JPCC Online Service (21 February 2021)
Selamat pagi dan selamat malam, JPCC! Saya suka dengan tema anda bulan ini, yaitu tentang Trust in relationship. Sebuah kehormatan dan kesempatan luar biasa bisa bersama anda semua hari ini di ibadah virtual ini.
Bagi yang belum mengenal saya, nama saya adalah Robi, seorang dokter di bidang psikologi klinis. Mungkin saja Ps. Jeffrey dan Angela merasa banyak di antara kita perlu pemeriksaan kesehatan dari leher ke kepala atau pikiran kita. Inilah sesi konsultasi anda bersama sang dokter.
Izinkan saya mulai dengan bertanya, “Bagaimana kabar anda?, kabar anda yang sebenarnya?”.
Saya tahu bagi kebanyakan dari anda 12 bulan terakhir amat menyulitkan, bukan cuma karena dampak sosial, kesehatan dan finansial dari pandemi, tetapi juga karena terperangkap atau terkungkung di tempat tinggal kita, berdekatan terus dengan anggota keluarga atau mungkin kebalikannya dimana kita harus terpisah dari orang yang kita sayangi.
Ketahuilah bahwa melewati musim ini, setiap hubungan bisa menjadi renggang atau tegang. Kita hidup di zaman yang serba tidak aman dan tidak pasti. Saat kita tidak punya kendali dan menjadi begitu terbatas, kecemasan kita cenderung akan meningkat.
Ketika regulasi dan pembatasan terus menerus diterapkan, rasa frustrasi kita akan bertambah. Ditambah lagi dengan tekanan finansial, maka lengkaplah resep untuk mengalami kehancuran sebuah hubungan.
Jadi sekali lagi, “Bagaimana kabar anda?”.
Beberapa dari kita mungkin mengalami disrupsi, sementara yang lain justru bisa memanfaatkan peluang di masa pandemi ini dan bisa menikmati musim ini.
Tapi ketahuilah bahwa seberapa baik keadaan anda sangat ditentukan oleh seberapa baik anda berpikir. Jadi sewaktu saya bilang check up dari leher ke kepala atau pikiran, secara khusus saya ingin menjawab pertanyaan ini : Bagaimana kita bisa menguasai pikiran kita? bagaimana kita berpikir baik, agar keadaan baik?
Agar keadaan bisa baik dalam diri kita dan juga dalam hubungan kita, dan tentunya dalam perjalanan kita bersama Tuhan. Inilah tantangan yang kita akan jawab hari ini.
Hari-hari ini, setiap kali ada seseorang menggunakan istilah “mengendalikan pikiran”, penekanannya adalah agar kita bermimpi atau berpikir lebih besar. Tetapi hari ini saya ingin menunjukkan bagaimana caranya berpikir lebih baik.
Dalam dunia bisnis, ada istilah populer yang sering dipakai untuk menggambarkan pola pikir orang-orang yang sangat inovatif dan sukses. Bahkan para pemikir solusi di dunia memakai proses ini, disruptive thinking (cara pikir disruptif atau melawan arus).
Secara mendasar, cara pikir melawan arus berbicara mengubah status quo, dengan melihat masalah atau tantang yang ada dan diputar balik menjadi kesempatan. Cara pikir disruptif ini membawa perubahan radikal, jadi bukan hanya sekedar perbaikan saja, sebaliknya ini merupakan transformasi total.
Sebagai contoh, perusahaan transportasi terbesar di Indonesia justru tidak punya mobil sama sekali, namanya adalah Grab. Bahkan industri taksipun juga ikut bertransformasi total. Begitu juga perusahaan hotel terbesar di dunia yang tidak punya gedung hotel sama sekali, kita mengenalnya sebagai Air BnB.
Terakhir tentu ada agama terbesar di dunia, yang sebenarnya adalah sebuah hubungan dan itu adalah Kekristenan.
