JPCC Online Service (14 January 2024)
Di minggu yang kedua di tahun 2024, Still going strong? Yes? Saya berikan judul pesan hari ini “Stronger in Christ“. Mengapa Adam terjatuh di dalam dosa? Karena Ia lupa mencatat tentunya. Bagi anda yang berada di rumah dan masih belum mandi, jangan lupa ikut mencatat. Masih dalam tema membangun hidup yang kuat atau “Building a Strong Life”, Saudara tahu bahwa Tuhan adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dia adalah pemilik kehidupan kita dan Dia dalah Hidup itu sendiri.
Itu sebabnya tidak ada jalan dan cara yang lebih untuk kita menghidupi hidup ini selain hidup di dalam “Sang Hidup” atau Sang pemberi hidup. Itu sebabnya Hidup yang berpusat kepada Kristus akan membuahkan kehidupan yang kuat.
Kalau saya balik, statementnya menjadi seperti ini : “Hidup yang berpusat kepada yang lain selain Kristus, ga hetan hidup kita menjadi lemah”. Salah satu musisi dan pemuji di Era Raja Daud dan Salomo mengerti betul tentang hal ini.
Opening Verse – My flesh and my heart may fail, But God is the rock and strength of my heart and my portion forever. Psalms 73:26 AMP
Tubuhku, hatiku dan jiwaku bisa dan pasti gagal, tetapi Tuhan adalah gunung batu, kekuatan hatiku dan bagianku sampai selamanya. Itu sebabnya hidup yang kuat adalah hidup yang stabil, kokoh, tidak mudah diombang-ambingkan oleh situasi, kondisi, perasaan, atau prediksi siapapun.
Minggu lalu kita belajar dari Surat Rasul Paulus yang terakhir kepada jemaat di Efesus apa yang menjadi Kehendak Tuhan buat kita semua.
Supporting Verse – Saudara-saudariku, sebagai pesan terakhir, hendaklah kamu semua menjadi kuat, karena kamu sudah bersatu dengan Tuhan Yesus dan terus berharap penuh pada kuasa-Nya. Efesus 6:10 TSI
Dari sini kita belajar bahwa Kehendak Tuhan untuk kita semua adalah untuk kita menjadi kuat di dalam Dia.
Hari ini kita akan fokus kepada 3 kata terakhir yaitu “Di Dalam Tuhan”, karena kita tidak jarang untuk mencoba menjadi kuat dengan cara kita sendiri, supaya menjadi kuat di mata orang dan dunia, sehingga ada beberapa respon yang alami kita lakukan, beberapa dari kita sulit minta bantuan orang lain kalau belum kepepet, baik itu karena sungkan atau takut terlihat bodoh dan incompetent.
Atau beberapa respon alami lain seperti, “Saya kan punya status dan posisi sehingga saya harus terlihat kuat di depan orang lain”, atau kita tidak mau mengakui kekurangan demi menjaga citra diri. Karena takut terlihat lemah dan apa kata dunia.
Atau yang lebih lucu lagi, ada beberapa orang supaya dia merasa lebih “superior” daripada yang lain, suka memakai celetukan yang tanpa dia sadar (atau mungkin dia sadar) untuk merendahkan orang lain supaya dia terlihat lebih superior.
Kebenarannya adalah bahwa kita tidak bisa membangun kehidupan yang kuat di luar Pribadi Tuhan. Karena Dia adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Kita tidak bisa membangun hidup yang kuat berdasarkan apa yang kita punya baik itu pencapaian, kemampuan, kompetensi, jam terbang dan pengalaman kita, sooner or later, kita akan menemukan bahwa itu semua akan gagal, termasuk juga network yang kita miliki.
We were never wired by God to be strong in ourselves, Daud belajar betul tentang hal ini dalam salah satu momen terendah di dalam hidupnya.
