The Test of Love By Ps. Johannes Thelee

Sutera Hall (24 September 2023)

Apa yang kita bawa ke dalam Tuhan dalam penyembahan seharusnya bukan semata-mata karena ritual agamawi, tetapi seharusnya apa yang kita bawa kepada Tuhan lahir dari keinginan untuk menyenangkan Hati Tuhan.

Saya ingin melanjutkan apa yang saya sampaikan hari ini berangkat dari apa yang disampaikan Ps. Jeffrey minggu lalu disaat dia mengajarkan mengenai kisah pengorbanan Abraham yang menyerahkan Ishak anaknya yang tunggal.

Sebenarnya apa yang diuji dalam hatinya Abraham? Kita belajar apakah Hati Abraham sudah melekat kepada Berkat Tuhan daripada Tuhan itu sendiri. Apakah kita sungguh mengasihi Pribadi Tuhan atau lebih mengasihi pemberian dari Tuhan itu sendiri?

Opening Verse – Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Yohanes 14:15 TB2

Menarik karena “menuruti” atau “taat” disini sudah diperbaharui konsepnya karena kasih dan bukan karena kewajiban atau ritual agamawi saja.

Supporting Verse – Abraham juga menjadi contoh saat keyakinannya diuji oleh Allah, sewaktu Allah menyuruh dia mempersembahkan Isak. Karena percaya penuh, Abraham rela mengurbankan anak satu-satunya itu meskipun Abraham sudah menerima janji-janji Allah, termasuk janji bahwa
“Hanya keturunan Isaklah yang Aku perhitungkan sebagai keturunanmu.” Walaupun begitu, Abraham rela mengurbankan Isak karena dia percaya penuh bahwa Allah berkuasa menghidupkan anaknya itu dari kematian. Dan sesungguhnya, waktu Allah berkata, “Jangan bunuh,” Abraham seakan menerima Isak kembali dari kematian. Ibrani 11:17-19 TSI

“Percaya” tidak bisa lahir dari aturan saja, tetapi “percaya” lahir dari hubungan. Ketika diuji kepercayaannya, Abraham “percaya penuh” kepada Tuhan karena Ia mengenal Tuhan dan sudah terbiasa untuk langsung taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Hal ini ditunjukkan ketika ia merespon perintah Tuhan untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal, Ishak.

Supporting Verse – Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Kejadian 22:3 TB

Dari ayat diatas, kita bisa melihat respon Abraham, “Besoknya”, disini kita melihat Abraham langsung melakukan perintah Tuhan tanpa menunda apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Kira-kira apa yang melintas dalam pikiran Abraham disaat ayat diatas terjadi, dimana tanpa ada sedikit kemauan untuk menunda apa yang sudah diperintahkan Tuhan.

Kita bisa melihat bahwa ketaatan Abraham bukan dari ritual agama, tetapi kepercayaan penuh lahir dari pengenalan akan Tuhan, bukan setengah hati apalagi karena kewajiban kepada Tuhan. 

Trust is the foundation of every relationship.

Kalau anda punya hubungan dimana di dalamnya ada ketidakpercayaan, pasti ada rasa capek hati di dalamnya. Tetapi jika ada kepercayaan atau bahkan percaya penuh, apapun juga pasti kita kerjakan. Pengenalan dan pengalaman bersama Tuhan melahirkan kepercayaan penuh kepada Tuhan.

Pengenalan akan membangkitkan kepercayaan. Kepercayaan datang dari pengenalan dan kepercayaan akan memimpin kita kepada ketaatan. Jadi kalau kita kenal maka kita percaya, dan kalau kita percaya, maka taat menjadi mudah.

Kalau kita percaya maka taat menjadi mudah, bukan cuman Abraham yang melakukan itu, tetapi Ishak anaknya juga mengikuti contoh teladan kepercayaan anaknya kepada Tuhan, Ishak juga percaya penuh dan punya pengalaman bersama Tuhan. Menyembah seharusnya bukan hanya ritual agamawi saja, tetapi sehaursnya menjaid teladan yang bisa kita berikan, teladan tentang hubungan yang benar dan bisa diteruskan kepada generasi berikutnya untuk menceritakan keperkasaan Tuhan, Allah yang hidup dan kekal sampai selama-lamanya.

Supporting Verse – Isak juga percaya penuh bahwa Allah akan menepati janji-janji-Nya di masa yang akan datang. Itulah sebabnya dia mengingatkan tentang janji-janji tersebut ketika memberkati Yakub dan Esau. Ibrani 11:20 TSI

Sharing Ps. Johannes – Saya dan istri bersyukur melewati pandemi beberapa tahun lalu dan memutuskan memakai kesempatan ini untuk membangun mezbah keluarga, dimana setiap malam kami belajar berdoa bersama sebagai satu keluarga. Mulai dari anak melihat kita berdoa sampai kemudian mereka bisa belajar berdoa sendiri dan bergantian melakukannya dengan kami. Kita juga banyak berdiskusi Firman Tuhan sesuai dengan level pengertian anak-anak kami dan juga memuji Tuhan bersama dalam penyembahan.

Dan saya berharap semua yang kami lakukan waktu itu bisa memberikan pengalaman kepada anak-anak khususnya untuk mengalami Tuhan bagi diri mereka sendiri. Sekarang anak kami sudah cukup besar dan berada di situasi dimana dia sering berada diluar rumah untuk mengikuti pelatihan intenstif olahraga yang dia perlu hadiri. Saya berharap bahwa dia selalu bisa ingat bahwa dia tidak sendiri dan bisa selalu menyembah Tuhan berdasarkan pengalaman bersama dengan kami yang sudah diberikan dan dialami dahulu.

