JPCC Kota Kasablanka (19 Mei 2018)
Saya sebelumnya ingin meminta maaf karena saya tidak bisa hadir kesini selama beberapa tahun, hal ini dikarenakan saya harus menjadi bagian dari tim penasihat Presiden Donald Trump dalam proses Penandatanganan Perppu Kebebasan Beragama di Amerika Serikat. Tidak lama kemudian, seperti beberapa dari kalian tahu, saya harus mengundurkan diri dari tim ini.
Sebagaimana kalau kita mau ikut berpolitik sebagai orang lristen, bagian dari kekristenan kita bukan hanya reformasi atau perubahan hidup secara pribadi, tetapi juga perubahan masyarakat di sekitar kita, mengubah dunia dimana kita tinggal di dalamnya.
Jadi sebagai Orang Kristen, Orientasi kita adalah mencari pengaruh baik di dalam pemerintahan dan institusi sosial yang akan menentukan kualitas kehidupan dimana kita tinggal, dan tantangannya adalah mencari cara yang paling tepat untuk bisa mempengaruhi tanpa mengkompromikan nilai-nilai kita dan juga identitas utama kita sebagai pengikut Kristus, bukan sebagai anggota sebuah partai tertentu.
Susah untuk mempertahankan keseimbangan dalam hal ini, karena itu kita perlu nilai-nilai inti kehidupan untuk membangun benteng moral dalam hidup kita.
Susah untuk mengikuti seorang pemimpin, kalau seorang pemimpin bermoral, saya biaa mengikutinya, tetapi jika tidak, maka saya akan perlu tahu bagaimana bisa bekerja dengan-nya, tetapi kalau seorang pemimpin ini sama sekali tidak punya moral atau “Amoral”, tidak punya acuan moral sama sekali dalam kehidupan, maka itu akan membuat pemimpin itu tidak bisa diprediksi.
Ada kejadian spesifik di Bulan Agustus 2017, yang membuat pertentangan nilai antara saya dengan Pemerintah yang berkuasa, dan sangat disayangkan karena akhirnya saya harus mengundurkan diri via twitter.
Tahun ini saya dan istri merayakan ulang tahun pelayanan ke-40, kami sudah melihat 4 dekade pertumbuhan pengembangan diri, dan belajar banyak dari hal ini, dan sebagaimana hari ini kami punya 40.000 jemaat yang terdaftar di 3 lokasi berbeda. Saya secara pribadi juga berhasil membangun reputasi dan hubungan yang terjalin dengan banyak tempat di dunia ini.
Kami baru saja menandatangani sebuah perjanjian yang bernilai 800 juta USD dimana kami akan membangun 2000 tempat tinggal untuk orang yang punya pendapatan berbeda-beda dan dijual secara retail di atas tanah 5-6 hektar. Ini adalah model kerjasama antara pemerintah, non-profit, dan juga pihak swasta, yang juga akan kami jadikan percontohan bagi banyak kota di Amerika.
Dari situ, saya sedang membentuk satu perusahaan lagi untuk melakukan pelayanan misi untuk menumbuhkan pemimpin muda yang muncul dan menulis buku dan kurikulum yang kemudian bisa dipakai, itulah gambaran masa depan yang akan saya lakukan.
Dari semua itu, Hari ini saya ingin berbagi mengenai semua masalah yang tercipta bagi saya saat ini.
Opening Verse – “I came to hate all my hard work here on earth, for I must leave to others everything I have earned.
Some people work wisely with knowledge and skill, then must leave the fruit of their efforts to someone who hasn’t worked for it. This, too, is meaningless, a great tragedy.” Ecclesiastes 2:18, 21 NLT
Tidak seperti Salomo di kisah ini, saya tidak menyerah. Ini adalah pertimbangan yang dilakukan Salomo bahwa setelah semua yang dia kerjakan dalam hidupnya, akan ada saatnya tiba dimana dia harus mewariskan semua yang telah dia kerjakan, dia bertanya-tanya apa pribadi ini akan bisa melakukan-nya dengan baik.
