prayer, bible, christian

My Spiritual Family By Ps. Alvi Radjagukguk

JPCC Online Service (10 March 2024)

How is everybody doing? Judul Firman Tuhan hari ini adalah “My Spiritual Family”. Ini adalah minggu terakhir dari sesi pembelajaran “The God-kind of Love”, atau Kasih yang Ilahi. Kotbah-kotbah sebelumnya dapat anda ikuti dan pelajari dari YouTube JPCC. Kalau saudara ingin memperdalam pesan Tuhan setiap minggunya, saudara juga dapat melakukannya bersama dengan DATE saudara melalui DATE Meeting Guideline.

Di sini juga ada pertanyaan diskusi dengan konsep “OIA”, yaitu Observasi, Interpretasi dan Aplikasi. Fase terakhir adalah Aplikasi karena kebenaran tidak mengubahkan kehidupan tetapi kebenaran yang kita aplikasikan-lah yang akan mengubah kehidupan.

Dan kalau saudara tertanam di dalam DATE, saudara juga akan bisa mengikuti kerangka OIA ini, juga di Aplikasi MyJPCC untuk memperdalam perjalanan rohani saudara bersama dengan Tuhan. Karena di JPCC kami tidak ingin saudara menjadi pecinta kotbah saja, tetapi kami ingin semua menjadi pecinta Firman Tuhan. Hari ini kita akan belajar tentang Kasih yang Ilahi dalam konteks gereja lokal sebagai keluarga rohani Tuhan.

Sharing Ps. Alvi – Saya adalah produk dari gereja lokal, saya mengenal Yesus secara pribadi dan mengasah potensi hidup saya juga melalui keluarga-keluarga rohani di gereja lokal. Saya lahir baru di dalam persekutuan doa dekat rumah sewaktu saya masih kelas 3 SMP. 

Disitulah saya juga pertama kali melayani Tuhan dengan bermain Keyboard dan belajar secara otodidak yang akhirnya membawa saya untuk melayani di beberapa persekutuan doa lainnya. Sejak awal kuliah saya bergereja di salah satu gereja di kota Perth, Australia dan diberi kesempatan dari hari minggu pertama melayani Tuhan dengan bermain keyboard, karena hari itu keyboardist yang seharusnya melayani mengalami ban kempes saat hendak ke gereja.

Saya juga diberikan kesempatan menjadi singer dan memimpin pujian, memimpin komsel serta juga memimpin departemen Praise dan Worship di gereja. Kembalilah saya ke Jakarta di tahun 1997, dan bertemu dengan keluarga Rohani di JPCC Youth Ministry. 

Tanpa terasa tahun ini adalah tahun ke-25 dimana saya tidak hanya tertanam di JPCC tetapi juga bekerja separuh waktu disini, diberikan kesempatan untuk menciptakan lagu, koordinasi komsel atau DATE, dan juga untuk mengajar dan berkotbah yang dulu saya pernah bilang bahwa ini adalah panggilan saya sebagai “Worship Leader”.

Saudara, tanpa saya tertanam di keluarga rohani dan berbagai gereja lokal tersebut, saya tidak mungkin ada di posisi sekarang ini. Saya tidak mungkin mengenal Tuhan serta mengeluarkan Dan mengasah potensi yang Tuhan titipkan dalam hidup saya, tetapi Ceritanya juga tidak seindah begitu saja bukan?

Karena di dalam gereja-gereja lokal itu juga saya mengalami yang namanya “Proses“, didewasakan karakternya dan diperbesar kapasitasnya dengan pertama kali saat saya melayani sebagai keyboardist dimana saya dituduh mencuri salah satu pedal alat musik keyboard itu.

Dipanggilkan pendeta untuk mengaku di depannya yang harganya hanya Rp. 40.000,- Dan dimana saat itu saya sering mendapat persembahan Kasih sebesar Rp. 25.000 di satu ibadah. 

Saudara tahu istilahnya “Open Worship”? Peralihan di antara lagu dan biasanya para Worship Leader ada yang bernyanyi tanpa lirik dengan berbahasa lidah atau melakukan kalimat worship statement. Dan di jaman itu konsep open worship di seluruh dunia itu sama, dan di salah satu persekutuan doa, saya memutuskan untuk menggantinya. Oleh karena tindakan itu, saya diskors oleh pendeta di gereja.

Di salah satu gereja lokal saya dimusuhi oleh tim penyembahan karena saya sering menegur orang yang telat saat latihan atau sound check dengan bermacam alasan. Di salah satu acara retreat gereja, ada sesi dimana masing-masing Dari kita perlu mendatangi orang yang sedang mengalami suatu pergumulan dengan diri kita.  

Saya menyanyi, dan tiba-tiba ada belasan orang yang ingin mengalami pendamaian dengan diri saya. Tidak berhenti disitu tentunya, di gereja lokal lainnya, saat saya selesai memimpin pujian tiba-tiba gembala gereja disana mendatangi saya dan berkata bahwa Urapan Tuhan sudah meninggalkan diri saya.

Pertanyaan pertama saya, “Pakai apa ngukurnya?”, Singkat cerita selanjutnya saya diskors selama 6 bulan. Saya mulai bertanya “Ada apa di jidat saya ini tulisannya? Kenapa saya sering diskors?” 

Saya dimusuhi dan diserang sewaktu rapat di gereja lokal lainnya, dan diajak berkelahi karena arahan dan keputusan yang saya ambil sebagai pemimpin. Sekarang saya bisa bersyukur, dulu saya sangka bahwa semua orang ini dikirim oleh Iblis, tetapi ternyata mereka dikirim oleh Tuhan untuk memperbesar kapasitas saya, memurnikan karakter saya, even up until today.

Ada beberapa orang yang memercayai adanya mitos tentang gereja di bawah ini.

1. Gereja berisi orang-orang yang sempurna.

Kata siapa? Isinya adalah orang-orang yang jauh dari sempurna yang perlu Kasih Karunia Tuhan yang sempurna. Itulah isi gereja. 

2. Gereja ada untuk melayani kebutuhan dan preferensi saya.

Disinilah perbedaan antara orang yang berkata dirinya anggota gereja atau murid Kristus.

3. Semua gereja akan mengecewakan pada akhirnya.