JPCC Kota Kasablanka Service 1 (24 Februari 2019)
Hari ini kita masih akan membahas mengenai Hati yang melayani atau A Servant Heart. Beberapa waktu yang lalu saya membahas mengenai 4 muka atau sisi yang perlu ada dalam setiap orang percaya, yaitu muka singa, muka lembu, muka rajawali dan muka manusia.
Muka atau Sisi Singa menggambarkan kekuatan dan wibawa yang sangat spesifik, sebagai orang percaya kita juga harusnya menggambarkan hal yang sama, karena Singa mewakili kehadiran Tuhan dimanapun kita berada, agar kita bisa berdampak di dalam-nya.
Di muka atau sisi yang lain, ada sisi Lembu atau Ox, Binatang yang menggambarkan kerja keras, penurut, jinak dan mudah diarahkan meskipun bertubuh besar.
Di sisi belakang ada Muka atau Sisi Rajawali, Binatang dengan tingkat fokus dan excellent yang luar biasa, serta memanfaatkan badai untuk terbang lebih tinggi. Seperti halnya Rajawali, Kita juga seharusnya bisa memanfaatkan kesulitan dan tantangan yang ada untuk terbang tinggi.
Dan dari Muka atau Sisi tampak Depan adalah Sisi Manusia, karena tidak peduli seberapa disegani, berkuasa, excellent, dan seberapa besar hati melayani yang kita punya, jangan pernah lupakan bahwa kita adalah manusia yang masih bisa gagal, sakit dan bisa membuat kesalahan.
Sisi atau Muka yang paling menarik perhatian orang adalah muka singa dan muka rajawali, gambar kedua hinatang ini begitu mudah ditemukan secara online, tetapi hari ini kita akan membahas muka lembu, yang meskipun terlihat kurang gagah tetapi menggambarkan orang–orang yang mempunyai hati melayani, rendah hati, mudah untuk taat kepada otoritas.
Opening Verse – “Muka mereka kelihatan begini: Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang.” Yehezkiel 1:10 TB
“Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.””
Markus 9:33-35 TB
Kita dapati bahwa murid-murid Yesus bertengkar di dalam perjalanan mereka, Yesus tahu apa yang mereka perbincangkan, tetapi Dia tidak segera ikut campur akan apa yang mereka bicarakan, karena apa yang mereka diskusikan sebenarnya bukan hal yang penting, dan penuh dengan keinginan diri sendiri. Mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.
Yesus tidak melarang mereka untuk menjadi yang terbesar atau terdahulu dan terutama, tetapi Yesus memberitahukan bagaimana cara yang benar, dengan menjadi pelayan bagi semua, menjadi yang terakhir terlebih dahulu.
Menjadi yang berkuasa mungkin lebih menarik, gambaran singa jauh lebih menarik daripada gambaran lembu, gambar lembu kurang menarik dan selalu ada di sawah, tetapi kontribusi lembu sangatlah penting di dalam kehidupan.
Supporting Verse – “Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil.” Amsal 14:4 TB
Artinya adalah diperlukan orang-orang yang rendah hati dan mempunyai hati untuk melayani, semakin banyak orang yang mempunyai hati untuk melayani, semakin banyak yang bisa dicapai.
Itu sebabnya saya bersyukur bahwa di JPCC penuh dengan orang-orang seperti ini, yang dengan tanpa pamrih mau melayani kita semua, tanpa dibayar dan merekalah yang membuat segala sesuatu bisa berjalan dengan baik.
Dan ini merupakan hal yang penting, diperlukan orang-orang yang mempunyai hati yang tulus untuk melayani.
Contohnya di dalam pernikahan, tidak akan berjalan dengan baik jika suami dan istri keduanya suka memerintah, dan selalu mencoba untuk saling menaklukan dengan kuasa dan pengaruh yang mereka punya. Tetapi pernikahan pasti akan berjalan dengan baik jika suami dan istri saling melayani satu sama lain.
Supporting Verse – “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Markus 10:45 TB
Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia datang untuk melayani, dan bukan dilayani. Bahkan dia berbuat lebih dan menyerahnya NyawaNya sebagai tebusan untuk kita semua. Kalau kita bilang bahwa kita adalah pengikut Yesus, kita harus punya hati yang mau melayani.
Tetapi banyak juga orang yang mau melayani, tetapi tidak menemukan kebahagiaan dan kesenangan disaat melayani, mengapa demikian?
Karena mereka melayani dengan motif yang keliru, kalau kita melayani dengan motif yang keliru, kita tidak akan mendapatkan hasil yang dijanjikan.
Karena mereka melayani untuk mementingan kepentingan diri sendiri, melayani karena ada maunya, melayani karena untuk pencitraan, melayani untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan, atau melayani untuk mendapatkan “favor” dari orang sekitar atau untuk mendapatkan hadiah.
Pada saat mereka tidak mendapatkan apa yang mereka mau, maka mereka akan mengalami sakit hati dan kekecewaan, semua karena motif yang keliru. Atau ada juga orang yang merasa hitung-hitungan disaat melayani, dan tidak mau lagi melayani.
The art of serving is to bring satisfaction to the person who is being served, not to self, Seni dari melayani adalah untuk membawa kepuasan kepada orang yang dilayani, bukan kepada diri sendiri – Ps. Jeffrey Rachmat.
Jadi perhatikan kalau kita melayani dengan motif yang salah, maka kita tidak akan mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan. Karena kita hanya mementingan kepentingan diri sendiri dan bukan kepentingan orang yang dilayani. Punyai motif yang benar disaat melayani agar kita tidak mudah kecewa dan tidak hitung-hitungan.
Orang yang melayani dengan hati dan melayani untuk kepuasan orang yang dilayani akan menemukan kebahagiaan tersendiri.
Supporting Verse – “Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata: “Tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu.” Jawabnya: “Minumlah, tuan,” maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia: “Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas minum.” Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu ke dalam palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu. Dan orang itu mengamat-amatinya dengan berdiam diri untuk mengetahui apakah Tuhan membuat perjalanannya berhasil atau tidak. Setelah unta-unta itu puas minum, maka orang itu mengambil anting-anting emas yang setengah syikal beratnya, dan sepasang gelang tangan yang sepuluh syikal emas beratnya,” Kejadian 24:17-22 TB
Ayat ini menjadi landasan saya disaat melayani, perhatikan sikap Ribka di ayat diatas, dimana dia tidak berlambat-lambat disaat melayani hamba abraham, bahkan setelah selesai memberi hamba abraham minum, ia juga menawarkan diri untuk memberikan minuman kepada sepuluh unta miliknya, dan memerlukan usaha yang luar bisa untuk memberikan minuman sampai puas kepada semua unta tersebut.
Saya melihat bahwa kata “segeralah” dan “berlarilah” menjadi sifat ribka yang begitu sungguh-sungguh untuk melayani, dan bukan hanya basa-basi, hamba abraham mengamati sikap ribka, dan sama sekali tidak menolongnya untuk menimba air untuk semua unta miliknya, sungguh sikap hati yang melayani dari seorang Ribka, padahal wanita lain yang ada disitu juga begitu banyak, tetapi tidak ada yang peduli dan mau melayani.
Dari ayat diatas, kita juga mengetahui bahwa semua unta milik Hamba Abraham sudah puas minum, hatinyang melayani seharusnya didasari karena keinginan untuk menolong keperluan orang lain, matanya kepada keperluan orang yang dilayani dan bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan tidak fokus kepada hadiah.
Lucunya justru orang-orang seperti inilah yang biasa mendapatkan hadiah. Bukan orang yang melayani karena mencari hadiah, justru orang yang melayani tanpa mencari hadiah-lah yang biasa mendapatkan hadiah.
Siapa yang pernah datang ke restoran, dan diberikan menu. Karena bingung kan begitu banyak pilihan, kita mungkin bertanya kepada pelayan disana, kira-kira makanan yang terejnal disini apa ya? Dan biasanya kita akan selalu diberikan menu yang mahal-mahal semua.
Saya pernah datang ke sebuah restoran dimana pada saya datang, pelayan disana dengan senang hati memberikan menu dan menjawab pertanyaan saya dengan :
“Seberapa laparkah kamu?”, dan kata saya, “Saya tidak terlalu lapar tetapi saya perlu makan”
“Okay, kalau begitu makanan ini cocok untuk anda”, dan saat saya mulai memilih, pelayan ini kembali berkata “Kalau saya boleh memberi saran, jangan pesan ayam yang jenis itu, tetapi pilihlah ayam yang berjenis ini, karena saya mau agar kamu puas datang ke restoran kami”
Dia terus memberikan tips dari semua pertanyaan saya, dan setelah makan dan kami semua begitu puas dengan semua pelayanan dia, itulah pelayan yang baik, pelayan yang baik matanya tertuju pada kepuasan customer.
Sharing Ps. Jeffrey – Pada saat liburan akhir tahun kemarin, saya menginap di sebuah hotel yang pada saat itu begitu full booked. Sewaktu saya mau makan pagi disana, karena begitu ramainya hotel itu, saya katakan kepada istri saya agar datang lebih pagi jika mau makan pagi disana.
Dan betul disaat kita datang, sudah ada beberapa orang yang mengantri disana, tempatnya tidak terlalu besar, dan dari semua pelayan yang melayani disana, saya lihat ada satu orang yang berbeda.
Semua pelayan disana melihat kita dengan muka yang kusam karena panik melihat antrian yang panjang, tetapi satu orang yang berbeda dan menarik ini mendatangi setiap orang yang mengantri dengan muka yang senang, dan berkata “Tunggu sebentar yah, waktunya tidak akan lama dan saya akan carikan tempat untuk anda”.
Dia segera pergi dan terus membawa beberapa orang ke meja yang ada, dan akhirnya disaat giliran kita untuk dapat tempat duduk dia berkata, “Nah, akhirnya dapat juga, makanlah dengan sepuas anda, jangan khawatir dengan orang yang menunggu disana karena nanti saya akan carikan tempat untuk mereka, itu tugas saya, dan bukan tugas anda”.
Saya melihat pelayan ini sungguh luar biasa, saya sampai menanyakan namanya, dan bahkan anak saya juga mengingatkan agar memberikan tip yang besar kepadanya nanti.
Orang yang seperti ini menarik jika dibandingkan dengan orang lain, yang mungkin mukanya lesu dan mau marah, tetapi orang ini begitu ceria dan siap untuk melayani, kalau kita bisa melayani dengan ketulusan seperti itu, maka kita ada di atas rata-rata, mudah untuk dilihat dan gampang untuk ditandai karena kita punya hati dan sikap yang berbeda dengan orang lain.
Karena kita tidak memandang siapa yang kita layani, kita memandang bahwa yang kita layani adalah Tuhan. Kalau kita bisa melakukan ini, maka kita tidak akan menggerutu, memberikan yang terbaik dari diri kita untuk Tuhan dan ini berlaku untuk semua aspek kehidupan kita.
Supporting Verse – “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang.” Kolose 3:23-25 TB
Sikap kita yang lebih penting, jadi jIka kita melakukan semua hal untuk Tuhan, maka Tuhanlah yang akan memberikan upah bagi kita, perusahaan tempat kita bekerja adalah instrumenNya untuk memberkati kita.
Kristus adalah Tuhan dan kita adalah HambaNya, Tuhan melihat segala hal yang kita lakukan, baik ataupun buruk. Pelayan yang baik antisipatif, tidak perlu menunggu untuk diminta.
Saya paling senang disaat datang ke sebuah restoran, dan disaat gelas kita kosong, ada pelayan yang dengan sigap langsung menawarkan untuk mengisi gelas tersebut. Begitu juga disaat piring makanan kita sudah selesai dan langsung dibereskan.
Saya ingin agar para volunteers disini juga antisipatif melihat kebutuhan jemaat, karena pelayan yang baik adalah antisipatif dan tidak menunggu untuk diminta.
Kita perlu merendahkan hati karena pada saat kita melayani, karakter kitalah yang dibentuk, itu sebabnya melayani sama sekali tidak mudah dan kita perlu belajar dari Yesus.
Supporting Verse – “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Filipi 2:5-11 TB
Itu sebabnya karena Dia mau menundukkan DiriNya dan mengambil rupa seorang hamba, itu sebabnya Allah sangat meninggikan Dia, the way up is down, cara untuk naik adalah dengan turun kebawah.
Pelajaran ini begitu penting, karena Serving is a training ground for Reigning. Melayani adalah tempat kita berlatih untuk kemudian diberikan posisi dan kekuatan yang lebih tinggi.
Perhatikan nama-nama seperti Yusuf, Yosua, Daud, Daniel dan Musa. Mereka belajar terlebih dahulu untuk melayani orang lain selama bertahun-tahun sebelum dipercayakan kedudukan dan kekuasaan.
Supporting Verse – “maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf.
Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya.” Kejadian 39:4, 22 TB
Yusuf melayani terlebih dahulu di rumah Potifar, kemudian dia menjadi yang terbaik disana. Di dalam penjara-pun juga sama. Karena Yusuf punya hati yang mau melayani, saat ditaruh di rumah Potifar, dia melayani dengan ketulusan dan kerajinan, dan menjadi yang terbaik.
Dijebloskan ke penjara-pun, karena hatinya yang melayani, dia melayani dengan segenap hati dan memberikan yang terbaik sampai diangkat menjadi kepala pelayan untuk melayani seluruh tahanan disana. Semua itu “Training Ground” untuk Yusuf sampai suatu hari dia dipercayakan untuk memerintah menjadi orang nomor 2 di Mesir.
Bicara mengenai Musa juga sama, Dia biasa menggembalakan kambing dan domba mertuanya si Midian, sebelum dia menjadi gembala untuk banyak orang, dia menggembalakan kambingdan domba milik mertuanya terlebih dahulu.
Supporting Verse – “Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.” Keluaran 3:1 TB
Serving is a training ground for reigning, Yosua juga mengalami hal yang sama. Untuk semua orang ini, menjadi pelayan atau melayani bukan hal yang asing untuk mereka. Mereka terbiasa untuk melayani. Begitu juga dengan Daud.
Supporting Verse – “Yosua bin Nun, pelayanmu, dialah yang akan masuk ke sana. Berilah kepadanya semangat, sebab dialah yang akan memimpin orang Israel sampai mereka memiliki negeri itu.” Ulangan 1:38 TB
“Demikianlah Daud sampai kepada Saul dan menjadi pelayannya. Saul sangat mengasihinya, dan ia menjadi pembawa senjatanya. Sebab itu Saul menyuruh orang kepada Isai mengatakan: “Biarkanlah Daud tetap menjadi pelayanku, sebab aku suka kepadanya.” 1 Samuel 16:21-22 TB
Jadilah pelayan yang disukai oleh atasan kita, dengan melayani sebaik mungkin dan memerhatikan keperluan orang yang kita layani. Memberikan yang terbaik dari kita, seolah-olah kita bekerja untuk Tuhan. Kalau kita tahu ini saja, maka kita tidak akan repot melakukan banyak hal untuk mendapatkan promosi dan kenaikan gaji.
Semua karena Tuhan yang melihat kita, dan Dia bisa memakai apa saja untuk memberkati kita, bahkan pada disaat musim yang tidak ideal. Kita harus punya sikap yang benar.
Orang-orang yang saya sebut tadi tidak canggung dengan melayani, dan pada saat mereka diberikan kekuasaan, otoritas, mereka mengerti bahwa kekuatan adalah untuk melayani orang lain.
Kalau kita terbiasa melayani, pada saat kita diberikan posisi, maka akan mudah untuk menggunakan hal tersebut untuk melayani orang lain. Tapi tidak sebaliknya, kalau kita tidak pernah melayani sebelumnya, maka disaat kita diberikan kekuasaan, kita akan menyalahgunakan hal terdebut dan menjadi “bossy”.
Supporting Verse – “Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.” Yohanes 13:3-5 TB
Yesus tahu bahwa BapaNya telah memberikan segala kuasa kepadaNya, apa yang selanjutnya Dia perbuat? Dia menanggalkan Jubah dan KebesaranNya, mengambul sehelainkain dan mengingkatkan ke pinggangNya, dan membasuh kaki para MuridNya.
Justru pada saat Dia tahu bahwa semua kekuasaan diberikan kepadaNya, yang pertama kali dia lakukan adalah melayani dan membersihkan kaki para muridNya. Pada saat dia membersihkan kaki muridNya, tentu otoritas, kekuatan, wibawa, posisi dan kuasaNya sama sekali tidak hilang.
Dia datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani, dan ingat kalau ada lembu akan banyak yang bisa dicapai, kalau kita punya hati yang mau melayani. Itu sebabnya ini sangat penting, marilah kita saling melayani, baik bagi suami istri, berhentilah untuk saling memerintah satu sama lain, dan sebaliknya cobalah untuk saling melayani satu sama lain.
Layani dengan segenap hati dan lihat apa yang terjadi, begitu juga dengan anak dan orang tua, kalau kita saling melayani, maka akan banyak hal yang bisa kita capai, dan rumah tangga kita, di gereja, di tempat kita kerja, dimanapun kita ditemoatkan oleh Tuhan, belajarlah untuk beberapa kalimat ini :
What can I do for you, How can I help you? Dan ingat bukan untuk memaksakan kehendak kita, tapi berikan yang terbaik untuk kepuasa orang yang kita layani, dan lihat apa yang Tuhan lakukan untuk kita setelahnya. Mungkin tidak langsung, bahkan orang-orang yang saya sebut tadi tidak langsung menerima buah-nya.
Saya ketemukan bahwa banyak pemimpin yang bermuka lembu ini, pasti akan ada waktu dimana Tuhan membentuk karakter mereka dengan menaruh mereka di tempat untuk melayani orang lain.
Doa saya untuk kita semua, bahwa pada saat kita diberikan kesempatan, posisi atau otoritas lebih, saya berdoa agar kita bisa menjadi kesaksian utnuk orang lain, karena apa yang kita lakukan bisa menjadi sumber inspirrasi bagi orang lain. Karena karakter kita dibentuk pada saat kita sibuk melayani orang lain, dan bukan melayani kepentingan diri sendiri.