JPCC Sutera Hall 2nd Service (9 Nov 2025)
Hari ini kita akan melanjutkan bagian kedua dari seri pembelajaran kita pada bulan ini yaitu tentang “Value-driven life“, atau kehidupan yang digerakkan oleh nilai yang benar. Kalau saudara masih ingat, pada minggu lalu kita sudah belajar bahwa nilai adalah sesuatu yang kita anggap penting dalam hidup, sehingga kita rela untuk mengejar dan menjaganya, bahkan memberikan diri kita untuk berkorban demi mempertahankan nilai tersebut.
Hari ini, saya akan membuka dan memulai Pesan Firman Tuhan dengan sebuah pemikiran yang mungkin bisa memicu kita semua untuk semakin belajar lebih dalam menggali apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita pada hari ini.
Sebagai orang percaya, pertanyannya adalah bukan sekedar apakah kita punya nilai-nilai yang baik atau tidak, tetapi pertanyaan yang lebih serius adalah :
Nilai-nilai seperti apa yang saat ini kita ijinkan untuk membentuk kehidupan kita? Nilai-nilai seperti apa yang sedang kita jalani dan hidupi sehingga membentuk kehidupan kita? Apakah nilai itu lahir dari Kerajaan Allah atau sebaliknya lahir dari dunia ini? Atau bahkan hanya sekedar dari logika dan kekuatan kita?
Sebab apapun itu, nilai-nilai yang kita pegang akan membentuk sifat dan karakter kita. Bahkan, Nilai-nilai itu juga seringkali menentukan arah hidup kita. Makanya di JPCC, kita seringkali mendengar kutipan ini :
“Show me your friends and I will show you, your future“.
Tunjukkan teman-teman saudara, maka saya bisa kurang lebih menunjukkan arah kehidupan saudara akan kemana. Karena biasanya di dalam pertemanan kita, di dalam lingkaran pertemanan kita, ada nilai-nilai yang dipraktekkan dan dijalani disana. Sehingga nilai-nilai tersebut suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar, menentukan arah hidup kita. The values we live by will shape who we become.
Nilai-nilai yang kita jalani di dalam kehidupan kita akan membentuk seperti apa kita akan jadi nantinya. Nilai yang akan menolong kita untuk membuat keputusan karena setiap keputusan diambil berdasarkan oleh nilai yang kita pegang dalam hidup. Melalui keputusan seseorang, kita bisa mengenal apa yang dia anggap penting dan apa yang kurang penting di dalam hidupnya.
Itu sebabnya minggu lalu kita juga belajar bahwa apa yang Tuhan anggap penting akan menjadi penting buat kita kalau Pribadi Tuhan menjadi yang terpenting bagi kita.
Karena kita menganggap pertemanan kita penting, maka apa yang mereka anggap penting juga penting untuk kita, apalagi dengan hubungan kita dengan Tuhan.
Tetapi sebelum saya melanjutkan pesan Firman Tuhan, kita juga harus merenungkan apakah Pribadi Tuhan sudah menjadi yang terpenting dan terutama di dalam hidup kita? Mengapa Pribadi Tuhan perlu menjadi yang terpenting dan terutama dalam hidup kita?
Opening Verse – [31] Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? [32] Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. [33] Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Matius 6:31-33 TB
Artinya, kalau kita tidak mengenal Allah, kalau Pribadi Tuhan tidak menjadi yang terpenting di dalam hati dan pikiran kita, maka hidup kita akan penuh dengan kekuatiran, apa yang kita pakai, minum dan makan. Itu sebabnya Pribadi Tuhan perlu menjadi yang terpenting dan terutama dalam hidup kita.
Allah Bapa tahu, saudara. Dan cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk mencari kerajaan Allah dan KehendakNya adalah dengan mengenal Pribadi Yesus dan nilai kerajaan Allah yang sudah Dia hidupi dan teladani di dalam dunia ini.
Supporting Verse – [21] Kalian sudah mendengar tentang Dia! Dan sebagai pengikut-pengikut-Nya, kalian sudah diajar juga tentang sifat-sifat Allah yang ada pada-Nya! [22] Sebab itu tanggalkanlah manusia lama dengan pola kehidupan lama yang sedang dirusakkan oleh keinginan-keinginannya yang menyesatkan. [23] Hendaklah hati dan pikiranmu dibaharui seluruhnya. [24] Hendaklah kalian hidup sebagai manusia baru yang diciptakan menurut pola Allah; yaitu dengan tabiat yang benar, lurus dan suci. Efesus 4:21-24 BIMK
Di dalam diri Yesus, ada sifat-sifat Allah yang daripadaNya kita bisa belajar tentang nilai-nilai Kerajaan Allah. Bagaimana kita bisa hidup dengan polaNya Allah kalau kita tidak mengenal Allah itu sendiri? Selama Yesus hidup di dunia ini, Dia memegang nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam cara Dia meresponi, melayani, mengasihi dan memperlakukan orang lain. Semua yang Yesus lakukan mencerminkan sifat-sifat Allah.
Makanya kita perlu mengenal dan mempelajari kehidupan Yesus, karena melalui nilai-nilai yang Yesus hidupi, kita bisa mengenal dan melihat hal-hal yang berkenan di hati Tuhan.
Nilai-nilai Kerajaan Allah, sifat dan karakteristik Allah, apa yang menyenangkan hati Tuhan, akan menjadi penting untuk kita jika Yesus dan PribadiNya menjadi yang terutama di dalam hati dan pikiran kita.
Dasar dari semua nilai yang kita pegang seharusnya adalah pengenalan akan Pribadi Yesus yang menjadi dasar kehidupan kita. Itu akan menjadikan hubungan kita denganNya menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Membangun hubungan dengan Tuhan seharusnya menjadi prioritas yang paling utama.
Mari kita pelajari lebih lanjut tentang hal ini, tentang bagaimana Kristus hidup dengan nilai-nilai Kerajaan Allah yang tidak tergoyahkan bahkan sampai Dia rela menderita dan mati di atas kayu salib. Ini sesuatu yang berbeda karena banyak dari manusia yang nilai-nilainya justru luntur di tengah pencobaan atau penderitaan.
Karena itu judul Firman Tuhan hari ini adalah “The Way of Jesus“. Kalau saudara pernah dengar, tentu familiar dengan sebuah film dari Bruce Lee yang berjudul “The Way of the Dragon”, kalau yang tidak tahu, berarti kita ada di dalam generasi yang berbeda saja, saudara.
Supporting Verse – [2] Dalam pertandingan ini, hendaklah mata kita terus memandang ke depan, yaitu kepada Yesus. Dialah Perintis dan Pahlawan Iman yang terutama bagi kita, dan yang sudah menyelesaikan pertandingan-Nya dengan sempurna. Yesus tabah menahan penderitaan yang sangat memalukan di kayu salib karena Dia terus memandang ke depan, kepada sukacita yang sudah disediakan bagi-Nya di kemudian hari. Sekarang Dia duduk menantikan kita di tempat yang paling terhormat di samping takhta Allah. Ibrani 12:2 TSI
Kalau ada contoh yang paling sempurna kehidupanNya untuk kita pahami dan ikuti, maka itu adalah Pribadi Yesus. Dia rela menanggung penderitaanNya di atas kayu salib untuk memuliakan Bapa dan menggenapi rencana penebusan Allah bagi dunia ini.
Perhatikan juga bahwa Nilai-nilai yang Yesus jalankan dalam kehidupannya selama di dunia ini tidak berdiri sendiri, Dia tahu betul apa yang menjadi misi dan tujuan hidupNya sehingga nilai-nilaiNya punya kekuatan untuk dijalani di dalam hidup.
Our value is only as strong as our life mission and purpose.