Supporting Verse – Tetapi situasi segera menjadi berbahaya untuk Daud, karena pasukannya sangat marah dan berduka karena kehilangan keluarga mereka sehingga ada di antara mereka yang mulai mengancam melempari Daud dengan batu. Namun Daud tetap percaya kepada TUHAN yang memberinya kekuatan. 1 Samuel 30:6 TSI
Akan ada momen dan situasi dimana orang terdekat kita-pun seperti pemimpin rohani tidak bisa menguatkan kita. Daud mengerti betul sebagai seorang Raja, David encourage himself in the Lord. Memiliki kehidupan kekristenan yang kuat adalah sebuah keputusan dan bukan berdasarkan sebuah keadaan.
Daud punya beribu alasan untuk dia menjadi takut dan mempertanyakan dirinya sendiri, tetapi Daud tetap percaya kepada Tuhan yang memberikan kekuatan. Saudara bisa mengalami hal yang terburuk sekalipun tetapi saudara bisa memilih untuk merespon seperti Daud.
“Tuhan, meskiupun aku belum “Sembuh/Dapat jodoh/etc” namun aku tetap percaya kepada Engkau yang memberi kepadaku kekuatan”.
Jadi kuat dalam Tuhan bukanlah sebuah keadaan tetapi sebuah keputusan, keputusan yang secara konsisten perlu saudara lakukan, tidak perlu tergantung situasi dan kondisi yang sedang menimpa kita. Faktanya adalah kita tidak sekuat yang kita mau, harapkan, dan pikirkan.
There are no such thing as “professional christian”, hanya karena kita sudah lama ikut Tuhan, bukan berarti kita harus selalu bisa kuat. Tidak nyawar kita bisa menjadi tawar hati dan meragukan penyertaan dan kebaikan Tuhan.
Supporting Verse – Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” Yosua 1:9 TB
Mari kita lihat apa yang Nabi Yesaya tuliskan tentang keputusan apa yang perlu kita lakukan supaya kita mendapatkan kekuatan dari Tuhan.
Supporting Verse – Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru : mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. Yesaya 40:29-31 TB
Ada beberapa kata pengulangan yang berarti penting diatas, ada prinsip yang perlu dipelajari dan bukan penulisnya kekurangan terminologi yang lain. Penulis memberitahukan akibat dari mengandalkan manusia adalah lelah dan lesu, kita merasa menjadi tidak berdaya, hilang kekuatan, oleng, hilang arahan sehingga jatuh tersandung dan tidak bisa berpikir jernih serta frustrasi dan tidak lagi bersemangat.
Penulis juga ingin mengkontraskan bahwa menjadi kuat itu tidak ada urusannya sama usia biologis dan apapun pelatihan yang pernah kita dapatkan, orang-orang muda sekalipun jatuh tersandung. Menjadi kuat dalam Tuhan bukanlah sebuah keadaan tetapi sebuah keputusan, keputusan untuk menanti-nantikan Tuhan.
Pertanyaan saya, menunggu atau menanti itu menyenangkan atau tidak? tentu tidak.
Keputusan untuk menanti-nantikan Tuhan sebagai sumber terutama dan satu-satunya sumber dari kekuatan kita. Itu sebabnya kita dipanggil untuk menjadi semakin kuat dalam Tuhan, bukan dalam diri kita sendiri.
Terkadang, semakin usia bertambah, tanpa kita sadari kita semakin mengandalkan jam terbang dan kekuatan kita sendiri, termasuk yang berkotbah sekarang, oleh karena itu saya membiasakan diri saya untuk berdoa sebagai ekspresi bahwa saya tidak mau mengandalkan kekuatan saya yang terbatas.
Kata “menanti-nantikan” dari bahasa ibrani itu adalah “kaw-vaw”, artinya to look eagerly, mencari dengan bersemangat, wait patiently, menunggu dengan sabar, dan linger, tetap atau tinggal di tempat lebih lama dari biasanya.
Kalau misalnya saudara tahu ibadah ini berakhir jam berapa tetapi belum selesai juga, mungkin ada yang mempertanyakan apakah yang berkotbah tahu tentang nilai gereja ini? Atau perihal lagu pujian yang diulang-ulang, masa tidak ada lagu lain ya?
Kata “menanti-nantikan” tidak ada satupun yang sifatnya katanya cepat. Mencari dengan bersemangat, menunggu dengan sabar, tinggal lebih lama daripada biasanya.
Itu sebabnya, saya menemukan ada 3 hal yang sering membuat kita tidak “menanti-nantikan” Tuhan.
1 Kebisingan.
“Noisy”. hidupnya, apa yang Alkitab katakan mengenai hal ini?
Supporting Verse – Be still and know (recognize, understand) that I am God. Psalm 46:10a (AMP)
Tenanglah, ketahuillah, kenalilah dan pahamilan bahwa Aku ini Tuhan. Tanpa kita punya jiwa dan hidup yang tenang serta benar, sulit untuk kita tahu dan paham bahwa Tuhan adalah Tuhan dan kita cuma manusia.
Sebelum kita ke gereja dan buka aplikasi Alkitab setiap harinya, kebisingan visual apa yang kita cari dan lihat? notifikasin merah dengan tanda hati? comment orangkah? videogram? atau apa? Sebelum kita mendengarkan perkataan Tuhan, perkataan bising apa yang kita pilih untuk dengarkan? apa kata orang tentang kita, prediksi masa depan dan sebagainya?
Hari-hari ini, kebisingan terjaid dari apa yang kita lihat, dengar dan pikirkan. Kebisingan visual, audio, dan mental seringkali membuat kita lupa bahwa Tuhan masih memegang kendali. Itu sebabnya kita harus punya filter, mana yang tidak harus dilihat, didengar dan dipikirkan #JOMO The Joy of Missing Out.
Sehingga apa yang saudara perlu dengar, lihat, dan pikirkan. Kita masih punya kapasitas untuk itu semua, termasuk lagu-lagu yang tidak perlu kita dengarkan.
2. Ketergesa-gesaan.
Kita hidup di dunia yang serba cepat. Tanpa kita sadar bahwa percaya bahwa yang lebih cepat itu lebih baik. Apakah hal itu betul? Siapa yang suka menghitung jumlah orang dalam antrian selain saya? Busted!
Terburu-buru adalah akibat dari mengandalkan diri sendiri dan usaha untuk mengamankan segala sesuatu untuk diri sendiri. Tahukah saudara bahwa disaat tergesa-gesa, kita sebenarnya sedang menjauhkan diri dari Yesus dan KekuatanNya.
Saudara kalau di jalan tol kan bukan pembalap? tentu tidak apa-apa bukan kalau sesekali disalip? Coba latihan pulang dari sini untuk jalan sedikit lebih pelan karena ada sukacita tersendiri untuk hidup tidak tergesa-gesa.
Sharing Ps. Alvi – Saya terbiasa dulu mau ke gereja lewat panglima polim, dengan waktu 30 menit dari sana ke gereja. Saat mau ke gereja, papa saya begitu suka marah-marah sambil klakson dan turun mobil, sampai saya sempat pipis di celana saat masih SD.
Supporting Verse – “Are you tired? Worn out? Burned out on religion? Come to me. Get away with me and you’ll recover your life. I’ll show you how to take a real rest. Walk with me and work with me—watch how I do it. Learn the unforced rhythms of grace. I won’t lay anything heavy or ill-fitting on you. Keep company with me and you’ll learn to live freely and lightly.” Matthew 11:28-30 MSG
Ritme Tuhan dalam memberikan Kasih Karunia yang memampukan kita itu tidak tergesa-gesa. Ketergesa-gesaan kitalah yang justru membuat kita tidak lagi mengandalkan kekuatan dari Kasih Karunia dan kembali ke works atau perbuatan. Padahal kita tahu bahwa keselamatan adalah anugerah dan Kasih Karunia Tuhan, By Grace through Faith.
3. Kesibukan.
Supporting Verse – Kemudian Yesus dan pengikut-pengikut-Nya meneruskan perjalanan, lalu tiba di sebuah desa. Di situ seorang wanita, bernama Marta, mengundang Dia ke rumahnya. Marta mempunyai saudara perempuan bernama Maria. Maria ini duduk dekat Tuhan Yesus mendengarkan ajaran-ajaran-Nya. Tetapi Marta sibuk sekali dengan pekerjaan rumah tangganya. Ia pergi kepada Yesus dan berkata, “Tuhan, apakah Tuhan tidak peduli Maria membiarkan saya bekerja sendirian saja? Suruhlah dia menolong saya!” “Marta, Marta!” jawab Tuhan. “Engkau khawatir dan sibuk memikirkan ini dan itu; padahal yang penting hanya satu. Dan Maria sudah memilih yang baik, yang tidak akan diambil dari dia.” Lukas 10:38-42 BIMK
Terjemahan bahasa inggrisnya, untuk kata sibuk diterjemahkan sebagai “Overly occupied, too busy, distracted with much serving”.
Jangan senang jika Google Calendar anda isinya penuh dengan “warna”. Ada meeting dan janji semua, dan merasa bangga jika ditanya begitu sibuk jadwalnya, serta merasa dibutuhkan. Sementara untuk Ibu-ibu, sewaktu saudari mulai ingin istirahat di malam hari dan sebaliknya memutuskan untuk memikirkan makanan apa yang harus disiapkan untuk anaknya besok pagi.
Ada ibu-ibu yang harus semuanya tertata dengan rapih, dari sarapan, snack, sampai makan malam untuk semua anggota keluarga. Kalau saudara bisa menata semua hidup saudara dengan baik, apa peran Tuhan?
Dimana Peran Tuhan? Too Busy, and overly occupied, distracted with much serving. Hati-hati jika anda menjadi terlalu sibuk dengan pelayanan atau profesi. Karena kesibukan berpotensi membuat kita lupa untuk memilih yang terbaik, sehingga tidak lagi mengandalkan arahan dari Tuhan, mengerti isi hati Tuhan, dan malah menyodorkan agenda pribadi isi hati kita kepada Tuhan.
Tidak heran kekuatan kita melemah karena sibuk tidak sama dengan produktif, tidak semua pintu yang terbuka untuk kita perlu kita bilang “iya”, karena keluarga dan anak saudara tidak selalu muda dan kecil.
Ada 3 perubahan dan pengalihan yang perlu terjadi agar kita bisa semakin kuat dan bergantung pada kekuatan Tuhan.
1. Shift our mindset about weakness.
Ubah pola pikir saudara tentang kelemahan.
Supporting Verse – Tetapi Tuhan menjawab, “Aku mengasihi engkau dan itu sudah cukup untukmu; sebab kuasa-Ku justru paling kuat kalau kau dalam keadaan lemah.” Itu sebabnya saya lebih senang membanggakan kelemahan-kelemahan saya, sebab apabila saya lemah, maka justru pada waktu itulah saya merasakan Kristus melindungi saya dengan kekuatan-Nya. Jadi saya gembira dengan kelemahan-kelemahan saya. Saya juga gembira kalau oleh karena Kristus saya difitnah, saya mengalami kesulitan, dikejar-kejar dan saya mengalami kesukaran. Sebab kalau saya lemah, maka pada waktu itulah justru saya kuat. 2 Korintus 12:9-10 BIMK
Banggakanlah kelemahanmu dan bukan kekuatanmu, orang yang tidak kenal-pun melakukannya.
Supporting Verse – My grace is enough; it’s all you need. My strength comes into its own in your weakness. Once I heard that, I was glad to let it happen. I quit focusing on the handicap and began appreciating the gift. It was a case of Christ’s strength moving in on my weakness. 2 Corinthians 12:9-10 MSG
Kelemahan saudara adalah hadiah dari Tuhan karena itu adalah kesempatan untuk saudara berjumpa dengan kekuatan Tuhan, ketidakmampuan saudara adalah hadiah karena disitulah saudara berjumpa dengan pemberdayaan dari Tuhan, keterbatasan saudara adalah hadiah karena disitulah tempat anda berjumpa dengan Kemahakuasaan Tuhan, kekurangan saudara adlah hadiah karena itu adalah kesempatan saudara berjumpa dengan penyediaan Tuhan dan sewaktu saudara difitnah dan direndahkan karena disitu adalah tempat dimana Tuhan membela saudara.
Sewaktu saudara berjumpa dengan ketidakjelasan akan masa depan, itu adalah hadiah karena anda akan berjumpa dengan kedaulatan Tuhan bahwa Dia tetap memegang kendali di balik layar dan berperang untuk saudara, sewaktu saudara takut dan khawatir akan masa depan, disitulah saudara berjumpa dengan kekuatan Firman Tuhan karena Iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus.
Dan sewaktu saudara sakit, itu adalah hadiah dari Tuhan karena disitulah saudara berjumpa dengan Mukjizat kesembuhan dari Tuhan. Sewaktu saudara merasa sakit hati dan sedih karena kehilangan, itu juga hadiah karena disitulah saudara bertemu dengan pelukan kasih dan penghiburan Tuhan dan damai sejahtera Tuhan yang melampaui segala akal yang bisa menguasai hati dan pikiran saudara.
Kelamahan kita adalah hadiah, karena itulah tempat kekuatan Kristus bergerak dengan sempurna. Banggakanlah kelemahanmu di depan Tuhan.
2. Shift the source of our Strength.
Alihkan sumber kekuatan kita.
Supporting Verse – Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru : mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. Yesaya 40:29-31 TB
Setelah mendapat kekuatan baru, Ada 3 kata kerja yaitu terbang, lari dan jalan. Ibarat pesawat, dia terbang, lari, dan terus jalan. Saya tidak jago fisika, tetapi menurut momentum tentu ini adalah “anti-klimaks”. Seharusnya jika kita menantikan kekuatan baru, seharusnya klimaks dengan urutan – jalan -lari dan terbang.
Kita pindahkan sumber kekuatan supaya yang tadinya kita lemah, ngoyo, bisa mulai ga sengoyo dan mulai santai, itu tandanya orang yang mengandalkan Tuhan, jadinya less of my strengthn and more of your grace. Saya percaya bahwa ikut Tuhan harusnya tidak ngoyo, saya setuju dengan kerja keras tetapi tidak setuju dengan banting tulang.
Kita dipanggil untuk menjadi kuat di dalam Tuhan dan bukan untuk kuat di dalam diri kita sendiri, itu sebabnya terus jadikan Tuhan satu-satunya sumber kekuatan yang sejati, mulai andalkan “more of His Grace” and “less of our strength”.
3. Shift from Self-Sufficiency to God-dependency.
Bergesern dari “Gw bisa sendiri”, kepada “Meskipun saya bisa sendiri tetapi saya mau tetap bergantung kepada Tuhan”. Mulai dari mandiri kepada menemukan kemandirian dalam ketergantungan. Ini konsep baru, mandiri tetapi tergantung kepada kemandirian dan kecukupan dari Tuhan.
Supporting Verse – I can do all things [which He has called me to do] through Him who strengthens and empowers me [to fulfill His purpose—I am self-sufficient in Christ’s sufficiency; I am ready for anything and equal to anything through Him who infuses me with inner strength and confident peace. Phillippians 4:13 AMP
Siap untuk menghadapi apapun juga melalui Dia, yang memasukan kekuatanNya kepada diriku dan memberikan kedamaian, sehingga membuat saya percaya diri. Aku mandiri bukan dalam diriku sendiri, tetapi karena tergantung kepada kecukupan Kristus.
Kita dipanggil untuk menjadi kuat di dalam Tuhan dan bukan di dalam diri kita sendiri. Sekecil atau sebesar apapun kekuatan kita, jangan andalkan itu dari depan, kemandirianmu tanpa Kristus akan membuat engkau lelah dan lesu, tetapi temukan kemandirian justru dengan menggantung diri kepada kecukupan Kristus.
Christ is still enough.
Kristus masih cukup buat saya. Saya harap saudara menerima sesuatu dari Tuhan hari ini.
P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes