JPCC Kota Kasablanka Service 3 (4 February 2018)
Bulan February ini tema gereja kita adalah “Relationship” dan kita akan mencoba untuk membayangkan ulang atau “Reimagine” mengenai relationship yang kita miliki.
Di saat Kami mendapatkan Tema tahunan “Reimagine” dari Tuhan, Kami melihat bahwa ini adalah kesempatan bagi kita untuk membuka mata dan diri akan imaginasi yang Tuhan sudah berikan.
Seperti hal-nya Nuh yang mendapat perintah dari Tuhan untuk membangun sebuah barang yang baru pada saat itu dan bernama “Bahtera”, bayangkan bagaimana jika kita seperti Nuh dan mendapat visi yang belum pernah ada sebelumnya, daya imaginasi kita adalah kanvas untuk menyampaikan apa yang Tuhan ingin sampaikan, tanpa imajinasi, kita tidak akan pernah melangkah dan merealisasikan apa yang Tuhan siapkan bagi kita.
Tuhan punya sesuatu yang baik untuk kita dan bahkan juga melalui kita, agar orang di sekeliling kita bisa mengalami transformasi. 2018 mungkin tidak akan menjadi tahun yang mudah, tetapi Tuhan selalu baik dalam hidup kita.
Hidup kita tidak akan bisa lepas dari hubungan yang kita punya, hari ini kita akan membahas lebih dalam mengenai “Membapai” atau “Pembapa-an secara Rohani”.
Opening Verse – “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat. Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.” 1 Yohanes 2:12-14 TB
Di dalam konteks hubungan di ayat diatas, ada 3 kategori kelompok yang ditulis oleh Rasul Yohanes, yaitu :
1. Kelompok Pertama yang dia panggil sebagai Anak-anak atau Children, orang-orang yang ada di kelompok ini baru saja mengerti kalau mereka telah diampuni dalam nama Yesus, dan tentu mereka ini bukan anak-anak secara jasmani tetapi anak-anak secara rohani.
2. Kelompok Kedua dipanggil sebagai Orang Muda, Young Men, Young in Faith, atau New Overcomers.
Mereka yang ada disini mulai mengerti siapa mereka di dalam Tuhan, Mereka mengerti akan Janji Tuhan dan otoritas Tuhan di dalam diri mereka, sehingga mereka tidak takut akan kegelapan.
3. Kelompok Ketiga adalah orang-orang yang dipanggil Bapa, Father, atau Mature.
Kedewasaan rohani tidak datang dari lamanya kita menjadi orang kristen, hal yang sama juga terjadi dalam hal kedewasaan jasmani. Kedewasaan datang dari pembaharuan pikiran, pengendalian perkataan, dan tanggung jawab.
Karena itu kita bisa menjadi Bapa Rohani kapan saja asal kita mau dipakai Tuhan, setiap dari kita pasti mempunyai Bapa Jasmani, meskipun mereka mungkin tidak pernah ada dan tidak bertanggung jawab kepada kita.
Konsepnya disini adalah orang yang Tuhan pakai untuk memberkati kita, dan ini juga pastinya bisa berupa “Bapa”, “Koko” atau “Cici” rohani. Setiap dari kita pasti ada di dalam salah satu dari ketiga kategori diatas.
Dalam konsep Membapai, Me-mentoring dan menjadi berkat bagi orang lain, ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan agar kita bisa semakin berbuah lebat dalam hidup.
Supporting Verse – “Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi. Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! Justru itulah sebabnya aku mengirimkan kepadamu Timotius, yang adalah anakku yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan. Ia akan memperingatkan kamu akan hidup yang kuturuti dalam Kristus Yesus, seperti yang kuajarkan di mana-mana dalam setiap jemaat.” 1 Korintus 4:14-17 TB
Di dalam surat ini, Paulus membedakan orang-orang yang pandai mendidik serta bisa mengajar dan seorang “Bapa Rohani”.
Apa yang membedakan antara Bapa Rohani dengan orang yang pandai mengajar? Krisis yang dituliskan disini bukanlah kekurangan orang yang pandai mengajar, tetapi krisis yang ada adalah jemaat di korintus tidak punya orang yang “Membapai mereka”.
Krisis Bapa sudah terjadi sejak jemaat mula-mula, dan kalau dilihat sebenarnya sampai sekarang “Krisis Bapa” baik secara jasmani atau rohani masih terjadi dimana-mana, karena itu apapun gender kita, kita bisa menjadi Bapa Rohani atau Ibu Rohani di dalam hidup kita.
Apa yang membedakan Bapa Rohani dan Pengajar?
1. Kasih-nya.
Bapa bisa mengajar, tetapi yang membedakan adalah Kasih, yang bisa mengubahkan kehidupan.
Di dalam perjanjian baru ada kisah mengenai anak yang hilang, dimana si anak ini ingin meminta dan mencairkan warisan disaat Bapa-nya masih hidup.
Anak ini kemudian pergi dan masuk dalam pergaulan yang kacau, disertai dengan tata krama dan tata keuangan yang berantakan, semua ini membuat dia menjadi miskin.
Dia kemudian teringat rumah Bapa-nya setelah dalam kemiskinan-nya, dia sampai harus makan makanan babi, dia kemudian menjadi sadar, teringat akan Bapa-nya dan memutuskan untuk pulang.
Menariknya disaat dia pulang, Bapa-nya dengan mata yang senantiasa sudah menantikan dia untuk pulang. Bapa-nya kemudian lari dan segera memeluknya untuk mencium anak yang hilang ini.
Bapa yang begitu mengasihi dan menerima tanpa syarat, Bapa seperti itulah yang kita punya di surga, dan Kasih seperti itulah yang Dia sediakan untuk kita semua.
Yang membedakan antara pengajar atau pendidik yang baik dan Bapa adalah Kasih tanpa syarat yang bisa mengubahkan dan membedakan, The Level of Impact of Your Words is Parrarel of the depths of Love within Your Words.
Supporting Verse – “Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.” Lukas 15:11-24 TB
Di dunia, kita mengenal bahwa segala sesuatu selalu ada syarat dan tidak ada sesuatu yang gratis tetapi di dalam komunitas gereja dan orang percaya, Kasih tanpa syarat bisa dipraktekkan.
2. Teladan
Teladan kita mempunyai dampak yang jauh lebih banyak dan besar daripada kotbah kita, kalau kita mau menjadi berkat bagi orang lain, teladan kita jauh lebih dahsyat daripada ceramah yang kita sampaikan.
Supporting Verse – “Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.” Titus 2:6-8 TB
Sharing Ps. Jose – Saat saya kotbah mengenai Reimagine beberapa waktu lalu, terutama mengenai orang indonesia yang menjadi suka taat peraturan saat berada di luar negeri, saya jadi ingat setelahnya disaat saya sedang makan bersama Nathan di luar negeri, disana rupanya jarang sekali ada tempat sampah di tempat publik, jadi sedari siang sampai malam kami berdua harus menenteng sampah yang mau kami buang.
Saya juga ingat disaar bercerita mengenai kebiasaan di bandara, dimana sekarang ada batas garis dan antrian untuk mengambil koper di terminal 3 Soekarno-Hatta.
Meskipun sudah diberlakukan juga akan kebiasaan ini, tetapi meskipun ada peraturan dan garis yang jelas, penumpang yang ada disana tetap melakukan kebiasaan lama yang ada dan tidak mau mengantri, tetapi saya memilih untuk mengantri dan melakukan kebiasaan selayaknya di JPCC.
Saya mulai memberikan teladan yang baik, dan sebelum saya sadar, beberapa orang yang ada disana pun mulai mengikuti dan ikut berubah, kita harus bisa menjadi teladan dalam hal-hal kecil agar perubahan yang baik bisa terjadi.
Worry not that your Child listens to you, Worry most that They watch you – Ronald A. Heifetz
If you can’t be a good example, then you’ll have to be a terrible warning – Suzanne Braun Levine.
Kita punya pilihan untuk bisa menjadi teladan atau peringatan yang buruk, saya sering bertemu anak muda yang tidak mau menjadi seperti orang tuanya kelak, karena itu setiap dari kita punya pilihan.
Bagaimana menentukan kehidupan kita, itu adalah kesempatan yang Tuhan berikan pada kita.
3. Kualitas Teguran
Dampak dari hal ini sangat tergantung dengan seberapa jauh kita sudah mengasihi dan menjadi teladan bagi orang di sekeliling kita, Kasih dan Teladan harus ada dan datang sebelum kita bisa memberikan teguran.
Supporting Verse – “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Mazmur 1:1-3 TB
Ada 3 kata kerja yang ingin saya tafsirkan dalam perspektif mentoring atau relationship adalah Berjalan, Berdiri dan Duduk.
Berjalan dalam hal menjalani nilai-nilai kehidupan kita, dan sesuai dengan Firman Tuhan, dan meneladankan kehidupan kita dengan orang lain.
Berdiri adalah saat dimana kita bisa mengajar kepada orang lain, tetapi ingat bahwa sepandai dan sefasih-fasihnya orang mengajar, ada saat dimana dia juga harus Duduk akan pengajaran orang lain.
Harus ada mentor atau Bapa Rohani dimana kepadanya, Tuhan bisa berbicara dan menegurnya.
Kita harus memilih kepada siapa kita bisa diarahkan dan diberikan teguran, serta bertanggung jawab, baik dalam pernikahan dan keuangan kita, agar kerusakan yang fatal bisa dihindari, karena kita semua adalah manusia yang tidak sempurna.
Itu sebabnya kita perlu membuka diri dari siapapun dan untuk area apa-pun yang kita perlukan, kedewasaan seseorang akan ditentukan dengan kemampuan yang kita miliki dalam menghadapi gesekan dan tekanan yang ada dengan orang lain.
Kita tidak bisa mengindari itu agar kita bisa mengalami kedewasaan, kemampuan kita untuk menghadapi ini akan menentukan kekuatan yang akan membentuk kehidupan kita.
Disaat besi menajamkan besi, akan ada panas, dan pressure. Tentu pasti ini akan menyebabkan ketidaknyamanan. Tetapi Tekanan datang untuk membuat kita menjadi lebih kuat, hanya orang yang mengenal kita yang tahu bagaimana memberikan gesekan agar kita bisa menjadi lebih baik lagi.
Closing Verse – “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Amsal 27:17 TB
“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan.” 1 Timotius 1:5-7 TB
Kita tidak bisa membangun kekuatan dan otot tanpa memberikan tekanan. Tekanan perlu semakin lama semakin besar untuk membangun kekuatan yang semakin besar.
Terlepas dari apapun yang kita alami, kita bisa menjadi contoh pelajaran berharga yang kita dapatkan dan bisa menjadi berkat bagi orang lain. Mari kita reimagine hubungan kita di tahun ini.



