JPCC Kota Kasablanka Service 3 (18 Maret 2018)
Di bulan Januari kemarin saya sempat mengatakan bahwa “A Call to Reimagine is a Call to Make a Change”. Panggilan Tuhan untuk membayangkan ulang setiap karya dalam kehidupan kita adalah panggilan untuk membuat sebuah perubahan, sayang-nya disaat berbicara tentang perubahan, kebanyakan orang melihat itu sebagai sebuah event, bukan sebaliknya sebagai sebuah proses.
Pernikahan adalah proses, Tanggal disaat kita Jadian adalah “Event”, tetapi dari periode tanggal jadian sampai ke tanggal pernikahan adalah “Proses”. Susah untuk melewati suatu proses, apalagi dalam kesendirian dan tanpa adanya Komunitas.
Kenapa Kita perlu Berubah?
Karena setiap dari kita mempunyai masa depan yang penuh dengan pengharapan, rancangan damai sejahtera untuk masa depan yang lebih baik. Kita perlu mengerti sikap yang betul dalam menjalani proses, agar tidak frustrasi dan berhenti berharap disaat proses berlangsung.
Kadang kita diperhadapkan dengan sebuah kegagalan dan membuat kita menjadi trauma, baik di dalam pekerjaan, pelayanan, gereja, atau hubungan. Semua ini membuat kita menjadi pasrah dengan realita dan menjadi berhenti berharap.
Hanya karena sesuatu belum terjadi, bukan berarti itu tidak akan pernah terjadi.
Makanya kita perlu punya Pengharapan atau Hope. Proses tidak perlu dinubuatkan, karena dalam segala hal selalu ada masalah, Pengharapan kita tergantung darimana kita melihat realita, lensa, serta kacamata siapa yang akan kita gunakan saat proses itu terjadi, apa kita akan melihat dari sudut pandang kita yang terbatas, atau dari sudut pandang Tuhan yang tidak terbatas?
Karena itu seringkali Tuhan dengan sengaja mengijinkan masalah datang agar kita bisa menyelaraskan penglihatan dan sudut pandang kita dengan Tuhan. Kejadian ini juga dialami oleh Abram.
Opening Verse – “Kemudian datanglah firman Tuhan kepada Abram dalam suatu penglihatan: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.” Abram menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.” Lagi kata Abram: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.” Tetapi datanglah firman Tuhan kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.” Lalu Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Kejadian 15:1-6 TB
Orang yang belum melihat dari kacamata Tuhan seringkali berdalih menghakimi Tuhan. Tuhan ingin mengusik penglihatan Abram, dan Dia membawa Abram keluar, Firman Tuhan perlu datang beberapa kali dalam proses-nya Abram. Tuhan menggunakan beberapa analogi dari kisah diatas, salah satunya dengan menyuruh Abram keluar dari tenda dan melihat keatas.
Abram tidak bisa menghitung banyak sekali bintang yang ada, tujuan Tuhan adalah supaya Abram secara simbolis melihat darimana cara Tuhan melihat dari atas ke bawah, melihat dari perspektif-nya Tuhan.
Seperti itulah Tuhan membawa kita semua setiap kali proses datang, Stop Looking Down, membandingkan proses diri kita dengan proses orang lain, jawaban kita tidak datang disaat kita “Looking Down, Looking Within, or Looking Around”, tetapi jawaban kita datang disaat kita bisa “Looking Up”.
Supporting Verse – “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” 2 Korintus 4:18 TB
Setiap kali proses datang, yang perlu kita tanyakan adalah hal yang kekal apa yang kira-kira Tuhan lakukan? Jangan hanya fokus dengan masalah atau tantangan yang ada disaat proses datang.
Ada makna di balik kematian dan kebangkitan Kristus, yaitu agar kita punya Pengharapan di hidup yang kekal, sehingga kita punya sikap yang berbeda dari dunia disaat menghadapi proses, respon kta disaat menghadapi proses adalah hal yang membedakan kita dengan dunia.
Tuhan tidak mati agar sekedar ada film-filmnya, Tuhan bangkit karena hal itu memberikan kuasa bagi kita untuk bisa berharap. Mari kita melihat proses terjadinya Pengharapan dari Kacamata Kekekalan.
Supporting Verse – “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” Roma 5:3-4 TB
Mekanisme-nya adalah seperti ini, Tuhan ijinkan adanya Kesengsaraan agar ada Ketekunan atau disebut juga Kesabaran, yang selanjutnya akan menimbulkan Tahan Uji atau Karakter, disaat setiap kali ujian datang.
Barulah Tahan Uji atau Karakter yang selanjutnya akan menghasilkan Hope atau Pengharapan. Semua ini adalah Proses, dan hanya orang mati yang bebas dan tidak mengalami Proses lagi.
Tanpa kesengsaraan, kita tidak akan menjadi tekun. Bahkan ada beberapa dari kita yang bersedia membayar orang lain seperti Personal Trainer untuk menyengsarakan diri sendiri, dengan harapan untuk mempunyai tubuh yang bagus.
Ketekunan yang dilakukan berulang-kali akan membuat Tahan Uji atau Karakter, orang yang tahan uji disaat proses atau tantangan datang tidak akan merasa takut, dan sebaliknya akan berkata “Bring it On”.
Karakter ini yang membuat kita seharusnya semakin serupa dengan Tuhan, Paulus bisa berkata seperti ini karena dia sudah begitu sering mengalaminya. Paulus adalah seorang pelayan Tuhan yang berhasil, tetapi tepat disaat ia ingin meninggikan diri-nya, tantangan datang dari Tuhan.
Supporting Verse – “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.”
Seperti hal-nya Paulus, Tantangan terbesar dari sukses adalah sukses itu sendiri. Karena sukses seringkali membawa orang untuk jauh dari Tuhan, membuat kita menjadi mengandalkan kekuatan diri sendiri, jarang berdoa, membaca Firman dan bergantung kepada Tuhan.
Supporting Verse – “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” 2 Korintus 12:9-10 TB
Sebuah sikap yang sangat berbeda dari dunia, ada istilah dunia yaitu “OKB”, atau Orang Kaya Baru, dimana Dunia mengajarkan kita untuk bermegah, tetapi sebaliknya Duri dalam Daging membuat kita untuk bersyukur, dan menjadi reminder atau pengingat bahwa kita adalah manusia yang terbatas, dan ada seorang Tuhan, Pribadi yang tidak terbatas, sehingga Iman kita kepada-Nya tidak akan turun.
Kasih Karunia atau disebut juga Kebaikan Hati Tuhan, Kasih (Karunia) berasal dari kata “Charis” dan Kuasa berasal dari kata “Dunamis” yang artinya adalah kekuatan dan kemampuan.
Proses adalah waktu dimana Tuhan ingin mengingatkan Pribadi Tuhan, yang merupakan Kasih di dalam seburuk apapun kesengsaraan yang kita alami. Tuhan ingin hati kita, bukan kepemilikan kita, atau pencapaian dan kesuksesan yang kita punya.
Oleh karena itu kita perlu Roh Kudus, Iblis sering membuat kita meragukan bahwa Tuhan mengasihi kita agar kita menjadi berhenti berharap dan menjadi tawar hati, memilih apa yang gampang dan bukan apa yang benar, serta menjadi gampang untuk berbuat dosa,
Supporting Verse – “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Roma 5:5 TB
“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” Amsal 24:10 TB
“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Kejadian 3:1 TB
Semakin kita mengerti betapa Tuhan mengasihi kita, semakin kuat pengharapan kita, karena itu kita perlu Roh Kudus untuk mewahyukan, mencerahkan dan mengingatkan kita bahwa betapa Tuhan mengasihi kita di dalam proses yang ada.
Supporting Verse – “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,” Efesus 3:14-20 TB
Betapa Lebar-Nya, Panjang-Nya, Tinggi-Nya, dan dalam-Nya Kasih Kristus. Kuta perlu mengerti Kasih Tuhan terlebih dahulu, karena kalau kita lupa saat berada di dalam proses, seringkali yang dicuri dari kita adalah Kuasa ini.
Supporting Verse – “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” 2 Timotius 1:7 TB
“Because of the extravagance of those revelations, and so I wouldn’t get a big head, I was given the gift of a handicap to keep me in constant touch with my limitations. Satan’s angel did his best to get me down; what he in fact did was push me to my knees. No danger then of walking around high and mighty! At first I didn’t think of it as a gift, and begged God to remove it. Three times I did that, and then he told me, My grace is enough; it’s all you need. My strength comes into its own in your weakness. Once I heard that, I was glad to let it happen. I quit focusing on the handicap and began appreciating the gift. It was a case of Christ’s strength moving in on my weakness. Now I take limitations in stride, and with good cheer, these limitations that cut me down to size—abuse, accidents, opposition, bad breaks. I just let Christ take over! And so the weaker I get, the stronger I become.” 2 Corinthians 12:7-10 MSG
Ada kekuatan Tuhan yang tersedia untuk kita, apa yang kita lihat berupa kelemahan tetapi sebaliknya malah menjadi kekuatan, keterbatasan kita justru adalah hadiah, kelemahan kita adalah hadiah Tuhan untuk kita, karena di balik semua kelemahan, Tuhan sediakan kekuatan dengan sendirinya.
Mulailah melihat keterbatasan dengan tenang sebagai hadiah, bukan sebaliknya sebagai ancaman. “And so The Weaker I get, The Stronger I become”, di balik setiap kelemahan, Tuhan sudah sediakan kekuatan,
Supporting Verse – “Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Roma 4:18 TB
“We call Abraham “father” not because he got God’s attention by living like a saint, but because God made something out of Abraham when he was a nobody. Isn’t that what we’ve always read in Scripture, God saying to Abraham, “I set you up as father of many peoples”? Abraham was first named “father” and then became a father because he dared to trust God to do what only God could do: raise the dead to life, with a word make something out of nothing. When everything was hopeless, Abraham believed anyway, deciding to live not on the basis of what he saw he couldn’t do but on what God said he would do. And so he was made father of a multitude of peoples. God himself said to him, “You’re going to have a big family, Abraham!”Romans 4:17-18 MSG
Perhatikan bahwa nama Abram sudah diganti menjadi Abraham, dan ini melambangkan bahwa Tuhan sudah menajdi pewahyuan dalam hidupnya, apa yang Tuhan katakan akan ia lakukan.
Tuhan akan terus melimpahkan Kasih dan Kekuatan-nya sehingga setiap dari kita yang melewati proses akan terus memiliki Pengharapan, kita bukan memiliki pengharapan saat proses sudah berlalu, tetapi justru memiliki Pengharapan disaat proses berlangsung.
Tuhan juga memberikan Roh Kudus untuk memampukan kita, Sehingga kita menjadi orang yang tekun, tidak lari disaat ujian datang, mempunyai Karakter seeperti Kristus, penuh dengan Pengharapan. Kita mempunyai kuasa, dan bisa menjadi agen pengharapan bagi orang di sekeliling kita.