Nilai-nilai kehidupan kita hanya akan sekuat misi kehidupan kita dan tujuan hidup kita. Yesus paham betul apa yang menjadi misi dalam hidupNya. Nilai tanpa tujuan yang jelas akan mudah goyang, tetapi nilai yang tertanam dan berakar kuat di dalam tujuan kerajaan Allah bagi kehidupan kita di dunia ini akan bertahan walaupun di tengah-tengah penderitaan sekalipun.
Kalau kita hanya punya nilai-nilai yang keren saja, tetapi kita tidak tahu tujuan dan misinya apa, maka ketika ujian datang, nilai tersebut akan runtuh dan mudah goyang. Tetapi ketika nilai kita tertanam dan berakar kuat di dalam tujuanNya Allah, maka nilai tersebut akan bisa bertahan di tengah-tengah pencobaan.
Sedangkan kalau kita perhatikan, nilai-nilai di dunia ini biasanya adalah keyakinan dan standar yang muncul dalam pendapat kebanyakan orang, atau dari budaya atau sistem yang dibuat manusia tanpa mempertimbangkan kebenaran Firman Tuhan, cenderung dapat berubah dari waktu ke waktu, mengikuti tren dan hal-hal yang popular dan berlaku pada waktu tertentu saja, fokus ke diri sendiri, mendorong kita berlomba-lomba mendapatkan kesenangan pribadi saja.
Tetapi Yesus sebaliknya, Dia datang membawa nilai-nilai yang berbeda, dan seringkali berlawanan dengan apa yang ditawarkan dengan dunia, “Counter Culture”. Bahkan Yesus tidak hanya mengajarkan, namun Dia sendiri juga menghidupinya sampai Dia mati di atas kayu salib. Itu sebabnya kita yang mengaku sebagai murid Kristus, sudah seharusnya kita harus meneladani nilai-nilai yang Yesus pegang dan lahir dari hati Allah Bapa.
Supporting Verse – [6] Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. 1 Yohanes 2:6 TB
Jadi, kalau kita semua mengatakan, “Saya orang kristen”, maka kita semua seharusnya wajib untuk hidup sama seperti Yesus telah hidup. Tetapi bagaimana kita bisa melakukan itu jika Yesus hanya menjadi sebuah “agama” saja, dan kita tidak dekat, mengenal dan mengalami Yesus?
Itu sebabnya hari ini kita akan mempelajari nilai-nilai Inti yang Yesus pegang di sepanjang hidupNya.
Pertama, Nilai tentang Kasih yang tanpa syarat.
Unconditional Love. Nilai pertama ini sangat penting dan bisa dibilang menjadi esensi dari semua yang Yesus lakukan selama Dia ada di dunia ini, dan berakar dari Kasih. Kasih yang memulihkan dan rela berkorban, membuat Dia mendekati orang-orang yang hilang dan dijauhi oleh masyarakat, orang-orang berdosa. Seperti para pemungut cukai, orang yang sakit kista, perempuan yang berzibah, atau sesuai konteks hari-hari ini yaitu orang-orang yang berdosa.
Supporting Verse – [10] Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Lukas 19:10 TB
Itulah yang ada di dalam hati Yesus. Bahkan, hati Yesus dalam kehidupanNya di dunia seringkali tergerak oleh karena belas kasihan terhadap banyak orang.
Supporting Verse – [34] Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Markus 6:34 TB
Apakah hati kita seringkali tergerak oleh belas kasihan ketika kita melihat seorang yang membutuhkan? Bahkan saat Yesus berada dalam kesakitan yang luar biasa, Dia masih tetap bisa berdoa di atas kayu salib.
Supporting Verse – [34] Yesus berkata: ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Lukas 23:34 TB
Disini kita bisa melihat bahwa Yesus tidak menunggu manusia berubah terlebih dahulu, tidak menunggu sampai orang itu layak dikasihi terlebih dahulu. He loved us first. Dia mengasihi kita terlebih dahulu tanpa orangnya mau berubah dahulu. Terlepas dari kita percaya atau tidak kepadaNya, Dia mau mati untuk kita.
Bagi kita yang menemukan kesulitan untuk mengampuni orang, Yesus adalah jawabannya. Yesus tidak menunggu orang itu berubah dan layak dikasihi dulu, Dia mengasihi kita terlebih dahulu terlepas dari itu semua, dan Kasih seperti itulah, Kasih tanpa syarat, yang mengubah kita semua. Yesus bahkan mengampuni ketika Dia menderita dan disakiti.
Sebaliknya, Kasih dari dunia selalu penuh syarat, tetapi bagi Yesus, Kasih tanpa syarat bukan sekedar perasaan, tetapi keputusan untuk memberi diri bagi orang lain dan Kasih inilah yang menjadi dasar dari nilai kerajaan Allah yang Dia hidupi selama ada di dunia.
Supporting Verse – [34] “Aku memberikan perintah baru kepada kalian: Kasihilah satu sama lain. Sama seperti Aku sudah mengasihi kalian, begitulah kalian harus saling mengasihi. [35] Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian adalah murid-murid-Ku.” Yohanes 13:34-35 TSI
Bukan kalau kita menjadi DATE leader, atau pandai menyanyi, pandai melayani, pandai melakukan ketrampilan atau pandai berkotbah, maka kita akan dikenal sebagai murid Yesus, bukan!
Kita semua akan dikenal sebagai murid Kritstus kalau hidup kita menunjukkan kehidupan yang saling mengasihi, saling memperhatikan dan saling membangun satu sama lain. Karena Kasih tidak hanya berbicara tetapi diwujudkan, Kasih ditunjukkan dengan keputusan untuk memberi diri bagi orang lain, Kasih tanpa syarat.
Kedua, Kerendahan hati untuk melayani.
Dia tidak lupa, Dia tahu siapa diriNya, tetapi Dia tetap memilih untuk melayani orang lain
Supporting Verse – [45] Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Markus 10:45 TB
Ini adalah Nilai Kerajaan Allah yang sangat bertolak belakang dengan budaya dan nilai dunia yang menganggap ini sebagai sebuah kelemahan, dan bukan kekuatan. Dunia selalu bilang untuk membuat diri kita setinggi, seberhasil, seterkenal dan sebesar mungkin, namun Yesus mengajarkan bahwa siapa yang meninggikan diri akan direndahkan.
Bahkan Yesus sendiri menjadi teladan utama dengan menggunakan kuasa dan kekuatanNya untuk melayani orang lain.
Supporting Verse – [3] Yesus tahu bahwa Bapa sudah menyerahkan seluruh kekuasaan kepada-Nya. Ia tahu juga bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. [4] Sebab itu Ia berdiri, membuka jubah-Nya, dan mengikat anduk pada pinggang-Nya. [5] Sesudah itu Ia menuang air ke dalam sebuah baskom, lalu mulai membasuh kaki pengikut-pengikut-Nya dan mengeringkannya dengan anduk yang terikat di pinggang-Nya. Yohanes 13:3-5 BIMK
Jadi, perhatikan bahwa Yesus tahu bahwa Allah Bapa telag menyerahkan Kuasa, otoritas dan kekuatan. Dan Dia mengerti identitas diriNya, dari mana Dia berasal dan tujuannya kemana Dia akan pergi.
Yesus memakai kekuasaanNya bukan untuk memerintah dan berkuasa atas orang lain, tetapi Yesus memakai kekuasaanNya untuk melayani. Sesuatu yang luar biasa dan ini juga yang menjadi salah satu nilai di JPCC, Power is for Service.
Ketiga, Ketergantungan penuh kepada Allah Bapa
Nilai yang Ketiga ini sebenarnya tidak terlalu kelihatan dari luar karena sebenarnya berbicara tentang yang ada di dalam, dan ini juga sulit untuk dilakukan, yaitu penyerahan diri secara penuh kepada Allah. karena biasanya “nature” kita sebagai manusia adalah hidup sesuai agenda dan ambisi kita sendiri, bukan?
Tetapi nilai ini mengajarkan bahwa hidup kita bukan milik kita lagi, tetapi milik Kristus di dalam kita. Kita bukan hidup untuk agenda kita sendiri tetapi kita hidup untuk agendaNya Tuhan.
Dalam kejadian atau peristiwa di taman getsemani, Yesus menunjukkan teladan penyerahan diri dan ketergantungan penuh kepada Allah Bapa, sesaat sebelum Dia ditangkap, Dia berdoa seperti ini.
Supporting Verse – [42] “Ya Bapa, Aku mohon, kalau Bapa mau, janganlah biarkan Aku menjalani penderitaan ini! Tetapi janganlah terjadi menurut kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu sajalah yang jadi.” Lukas 22:42 TSI
Berapa kali dalam hidup kita, ketika kita ada dalam tekanan, melewati sebuah ujian dan penderitaan, kita bisa berdoa seperti itu? Hanya orang yang mengenal Tuhan saja yang bisa melakukan itu. Kalau kita hanya mengenalNya sebagai “agama” saja, kita tidak akan bisa melakukan itu.
Supporting Verse – [30] “Aku tak dapat berbuat apa-apa atas kemauan-Ku sendiri. Aku hanya menghakimi sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Dan keputusan-Ku adil, sebab Aku tidak mengikuti kemauan sendiri, melainkan kemauan Bapa yang mengutus Aku. Yohanes 5:30 BIMK
Kalau kita hidup menurut kemauan sendiri, biasanya keputusan kita tidak adil. Kemauan sendiri biasanya adalah menghakimi orang lain sesuai dengan perbuatannya. Tetapi ayat diatas mengajar kita untuk percaya kepada Tuhan, percaya bahwa Dia adalah hakim yang adil, kita mengikuti kemauan Allah. “A complete surrender” adalah kekuatan yang berakar di atas kepercayaan dan Iman.
Supporting Verse – [8] Dalam keadaan sebagai manusia, Yesus lebih lagi merendahkan diri-Nya untuk taat pada kehendak Allah, hingga Dia menyerahkan tubuh-Nya sampai mati, bahkan sampai mati disalibkan. Filipi 2:8 TSI
Yesus bisa menghidupi nilai-nilaiNya yang kuat karena Dia tahu tujuan dan misi hidupNya dengan jelas, sekalipun di tengah-tengah penderitaan, Dia tidak menyerah dan sebaliknya tetap taat kepada kehendak Bapa.
Berbeda dengan hari-hari ini, dimana dunia berkata bahwa “We did it our way”, kita menghidupi kebenaran kita sendiri. Tetapi Yesus mengajarkan bukan kehendak kita, tetapi kehendak Bapa yang terjadi.
Melalui 3 nilai ini, kita bisa melihat bahwa Yesus sangat tahu apa yang menjadi tujuan hidupNya yaitu memuliakan Bapa di surga. Dia tahu untuk apa Dia mati, dan karena itu nilai-nilainya tidak pernah goyah bahkan di atas penderitaanNya sekalipun.
Closing Verse – [34] Lalu Yesus berkata kepada kami, “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus Aku ke dunia ini, yaitu menyelesaikan tugas yang Dia berikan kepada-Ku. Yohanes 4:34 TSI
Fokus dan pandangan Yesus serlalu tertuju kepada Bapa dan bukan kepada dunia ini, itu yang membuat Yesus tidak mudah tergoyahkan. Di dunia, mungkin ada yang punya good values sementara waktu, tetapi disaat ada guncangan, nilai itu bisa runtuh. Tetapi jika kita punya nilai yang tertanam di Kerajaan Allah, nilai itu tidak bisa runtuh, karena kita tahu apa yang menjadi misi dan tujuannya.
Mari kita memilih untuk melangkah lebih dekat, untuk mengenal Tuhan, dan bukan sekedar menjalani ritual agamawi saja. Agar kita bisa menjadikan pribadiNya sebagai yang terutama di dalam hati kita, sehingga kehidupan kita bisa mencerminkan Kasih tanpa syarat, Kerendahan hati yang sejati, dan ketergantungan penuh kepada Allah Bapa di surga.
P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes



