JPCC Online Service (30 July 2023)
Selamat datang di JPCC, Selamat Pagi! Berikan terima kasih kepada teman-teman kita yang sudah melayani dengan luar biasa. Saya juga mengucapkan selamat bergabung bersama dengan JPCC, disiarkan langsung dari The Kasablanka, Kebaktian kedua. Teman-teman dari JPCC worship mengeluarkan “IP” yang terbaru dan saudara bisa download dan mendengarkan dari semua digital platform yang ada.
Ada kalanya beberapa waktu yang lalu kita bilang, saudara bisa mendapatkan dari kaset-kaset yang tersedia. Tetapi kemudian kita rubah, dan saudara bisa mendapatkan dari CD atau DVD, MP3, dan sekarang kita bilang bisa didapatkan dari semua digital platform yang ada. Saya tidak tahu di masa yang akan datang apa yang akan kita lakukan, atau bagaimana kita mendapatkannya, tetapi satu hal yang saya bisa pastikan bahwa teman-teman dari JPCC Worship akan terus berusaha untuk mengeluarkan lagu-lagu atau menciptakan lagu-lagu Penyembahan yang baru supaya bisa dinikmati oleh saudara dan oleh semua saudara yang ada di luar sana.
Kita sudah belajar mengenai hikmat dan saya berharap saudara lebih berhikmat selama dua minggu ini, di minggu yang terakhir kita belajar soal hikmat dan yang kita pelajari adalah Hikmat Tuhan bukan Hikmat manusia.
Kenapa kita perlu Hikmat?
Karena kita hidup di dunia yang penuh dengan tantangan dan penuh dengan kesulitan. Kita perlu Hikmat Tuhan karena kita hidup di dunia yang sudah terkorupsi, yang sudah mengenal dosa dan kita perlu Hikmat untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi kita juga perlu Hikmat untuk membedakan mana yang baik dan mana yang lebih baik, atau mana yang terbaik.
Saya pikir saudara sudah mengerti sekarang bahwa Hikmat bukanlah sesuatu harus kita kejar karena Hikmat Tuhan itu adalah akibat dari orang yang hidupnya takut akan Tuhan.
Opening Verse – Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. Amsal 9:10 TB
Permulaan Hikmat adalah takut akan Tuhan. Jadi, hikmat sebetulnya adalah secondary, akibat yang harus kita usahakan, yang primary dan pertama harus kita buat adalah hidup takut akan Tuhan. Artinya kita akan dikenal sebagai orang yang berhikmat atau disebut orang yang bijaksana kalau hidup kita ini takut akan Tuhan.
Bagaimana sih hidup takut akan Tuhan itu? Hidup yang menghormati Tuhan, betul! Tetapi bagaimana?
Supporting Verse – ”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” Matius 7:24-27 TB
Tadi kita sudah baca bahwa permulaan Hikmat adalah takut akan Tuhan dan kita baru saja membaca bahwa orang yang bijaksana atau orang yang berhikmat itu adalah orang yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan atau perkataan Yesus.
Jadi, orang yang takut akan Tuhan itu sebenarnya adalah orang yang mendengar dan melakukan kebenaran Firman Tuhan, itulah orang yang takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang menghormati Tuhan dengan mendengar dan melakukan perkataan Tuhan.
Percayalah, Saudara akan terlihat sangat bijaksana di mata orang kalau saudara mendengar dan melakukan firman Tuhan. Dalam perumpamaan tentang dua macam dasar ini, kita bisa lihat kalau semua dalam keadaan baik, kalau tidak ada hujan, tidak ada banjir, tidak ada angin yang melanda, maka sebenarnya kita sulit membedakan mana yang bijaksana dan mana yang bodoh.
Tetapi tadi saya sudah kasih tahu saudara bahwa kita hidup di dunia yang sudah mengenal dosa, tadi di pembukaan, teman kita (Donny, Worship Leader) katakan bahwa Tuhan tidak berjanji bahwa kalau kita ikut Dia, kita akan bebas dari semua persoalan tapi Dia berjanji bahwa Dia akan menyertai kita di setiap langkah kehidupan kita.
Kedua rumah tersebut akan kelihatan baik-baik saja dan sulit untuk membedakan mana orang bijaksana dan mana orang bodoh kalau keadaan semua seperti atau kalau semua keadaan baik-baik saja. Malahan sebetulnya orang yang membangun rumah di atas batu kelihatan berlebihan, jadinya lebih lama, rumahnya buang-buang uang, buang-buang waktu, dan buang-buang tenaga kelihatannya.
Namun yang membedakan antara orang yang bijaksana dan orang yang bodoh, yang membedakan rumah yang didirikan di atas batu dan rumah yang didirikan di atas pasir, adalah ketika ada kejadian yang di luar dugaan. Seperti hujan, seperti banjir, seperti angin yang melanda, dan orang tersebut disebut bijaksana karena dia sudah mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi.
Kebijaksanaan atau Hikmat Tuhan tidak terlihat pada saat kita melakukannya tapi baru nyata biasanya pada saat kita ketemu dengan hal-hal yang tidak terduga seperti masa sulit, krisis, kesulitan atau persoalan.
Jadi, Hikmat Tuhan tidak terlihat pada saat keadaan baik saja tetapi juga mengantisipasi keadaan yang tidak baik. Hikmat Tuhan tidak terlihat pada saat ini saja tetapi juga masa yang akan datang. Itu sebabnya Minggu lalu kita belajar bahwa hidup yang berhikmat adalah hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus.
Karena salah satu tanggung jawab atau tugas daripada Roh Kudus adalah memberitahukan kepada kita hal-hal yang akan datang. Jadi, kalau hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus, kita menjadi orang-orang yang berhikmat kalau kita bukan hanya sekedar mendengar tapi juga melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita karena dengan demikian kita tidak hanya sekedar hidup sekarang atau mempersiapkan yang sekarang saja tetapi kita juga mengantisipasi apa yang akan datang. Itulah orang yang berhikmat.
Supporting Verse – ”Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Matius 25:1-10 TB
Sebetulnya gadis-gadis ini baru dikenal sebagai bijaksana, 5 orang bijaksana dan 5 orang yang bodoh, pada saat mempelai yang terlambat itu kemudian datang. Semuanya tertidur pulas, yang membedakan mereka adalah 5 orang mengantisipasi kemungkinan mempelai itu terlambat, 5 orang tidak.
Yang 5 orang mau repot, istilah saya. Itu sebabnya dia dibilang bijaksana tetapi pada mulanya semuanya kelihatan biasa-biasa saja, tidak ada yang disebut Bodoh dan tidak ada yang disebut bijaksana. Baru kelihatan mana yang bodoh dan mana yang kelihatan bijaksana pada saat ada hal yang tidak terduga terjadi, yang satu yang lima sudah mengantisipasi dan kelompok yang lima lain tidak mengantisipasi sebelumnya.
Yang bodoh mungkin berkata kepada yang bijak bilang “Ngapain bawa cadangan buli-buli berisi minyak?”. Kalau saudara pernah ke museum bible, atau saudara lihat Google tentang buli-buli dari yang ada di masa itu, itu bukan seperti sekarang yang semuanya serba enteng, dibuat dari dari tanah dan kemudian mereka harus bawa dan bukan satu saja.
Itu kan cukup merepotkan, mungkin saja yang bodoh bilang sama yang yang bijaksana “Ngapain kalian repot-repot? ngapain harus keluar uang lagi untuk beli minyak?”
Jadi, di mata gadis-gadis yang bodoh, mereka yang bijak kelihatan bodoh. Tetapi sebenarnya gadis yang membawa cadangan minyak ini mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi. Mereka mau repot, mereka mau extra mile, mereka mau keluar uang lebih, mereka mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.
Kita hidup di zaman dimana semua orang mau yang gampang, tidak suka yang berat-berat, berat sedikit mengalami breakdown, perlu healing, tidak suka disiplin. Mental health issue sekarang jadi ngetren, kita hidup di zaman orang tidak berpikir panjang tetapi mau kelihatan bagus, mau cepat sukses, mau cepat kaya, mau cepat terkenal, punya banyak uang yang bisa pergi jalan-jalan. Tidak peduli dengan hal-hal yang rohani, “Ngapain harus ikut apa kata firman Tuhan, ngapain harus ikut berdoa, ngapain pelayanan, ngapain bawa persembahan lagi ke gereja, ngapain ikut Bible Study? emang gak punya kesibukan yang lain?”
Tetapi banyak orang yang demikian punya sifat demikian, tetapi pada saat yang bersamaan kemudian karena banyak yang hidupnya tidak takut akan Tuhan maka kita jangan heran kalau juga kita tidak menemukan banyak hikmat Tuhan. Karena banyak orang bergantung pada Hikmat manusia.
Supporting Verse – Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. Amsal 9:10 TB
Mengenal Yang Maha Kudus, mengenal Tuhan, mengenal Yesus memberikan kepada kita pengertian, membuat kita mengerti, have understanding, have Insight, tentang diri kita sendiri karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan. Kita jadi memperoleh pengertian tentang human behavior, sifat manusia, sifat daging kita, pengertian tentang kebenaran, tentang prinsip dan nilai-nilai KerajaanNya sehingga kita bisa mempunyai pengertian ketika menghadapi berbagai macam hal.
Karena pada saat kita mengenal Yang Maha Kudus, hidup sesuai dengan apa yang diperintahkan, kita terima HikmatNya, yang memungkinkan kita untuk menghadapi persoalan kita dan menemukan solusi. Kita juga kemudian memperoleh Hikmat dalam berbagai macam hal termasuk juga dalam pergaulan, mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang baik dan mana yang lebih baik.
Supporting Verse – Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. 1 Korintus 15:33 TB
Pernahkah kita menaruh perhatian kepada mereka yang kita sebut teman, terutama mereka-mereka yang kita sebut dengan teman baik? Apakah mereka mempengaruhi kita untuk melakukan yang benar atau justru mempengaruhi kita untuk melakukan yang tidak benar?
Pernahkah kita sungguh-sungguh memperhatikan, Bagaimanakah kita bisa mendapatkan masa depan yang baik kalau kita dikelilingi oleh teman-teman yang tidak benar. Di mana logikanya?
Itu sebabnya dikatakan jangan kamu sesat. Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik dan dari kebiasaan kita, kita menemukan masa depan. Nah, kalau kita dikelilingi oleh pergaulan yang buruk maka masa depan kita pun juga akan jadi buruk. Makanya ada statement yang mengatakan : “Show me your friend, and I will show you, your future”.
Tunjukkan kepada saya teman-temanmu, teman-teman yang kamu sebut teman baik, aku akan tunjukkan kepada kamu masa depan yang seperti apa yang kamu punya. Ironinya di zaman sekarang ini banyak orang mau invest dalam bisnis tetapi jarang ada orang yang mau invest dalam pertemanan. Zaman sekarang ini banyak orang sibuk mau cari investor yang mau invest dalam bisnis mereka tetapi jarang orang yang mau cari, orang yang mau invest dalam kehidupan mereka.
Padahal kalau kita mendapatkan investor yang mau invest dalam uang kita, bayangkan kalau Saudara dapat investor yang mau invest dalam dalam bisnis tetapi saudara dikelilingi oleh orang-orang yang keliru maka uang yang saudara dapatkan dari investor akan hilang begitu saja dan bisnis saudara tetap di situs-situs saja. Sudah terbukti sama beberapa orang yang saya tahu.
Supporting Verse – Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Pengkotbah 4:9-10 TB
Two are better than one, because they have a good return for their labor: Ecclesiastes 4:9 NIV
Pengkotbah mencoba untuk mengajarkan kepada kita bahwa berdua lebih baik daripada seorang diri karena mereka akan menerima upah yang baik, Good return dalam bahasa Inggris dikatakan, sebuah istilah seperti semua investment, mendapatkan good return, mendapatkan deviden, mendapatkan keuntungan dari investasi yang kita lakukan.
Good Friendship is a good investment, Tetapi tidak banyak kita memperhatikan hal tersebut.
The very best investment you ever make in life will not be a financial one, but rather the investment made in relationship.
Investment yang terbaik yang saudara pernah buat dalam hidup ini bukanlah investment keuangan tetapi investment dalam relationship. Saya bisa dengan jelas katakan saya tidak akan ada sebagaimana saya ada sekarang, kita tidak akan bisa ada sebagaimana kita ada sekarang sebagai sebuah gereja, kalau saya tidak invest dalam pertemanan.
Supporting Verse – Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” Lukas 13:6-9 TB
Setiap hubungan yang hidup seharusnya menghasilkan buah, seharusnya produktif. Banyak hubungan yang kita miliki, mungkin saja tidak merusak. Kita punya hubungan yang tidak merugikan, kita ada di lingkungan dimana kita bisa merasa nyaman. Kita mungkin ada di lingkungan di mana kita bisa jadi diri kita sendiri, kita bisa jadi ada dalam lingkungan yang kita merasa happy setiap kali kita bertemu dengan mereka.
Tetapi kalau kita mau jujur dalam hubungan tersebut, setelah kita hangout sama mereka bertahun-tahun, kalau kita mau jujur sebetulnya hidup kita juga tidak maju-maju. Kita tidak menjadi lebih produktif, kita tidak mengalami pertumbuhan yang kita mau, tidak menjadikan kita menjadi lebih baik daripada sebelumnya, kita tidak naik ke level yang lebih tinggi kalau kita mau jujur sebetulnya.
Kita harus mengakui bahwa saya senang, saya diterima, saya nyaman tetapi pada saat yang bersamaan saya juga tidak kemana-mana. Sedangkan kita tahu “We know that there are more in life”, ada yang lebih yang kita bisa capai, but we’re stuck!
Yang menyedihkan adalah banyak di antara kita tidak sadar kalau kita “stuck”, jadi tahun demi tahun berlalu begitu saja, kita menjadi lebih tua tetapi kita tidak menjadi lebih tajam, kita tidak naik level yang berikutnya, tidak ada perubahan yang signifikan terjadi, kita tidak menghasilkan buah hidup, kita tidak produktif.
Nah, kalau kita mau menjadi lebih produktif dan naik ke level yang lebih tinggi, tidak bisa tidak, kita membutuhkan sekelompok teman yang lain. Sekelompok teman yang membuat kita lebih tajam dari sebelumnya, sekelompok orang yang menantang kita keluar dari comfort zone kita, besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
Supporting Verse – Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. Amsal 27:17 TB
Saya paling malas kalau masuk ke dapur, ambil pisau yang tidak tajam, karena pada saat saya memotong sesuatu saya harus menggunakan tenaga yang lebih dan butuh waktu lebih lama.
Tahukah Saudara pada saat besi menajamkan besi, pada saat saya kemudian menajamkan pisau saya dengan dengan alat yang sama seperti besi yang lain, pada saat saya mulai menajamkan, terjadi panas di keduanya, kadang-kadang ada spark yang terlihat tetapi akibatnya kita menjadi lebih tajam, lebih tajam itu artinya apa? Kita ketemu persoalan yang sama tetapi kita bisa selesaikan jauh lebih cepat daripada sebelumnya.
Supporting Verse – Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang. Amsal 13:20 TB
Ayat ini seolah-olah mudah atau untuk dibaca tetapi sulit untuk dipraktekkan, karena apa?
Karena bergaul dengan orang bijak itu bisa sangat “intimidating” bagi kita. Sebenarnya orang bijak ada di sekitar kita, dia nggak jauh-jauh, dia ada di sekitar kita tetapi kita ragu untuk untuk bergaul dengan mereka, kita segan untuk mendekat dengan mereka karena setiap kali berinteraksi dengan mereka kita kelihatan bodoh.
Kita kelihatan tidak tahu apa-apa dan kita tidak suka kelihatan bodoh, betul apa tidak?
Setiap kali kita ditegur, setiap kali kita dinasehati, kita bilangnya gini “Setiap kali gua deket sama dia, gua dikuliahin”. Kita terpaksa mendengar apa yang tidak mau kita dengar tetapi bukankah itu yang justru mendorong perubahan dalam kehidupan kita?
Karena kita tidak mungkin bisa berubah kalau kita hanya mau dengar apa yang kita mau dengar. Kita tidak mungkin bisa berubah kalau kita hanya mau dengar apa yang kita mau dengar. Banyak orang bilang “Setiap kali saya dengarkan kotbah orang melalui YouTube atau melalui Podcast dan lain sebagainya”, tetapi yang saudara pilih yang saudara mau dengar, yang mengenakkan telinga saudara.
Begitu ada yang menantang saudara, begitu ada yang mencoba membawa saudara keluar dari comfort zone, saudara pindah, dan kita menjauh, dan kita stop. Nah, yang rugi kita sendiri.
Supporting Verse – Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ”Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Markus 2:1-5 TB
Perhatikan Yesus tidak bilang, tidak ditulis ketika Yesus melihat Iman “orang lumpuh”, tetapi dikatakan ketika Dia melihat Iman “mereka“.
Supporting Verse – Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” – berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: ”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: ”Yang begini belum pernah kita lihat.” Markus 2:10-12 TB
Orang yang lumpuh ini dikelilingi oleh orang-orang yang tidak mau melihat dia tetap lumpuh. Orang yang lumpuh ini dikelilingi oleh teman-teman yang mau dia bisa berjalan sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Orang lumpuh ini dikelilingi oleh orang-orang, teman-teman yang mau melihat dia berada di level dimana mereka berada, dan teman-temannya mau melihat orang lumpuh ini bisa mengembangkan potensinya dan yang terpenting teman-temannya mau dia bertemu dengan Yesus.
Kita semua perlu teman-teman yang seperti ini dan mereka ada di sekitar kita cuman masalahnya kita yang menghindar, bahkan ada yang lebih senang bergaul dengan yang bebal, Kenapa?
Karena di kelompok yang bebal, Dia kelihatan paling pintar, dan dia happy kelihatan paling pintar, makanya mentor saya bilang seperti ini.
If you are the smartest in the group, get another group! – Prof. Dr. AR. Bernard
Kalau kamu yang paling pintar di sebuah kelompok, cari kelompok lain. Tetapi kalau kita mau perhatikan benar-benar dalam kisah ini, bahwa untuk dapat terus berteman dengan empat orang yang mau mengangkat orang lumpuh, orang lumpuh ini pun harus kooperatif, dia harus mau dikasih tahu.
Dia mau kooperatif dengan teman-temannya, dia mau dibilangin, dia mau dinasehati dan dia mau bertemu dengan Yesus dan beroleh kesembuhan. Sebenarnya modal utama untuk menjadi bijaksana itu mudah, mudah disebut tetapi tidak mudah dilakukan.
Modal utama untuk menjadi bijaksana itu adalah kemampuan kita untuk ditegur, kemampuan kita untuk dibilangin, untuk dinasehati dan untuk dikoreksi. Itu modal utamanya.
Supporting Verse – Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi. Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan. Amsal 15:31-33 TB
Kalau saudara ingat kisah tentang Daud, ketika dia berbuat dosa dengan membunuh Uria supaya dia bisa mendapatkan istri Uria yaitu Batsheeba. Tuhan memakai Nabi Natan untuk menegur Daud dan seketika itu juga Daud bertobat.
Daud tidak adu argumentasi, dia tidak bilang “Iya… tapi, ya.. tapi”, dia langsung bertobat meskipun secara kekuasaan seorang raja punya kuasa lebih daripada seorang nabi. Mudah saja buat Daud untuk memberikan perintah pada tentaranya untuk menangkap bahkan untuk membunuh Nabi Natan tapi Daud terbuka untuk dikoreksi dan itu menunjukkan keberadaan hatinya.
Meskipun dia orang yang paling berkuasa, dia mau ditegur. Bandingkan dengan Raja Herodes dalam Matius pasal yang ke-14.
Supporting Verse – Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: ”Tidak halal engkau mengambil Herodias!” Matius 14:3-4 TB
Herodes ini menyuruh tentaranya menangkap Yohanes karena Yohanes pernah tegur dia, karena dia ambil istri filipus, yang bernama Herodias. Dia membelenggu, memenjarakan Yohanes dan kemudian memenggal kepala Yohanes sebagai hadiah untuk putrinya Herodias.
Mau belajar membuat kita menjadi pintar tetapi mau dikoreksi yang akan membuat kita menjadi bijaksana.
Willingness to learn, will make you smart but willingness to be corrected, will make you wise.
Gampang, tetapi sulit untuk dilakukan, makanya komplain istri nomor satu terhadap suaminya adalah bahwa suaminya tidak mau mendengarkan, karena mendengarkan itu tidak alami. Kita harus belajar untuk mendengar.
Jaman sekarang ini banyak orang pintar ngomong, kalau tidak ngomong secara verbally maka ngomong pakai tangan atau pakai jari, tetapi tidak banyak orang pandai mendengar.
Tahukah saudara kalau kita berbicara kita mengeluarkan apa yang kita sudah tahu tapi kalau kita mendengar, kita memasukkan apa yang kita belum tahu. Repotnya orang seperti saya, seorang penghotbah, seseorang pemimpin, kita itu ditunggu untuk berbicara.
Kemana kita pergi, orang tunggu kita untuk berkata-kata untuk berbicara. Nah, kalau kita nggak punya disiplin untuk duduk dan mendengarkan orang lain maka sebetulnya we’re stuck, kita sulit maju. Makanya saya harus melatih diri saya, untuk bisa duduk dan mendengarkan orang lain untuk belajar, tetapi lebih daripada itu, untuk berani ditegur.
Supporting Verse – Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. Amsal 27:5-6 TB
Pertanyaannya, Mengapa kita ajar saudara mengenai wisdom?
Supaya saudara semua dapat menjadi lebih tajam, bisa mengeluarkan semua potensi yang Tuhan sudah tanam dalam kehidupan saudara, supaya bisa naik ke level yang lebih tinggi, jadi kepala dan tidak jadi ekor, bisa jadi Generasi Bintang dan juga bisa menolong orang lain yang membutuhkan, tetapi bukan supaya kita bisa bermegah dalam hikmat yang kita punya.
Closing Verse – Beginilah firman TUHAN: ”Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” Yeremia 9:23-24 TB
Sementara kita belajar untuk memilih bergaul dengan orang yang lebih bijaksana, kita harus juga memperhatikan diri kita sendiri. Apakah kita sudah menjadi teman yang bijaksana buat orang lain? Saya tinggalkan saudara dengan pertanyaan itu.
P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes