktu yang dilalui oleh masing-masing anggota komunitas.   Maksudnya begini:
  • Akan dibutuhkan waktu untuk seseorang berani terbuka dan rentan dalam sebuah kelompok. Jadi, ada baiknya kita bersabar.
  • Dibutuhkan waktu untuk seseorang mau mengakui dan menyadari kesalahannya.Dibutuhkan waktu untuk seseorang mau berubah, dan juga dibutuhkan waktu untuk dia berubah.
  • Jangan kita sia-siakan kesempatan setiap kali kita berkumpul dalam komunitas, baik dalam jumlah besar atau kecil, atau pada saat kita bangun hubungan satu per satu dengan satu sama lain.
  • Jangan ke-distract oleh hal-hal yang enggak penting. Be present!
  • Fokus dengan hubungan yang mau kita bina satu dengan yang lain.
  • Pergunakan waktu yang dikaruniakan kepada kita semua. 
Kasih karunia, kebenaran dan waktu adalah kombinasi ampuh yang membawa setiap murid Kristus masuk ke dalam perjalanan pendewasaan yang berhasil dan efektif. Komunitas Kristus yang sejati ditandai oleh kasih karunia dan kebenaran, dan menggunakan waktu dengan baik. Bisakah Saudara membayangkan komunitas, gereja, komsel, DATE yang mempraktekkan kasih karunia, kebenaran dan waktu?  
  • Setiap orang yang datang dengan hancur hati menemukan kembali harapan.
  • Setiap orang yang datang dengan hidup yang enggak terarah menemukan tujuan.
  • Setiap orang yang datang dengan penyesalan dan kesalahan mendapatkan pencerahan, tujuan dan visi untuk masa depannya.
  • Semua karena mereka diterima apa adanya, mendapatkan pengampunan, diberikan pertolongan, teguran dan bimbingan. Mereka enggak dihakimi, tapi diajarkan dan diinspirasi oleh pribadi-pribadi yang saling membantu satu sama lain untuk hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.
Bayangkan apa yang terjadi apabila dunia, orang-orang yang belum mengenal dan percaya Yesus, melihat sekelompok orang-orang yang meskipun datang dari latar belakang, gaya hidup, cara bepikir, bahkan memiliki pendapat dan gaya atau selera dan interest yang berbeda, semua memilih untuk saling menerima, mengampuni dan memilih untuk tetap bersatu dan melakukan kebaikan bagi satu sama lain, di mana transformasi kehidupan terjadi dan setiap manusia yang masuk dalam komunitas ini menjadi pribadi yang penuh kasih dan berguna bagi dunia.   Bayangkan apabila orang dari luar melihat semua ini, apakah akan lebih memungkinkan untuk mereka bertanya, “Kok bisa ya?” Mungkinkah dengan demikian mereka akan jauh lebih terbuka untuk mengenal dan percaya kepada Pribadi yang adalah personifikasi dan sumber dari kasih karunia dan kebenaran?   Jawaban semua ini ada di tangan Saudara dan saya. Sama seperti Yesus datang dan membawa kasih karunia dan kebenaran kepada setiap kita yang percaya, mari kita pun datang kepada satu sama lain, juga membawa kasih karunia dan kebenaran, sehingga kita bisa bertumbuh menjadi dewasa ke arah Yesus Kristus yang mengasihi kita semua. Amin. Happy Sunday Church! Sampai ketemu minggu depan!

P.S : Hi Friends! I need a favor in terms of a freelancing job opportunity, please do let me know if any of you know a freelance opportunity for a copywriter (content, social media, press release, company profile, etc). My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com, Sharing is caring so any support is very much appreciated. Thanks much and God Bless!