Patut Diteladani By Ps. Johannes Thelee

JPCC Sutera Hall 2nd Service (12 October 2025)

Syalom, Salam sejahtera buat saudara semua. Apa kabarnya? Puji Tuhan, semoga semua dalam keadaan baik, termasuk saya ingin menyambut juga saudara semua yang ikut bergabung secara online. Salam sejahtera buat saudara semua di mana pun saudara berada. Berdoa supaya hari ini kita benar-benar mendengar apa yang menjadi isi hati Tuhan dan pikiran Tuhan bagi kita semua. Supaya kita terus-menerus diubahkan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Hari ini kita akan melanjutkan seri pembelajaran kita di sepanjang bulan ini, yaitu tentang “Excellence”. Tahukah saudara bahwa sikap hati dan perilaku yang unggul atau excellent seringkali dimulai dari atau lahir dari kekaguman atau rasa hormat kepada Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta ini beserta dengan seluruh isinya. Tuhan yang begitu luar biasa yang begitu unggul, excellent di dalam setiap penciptaan dan setiap karya ciptaannya.

Itu sebabnya, suka atau tidak suka, kita bisa menyadari bahwa atau kita bisa berkata bahwa “Excellence in any shape or form is always inspiring”. Keunggulan di dalam segala macam bentuk atau kelihatan atau tampilannya selalu menginspirasi. Excellence is always inspiring.

Makanya minggu lalu, kalau saudara masih ingat, Ps. Jeffrey sempat bertanya atau menyatakan kepada kita, makanya kita semua mau masuk surga. Karena kita berpikir, kita membayangkan surga itu pasti indah, pasti luar biasa, pasti penuh dengan sukacita, kasih, penuh dengan kemuliaan Tuhan, penuh dengan damai sejahtera, tidak ada rasa sakit, tidak ada penderitaan di sana, dan seterusnya.

Sebab itu juga sebabnya kenapa kita mau mengikut Yesus. Karena kita percaya bahwa Yesus adalah Pribadi yang terbaik yang pernah ada di dalam kehidupan kita.
Atau mungkin kalau kita sederhanakan kembali, dalam kehidupan sehari-hari, kalau kita pergi belanja ke supermarket misalnya, mana mungkin di antara kita yang pergi belanja ke supermarket, kita mencoba mencari barang-barang yang kualitasnya jelek.

Tidak ada. Tidak ada kita mau cari makanan yang sudah busuk. Tidak mungkin. Kita semua pergi ke supermarket, belanja, pasti ingin mencari makanan yang terbaik, buah-buahan yang kualitasnya tinggi. Barang-barang rumah tangga yang kualitasnya unggul, bagus.

Kalau kita mendengarkan musik, kita nonton film, mana mungkin kita mencari film yang ratingnya rendah. “Oh, saya pengen banget nonton film ini. Jelek banget soalnya. Saya pengen nonton film ini. Saya pengen mendengar lagunya, katanya tidak enak banget. Pasti menarik. Tidak ada.”

Kalau kita mau belajar bertumbuh dan berkembang di dalam personal development kita, mana mungkin kita mencari orang yang tidak bisa diandalkan. Tidak mungkin. Kita pasti mencari orang yang ahli di bidangnya. Kita pasti mencari orang-orang yang terbaik, yang jago, orang-orang yang punya kualitas tinggi di dalam menjalankan tanggung jawab.

Kita semua tertarik dengan sesuatu yang excellent. Because, once again, excellence is always inspiring. Karena sesuatu yang unggul selalu menginspirasi. Bahkan, to be honest, kalau kita bisa jujur, we all want to be excellent. Kita semua ingin menjadi pribadi-pribadi yang unggul. We all want to be someone that inspires others. Kita semua ingin punya kehidupan menjadi seseorang yang bisa menginspirasi orang lain.

Kita semua ingin jadi “an excellent role model”. Kita semua ingin jadi orang yang bisa jadi teladan yang luar biasa bagi orang lain. Kita mau punya kehidupan yang bisa diteladani. Itu sebabnya judul pesan firman Tuhan hari ini di semua kampus JPCC kami beri judul “Patut Diteladani“.

Kenapa?