Yesus punya pemikiran paling disruptif (melawan arus) dari yang lainnya. Jadi jika kita ingin menjadi pemberi solusi yang inovatif dari suatu masalah, baik itu dalam hubungan kita, bisnis, sekolah, gereja dan juga negara kita, janganlah bersandar pada pemikiran manusiawi yang biasa.
Sejak Covid-19, bagaimana orang di dunia berusaha bertahan menghadapi lockdown? Tingkat perceraian di Wuhan melonjak sampai 40%, penjualan narkoba dan alkohol meningkar drastis di dunia, dan di australia ada peningkatan 50% dalam kekerasan rumah tangga. Ini yang saya namakan “pandemi di dalam pandemi”.
Itulah cara dunia meresponi pandemi ini, dan sebagai orang percaya seharusnya kita bisa melihat ini sebagai peluang untuk melakukan pemikiran disruptif (melawan arus). Kita tidak memakai cara pikir dunia dan sebaliknya memakai cara pikir Yesus.
Opening Verse – For, “Who can know the Lord ’s thoughts? Who knows enough to teach him?” But we understand these things, for we have the mind of Christ. 1 Corinthians 2:16 NLT
Who is able to advise the Spirit of the Lord ? Who knows enough to give him advice or teach him? Isaiah 40:13 NLT
Karena kita punya Roh Kudus, kita punya akses ke dalam pikiran Kristus, dan itu sesuatu yang menakjubkan.
Jadi seberapa hebatkah pemikiran kita? Apakah cara pikir kita disruptif dan apakah solusi kita inovatif?
Lebih dari sekedar penemuan atau inovasi, saya berbicara tentang berpikir di luar kebiasaan, saya akan coba bertanya dengan teka-teki ini.
Seorang ayah bersama anak lelakinya suatu hari pergi mengendarai mobil. Mereka lalu mengalami kecelakaan mobil yang parah, dan dua ambulans kemudian datang dari kota terdekat. Satu ambulans membawa si ayah ke sebuah rumah sakit, dan satu ambulans lagu membawa si anak lelaki ke rumah sakit lainnya.
Seorang dokter masuk dan berkata, “Saya tidak bisa mengoperask anak lelaki ini karena dia putera saya!”. Teka-tekinya, siapakah dokter ini?
Ini bukanlah pertanyaan jebakan dan tidak mungkin dokter itu ayahnya karena dia ada di rumah sakit lainnya. Tidak ada jawaban tersembunyi ataupun memaksa seperti “Oh itu adalah ayah tiri atau kakeknya!”.
Pertanyaan ini tidak membutuhkan inovasi, ini hanyalah pertanyaan yang didesain untuk mengungkapkan semahir apa kita berpikir di luar kebiasaan. Sang dokter, kalau kita masih bingung, jelas adalah Ibu anak itu.
Jangan khawatir kalau kita tidak bisa menjawabnya, bukan karena alam bawah sadar kita bergumul dengan isu bias gender, hanya saja sewaktu kita diberikan informasi tertentu, otak malas kita sering jatuh ke dalam pola persepsi.
Dalam teka-teki diatas, ketika subjek “lelaki” disebut berulang kali dalam satu kalimat, otak kita teraktivasi untuk mencari jawaban dengan pola yang mirip.
Bagaimana penyajian sebuah informasi kadang bisa membuat otak kita terjebak dalam pola pikir tertentu. Sama halnya dengan hubungan kita, kadang kita suka terjebak dengan pola atau kebiasaan tertentu sehingga kita terus berargumen dan bertengkar utamanya kalau kita tinggal bersama dalam ruang yang kecil dalam waktu lama.
Kita bisa merasa kecewa dalam hubungan itu, dan jika kita malah mencari kasih sayang pada hal yang tidak benar maka kepercayaan pada kita bisa rusak dan sulit diperbaiki.
Tetapi jika kita mengenakan Pikiran Kristus untuk bisa melihat berbagai hal dari sudut pandang spiritual maka kita akan bisa melewati tantangan sebesar apapun.
