JPCC Marriage Seminar (22 September 2018)
Seharusnya ada pengharapan yang menempel di sebuah pernikahan, dan pernikahan bukan hanya sekedar dongeng saja. Pada saat pernikahan menjadi halangan, apa yang harus kita lakukan? Itu sebabnya saya datang untuk belajar dari yang terbaik di Indonesia, saya baru tahu bahwa ada pasangan di Kota Bandung yang merayakan pernikahan mereka yang ke-50.
Ilustrasi atau Jokes – Pasangan ini spesial karena di tahun pernikahan mereka yang ke-50, mereka tidak pernah satu kalipun bertengkar, kemudian semua pers datang ke bandung untuk menanyakan apa rahasia dalam hubungan mereka? Kata sang suami, semua itu diawali dari hari pernikahan mereka, dimana dulu lalu lintas di bandung jauh lebih baik dari sekarang, 50 tahun lalu mereka masih naik kuda untuk transportasi seperti layaknya kisah dongeng, dan disaat hari pernikahan, mereka penuh dengan sukacita, ditambah pada jaman itu begitu indah cuacanya.
Kemudian 50 meter dalam perjalanan kereta kuda mereka, tiba-tiba kuda mereka berhenti, sang suami mencoba memaksa kudanya untuk bergerak, tetapi istrinya dengan tenang mencoba menyelesaikan masalah itu, dan berkata dengan tegas kepada kudanya “Itu adalah peringatan pertama“, dan mereka kemudian melanjutkan perjalanan, tetapi tidak terlalu jauh kuda itu kembali berhenti.
Istrinya kembali tersenyum kepada suaminya, dan turun serta berkata kepada kudanya bahwa itu adalah peringatan kedua dan terakhir untuknya. Dan ketika kuda ini kembali berhenti untuk yang ketiga kalinya, sang istri kembali turun dan dan dibawah baju pengantin-nya, dia mengambil senjata dan menembak kuda itu di kepalanya.
Sang suami langsung panik dan berteriak kepada istrinya, sang istri tersenyum dan dengan tenang berkata kepada suami-nya, “itu adalah peringatan pertama“, dan sejak itu mereka berdua tidak pernah mengalami argumen lagi.
Kita harus belajar lebih dari sekedar ahli dari menyelesaikan konflik saja, ada begitu banyak strategi yang perlu kita kuasai dalam konflik pernikahan. Kita perlu alat untuk membangun pernikahan, bukan untuk mengobati saja.
Sharing Dr. Robi – Pada waktu saya dan istri baru menikah, kami mendapat anggota keluarga yang baru, yaitu anak kami bernama Jay. Disaat dia berumur satu tahun, kami berlibur ke Banyuwatu.
Kami menikmati sekali tetapi disaat baru mau bisa menikmati dan bersantai, kami sudah harus pulang. Di airport, istri saya mencium bau sesuatu, dia mengangkat Jay dan meminta saya untuk mengganti popok anak kami yang baru saja buang air besar. Saya tekankan bahwa semua suami tentu bisa melakukan ini, dan ini bukan hanya tugas istri saja.
Saat saya mau mengganti popok itu, Saya kaget karena rupanya popoknya tinggal satu saja, tetapi karena penerbangan kami hanya 3 jam, saya pikir semua akan baik-baik saja.
Selang waktu satu jam, anak kami kembali buang air besar, dan tidak ada lagi popok yang kami bawa. Saya mencoba membawa bayi kami ke toilet kecil, dan setelah saya buka, kotoran yang ada begitu besar dan popok yang ada sudah tidak bisa dipakai lagi.
Saya mencari persediaan yang ada di toilet, dan saya mengambil begitu banyak tissue kecil dan memasukan itu ke celana Jay, dan membuatnya terlihat seperti Mini Michelin Man.
20 menit kemudian saya merasakan ada cairan hangat di celana saya yang saat itu sedang memangku anak saya, dan ada pengumuman bahwa ada turbulence yang kita alami di pesawat dan kami tidak boleh menggunakan toilet.
Saya panik dan segera meminta pramugari bahwa bayi kami harus segera ke toilet, dan dia dengan tenangnya berkata “maaf, tapi kamu tetap harus duduk dengan dengan mengenakan sabuk penyaman”. Saya begitu stress saat itu.