Ini adalah realita dimana kita baik di gereja ataupun perusahaan kurang bisa melakukan proses suksesi dan penerus yang baik.
Saya ingin membagikan beberapa prinsip mengenai proses penerus atau suksesi ini, terutama dari pengalaman saya selama 18 tahun.
Anak saya, Jamaal dan saya menuliskan sebuah buku yang berjudul “Penerus“, dimana isi buku ini melihat kacamata dari sisi yang mewariskan dan juga dari kacamata sisi sang penerus atau seorang yang akan mewarisi apa yang diturunkan.
Ada studi yang mengatakan bahwa masa-masa atau usia rata-rata orang yang sudah pensiun hanya beberapa tahun saja, untuk saya sendiri mewariskan bukan berarti pensiun, tetapi transisi pada sesuatu yang baru, penting untuk melihat bahwa mewariskan sebagai sebuah transisi.
Ada beberapa sisi dari proses mewariskan :
* Ada sisi filosofi, bagaimana cara berpikir kita dalam hal mewariskan
* Ada sisi strategis, bagaimana kita menyusun strategi dalam mewariskan
* Ada sisi politis dan taktik karena mewariskan berkait dengan pribadi dan kuasa yang diturunkan.
* Ada juga sisi operasi dalam mewariskan, dimana kita akan membahas mengenai struktur dan sistem yang ada.
* Ada juga sisi personal dan pribadi, bagaimana hal ini mempengaruhi kehidupan yang mewariskan dan yang diwarisi.
Succession atau Mewariskan atau Meneruskan adalah The Order, Condition and Process.
Mewariskan adalah aturan atau tatanan, kondisi, dan proses, yang akan mengambil alih sebuah transfer daripada suatu posisi atau kuasa.
Supporting Verse – “But among you it will be different. Those who are the greatest among you should take the lowest rank, and the leader should be like a servant.” Luke 22:26 NLT
Yesus berkata bahwa kalau ada di antara kita yang mau menjadi besar, mulailah melayani. Jadi, Kehebatan sangat didorong sebagai sesuatu yang kita kejar, bagaimana cara kita mengejarnya-lah yang akan memuliakan Tuhan.
Fame comes in a Moment, but Greatness comes in Longevity, That’s the Key of Greatness.
Keterkenalan bisa terjadi sesaat, tetapi Kehebatan datang dengan keberlangsungan yang lama.
Sustainability adalah keberhasilan yang bisa bertahan lama, jadi kunci untuk bisa hebat adalah daya tahan yang lama, terkenal dapat terjadi sesaat, tetapi sesuatu yang hebat bisa bertahan lama.
Hal ini berlaku untuk pelayanan, usaha, bangsa yang dibangun, dan bahkan juga di dalam hubungan yang kita bina.
Saya dan istri saya merayakan ulang tahun pernikahan ke-46 tahun depan. Hal ini membutuhkan kerja keras, kami sudah bersama-sama selama 49 tahun, dimana kami mulai berpacaran pada tanggal 21 April 1969.
Setengah abad saya dan istri saya akan bersama-sama pada tahun depan. Kita perlu tahu bahwa pada awal tahun 1900an, umur manusia rata-rata hanya 46 tahun.
Jadi banyak orang membuat keputusan penting di awal usia mereka dengan sangat cepat, seperti hal-nya wanita yang menikah di usia 14 tahun, atau “mid-life crisis” yang sebaliknya terjadi pada saat usia 20 tahun.
Bahkan orang yang hidup pada saat itu tidak perlu kuatir soal pensiun, mereka harus mengambil keputusan penting karena usia yang singkat.
Tetapi Di tahun 2000-an usia rata-rata manusia berubah menjadi 79 tahun. Dan bahkan di tahun 2050 di Amerika Serikat dipertimbangkan bahwa usia rata-rata akan menjadi 86 tahun untuk pria, dan 92 tahun untuk wanita.