Supporting Verse – Lalu Ia berfirman: ”Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Kejadian 22:12 TB

Dia berkata kepada Abraham, “Jangan lakukan apa pun terhadap anakmu itu! Sekarang Aku tahu bahwa kamu percaya penuh dan taat kepada-Ku, karena kamu tidak segan-segan menyerahkan anakmu satu-satunya yang sangat kamu kasihi itu kepada-Ku.” Kejadian 22:12 TSI

Kata “Takut akan Allah” yang menjadi alasan Abraham melakukan Firman Tuhan menmpunyai arti yang berbeda di terjemahan TSI (Terjemahan Sederhana Indonesia). Kita bisa melihat bahwa takut akan Tuhan diganti dengan percaya penuh, dan dari dua terjemahan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa takut akan Tuhan sama dengan Taat akan Tuhan.

Takut akan Tuhan adalah sikap begitu hormat dan menjunjung tinggi pribadi Tuhan sehingga kita sungkan untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan perintahNya.

Sebagai kontrasnya, kita bisa melihat contoh ketidaktaatan dalam penyembahan, saat dimana Raja Saul diberikan perintah oleh Tuhan melalu Nabi Samuel bahwa Saul harus menghabisi bangsa Amalek, karena mereka telah berdosa kepada Tuhan. Bahkan hartanya juga harus dihabisi. Lalu Saul pergi dan melakukannya, tetapi tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan.

Supporting Verse – Samuel berkata, “Dulu kamu menganggap dirimu tidak berarti. Tetapi sekarang kamu sudah menjadi pemimpin atas suku-suku Israel. TUHAN sudah mengurapi kamu menjadi raja atas Israel. TUHAN mengutus kamu dengan perintah ini, ‘Karena dosa bangsa Amalek, pergilah memusnahkan mereka secara total. Habisilah mereka.’ Mengapa kamu tidak menaati perintah TUHAN?! Kamu bahkan sibuk merampas milik mereka. Perbuatanmu itu jahat di mata TUHAN!” Jawab Saul kepada Samuel, “Tetapi saya sudah menaati perintah TUHAN untuk pergi berperang. Saya hanya membawa raja mereka ke sini, sedangkan semua rakyatnya sudah saya bunuh. Tetapi para tentara membawa jarahan domba dan ternak terbaik ke sini. Daripada memusnahkan, kami mau mempersembahkan semuanya itu kepada TUHAN Allahmu di Gilgal.” Lalu Samuel berkata, “Manakah yang membuat TUHAN senang?— kurban bakaran dan persembahan, atau ketaatan? Sesungguhnya ketaatan itu jauh lebih baik daripada persembahan. Mendengarkan dengan penuh perhatian jauh lebih baik daripada persembahan lemak domba jantan. 1 Samuel 15:17-22 TSI

Dari kedua kisah Abraham dan Saul, seakan-akan disini dijelaskan bahwa saat Abraham belum menerima Janji Tuhan, hatinya tetap sama untuk taat kepada Tuhan, Tetapi Saul malah sebaliknya, setelah menerima berkat Tuhan, Saul malah menjadi tidak taat kepada Tuhan. Jadi kalau diperhatikan, Saul sejak menjadi pemimpin sudah mulai berpikir bahwa dia punya ide dan perintah yang lebih baik daripada Tuhan.

Tentu jika kita mempunyai anak, dan suatu saat kita menyuruh dia untuk membeli suatu barang tertentu, dan disaat anak kita pulang, dia membawa dan membeli barang lain karena barang yang beli itu harganya lebih murah. Kita-pun sebagai orang tua juga tentu akan merasa kesal disaat ketidaktaatan itu terjadi.

Obedience is better than sacrifice.

Ketaatan lebih baik dari korban persembahan karena pengorbanan dan persembahan tanpa ketaatan itu tidak ada artinya.

Our Sacrifice to God is the by-product of our love and obedience to God. That is why without obedience, our sacrifice loses its meaning.

Jadi, seakan-akan kita sudah capek berkorban, tetapi pengorbanannya salah. Sebab jika takut akan Tuhan adalah taat akan Tuhan, berarti tidak taat akan Tuhan sama dengan tidak takut akan Tuhan.

Mari, kita menjadi orang-orang yan tetap memelihara sikap yang takut akan Tuhan, membawa persembahan yang lahir dari kecintaan kita kepada Tuhan. Sebab penyembahan ini harum dan berkenan di hadapan Tuhan, jangan hanya datang bernyanyi karena Worship Leader meminta kita bernyanyi, tetapi kita bernyanyi karena sebelumnya kita sudah punya pengalaman berjalan dengan Tuhan. Itu yang membuat kekristenan kita menjadi hidup.

The final test of love is obedience, not sweet emotions, not willingness to sacrifice, not zeal, but obedience to the commandments of Christ – A.W. Tozer

Yesus Kristus sendiri yang pertama-tama memberikan teladan kepada kita semua sewaktu Dia berdoa di taman getsemani, di tengah kegelisahan hatiNya karena tahu bahwa dia sebentar lagi akan ditangkap dan disalibkan, Dia berdoa, “Not My will be done, but Yours be done”, atau “bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”

Closing Verse – ”Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Lukas 22:42 TB

Mari, di akhir sesi pengajaran tentang worship di bulan ini, kita tidak sebaliknya berhenti tetapi melainkan terus melakukan ini setiap hari dan memberikan teladan kepada generasi berikutnya, menyembah Tuhan yang lahir dari ketaatan penuh karena kita mengenal dan memiliki pengalaman berjalan bersama dengan Tuhan.

P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes