JPCC Online Service (6 June 2021)
Salam kepada Saudara semua di mana pun juga Anda mengikuti ibadah online JPCC pada hari ini. Apa kabarnya? Semoga kita semua berada dalam keadaan baik dan sehat-sehat saja, serta damai sejahtera dan sukacita Allah menyertai kita semua.
Memasuki bulan Juni, tema kita di bulan ini adalah mengenai “TRANSFORMASI” atau perubahan. Kita membahas tentang mengapa kita perlu berubah, apa saja yang harus berubah dalam kehidupan kita—dan bagaimana kita melakukannya— sepanjang bulan ini. Kita akan memulai pembelajaran kita pada hari ini dengan membaca salah satu ayat yang sebenarnya tidak asing bagi sebagian besar kita, terutama mengenai transformasi atau perubahan, yang dituliskan di dalam Roma 12:2. Tapi izinkan saya untuk membacanya secara lengkap,dimulai dari ayat yang pertama.
Opening Verse – Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12:1-2 (TB)
And do not be conformed to this world, but be transformed by the renewing of your mind, that you may PROVE what is that good and acceptable and perfect will of God. Roma 12:2 NKJV
Kedua ayat ini menyingkapkan kepada kita bahwa transformasi atau perubahan dalam kehidupan kita pertama-tama adalah ibadah kita yang sejati kepada Tuhan. It is our true and proper worship to God. Dan kemudian yang kedua, dikatakan bahwa transformasi dan perubahan yang akan membawa kita kepada keberadaan untuk mampu membedakan yang manakah kehendak Allah yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Terjemahan bahasa Inggris ini mempergunakan kata “to prove”, yang artinya menguji. Artinya, bahwa kita mampu untuk mengujiyang mana kehendak Allah yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Terjemahan lain bahkan menambahkan kata— selain kata “to prove”,—[yaitu] kata “to approve”. Artinya, selain kita akan mampu untuk menguji (to prove),kita juga mampu untuk menyetujui atau membenarkan (to approve) atau konfirmasi yang mana kehendak Allah yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Ini adalah salah satu pertanyaan yang paling sering saya dapatkan dalam pelayanan saya, sebagai hamba Tuhan: yaitu usaha kita, setiap kita, sebagai anak-anak Tuhan, yang setiap hari bergumul untuk menemukan kehendak Allah di balik keputusan-keputusan yang harus kita ambil setiap hari.
Ada yang berusaha mendapatkan pewahyuan mengenai kehendak Allah yang sempurna itu sebelum mereka mengambil keputusan atau tindakan tersebut. Tapi juga tidak jarang saya temukan, ada banyak sekali kita yang baru berpikir dan bertanya setelah mereka mengambil keputusan tersebut, terutama pada saat hasil yang didapati tidak terjadi seperti yang mereka harapkan. Bahkan pada saat hal-hal yang sangat tidak diharapkan terjadi, banyak di antara mereka yang kemudian bertanya, what if (seandainya) saya mengambil ini dan tidak itu, seandainya saya memilih ini dan bukan itu, maybe (mungkin), kalau seandainya saya mengambil keputusan yang itu, mungkin hal yang ini tidak akan terjadi.
Nah, saya sungguh berharap, pelajaran yang kita akan dapatkan hari iniakan memberikan jawaban bagi kita semua, terutama dalam pertumbuhan iman Saudara, dan akan menginspirasi Saudara untuk mengalami transformasi dan perubahan yang perlu dan harus terjadi dalam kehidupan Saudara, sepanjang bulan ini.
Sebelum saya masuk lebih jauh, saya ingin mengulangi sedikit apa yang minggu lalu sudah kita pelajari melalui Pastor Jeffrey, tentang guilt (rasa bersalah) dan shame (rasa malu). Melalui kejadian jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa di Taman Eden, pada saat mereka melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwasebelum mereka memakan buah tersebut, sebenarnya mereka keduanya telanjang— manusia dan isterinya itu—tetapi mereka tidak merasa malu. Kemudian kita tahu bahwa ular menawarkan pada mereka buah yang dilarang oleh Tuhan untuk mereka makan.
Supporting Verse – [Tetapi] ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Kejadian 3:4-5 (TB)
Ular itu berkata pada Adam dan Hawa, “Kalau kalian makan buah ini, kalian bisa menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Kita sudah tahu bahwa Iblis itu penipu. Ini yang dia lakukan pada manusia setiap hari, senantiasa. Adam dan Hawa tidak menyadari bahwa, yang pertama, bahwa sejak mereka diciptakan, mereka sudah diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.
Artinya, mereka adalah ciptaan Allah yang sempurna dan tidaklah kekurangan sesuatu apa pun lagi, untuk menjalani kehidupan yang Allah percayakan pada mereka. Selain itu, yang mereka perlukan bukanlah pengetahuan tentang yang mana yang baik dan yang mana yang jahat, tetapi,yang mana adalah kehendak yang sempurna yang menjadi kehendak Allah bagi mereka.
Supporting Verse – Maka terbukalah mata mereka berdua— setelah mereka makan, tentunya—dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Kejadian 3:7-8 TB
Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Kejadian 10 (TB)
Perhatikan apa yang menjadi respons Tuhan di ayat yang ke-11.
Supporting Verse – ”Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu? Kejadian 3:11 (TB)
Fakta yang ada adalah bahwa secara fisik,kita telah belajar bahwa tidak ada yang berubah. Sebelumnya mereka juga telanjang, berada dalam kondisi yang sama—tidak ada yang berubah—Dan selain itu, tidak ada orang lain di Taman Eden yang seharusya menyebabkan mereka malu dan takut.
Artinya, bahwa ada sesuatu yang berubah dalam diri mereka akibat daripada apa yang mereka lakukan— pelanggaran yang mereka lakukan.—Nah, ini adalah pernyataan yang saya ingin katakan pada Saudara sebelum kita belajar lebih lanjut tentang kehendak Allah yang sempurna. Dosa menyebabkan manusia keluar dari kehidupan yang tadinya berada dalam kehendak Allah yang sempurna. Itu yang pertama.
Yang kedua, dosa menyebabkan perhatian manusia teralihkan dari kehidupan yang sempurna,yang telah Allah Bapa rencanakan. Yang terakhir, guilt and shame, rasa bersalah dan rasa malu, yang menyebabkan dan membuat manusia kehilangan kemampuan untuk menguji dan memastikan yang mana yang baik dari yang mana yang jahat.
Jadi, untuk kita dapat mempelajari tentang kehendak Allah yang sempurna,kita perlu mengerti definisi daripada kehendak Allah yang sempurna, atau kehendak Allah. Saya ingin mengutip seorang teolog yang bernama John Piper, yang memberikan dua pengertian, dua definisi tentang kehendak Allah.
John Piper katakan bahwa ada dua jenis pengertian tentang kehendak Allah. Yang pertama adalah ‘The Sovereign Will of God‘, yaitu kehendak Allah yang berdaulat. Yaitu, kehendak Allah yang selalu dan pasti terjadi, dan tidak akan pernah gagal. Apabila Tuhan menginginkannya, apabila Tuhan merencanakannya, maka rencana Allah yang berdaulat itu, pasti Allah genapi.
Ada beberapa contoh di Alkitab yang mencatat tentang ‘The Sovereign Will of God’, atau kehendak Allah yang berdaulat tersebut, yang selalu menjadi kenyataan. Yang pertama dicatat di Matius 26:39 (TB), kejadian pada waktu Yesus berdoa di taman Getsemani.
Supporting Verse – Maka Ia—Yesus— maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Matius 26:39 (TB)
Kita semua tahu bahwa Yesus waktu ada di muka bumi, Yesus adalah sepenuhnya manusia. Tidak ada seorangpun manusia yang menghendaki dan membayangkan bahwa dia perlu berkorban dan bahwa tubuhnya akan mengalami penderitaan yang sedemikian rupa, membayangkan bahwa dia akan disalibkan, dan bahwa akan ada paku yang menembus tubuhnya.
Tidak ada seorang pun manusia yang menginginkan kejadian atau kehidupan yang seperti itu. Tapi kemudian Yesus katakan, “Bukan kehendak-Ku,tapi kehendak-Mu yang jadi.” Ini adalah kehendak Bapa di surga, yang berdaulat, yang pasti terjadi. Kemudian contoh berikutnya dicatat di Kisah Para Rasul 4:27 (TB), yang menceritakan kejadian Yesus disalibkan juga.
Supporting Verse – Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu. Kisah Para Rasul 4:27-28 (TB)
Dikatakan bahwa Herodes, Pontius Pilatus, bahkan semua bangsa Israel, serta murid-murid Yesus yang ada di sekitar Yesus adalah bagian daripada rencana Allah, yang telah Allah tetapkan dari semula, untuk apa yang akan terjadi. Karena, sejak manusia jatuh ke dalam dosa, Allah Bapa harus menebus kita dengan merencanakan pengorbanan Putra Tunggal-Nya, supaya penebusan itu dapat kita terima dalam kehidupan kita.
Ini adalah ‘The Sovereign Will of God’, apa yang Allah Bapa rencanakan. Allah Bapa juga yang memastikan, semua terjadi seperti kehendak-Nya. Definisi yang kedua tentang the will of God (kehendak Allah), yang disebutkan oleh John Piper adalah ‘The Will of Command’, perintah Allah;artinya perintah yang Allah ucapkan untuk setiap kita melakukan apa yang benar. Adalah keinginan Dia, untuk kita melakukan apa yang benar. Namun, perintah juga seringkali tidak kita taati, atau perintah —yang juga adalah bagian daripada kehendak Allah ini—tidak selalu menjadi kenyataan.
Jadi, kalau Saudara bayangkan,ada kehendak Allah yang selalu menjadi kenyataan, dan ada kehendak Allah yang tidak selalu menjadi kenyataan—definisi yang kedua.—Ada beberapa contoh tentang perintah Allah yang tidak selalu menjadi kenyataan, atau ‘The Will of Command’.
Supporting Verse – Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan. 1 Tesalonika 4:3 (TB)
Adalah keinginan Tuhan dan perintah Tuhan untuk kita, untuk menjaga kekudusan dan menjauhi percabulan. Tapi kita tahu bahwa kehendak Allah yang ini, tidak selalu dan pasti menjadi kenyataan dalam kehidupan kita, bukan? Sangat tergantung pada kita, seberapa jauh kita taat dan memilih untuk menaati apa yang Tuhan perintahkan dan inginkan bagi setiap kita.
Jadi kalau kita kembali ke Roma 12:2, transformasi dan perubahan yang diperintahkan Tuhan kepada kita, untuk kita lakukan demi untuk mengetahui kehendak Allah yang sempurna. Kehendak Allah yang sempurna yang manakah yang dimaksudkan di sini?
I’m glad you asked. Nah, kehendak Allah yang manakah, yang membutuhkan perubahan kehidupan dan transformasi pemikiran kita? Saya yakin Saudara setuju, bahwa yang dimaksudkan di Roma 12:2 adalah tentang ‘The Will of Command’, bahwa perintah Allah yang Dia inginkan kita taati dan kita ikuti dalam kehidupan kita, dan membutuhkan perubahan dan transformasi kehidupan kita, transformasi pemikiran kita untuk dapat membuat pilihan-pilihan yang terbaik yang Tuhan inginkan bagi kita.
Supporting Verse – Sebab rancangan-Ku—kata Tuhan— bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. Yesaya 55:8-9 (TB)
Tuhan sedang berkata kepada kita bahwa pilihan yang kita ambil, keputusan yang kita ambil, seringkali jaraknya, jauhnya, seperti langit dari bumi, daripada apa yang sebenarnya Dia inginkan dan Dia rancangkan bagi kita. Nah, apa yang Dia rancangkan dan inginkan adalah sebenarnya keinginan dan perintah yang Dia berikan dalam kehidupan kita, yang tidak bisa Dia paksakan karena bukanlah ‘The Sovereign Will of God’, yang Dia bisa paksakan terjadi dalam kehidupan kita.
Kita akan belajar sedikit lebih jauh tentang hal itu; bagaimana kita memerlukan transformasi kehidupan, supaya kita dapat mengambil keputusan seperti yang Tuhan inginkan. Pertama-tama saya ingin mengambil ilustrasi tangga ini,untuk menggambarkan tentang jaraknya antara pilihan kita dari keinginan Tuhan. Saya tidak bisa mengutip apa yang ayat tadi katakan: “seperti langit dari bumi jaraknya”; saya tidak mampu mengilustrasikan tingginya langit dari bumi, Tapi saya ingin memakai ketinggian yang sederhana ini—dalam keterbatasan yang ada— untuk menggambarkan perbedaan ketinggian yang sedikit saja menyebabkan kita memiliki perspektif yang berbeda.