Saya jadi berpikir, apa yang akan dilakukan oleh wanita seperti istri saya? Mungkin dia akan bertanya apa pramugari itu punya popok cadangan, atau bisa meminta popok cadangan dari ibu lain yang ada di pesawat.
Seorang wanita selalu bisa meminta bantuan, tetapi pria tidak pernah meminta bantuan atau direksi, karena kami merasa bahwa kami tidak pernah tersesat.
Dalam hal membangun sesuatu, pria akan mengeluarkan buku instruksi, dan mencoba untuk memulai membangun, tetapi dia akan mengabaikan buku instruksi dan seringkali itu adalah kerugian-nya sendiri. Saya akan mencoba menunjukkan instrukai untuk membangun pernikahan yang berhasil.
Alat Pertama : Sabuk Hitam
Dalam pernikahan, kita harus belajar cara berkelahi, masalahnya meski pernikahan selalu ada konflik atau pertempuran, banyak pasangan tidak tahu bagaimana cara memasang sabuknya dengan baik. Hal yang paling sering menjadi penyebab pasangan bertengkar adalah sesuatu yang tidak penting.
Opening Verse – “Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!” Kidung Agung 2:15 TB
Bukan binatang besar yang menghancurkan ladang agung, tetapi justru rubah kecil-lah yang merangkak dan merusak akar pohon tersebut. Kita perlu belajar jurus pernikahan, ilmu bela diri sebenarnya tidak berurusan dengan bertengkar tetapi lebih fokus kepada karakter dan penguasaan diri, dan juga untuk melindungi orang lain.
Pada saat seorang pria masuk ke dalam hubungan pernikahan, peran utamanya adalah melindungi. Sebelum dia bisa melakukan yang lain, dia harus melindungi istrinya dari dirinya sendiri. Tidak perlu waktu panjang untuk menyadari bahwa kita bisa menjadi pribadi yang berprilaku kasar terhadap istrinya.
Ilmu bela diri juga melindungi kita dari istri kita, dalam konflik, seringkali pikiran kita dalam hal ini adalah suaminya yang kasar, karena secara fisik, pria lebih kuat.
Tetapi riset pernikahan dan keluarga berkata bahwa sebaliknya. Dalam konflik pernikahan, istri lebih sering menjadi penyerang dengan kata-kata mereka. Pria suka dengan konflik atau tantangan fisik, tetapi kalau urusan ancaman verbal, pria kurang mengerti bagaimana meresponi tantangan itu.
Seperti halnya Elia, yang baru saja punya kejadian luar biasa bertarung untuk menurunkan hujan. Dia menang dan membunuh 400 pesihir Ba’al, dia adalah petarung yang hebat, tetapi besoknya dia mendengar Ratu Jezebel yang berkata bahwa dia akan menghancurkan Elia seperti halnya seorang Nyamuk. Elia lari disaat mendengar ancaman ratu dan wanita ini.
Laki-laki atau suami cenderung suka menghindar untuk menyelesaikan masalah, tidak berbuat apa-apa disaat ada konflik dengan istrinya, kita berhenti membuat keputusan karena takut akan masalah yang bisa timbul. Seorang laki-laki dewasa menjadi seorang anak.
Ini adalah sebuah fenomena, terutama di asia dimana istrinya memperlakukan suaminya seperti anak kecil. Tetapi suami seharusnya bisa berprilaku seperti orang dewasa, belajar untuk berani saat dibawah ancaman, dan belajar bagaimana untuk bertarung dengan benar, menyelesaikan konflik dengan pembicaraan yang baik.
Undang istri kita untuk menceritakan apa masalahnya, jangan terluka oleh serangannya, ulangi apa yang dia katakan secara halus dengan kata-kata anda sendiri dan redirect atau arahkan. Untuk bisa menyelesaikan masalah, kita perlu alat yang lain.
Alat Kedua : Mouth Guard atau Pelindung Mulut.
Alat ini membuat anda terlihat galak, tetapi juga akan membuat anda berhenti berteriak.
Supporting Verse – “Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.” Yakobus 3:3 TB
Seperti kapal yang begitu besar, tetapi bisa diarahkan dengan kemudi yang begitu kecil. Demikian juga lidah yang merupakan bagian tubuh kita, tetapi apa yang keluar dari mulut punya kapasitas untuk memberikan kehidupan atau kematian. Kalau lidah tidak dikendalikan dengan baik, itu bisa membangun atau sebaliknya menghancurkan.