Kita mungkin punya waktu lebih banyak, tapi oleh karena itu juga pilihan-pilihan kita akan sangat menentukan masa depan kita, kita akan menajdi “pelayan” pada pilihan yang kita buat, dan sebagaimana kita tahu bahwa setiap pilihan akan ada konsekuensi dan keuntungan-nya.
Pilihan punya dampak generasi, jadi waktu lebih banyak bukan berarti baik, karena orang tidak hanya mengganti kerja, tetapi juga bahkan jurusan karir, karena jenis pekerjaan yang ada nanti mungkin sudah diambil alih oleh teknologi.
Akan ada tekanan hidup yang semakin besar, dan dalam pernikahan usia muda, kita akan harus menghabiskan begitu banyak waktu dengan orang yang sama. Tetapi saya bahagia karena saya berhasil membuat keputusan yang baik untuk menikah dengan istri saya.
Sharing DR A.R Bernard – Saat saya mendapat telepon dari seorang ibu yang anak lelakinya tumbuh besar di gereja kami, ada suatu kejadian dimana dia harus segera ke rumah sakit karena putranya yang berusia 20 tahun mencoba untuk bunuh diri.
Dalam surat yang ditulis putranya sebelum mencoba untuk bunuh diri, dia mengatakan bahwa dia tidak bisa membayangkan isu kehidupan yang akan dia hadapi di dalam 75 tahun ke depan.
Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang paling pintar, tetapi pada saat bersamaan juga dikenal sebagai generasi yang punya tingkat depresi dan bunuh diri tertinggi.
Bagaimana kita mengambil keputusan dalam hidup akan berubah karena adanya perubahan jaman.
Ada 2 elemen kunci dalam sesuatu yang bersifat tahan lama yaitu Mengelola keberlangsungan (atau dikenal dengan Continuity) dan mengelola perubahan (atau dikenal dengan Change), dan hal ini berlaku baik di dalam pelayanan, usaha, pernikahan.
Semua ini berbicara mengelola sesuatu yang bisa terus berlanjut dan perubahan, karena perubahan tidak akan terelakan, dan merupakan esensi dari pendewasaan.
Keberlangsungan atau Continuity berkaitan dengan Identitas, Keberlangsungan berbicara soal penurunan kuasa tanpa terpotong dan harus bisa dikelola dengan baik, jika kita berpikir soal perubahan, ada beberapa elemen yang terlibat :
Kita harus bisa membedakan yang mana yang dilanjutkan dan yang mana diubah.
Kalau kita mengubah apa yang seharusnya kita teruskan, maka kita akan mempengaruhi identitas kita, namun jika kita melanjutkan apa yang seharusnya kita ubah, maka kita akan menjadi tidak relevan.
Itu sebabnya kedua elemen ini sangat penting untuk membangun suatu yang punya daya tahan yang panjang, menentukan mana yang harus dipertahankan, dan mana yang harus diubah.
Sayang-nya dalam hidup bermasyarakat, kita cenderung berpikir bahwa untuk bisa mendapatkan sesuatu yang baru, kita harus menyingkirkan sesuatu yang lama, tetapi kita perlu tahu dan membangun hidup dalam tingkatan agar bisa tiba selangkah demi selangkah.
Tekanan atau Ketegangan muncul agar kita bisa menentukan mana yang harus dilanjutkan dan mana yang harus diubah, kita harus mengelola bagaimana merubah dalam kapasitas kita bertumbuh, mengelola perubahan dalam scope pengaruh kita, mengubah sistem dan struktur yang ada, mengubah cara kita mengelola sehari-hari, perubahan pucuk kepepimpinan, kuncinya adalah mengenali apa yang harus diubah dan yang mana harus dilanjutkan.
Terlalu banyak organisasi bertanya pertanyaan yang salah saat proses suksesi dan transisi, perubahan tidak diawali dengan peetanyaan kita ingin jadi seperti apa, tapi diawali dengan pertanyaan siapakah diri kita sesungguhnya?
Apa yang mendefinisi pelayanan dan bisnis kita? Bagaimana kita melakukan-nya, dan siapa yang mendengar kita, atau siapa yang mendapat keuntungan dari jasa kita? Mengapa mereka mendengarkan kita? Apa konteks kita? Karena kebanyakan hal dalam hidup ini bersifat kontekstual.
Saya adalah sahabat dari Kardinal Gereja Katolik di Kota New York, hubungan kami sangat baik walaupun majoritas pertumbuhan jemaat gereja kami datang dari jemaat mereka, bahkan ada yang menuduh saya sebagai pencuri domba, padahal saya hanya menumbuhkan “rumput” saja.
Ide-nya adalah kalau kita menyediakan apa yang dibutuhkan mereka, dan memberikan pengalaman yang terus tersedia, maka kita akan menuju pada longevity.
Ada 4 hal yang fundamental dalam pelayanan kami, yaitu :
1. Core Values atau Nilai Inti kami.
2. Purpose atau Tujuan utama kami.
3. Upaya yang tidak pernah berhenti untuk Maju
4. Kekuatan yang melampaui siapapun juga yang secara individu ada disana.
Kami selalu mempersiapkan orang lain yang terlatih untuk membangun budaya suksesi disana.
Pada saat anak kami, Jamaal berusia 13 tahun, kami tidak berasumsi bahwa dia akan masuk dalam pelayanan. Jadi saya dan istri mengijinkan dia untuk bertumbuh secara normal, tanggung jawab kami sebagai orang tua adalah menuntun anak kami ke arah yang benar, memperhatikan bagaimana urapan Tuhan bekerja dalam hidupnya, karena Alkitab tidak memberikan pola bahwa suksesi hanya terjadi pada orang tua dan anaknya, seperti hal-nya Joshua yang bukan anak Musa, tapi bisa menjadi suksesor dan seeorang yang melayaninya dengan setia.
Saya pernah melihat bahwa banyak orang tua yang memaksakan hal ini, dan sebaliknya malah mengancurkan semua usaha yang telah dibangun.
Talkshow between DR. A.R Bernard and Jamaal – Di Tahun 2000, Jamaal datang kepada saya dan berkata bahwa dia siap untuk melayani Tuhan.
Saya kemudian mulai menugaskan dia agar mulai bekerja dan melayani sebagai Usher dan juga ikut melayani di dalam semua department pelayanan gereja, dan pada saat bersamaan saya juga tidak mengatakan alasan akan hal ini.
Saya memaksa dia untuk memulai dari posisi paling bawah, dan melayani serta bekerja di dalam semua department di pelayanan gereja, dia mengembangkan hubungan, mendapat respek dari rekan kerja, respek dari orang tua di gereja, dan juga bahkan respek dari pucuk kepemimpinan gereja kami selama 7 tahun.
Dia sempat punya kekuatiran dalam hal kemampuan berbicara di depan umum, saya katakan jangan khawatir karena hal ini bisa menjadi talenta atau sebuah keahlian yang bisa dikembangkan.
85% dari usaha wiraswasta (entrepreneurship) gagal dalam 5 tahun, bukan karena produknya jelek, melainkan karena tata kelola manajemen yang buruk.
Karena itu Saya ingin dia mempelajari sistem dan struktur yang ada. Di tahun 2007, saat kami kembali melakukan pembicaraan ini setelah dia melalui proses yang telah dijalani.
Ps. Jamaal Bernard – Salah satu hal yang dipelajari Jamaal dalam proses ini adalah dia selalu mengerti akan komitmen dan proses, tetapi yang menjadi masalah adalah kurangnya informasi mengapa dia perlu melakukan semua ini.
Tetapi Jamaal belajar bahwa melalui waktu, dia sadar bahwa untuk bisa menjadi penerus, salah satu hal utama adalah kedewasaan.
Itu sebabnya kedewasaan diperlukan oleh 2 pihak dalam proses suksesi, yang mewariskan dan juga yang diwarisi.
Menurut Jamaal pada saat itu masalah-nya adalah komunikasi, disaat Jamaal harus menjadi Usher, atau bahkan melayani sebagai cleaning service di gereja, dia tidak ada masalah akan hal itu, tetapi masalahnya adalah mengapa dia harus melakukan semua itu?
Di saat pikiran Jamaal berpikir bahwa dia harus melalui semua ini untuk berkotbah, tetapi dia sadar bahwa seharusnya pikiran dia juga berbicara mengenai organisasi dalam gereja.
Jadi pada saat perubahan harus terjadi, tidak berubah akan menjadi sesuatu yang menghancurkan.
Saya sempat marah dengan gereja karena kemunafikan yang ada disana. Tentu tidak ada hubungan dengan ayah saya, tetapi Tuhan berkata kepada saya, untuk bisa menghadirkan perubahan pada generasi berikutnya, saya harus bisa mengelola dari dalam ke luar seperti Yesus. Itulah saat saya berkata kepada ayah saya bahwa saya siap untuk melayani.
DR. A.R Bernard – Mengenai kurangnya komunikasi, Saya tidak mengatakan-nya secara details agar dia bisa melakukan ini semua dengan penuh iman dan komitmen.
Itu sebabnya Tuhan memberikan cicilan informasi sesuai dengan kebutuhan kita. Pada saat sesuatu menjadi buruk, tapi dalam kedalaman hati kita, kita tahu bahwa tanpa ragu, inilah panggilan hidup kita, alasan mengapa kita ada, dan itulah caranya agar kita bisa bangkit berdiri, tanpa tahu apa yang akan terjadi, sehingga karakternya bisa bertumbuh untuk bisa menopang pertumbuhan dalam pelayanan-nya.
Seperti hal-nya Abraham ketika dia disuruh Tuhan untuk meninggalkan negeri, kaumnya dan juga keluarganya. Tuhan bahkan tidak memberitahu bahwa dia akan dikirim kemana.
Supporting Verse – “NOW [in Haran] the Lord said to Abram, Go for yourself [for your own advantage] away from your country, from your relatives and your father’s house, to the land that I will show you. [Heb. 11:8-10.]” Genesis 12:1 AMPC
Jadi pada saat tahun 2007, saya sangat bangga disaat kita kembali berbicara setelah melalui proses yang ada, dan ini saat yang tepat untuk mengembangkan kerangka kerja teologis-nya. Walaupun dia akan mirip dengan saya dalam berbagai hal, tetapi saya ingin agar dia bisa membangun identitas dan menjadi diri-nya sendiri.
Sharing Ps. Jamaal Bernard – Pada tahun 2013 disaat Jamaal menjalani SMA, Jamaal melayani banyak siswa siswi SMA di kota kami untuk mengajari bagaimana untuk melawan seorang Bully. Pada saat sedang membuat presentasi mengenai hal ini, Pemimpin disitu berkata ke saya bahwa saya tidak boleh menyebut kata “Yesus”.
Sementara individu yang mengajar sebelum saya diperbolehkan untuk menggunakan kata-kata kasar dalam presentasi-nya. Jadi, karena hal itu maka saya menetapkan hati bahwa saya boleh dan harus untuk tetap menyebut nama Yesis dalam presentasi saya. Itulah awal mula pola pikir dan sudut pandang “Unapologetic Christian” yang saya punya.
Sharing DR. A.R Bernard – Jadi sejak saat itu, Jamaal datang kepada saya, dan berkata bahwa dia cape harus mengalah sebagai seorang Kristen.
Saya katakan bahwa kamu tidak perlu terus mengalah, karen itulah siapa diri-nya sesungguhnya, dia akan menjadi duta besar “Unapologetic Christian” atau Kekristenan yang tidak apologetic, mengembangkan pesan Kekristenan yang tidak kompromi dan tidak mengalah, bahkan dia sampai menulis buku mengenai hal ini.
Dari buku ini, “Bold Living in a Chaotic World”, Kami mengambil 5 reasons yang diambil dari Sejarawan Edward Gibbons, mengenai keruntuhan kerajaan romawi.
Kami kemudian menyusun itu dalam bukunya dan mengajarkan prinsip “Unapologetic Christian” ini kemanapun dia pergi.
Sharing Ps. Jamaal Bernard – Dasar dari pengajaran saya ini didapar dari 1 Petrus 3:15.
Alasan mengapa penginjilan tidak bisa berjalan dengan baik di seluruh bumi adalah karena kita gagal memberikan dan engenali penjelasan mengapa kita menyakini apa yang kita yakini. Why we are Christian and How it’s affecting yout life?
Supporting Verse – “Instead, you must worship Christ as Lord of your life. And if someone asks about your hope as a believer, always be ready to explain it.” 1 Peter 3:15 NLT
Sharing DR. A.R Bernard – Jadi, pribadi yang awalnya marah dan tersinggung karena tidak tahu alasan atau penyebab dia melewati apa yang dia harus lewati selama ini, sekarang sudah mengambil alih pelayanan dan mulai menjawab pertanyaan “Why we are Christian?”
Suksesi membutuhkan kedewasaan dari dua sisi, karena bukan hanya pribadi yang akan menajdi penerus yang belajar, tetapi juga sebaliknya bagi pribadi yang mewariskan.
Saya suka ikut pertandingan estafet saat sekolah, satu hal yang kritis disana adalah jika anda menjadi pelari kunci, dan juga proses “passing the baton” atau melanjutkan tongkat, terutama bagi orang terakhir yang akan bertanggung jawab atas pertandingan itu.
Ada saatnya kita perlu mempertahankan tongkat baton atau suksesi lebih lama agar bisa mempersiapkan sang penerus, sampai ada saatnya tongkat itu bisa dilepaskan. Bagian dari suksesi adalah mengerti bagaimana melanjutkan tongkat baton dengan hati-hati.
Supporting Verse – “As a result of the apostles’ work, sick people were brought out into the streets on beds and mats so that Peter’s shadow might fall across some of them as he went by.” Acts of the Apostles 5:15 NLT
Saya terpikir akan orang-orang yang sudah lama hidup dalam bayangan pemimpin yang hebat, dan pada saat mereka melepaskan atau mewariskan, pribadi yang selama ini hidup di dalam bayangan mereka gagal untuk mengambil alih. Karena ada perbedaan yang sangat besar antara hidup di bayangan seseorang, dan berjalan di jejak seseorang.
Dengan hidup di bayang-bayang seseorang, kita akan menikmati urapan-nya, tetapi sebaliknya jika kita berjalan di bekas jejak seseorang, akan mengembangkan karakter dan membangun pelayanan kita, serta mengembangkan pengurapan sendiri sehingga bisa membuat kita untuk memimpin setelahnya.
Closing Verse – “My steps have stayed on your path; I have not wavered from following you.” Psalms 17:5 NLT
Kita harus mengikuti jejak kaki Yesus, agar kita bisa mempunyai karakter seperti Yesus untuk bisa menopang pertumbuhan yang bisa terjadi.
Tiger Woods adalah seorang Atlit olahraga pertama yang penghasilan-nya menembus 1 Milliar US Dollar, dan 900 juta didapat dari endorsement, sisanya didapat dari karir golf-nya.
Perusahaan-perusahaan ini bersedia membayar begitu mahal karena “Image” yang dia punya sebagai seorang kepala keluarga yang baik.
Kemudian pada saat dia ketahuan bahwa dia tidak setia dalam pernikahan-nya, citra diri dan image dia seketika menjadi hancur.
Hal terdahsyat yang bisa kita buat dalam hidup adalah menciptakan Image, dan hal kedua yang terdahsyat adalah menghancurkan Image itu.
Dia langsung kehilangan semua endorsement itu setelah kejadian ini, Talenta dan Kemampian yang kita miliki bisa membawa kita ke dalam ketinggian, tetapi hanya karakter yang bisa menopang kita untuk ada disana.
Bagian dari proses suksesi adalah mempersiapkan ketahanan dan Fondasi daripada yang akan mengambil alih, sehingga kita bisa melanjutkan kehidupan kita pada tingkat selanjutnya.