Karena kita semua memang punya keinginan, kita mau punya keinginan, punya kehidupan yang patut diteladani. Tetapi kalau kita pikir-pikir lagi di dalam keseharian kita, kalau kita boleh jujur, seringkali kita berpikir bahwa kehidupan yang patut diteladani ini kayaknya sulit terjadi. Kayaknya sulit untuk dijalani, kayaknya saya tidak pantas deh. Dan seterusnya, kenapa demikian?

Karena kita pikir untuk punya kehidupan yang patut diteladani, kita harus sempurna terlebih dahulu. Kita harus perfect. Kalau tidak sempurna berarti tidak patut diteladani. Padahal tidak demikian, karena keunggulan atau excellence tidak berbicara tentang kesempurnaan.

Tetapi justru sebaliknya, excellence berbicara tentang sikap hati dan perilaku yang selalu ingin memberikan yang terbaik. Bukan yang tidak bisa salah, tetapi selalu ingin memberikan yang terbaik. Hari ini baik, besok kalau bisa kita berikan lebih baik lagi. It’s a gesture, sikap hati, gestur kita yang selalu ingin mencoba untuk melakukan yang lebih baik lagi. Bertumbuh dan berkembang secara konsisten sehingga kita dapat mengekspresikan dan mencerminkan Kasih dan Kemuliaan Tuhan yang sejak awalnya kita kagumi.

Itu sebabnya minggu lalu kita belajar bahwa begini saudara, “Excellence flows from knowing God“. Keunggulan, sikap hati yang unggul, yang excellent itu mengalir dari pengenalan akan Allah. Sikap hati dan perilaku yang unggul mengalir dari kehidupan yang ingin terus mengenal dan dekat dengan Allah. Karena “Excellence is a by-product from knowing the God of excellence“.

Kehidupan yang unggul, kehidupan yang patut diteladani adalah sebuah hasil atau efek samping dari sebuah perjalanan untuk mengenal Tuhan Allah yang begitu unggul dan begitu luar biasa bahkan menjadikan pribadi Tuhan sebagai poros dan pusat di dalam kehidupan kita.

Artinya, setiap perkataannya, setiap nilai-nilai yang keluar dari mulut Allah menjadi suatu pegangan di dalam kehidupan kita. Bahkan, menjadi bahan pertimbangan di dalam setiap keputusan yang kita ambil.

Nah kalau kita mengerti ini, kita dapat menyadari bahwa begini saudara, everyone can be excellent. Setiap orang di dalam tempat ini maupun yang sedang menyaksikan secara online, setiap kita punya kesempatan untuk menjadi excellent. Sebab setiap orang bisa memiliki kehidupan yang patut diteladani, kalau orang tersebut mau terus berjalan mengenal dan mendekat kepada Allah yang tinggal di dalam dia.

Karena “Excellence flows from knowing God”, mengalir keluar dari pengenalan akan Allah. Everyone can be excellent.

Mari kita melihat kembali sebuah teladan yang luar biasa yang minggu lalu juga sempat kita pelajari bersama-sama, yaitu teladan dari jemaat-jemaat di Makedonia melalui kebaikan hati mereka yang sangat besar.

Opening Verse – [1] Sekarang, Saudara-saudari, kami ingin kalian tahu bagaimana kebaikan hati Allah sudah bekerja dalam hati saudara-saudari kita, jemaat-jemaat di provinsi Makedonia. 2 Korintus 8:1 TSI

Jadi, Paulus sudah menyatakan di awal dari kisah ini bahwa bukan jemaat Makedonia yang hebat, tapi karena kebaikan hati ke Allah yang bekerja di dalam hati mereka.

Supporting Verse – [2] Mereka sedang diuji dengan banyak penderitaan, tetapi karena kebaikan hati Allah itu, sukacita mereka melimpah sehingga mereka memberi bantuan dana dengan begitu murah hati. Mereka sangat miskin tetapi kaya dalam hal memberi. 2 Korintus 8:2 TSI

Luar biasa, karena kebaikan hati Allah yang bekerja di dalam kehidupan mereka, di dalam hati dan pikiran mereka, walaupun di tengah-tengah begitu banyak penderitaan dan keadaan yang sangat miskin, mereka tetap mempunyai sukacita yang melimpah, bahkan begitu murah hati di dalam memberi, karena mereka kaya dalam hal memberi.

Supporting Verse – [3] Saya bersaksi bahwa mereka memberi melebihi kemampuan mereka dan semuanya memberikan secara sukarela. 2 Korintus 8:3 TSI

Dan semuanya memberikan secara suka rela. Tidak ada yang terpaksa. Mereka semua memberikan secara suka rela melebihi kemampuan mereka, dengan sama sekali tidak bersungut-sungut.

Supporting Verse – [4] Bahkan mereka berulang kali memohon kepada kami supaya diperbolehkan ikut serta dalam pelayanan yang mulia ini bagi umat Allah di Yerusalem. [5] Dan waktu kami izinkan, mereka ikut ambil bagian dengan cara yang tidak kami sangka-sangka: Sebelum memberi persembahan, mereka lebih dulu menyerahkan diri kepada TUHAN, lalu kepada kami rasul-rasul-Nya. Hal yang luar biasa ini mereka lakukan sesuai dengan kehendak Allah! 2 Korintus 8:4-5 TSI

Nah, jemaat-jemaat di Makedonia ini, berada dalam keadaan yang sangat miskin. Tetapi keadaan mereka tidak membuat mereka merasa bahwa mereka adalah korban yang harus selalu dikasihani. Mereka tidak punya “victim mentality”, mentalitas korban yang harus selalu dikasihani, diberi. Tetapi sebaliknya mereka justru ingin memberi. Karena mereka merasa kebaikan hati Allah sudah melimpah di dalam kehidupan mereka.

Sehingga suka cita mereka meluap-luap dan ingin membagikan kepada satu sama lain. Oleh karena mereka sudah menerima kebaikan hati Allah, mereka ingin berkontribusi bagi kehidupan orang lain juga.

Nah, hari ini saya ingin mengajak saudara untuk, mari kita selidiki lebih jauh, siapa sebenarnya jemaat-jemaat di Makedonia ini? Siapa mereka? Bagaimana mungkin mereka bisa punya kehidupan yang hati mereka dipenuhi oleh kasih dan penyerahan diri kepada Tuhan? Yang begitu menginspirasi. Mari kita lihat bersama-sama.

Pertama-tama yang kita perlu ketahui dari ayat di atas juga kita sudah tadi sama-sama mengerti bahwa Makedonia adalah sebuah provinsi. Nah, provinsi ini terletak di wilayah utara dari Yunani. Nah, provinsi ini terdiri dari kota-kota sebagai berikut: Filipi, Thessalonika dan Berea.

Nah, mungkin setelah saya sebutkan kota-kota yang ada di provinsi tersebut, saudara mulai berpikir, ah oke, ternyata ada orang Filipi, Thessalonika, dan Berea. Tahukah saudara bahwa kota-kota tersebut adalah kota-kota tempat Paulus mendirikan jemaat-jemaat Kristen atau orang percaya pada saat itu.

Wilayah ini berada di bawah kekuasaan Romawi, di mana mereka hidup di bawah tekanan sosial, politik, dan ekonomi yang begitu tinggi. Karena itulah sebabnya kenapa mereka hidup dalam berbagai macam penderitaan dan dalam kondisi yang miskin. Tapi secara umum, mayoritas dari mereka, karena ada di dalam wilayah utara Yunani, tentunya mayoritas dari mereka adalah orang-orang Yunani atau non-Yahudi yang telah menerima Injil dan menjadi percaya kepada Yesus melalui pelayanan Paulus dan rekan-rekannya. Mari kita selidiki lebih jauh tentang profil dari jemaat-jemaat di Makedonia ini, seperti apa mereka atau siapa mereka.

Supporting Verse – [12] Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, [13] karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Filipi 2:12-13 TB

Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa jemaat di Filipi atau bagian dari jemaat dari Makedonia ini secara umum bisa memiliki hati yang rela memberi dan melayani oleh karena Allah sendiri yang terlebih dahulu bekerja di dalam kehidupan mereka melalui ketaatan mereka.

Mereka adalah orang-orang yang taat, jadi mudah bagi Allah untuk bekerja di dalam hati dan pikiran mereka, mendorong mereka, mempengaruhi keinginan dan kemauan mereka untuk hidup benar, untuk hidup memberi dan melayani satu sama lain karena ketaatan mereka.

Supporting Verse – [9] Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. [10] Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya. 1 Tesalonika 4:9-10 TB

Jadi, jemaat-jemaat di Tesalonika ini penuh dengan kasih persaudaraan yang mereka belajar sendiri dari bagaimana cara Allah mengasihi mereka. Bahkan mereka praktekkan ini, mereka terapkan ini, dan menjadi teladan di dalam saling mengasihi kepada seluruh orang-orang di provinsi Makedonia tersebut.