Pasangan yang bisa bertengkar dengan baik, bisa menyelesaikan tanpa kekerasan. Dengarkan apa yang keluar dari pada mulutnya, dan hal ini berlaku dalam dua sisi. Bagaimana agar kita tidak emosional dalam melakukan ini?
Kita perlu Alat Ketiga yaitu : “Kipas Cina”, instrumen ini terutama berguba ntuk seorang istri atau wanita.
Kualitas pernikahan sangat ditentukan oleh kemampuan seorang istri untuk menenangkan diri. Kapasitas seoarang istri untuk mengendalikan emosinya akan secara langsung berbanding sama dengan kualitas hubungan yang mereka miliki.
Semakin cepat mereka menenangkan diri, semakin besar kesempatan kita untuk menyelesaikan konflik, dan ini juga berlaku untuk laki-laki atau suami.
Meskipun riset berkata bahwa kata-kata yang diucapkan wanita disaat konflik itu seperti racun, dan bisa membangun suami atau sebaliknya menghancurkan mereka dengan kata-katanya.
Supporting Verse – “Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.” Ibrani 12:15 TB
Hal ini juga berpotensi menghancurkan keluarga jasmani dan gereja, jika ada kepahitan dalam pernikahan. Kepahitan pernikahan akan menyebabkan kita tidak peduli siapa yang akan melihat hal ini.
Waspadalah dan saling berjaga-jaga, jangan pernah tinggalkan pasangan kita dalam pertarungan ini, dan jangan biarkan kepahitan datang yang seringkali muncul dari ketidak-relaan dalam mengampuni.
Alat Ke-Empat : Hammer atau Palu, dan juga Nails atau Paku.
Palu bisa menyatukan sesuatu dengan permanen, meski prosesnya begitu keras. Dalam pernikahan, justru pukulan kecil-lah yang membangun rasa percaya. Disaat bertarung, jangan lakukan dengan pukulan besar (seperti pernyataan “Kamu tidak berguna”), kita tidak membangun sesuatu tetapi sebaliknya merusaknya.
Dalam riset pernikahan dan keluarga, konflik sebenarnya adalah sesuatu yang baik. Yesus sendiri mengkonfrontasikan semua masalah yang Dia lihat.
Bahkan pada saat orang menyangkal dan mengkhianati DiriNya, Dia sebaliknya berkata kepada Petrus, “Apakah kamu mengasihiku? Feed My Sheep”. Pukulan Kecil-lah yang membangun rasa percaya.
Tidak apa-apa untuk berbeda pendapat dan bertengkar, tetapi selesaikan itu dengan lembut, jaga lidah anda dari kekasaran dan emosi, kemudian bicarakan topik itu dengan lembut.
Saling membangun memerlukan disiplin, karena di dalam konflik pernikahan, rata-rata hanya ada 17 detik waktu yang ada sebelum kedua pasangan saling meng-interupsi percakapan atau diskusi yang ada.
Dalam hidup saya, seorang juara dunia dalam rumah tangga adalah seorang wanita, dan saya asalah menteri pertahanan. Mari kita ambil 4 alat tambahan untuk membangun pernikahan
Alat Kelima : Battery.
Suami istri seperti dua kutub yang berbeda dalam battery, kita seringkali terlalu fokus pada perbedaan. Pada awal pernikahan, kita mencoba mengubah satu sama lain, agar bisa menjadi lebih baik dan positif seperti diri kita, daripada negatif, tetapi dengan cepat kita temukan bahwa sulit untuk mengubah orang lain, dan akhirnya menerima mereka apa adanya.
Hanya saja, kita juga perlu tahu bahwa kita selalu bisa menginspirasi dan memotivasi mereka untuk berubah, dan daripada fokus di perbedaan, mari kita fokus pada tujuan battery tersebut. Battery akan membuat sebuah object menjadi hidup, dengan kutub battery positif dan negatif yang bekerjasama memberikan sebuah energi yang baik.
Disaat kita bekerja-sama, kita sepuluh kali lebih hebat daripada seorang diri menyelesaikan masalah, itu adalah rahasia menyelesaikan masalah.
Dalam berpasangan, kita bukan bertarung tetapi bersama-sama menghadapi masalah yang sama. Kita seringkali berpikir bahwa pasangan kita yang menjadi maslaah, dan menbuat kita saling berkompetisi, dan membuat kita menjadi insecure.
Ada sebuah fenomena, disaat wanita mulai merasa insecure, sisi maskulinitasnya akan bangkit dan membuat dia menjadi agresif, tetapi disaat dia agresif kepada sang suami, suami akan sebaliknya memunculkan sisi feminitasnya. He become She, and She become He.
Kita harus berhenti untuk bertarung, dan bersama-sama saling melengkapi. Riset keluarga dan pernikahan berkata bahwa pasangan yang baru menikah dalam sepuluh tahun, pada saat sang suami bisa menerima masukan dari istrinya, pernikahan mereka akan jauh lebih bahagia. Sebaliknya suami yang tidak mau menerima masukan dari istri, mereka akan jatuh dalam perceraian dengan tingkat ketepatan 94%.
Pernikahan sebagaimana battery bisa naik ke tempat yang lebih tinggi, sebagaimana pesawat terbang mau lepas landas, ada berbagai peran yang diperlukan seperti hanya pramugari, pilot, security, dan staff imigrasi. Pada saat menerbangkan sebuah pesawat terbang, semua peran itu sama nilainya, tetapi tidak semua sama otoritasnya.
Seperti halnya pernikahan bahwa suami adalah kepala rumah tangga, tetapi jika dalam pesawat sang pengisi bensin tidak melakukan tugasnya, maka pesawat itu tidak akan bisa terbang.
Demikian juga dalam pernikahan, suatu hari suami harus betanggung jawab kepada Tuhan bagaimana dia menjaga kehidupan rumah tangga yang dimiliki. Istri kita adalah Co-Pilot, dan bersama-sama diperlukan sisi positif dan negatif untuk membuat pesawat lepas landas.
Alat Ke-Enam : Holy Bible atau Firman Tuhan.
Saya mengikuti sebuah konferensi pria dengan Brian Houston, Dia memulainya dengan pernyataan “Istri, Tunduklah kepada Suami-Mu sebagaimana dengan Tuhan”, tetapi katanya, yang jauh lebih penting, kita perlu mengerti arti penundukkan diri atau submission ini terlebih dahulu.
Kata Submission ini dipisah salam dua kata, yaitu “Sub” and “Mission”, sub artinya ada di bawah, jadi di dalam rumah tangga, sang istri ada dan tunduk dalam sebuah mission atau misi, bukan hanya bicara mengenai seorang suami. Jadi apa misinya? Seorang kapten perlu tahu tujuan perjalanan, begitu juga dengan Co-Pilotnya.
Sebenarnya pembicaraan tentang tujuan dilakukan sebelum lepas landas, dan otoritas tiba disaat penerbangan ada sebuah masalah atau keadaan emergensi. Pada saat ada ketidaksepakatan tentang strategi, kita masih punya tujuan bersama yaitu mendaratkan pesawat tiba di tujuan.
Disinilah pukulan-pukulan kecil yang membangun rasa percaya bisa datang, sang kapten akhirnya akan memberikan keputusan final, dan co-pilot akan tunduk akan itu dan mulai berdoa agar suaminya atau sang kapten mengambil keputusan yang tepat.
Untuk bisa punya hubungan yang terbina sedemikian rupa, diperlukan dengan sebuah proses bernama quality time, atau waktu yang berkualitas. Diperlukan alat berikutnya, yaitu :
Alat Ketujuh : Quality Watch
Semakin banyak waktu berkualitas, semakin bagus kualitas pernikahan. Sayangnya riset keluarga dan pernikahan tidak menyetujui pernyataan ini. Bukan semakin banyak kualitas waktu yang dipunyai, tetapi justru semakin bagus kualitas hubungan yang dipunyai, semakin banyak kualitas waktu yang dihabiskan bersama.
Bagaimana membangun kualitas hubungan? Tidak apa-apa untuk berbeda pendapat dan bertengkar, tetapi selesaikan itu dengan lembut, jaga lidah anda dari kekasaran dan emosi, kemudian bicarakan topik itu dengan lembut. Mengerti tujuan bersama daripada hanya fokus dalam perbedaan, tunduk kepada misi bersama, dan ini akan membawa kita sebagai sahabat karib untuk menjalani kehidupan kualitas hubungan yang berkualitas.
Saya jadi teringat dengan sahabat saya, yaitu pasangan pemimpin gereja di singapore. Saya melihat di instagram sang suami bahwa saat mereka berlibur ke Amerika, dia menonton 7 baseball games selama 7 hari berturut-turut, dan saya tanya kepadanya bahwa dia pasti begitu menyukai Baseball sampai melakukan itu.
Tetapi dia katakan bahwa dia sebenarnya membenci Olahraga Baseball, tetapi dia sebaliknya begitu menyayangi pasangan-nya yang penggemar olahraga ini sehingga ikut bahagia bisa melakukan aktifitas ini secara bersama-sama.
Banyak pasangan yang berpikir untuk punya waktu bersama, kita harus punya hal-hal yang disukai bersama. Tetapi hal-hal yang kita sukai itu sebenarnya kesukaan yang ada di dalam, seperti misalnya tertawa, semakin kedua pasangan sering tertawa bersama, mereka akan ingin bersama-sama meski minatnya berbeda.
Alat ke-delapan : Hot Sauce
Angka Delapan dalam Alkitab adalah awal yang baru, di dunia Hollywood, kita melihat bagaimana orang single mempunyai kisah romantisme dan seks yang begitu menggebu-gebu, tetapi sesungguhnya penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang menikah mempunyai hubungan intim yang lebih berkualitas.
Ada begitu banyak pasangan yang tidak berhubungan seksual dalam jangka waktu yang panjang. Rasul Paulus bahkan mengatakan bahwa hal ini tidak apa-apa asal dilakukan dalam jangka waktu yang tidak lama dan disepakati bersama.
Jika kita hanya berhubungan seksual 10 kali setahun, itu jumlah yang kurang ideal untuk pernikahan.
Jadi, berapa sering pasangan yang rata-rata melakukan hubungan intim? 50 kali setahun. Sedikit lebih banyak dari satu kali seminggu, itu adalah rata-rata penelitian dan surveybdari sex educator.
Survey ini juga berkata bahwa 50% suami tidak puas dengan kehidupan seksual yang mereka punya, jadi yang perlu juga difokuskan adalah kualitas hubungan seksual yang dipunyai. Pria atau suami seringkali cepat “keluar” disaat berhubungan, dan seringkali saat ini terjadi, sang istri belum mengalami kualitas hubungan seksual yang diinginkan-nya.
Selain itu, istri juga tidak punya mood yang mau melakukan ini. Sebenarnya justru hal ini terbalik, inisiasi dari hubungan seksual akan mengantarkan ke dalam mood yang diinginkan, seperti halnya botol hot sauce yang terlihat pedas sebelum dicicipi.
Kita harus melakukan-nya sebelum bisa membangkitkan-nya, menurut sebuah teori hanya perlu waktu 6 detik untuk membangkitkan mood ini.
Ada sex therapis yang berteori bahwa pasangan paling bahagia disaat bisa melakukan hubungan seks setidaknya satu kali sehari. Pada saat dia mengumpulkan audiens seperti seminar hari ini, kira-kira separuh peserta mengangkat tangan bahwa mereka bisa melakukan hal ini.
Dan pasangan yang melakukan seminggu sekali ada kira-kira kurang dari separuhnya, dan pasangan yang melakukan seks sebulan sekali hanya ada beberapa tangan yang mengangkat tangan saja.
Dan disaat dia bertanya, apakah ada pasangaan yang melakukan seka sekali setahun saja, ada suami yang mengangkat tangan dan berteriak, dan dia kelihatan begitu bahagia, hal ini menyalahkan teori yang dia punya.
Sex therapist ini bertanya mengapa dia begitu bahagia? Dengan Excited dia berkata “Because tonight is the night!”, Itulah harapan saya buat kalian semua yang hadir disini.
8 comments
canadian drugstore prices
best online international pharmacies
canadian pharmacy antiobotics without perscription
canadian drugs without any prescriptions
pain meds online without doctor prescription
my mexican pharmacy
legitimate canadian pharmacy
pain meds online without doctor prescription