Apabila saya naik sedikit saja, Saudara dapat membayangkan,bahwa saya dapat— mendapatkan perspektif yang berbeda. Nah, Tuhan berkata bahwa Dia menginginkan kita bisa melihat dan melakukan segala sesuatu dari perspektifnya Tuhan. Nah, jaraknya, antara pilihan dan keputusan kita—Seperti langit dan bumi, antara apa yang kita pilih dengan apa yang Dia lihat; antara apa yang kita putuskan dengan apa yang Dia inginkan.
Saudara, saya hanya naik beberapa anak tangga saja,saya sudah dapat merasakan perbedaan perspektif yang luar biasa. Saudara dapat membayangkan apa yang terjadi dalam kehidupan kita, apabila kita mampu melihat segala sesuatu dari perspektifnya Tuhan.
Apabila kita dapat menyelami dan mengambil keputusan sesuai dengan rancangan yang ada dalam pikiran Tuhan. Nah, itu sebabnya, berikutnya, kita akan belajar apa yang harus kita lakukan—Bagaimana kita dapat mengambil keputusan seperti yang Tuhan inginkan? Apa yang harus terjadi supaya transformasi terjadi dalam kehidupan kita?
Tapi, untuk membagikan kepada Saudara, sebaiknya saya turun dulu, supaya tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan, yang terjadi di sini. Karena fokus kita adalah transformasi kehidupan untuk dapat mengenali apa yang menjadi kehendak atau perintah Allah bagi kita,yang tidak bisa Tuhan paksakan bagi kita.
Maka ketiga hal ini akan menolong kita untuk dapat mengenali kehendak Allah. ‘The Will of Command’ —perintah Allah—yang perlu kita taati dalam kehidupan.
Yang pertama adalah Alkitab. Saudara perlu tahu bahwa semua kehendak dan perintah Allah sudah diwahyukan di dalam Alkitab secara tertulis, secara lengkap, jelas, tegas dan tanpa salah. Itu sebabnya, merupakan tugas dan tanggung jawab kita untuk mengetahui apa yang telah Tuhan wahyukan secara tertulis dalam Alkitab.
Yang kedua, adalah bahwa ada banyak keputusan dan pilihan yang kita ambil dalam kehidupan, memang tidak dituliskan secara mendetail di dalam Alkitab. Saya kasih contoh, Alkitab tidak tuliskan siapa pasangan hidup yang perlu engkau nikahi, jenis pekerjaan yang Saudara tekuni, pendidikan apa yang Saudara akan ambil, Saudara [punya] mobil jenis apa, rumah di mana, ukuran seperti apa, bahkan jenis financing (pendanaan) seperti apa yang engkau ambil untuk membeli rumah tersebut. Telepon yang Saudara pakai, TV provider, internet provider, bahkan gereja mana yang Saudara menjadi bagian dari padanya, tidak dituliskan oleh Alkitab.
Saudara lah yang perlu mengambil keputusan dan membuat pilihan tersebut dalam kehidupan Saudara. Itu sebabnya, pembaharuan pemikiran Saudara akan sangat menentukan pilihan-pilihan apa yang engkau buat di dalam kehidupan Saudara, yang akan menyebabkan Saudara dapat menghidupi keinginan Tuhan, rencana Tuhan— the will of God, the perfect will of God into your life (kehendak Allah yang sempurna atas hidupmu).
Ada banyak sekali anak-anak Tuhan yang saya temukan bahwa mereka menganggap pilihan yang mereka ambil ini adalah bagian daripada “Sovereign Will of God”. Sehingga pada saat ada sesuatu tidak terjadi seperti yang mereka inginkan, mereka bahkan menyalahkan Tuhan, seolah-olah Tuhan bertanggung jawab atas pilihan yang mereka ambil.
Mereka tidak pernah menekuni apa yang Alkitab katakan, acuan-acuan apa yang perlu mereka perhatikan untuk menentukan pasangan hidup, untuk menentukan hidup— kehidupan—untuk menghidupi tujuan Allah dalam hidup mereka, bahkan untuk mereka mengelola kehidupan, keuangan mereka dan lain sebagainya. Oleh sebab itu penting sekali untuk kita memiliki pengertian yang sehat tentang kehendak Allah dalam kehidupan kita. Itu alasan yang kedua.
Alasan yang ketiga adalah, 95% pilihan dan keputusan yang kita ambil setiap hari, kita ambil tanpa pertimbangan atau pemikiran sebelumnya—terjadi di alam bawah sadar kita. Saudara, Saudara tidak bangun pagi memikirkan Saudara mau turun dengan kaki kanan atau kaki kiri, apakah Tuhan berkehendak Saudara turun dengan kaki kanan atau kaki kiri.
Saudara membuka pintu tidak memikirkan apakah kehendak Allah adalah Saudara membuka dengan tangan kanan atau tangan kiri, dengan tangan ataupun dengan siku Saudara. Saudara tidak akan bisa hidup dengan tenang apabila Saudara hidup seperti itu.
Ada 95%—penelitian katakan— [dalam] kehidupan kita,keputusan yang kita ambil, pilihan yang kita buat, kita lakukan,[95%] terjadi di alam bawah sadar kita.
Supporting Verse – Don’t become so well-adjusted to your culture that you fit into it without even thinking. Instead, fix your attention on God. You’ll be changed from the inside out. Readily recognize what He wants from you, and quickly respond to it. Unlike the culture around you, always dragging you down to its level of immaturity, God brings the best out of you, develops well-formed maturity in you. Roma 12:2 (MSG)
Ayat ini memperingatkan kepada kita semua untuk berhati-hati dalam kehidupan dan membuat keputusan, berkaitan dengan budaya dan kehidupan yang ada di sekitar kita,yang akan terus menarik kita, menyeret kita ke level yang di mana dikatakan immaturity (ketidakdewasaan) yang ada.
Saudara, Tuhan menginginkan kita untuk mature (dewasa), untuk kita bisa melihat segala sesuatu dari perspektifnya Tuhan. Tuhan ingin kita bisa berpikir, mengambil keputusan, membuat pilihan seperti yang Tuhan inginkan bagi kita. Itu sebabnya, penting untuk kita mengalami transformasi kehidupan dan keberadaan kita yang akan memampukan kita untuk melihat segala sesuatu dari perspektifnya Tuhan.
Jadi, apa yang harus kita lakukan supaya kita bisa mengalami transformasi kehidupan sehingga kita dapat mengambil keputusan dan pilihan seperti yang Tuhan inginkan?
Supporting Verse – yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Efesus 4:22-24 (TB)
Ayat yang baru saja kita baca memberikan rahasia yang sangat besar yang akan memerdekakan Saudara dan saya. Perubahan dan transformasi kehidupan yang paling besar adalah bukan pada saat kita berupaya sedemikian rupa untuk memperbaiki keberadaan kita. Nah, banyak diantara Saudara berusaha untuk mengambil keputusandan memilih yang lebih baik hari demi hari.
Tetapi Saudara temukan bahwa Saudara kembali gagal untuk memilih yang lebih baik. Saudara kembali kepada keadaan semula. Ayat ini memberitahukan pada kita bahwa transformasi kehidupan terbesarbukan terjadi pada saat kita memperbaiki pilihan yang kita buat, tetapi pada saat kita mengalami kelahiran yang baru, pada saat kita menanggalkan manusia yang lama.
Pada saat kita lahir baru, kita adalah bayi yang harus bertumbuh dan kita perlu bertumbuh menuju kedewasaan, sebagaimana yang Roma 12:2 tadi katakan. Terjemahan The Message Bible tadi katakan bahwa kita ada di dalam ketidakdewasaan dan dunia berada dalam ketidakdewasaan, dan selalu akan menarik kita kepada ketidakdewasaan tersebut.
Dan Tuhan menginginkan kita untuk bertumbuh menuju kedewasaan, to the mature mind (pikiran yang dewasa), seperti yang Tuhan inginkan bagi kita. Oleh sebab itu, awal langkah pertama yang harus kita alami dan lakukan adalah mengalami kelahiran yang baru,menerima Tuhan menjadi Tuhan dan Juru selamat kita secara pribadi.
Saya tahu ada mungkin di antara Saudara yang mendengarkan saya, yang belum pernah mengambil langkah ini, mengambil keputusan ini. Dan Saudara berpikir, kenapa Saudara selalu kembali kepada pilihan yang salah?
Ninety five percent of the decisions you make, 95% keputusan yang Saudara ambil di dalam kehidupan, Saudara ambil subconsciously (di alam bawah sadar).Itu sebabnya, enggak heran kalau kita kembali mengambil keputusan yang salah di dalam kehidupan. Itu yang pertama, mengalami kelahiran yang baru.
Yang kedua, Saudara,ada banyak sekali keputusan yang kita ambil, yang tidak tertulis hitam di atas putih di dalam Alkitab. Bahkan orang yang sudah dilahirkan kembali pun, yang sedang berusaha untuk bertumbuh menjadi dewasa, sehingga mereka bisa [untuk] tidak lagi mengambil keputusan yang jaraknya seperti langit dari bumi dari kehendak Tuhan.
Mereka bisa belajar untuk bertumbuh, to grow in their maturity, to grow in their spirituality—bertumbuh dalam kedewasaan mereka dan kerohanian mereka—sehingga mereka kemudian, suatu hari, bisa melihat dan mengambil keputusan dari perspektif Tuhan, bisa mengambil keputusan seperti yang sempurna yang Tuhan inginkan bagi kita.
Nah, untuk itu, karena Alkitab tidak menuliskannya hitam di atas putih, Saudara dan saya perlu a good counsel, perlu penasihat yang baik. Saudara, saya tahu di JPCC, kalau kita bicara soal counsel (penasihat), seringkali kita berpikir bahwa kita perlu penasihat yang ada di sekitar kita, our good community.
Tentunya itu ya dan baik adanya. Tapi hari ini saya ingin bicara kepada Saudara tentang the Perfect Counsel, yang datang daripada Penasihat yang Ajaib, yang namanya Roh Kudus, yang ada di dalam kehidupan kita. Beberapa minggu yang lalu, kita merayakan hari raya Pentakosta, pencurahan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Dia adalah Penasihat yang Sempurna yang Saudara dan saya butuhkan di dalam kehidupan kita.
Setiap hari, siang dan malam, Dia selama-lamanya menyertai kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita.Saudara, apa pun keputusan yang Saudara butuhkan dalam kehidupan, Dia selalu ada di sana untuk menolong Saudara membuat pilihan yang sempurna, keputusan yang sempurna, yang sesuai dengan kehendak Allah yang sempurna dalam hidup Saudara dan saya.
Saudara, saya enggak tahu berapa banyak dari Saudara yang selama ini mungkin tidak menyadari, bahwa Roh Kudus ada di dalam engkau. Dan Saudara mungkin juga tidak melibatkan Dia di dalam keberadaan Saudara, di dalam keseharian Saudara, di dalam setiap keputusan yang Saudara buat dalam hidup Saudara.
Saya tahu, kadang kala ada hal-hal yang sederhana,”Masa, sih, kita tanya kepada Tuhan?” Karena Roh Kudus ada dalam kehidupan Saudara, Dia peduli dan Dia akan terlibat dalam setiap keputusan dan pilihan yang Saudara buat, sampai hal-hal yang terkecil sekalipun. Kalau Dia peduli sampai hal-hal yang terkecil sekalipun, tidakkah Saudara yakin bahwa Dia akan ikut menolong Saudara, memberikan good counsel (nasihat baik) dalam keputusan-keputusan penting yang harus engkau buat dalam kehidupan, pekerjaan, jurusan kuliah, pasangan hidup, dan keputusan-keputusan penting lainnya yang harus engkau buat, yang Saudara inginkan Saudara ambil sesuai dengan kehendak Allah yang sempurna bagi kehidupan Saudara? Selain kita dilahirkan kembali,kita perlu Penasihat yang Baik, Penasihat yang Sempurna dalam hidup kita.
Yang ketiga dan terakhir, kita perlu mempelajari Firman Tuhan, memperdalam Firman Tuhan, yang telah dituliskan, yang menggambarkan His Perfect Will of Command (kehendak-Nya yang sempurna) dalam kehidupan kita, sehingga kita akan mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Tuhan yang sempurna bagi setiap kita di dalam kehidupan kita masing-masing.
P.S : Hi Friends! I need a favor, please do let me know if any of you know a freelance opportunity for a copywriter (content, social media, press release, company profile, etc). Sharing is caring so any support is very much appreciated. Thanks much and God Bless!