Menguasai pikiran itu kira-kira seperti ini, Studi menunjukkan bahwa semua orang bisa menggambar. Dalam hal seni dan kreatifitas, yang terpenting adalah isi pikiran kita.
Jika kita diminta untuk menggambar sebuah kursi, mungkin saja gambar kita akan terlihat seperti karya seni pasca modern yang bentuknya tidak begitu jelas. Karena bukannya menggambar apa yang kita lihat, kebanyakan orang menggambar dari persepsi tentang kursi yang ada di pikiran mereka.
Saat persepsi itu dituangkan ke atas kertas, entah kenapa hasilnya tidak sama. Solusinya tentu bukan dengan mengambil kursus menggambar, melainkan perspektif kita yang perlu diubah.
Kita harus melihat dari perspektif yang sama sekali berbeda. Secara harafiah kalau kita memutarbalikkan sebuah kursi sebelum menggambarnya, kita akan benar-benar menggambar apa yang kita lihat.
Alasannya karena kita tak punya gambaran mental atau persepsi tentang bagaimana kursi terbalik terlihat. Jadi karena tidak lagi autopilot, otak kita dipaksa bekerja tidak seperti biasanya dan naik ke tingkat performa baru.
Intinya adalah Yesus datang untuk memutarbalikkan dunia, agar kita dapat melihat dengan jelas. KasihNya itu nyata agar kita bisa dengan akurat menunjukkan dan menirukan kasih tersebut pada satu sama lain.
Jadi jika kita punya masalah di dalam hubungan, bayangkan bagaimana kelihatannya dalam perspektif Allah?
Jika kita mau mengenakan Pikiran Kristus, mungkin kita akan menemukan cara untuk memutarbalikkan permasalahan. Solusi Inovatif dari Allah bisa kita temukan untuk memperbaiki kepercayaan yang rusak, dan membawa hubungan ke tingkat yang lebih baik.
Cara memecahkan masalah seperti ini adalah salah satu keterampilan yang perlu kita latih.
Supporting Verse – May the God of endurance and encouragement grant you to live in such harmony with one another, in accord with Christ Jesus, that together you may with one voice glorify the God and Father of our Lord Jesus Christ. Romans 15:5-6 ESV
Dengan pola pikir yang memecahkan masalah, bukan saja kita bisa membangun kepercayaan dan memupuk persatuan, tetapi kita juga menghormati Allah dan begitu sejalan denganNya sehingga Dia memanggil kita sebagai milikNya.
Supporting Verse – Blessed are the peacemakers, for they will be called children of God. Matthew 5:9 NIV
Jadi izinkan saya ulangi: dalam hal hubungan, belajar menjadi pemikir yang disruptif/melawan arus, belajar memperbaiki, merestorasi, dan mengisi ulang setiap hubungan Anda, adalah salah satu keterampilan terpenting yang Anda bisa bangun.
Pikirkan ilustrasi ini: di balapan mobil Formula One, sebagian pembalap masuk ke pit stop untuk memulihkan diri dari semua putaran yang sudah mereka lewati, Sementara pembalap lain menepi masuk ke pit stop untuk mempersiapkan diri melanjutkan putaran-putaran berikutnya.
Namun, agar pemberhentian di pit stop bisa mencapai tujuannya, faktor logistik dan disiplin sangat vital, agar sistem bisa berfungsi dengan baik.
Kita lihat dengan kejadian yang terjadi dalam sebuah balapan formula one berikut.
[Pemandu Acara] (Bill) Holland masuk ke pit stop. Waktunya isi bahan bakar dan ganti ban. Lihat, Lou Moore sendiri yang mengganti bannya.
Hanya empat anggota kru termasuk pembalap yang diizinkan bekerja sama. Suasananya tegang. Holland diam di dalam mobil, tak sabar untuk melaju. Kita tunggu apa yang akan terjadi.
Saya hentikan dulu videonya, karena sangat membuat geregetan. Terlihat seberapa keras mereka berusaha sampai menggunakan palu, untuk melepaskan baut dan mengganti ban agar mobilnya bisa segera siap melaju kembali.
Itulah gambaran klasik bagaimana banyak orang hari ini mencoba memecahkan masalah dalam hubungan mereka. Saling menghantamkan palu satu sama lain demi membuat perubahan, dan akibatnya, merasa sangat letih dan lelah dalam menjalani setiap hubungan.
Mungkin yang Anda perlu lakukan adalah “memutarbalikkan masalahnya”. Menepi dan berhenti, sebelum mulai jalan kembali. Pertimbangkan masak-masak, apa yang sesungguhnya diperlukan untuk memenangkan pertandingan?
Daripada sibuk mencoba membuat laju kendaraan lebih kencang, tidakkah lebih baik jika kita pecahkan masalah secara efektif, membuat perubahan-perubahan yang memang perlu untuk menghemat waktu.
Anda mau tahu disrupsi yang efektif itu seperti apa tepatnya?
Mari kita lihat situasi dan inovasi baru dalam balapan formula one ini, utamanya percakapan dengan pembalap legenda Darrel waltrip.
“Zaman saya dulu, si pengemudi adalah yang urus bahan bakar juga. Orang yang memperbaiki mesin mungkin juga harus mengganti ban.
Jadi ya… kamu siapkan tim-nya, Lalu kerja bersama di pit stop pada hari Minggunya.”
[Pemandu Acara] 71 detik, dia kembali ke balapan! (Mengganti) empat ban dan (mengisi) dua kaleng bahan bakar, kalau bisa selesai di kisaran 20-an detik, 21-22 detik, dulu itu sudah bagus.
Sampai seorang pria bernama Ray Evernham muncul (dan mengubah standar itu).
REVOLUSI KRU PIT STOP.
“Saya terpikir merekrut sekelompok orang untuk menjadi kru tim pit stop. termasuk beberapa atlet, semuanya ditempatkan di posisi tertentu, agar mereka bisa berlatih, mengatur langkah kerja agar serasi. Kami menonton rekaman, dan melakukan semua langkah seperti layaknya tim olahraga profesional.”
“The Rainbow Warriors (nama tim kami) mengerjakan logistik mobil dengan sangat cepat. Logistik berperan sangat penting di setiap pit stop, titik. Balapan itu…sebenarnya… Setiap pembalap bisa menghemat sedikit waktu di trek. Tapi kru kami bisa menghemat banyak waktu di pit stop.”
Dari kedua kejadian diatas, kita bisa lihat bahwa Logistik sangat penting! Anda bisa hemat sedikit waktu di trek balapan, tapi Anda bisa hemat banyak waktu di pit stop.
Anda tak harus menyukai balapan untuk bisa terinspirasi dengan cara pikir disruptif/melawan arus yang efektif. Namun, pertanyaan pentingnya, adalah, Anda perlu berapa lama untuk memperbaiki, memulihkan, serta mengisi ulang hubungan Anda, yang mungkin rusak dan tersakiti selama melewati trek perlombaan hidup?
Kabar baiknya adalah, ada tiga kunci spiritual yang setiap kita bisa gunakan, dalam mempercepat perbaikan, restorasi dan pengisian ulang bahan bakar hubungan kita.
1. Kunci pertama adalah “Be Mature” atau kedewasaan dalam berhubungan”. Ini sebuah ide yang disruptif (menentang arus) untuk dipikirkan.
Dalam suratnya kepada gereja mula-mula di Filipi, Rasul Paulus berkata :
Supporting Verse – Don’t be selfish; don’t try to impress others. Be humble, thinking of others as better than yourselves. Don’t look out only for your own interests, but take an interest in others, too. You must have the same attitude that Christ Jesus had. Philippians 2:3-5 NLT
Anda mesti punya sikap atau pola pikir seperti yang Yesus Kristus miliki. Seperti itulah kedewasaan yang sesungguhnya. Tidak biasa, karena memang bertentangan dengan apa yang lazim untuk umat manusia.
Sebuah roh yang bertentangan dengan roh individualis dunia ini. Seperti itulah, cara pikir disruptif/melawan arus! Jadi,mari kita coba mengevaluasi diri. Cobalah bertanya: seberapa dewasakah hubungan kita?
Bagaimana kita bisa tahu? Orang yang tidak dewasa suka mengeluh. Tapi orang yang dewasa selalu mencari cara untuk berkontribusi.
Orang yang tidak dewasa selalu mencari orang lain untuk “melengkapi” mereka; istilahnya, “You complete me!” Tetapi orang yang dewasa selalu mencari orang lain untuk dilengkapi.
Orang yang tidak dewasa mengutamakan untuk memenangi argumentasi ketimbang menjaga kesatuan. Tapi orang yang dewasa akan mengorbankan keinginan untuk selalu dianggap benar, demi menjaga dan mengutamakan kesatuan dalam hubungan.
Ketahuilah, hubungan yang dewasa akan mencoba dan melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dengan kata lain, mereka ambil kursinya dan diputarbalikkan dulu. Mereka mau lihat semua sebagaimana adanya, bukan berdasarkan persepsi mereka sendiri. Masalah-masalah dalam hubungan; biasanya lebih kompleks daripada apa yang terlihat.
Itulah kenapa pasangan yang dewasa, berusaha lebih banyak untuk mencoba lebih mengerti satu sama lain. Memang mereka mungkin tak sepenuhnya bisa mengerti pasangannya, tapi yang penting mereka mau mencoba.
Saat bisa melihat dari sudut pandang orang lain, masalah tidak akan berkembang, dan lebih jarang ada sakit hati. Itu kunci pertama, dan kunci kedua adalah sebagai berikut.
2. Kunci Kedua, adalah “Be Trustworthy“, menjaga tanggung jawab pribadi untuk bisa dipercaya.
Kualitas untuk menjadi orang yang bisa dipercaya vital untuk setiap hubungan, layaknya bernapas itu vital untuk bertahan hidup.
Bisa dipercaya artinya bereputasi baik, bertanggung jawab, bisa diandalkan. Kalau Anda bilang akan melakukan sesuatu, akan hadir, atau memenuhi janji, apakah Anda orang yang selalu menepatinya, ataukah Anda orang yang terus-menerus mengubah jadwal, membatalkan, atau bilang “Saya lupa!”, atau membuat alasan dan menjustifikasi sikap Anda yang kurang berintegritas?
Apakah Anda selalu memenuhi tanggung jawab sedemikian rupa, sehingga tak ada orang yang ragu akan komitmen Anda, atau apakah Anda orang yang harus selalu diingatkan, didesak, dan ditanyai?
Supporting Verse – Now it is required that those who have been given a trust must prove faithful. 1 Corinthians 4:2 NIV
Ini adalah konsep yang disruptif (menentang arus)! Sebab dalam zaman kita hidup sekarang, membuat alasan, mencari pembenaran, atau menyalahkan orang lain, jauh lebih mudah daripada mengambil sikap bertanggung jawab.
Tapi sekali lagi, izinkan saya menantang pemikiran Anda dengan pertanyaan sulit ini: Apakah orang lain bisa sepenuhnya mengandalkan Anda? Jika jawabannya ya, kabar baiknya, Raja Salomo mengatakan bahwa hal ini
bisa diandalkan akan membawa keuntungan! Coba lihat saja:
Supporting Verse – The heart of her husband trusts in her, and he will have no lack of gain. Proverbs 31:11 ESV
Bukankah itu terdengar baik? Jadi, apakah Anda seseorang yang bertanggung jawab atas kata-kata Anda sendiri? Apakah Anda benar bertindak, dan tak cuma Omdo (omong doang)?
Jika Anda bilang, “Yah, kadang-kadang. Sedikit tapi lumayanlah…”, “Sedikit” itu tidak cukup. Kalau dalam perdagangan, Anda belum bisa beli barang. Anda tak bisa mengandalkan “a bit” (sedikit) kecuali jika itu [investasi] Bitcoin!
Nah, kalau bicara soal uang, sama seperti kursi tadi, sepertinya orang Amerika sudah lebih dulu membuat hal ini terbalik. bukannya menunjukkan nilai dari perkataan mereka (melalui tindakan nyata), mereka malah mengobral kata-kata di dalam sesuatu yang bernilai.
Mungkin itulah kenapa cuma di lembaran $1 saja tertulis, “In God We Trust” (“Pada Allah Kami Percaya”). Kenapa bukan tertulis “Pada Suami Kami Percaya”? Dalam kehidupan orang Kristen, para suami seharusnya bisa dipercaya!
Sebab kita punya akses ke dalam pikiran Kristus. Tapi, selain kedewasaan, serta sikap bertanggung jawab yang penting dalam membangun kepercayaan, jika kepercayaan mulai menipis dalam sebuah hubungan, cara tercepat untuk mengisi ulang, merestorasi, dan memperbaiki kepercayaan, adalah dengan pemikiran paling disruptif (menentang arus). Yaitu, memberikan pengampunan; bahkan atau khususnya, saat pengampunan tak layak untuk diberikan.
3. Kunci Ketiga, Be Quick to Forgive.
Pengampunan memampukan kita untuk maju tanpa perlawanan, tanpa dendam, tanpa kebencian, yang semuanya dapat menghambat perlombaan kita. Jadi secepat apa kita mengampuni, secepat itu jugalah kita bisa mengisi ulang, memperbaiki, dan merestorasi hubungan kita agar kembali ke jalurnya.
Dari kejadian kru pit balapan formula one, kita bisa lihat salah satu kru yang begitu bersemangat? Dia seolah bilang, “Yeaaah! Horeee! Cuma dua detik!” Seperti itulah kekuatan disrupsi yang dibawa oleh sebuah pengampunan.
Saya tadi mulai berkhotbah dengan menyatakan, Yesus, Dialah pembawa disrupsi terhebat dari semua yang lain. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Tapi kemudian, Firman itu menjadi manusia dan diam di antara kita; sungguh! Untuk kita seorang bayi lahir, kepada kita sang Anak diberikan, di bahu-Nya lah terletak otoritas untuk memimpin seluruh bumi.
Dia, yang dipanggil Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Yesus telah memutarbalikkan dunia, ketika Dia masuk ke kota Yerusalem bukan dengan menunggang kuda perang; Dia patahkan persepsi tiap orang tentang seperti apa Mesias harus terlihat, dengan masuk menunggangi seekor keledai. Ketika para pemuka agama mencoba mendisrupsi orang-orang yang memuji Yesus, Yesus balik mendisrupsi masalah tersebut.
Bukannya melawan, Dia mengubah arah permainan mereka, dengan menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai tebusan atas dosa kita. Tapi disrupsi terbesar dari semuanya, adalah bahwa setelah Dia mati agar dosa-dosa kita diampuni, Dia tidak tetap mati; tiga hari kemudian Dia bangkit! Bayangkan betapa peristiwa tersebut mengubah total pandangan orang-orang yang melihat-Nya.
Dan sekarang, saat kita datang kepada-Nya, tak peduli dari mana kita datang atau apa yang pernah kita perbuat, Dia patahkan rencana musuh atas hidup kita, dan Dia memberi kita pengampunan yang mempercepat perubahan.
Pengampunan yang sama harus kita berikan pula kepada satu sama lain dalam setiap hubungan kita. Dan sama cepatnya seperti mobil balap Formula One yang diperbaiki, direstorasi, dan diisi bahan bakar, siapa pun yang mengandalkan Yesus akan bisa kembali ke jalurnya, menyelesaikan perlombaan dengan baik.
Cara seperti itu, tidak konvensional dan disruptif (menentang arus). Keputusan mengikuti Yesus adalah cara pikir yang disruptif/melawan arus. Namun, dengan keputusan itu, kita akan lihat permasalahan diubahkan menjadi kesempatan, bahkan kita bisa menjadi agen perubahan dan dipanggil sebagai salah satu anakNya.