Wow, tidak heran kalau ternyata mereka bisa jadi berkat yang begitu luar biasa bahkan di tengah-tengah penderitaan, di tengah-tengah kondisi kemiskinan yang mereka alami. Karena mereka punya pengalaman bersama dengan Tuhan bagaimana saling mengasihi satu sama lain.

Sedangkan jemaat di Berea, kita akan lihat di dalam kisah para rasul 17 ayat yang ke-11.

Supporting Verse – [11] Orang-orang di Berea lebih terbuka kepada pengetahuan baru daripada orang di Tesalonika. Mereka senang mendengarkan pengajaran Paulus dan Silas, dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk membuktikan kalau apa yang dikatakan Paulus dan Silas itu benar. Kisah 17:11 TSI

Kalau saudara baca di atas, saudara akan menemukan yang dimaksud oleh Paulus adalah orang-orang Yahudi. Memang sebagian besar adalah non-Yahudi, orang-orang Yunani, tapi ada komunitas-komunitas orang Yahudi di Tesalonika dan juga di Berea sebagian kecil.

Nah, orang-orang Yahudi di Tesalonika tidak seterbuka orang-orang Yahudi yang ada di Berea berhubungan dengan kepercayaan mereka terhadap pengajaran dari Paulus.

Orang-orang di Barea ini disebut memiliki semangat yang terbuka dan rajin menyelidiki kitab suci. Setiap hari mereka “OIA”, saudara. Setiap hari mereka baca “OIA”. Menunjukkan bahwa jemaah-jemaah di Makedonia ini memiliki kerohanian yang kuat dan berakar di dalam firman Tuhan.

Kita sudah lihat beberapa profil. Semakin saudara baca dan selidiki lebih jauh, saudara akan temukan lagi profil yang lebih lengkap dari jemaat-jemaat di Makedonia ini yang terdiri dari paling tidak tiga kota tersebut: Filipi, Tesalonika dan Berea.

Melalui jemaah-jemaah di Makedonia ini kita bisa belajar dan melihat bahwa “excellence” atau keunggulan tidak sama memang dengan kesempurnaan atau “perfection”. Karena kondisi mereka yang kita baca tadi, yang kita teliti tadi, sama sekali jauh dari situasi atau keadaan yang sempurna.

Namun, mereka secara konsisten mencerminkan kebaikan hati Allah yang mereka terima. Karena mereka percaya dan menyerahkan diri mereka kepada Tuhan dan juga kepada pengajaran rasul-rasul.

Atau dengan kata lain begini, bahwa di dalam segala kondisi, di dalam setiap keadaan dan situasi, saudara dan saya sebagai orang percaya juga punya potensi, punya kesempatan untuk selalu mencerminkan kebaikan hati Allah yang kita terima terlebih dahulu oleh karena kasih karuniaNya. Tidak tergantung kondisi atau keadaan kita.

Dalam keadaan suka maupun duka, senang maupun susah, dalam keadaan kaya maupun miskin, kita selalu punya kesempatan, punya pilihan untuk mencerminkan kebaikan hati Allah.

Bukan karena kehebatan kita, tetapi karena pilihan kita. Kita punya pilihan untuk mencerminkan kasih Tuhan atau tidak. Mencerminkan kemuliaan Tuhan atau tidak. Mencerminkan hal yang excellence yang datangnya dari Tuhan atau tidak. Atau hidup asal-asal. Kita selalu punya kesempatan sama seperti jemaat di Makedonia.

Sebab kemurahan hati mereka, their generosity, bukanlah hasil dari kekayaan harta benda mereka. Tetapi sebaliknya adalah hasil dari kasih karunia yang mereka terima. Meskipun mereka dalam keadaan sangat menderita dan sangat miskin, tidak menghalangi mereka untuk bermurah hati kepada satu sama lain.

Sebab kemurahan hati mereka keluar dari kasih karunia, bukan dari kekayaan harta benda mereka. Sebuah kehidupan yang patut diteladani. Bukan karena hebatnya mereka, tetapi karena Tuhan yang hebat ada di dalam mereka.

Seperti minggu lalu, kita juga pelajari bahwa kita semua, “We do not perform excellence We reflect excellence”. Kita tidak mengusahakan, kita tidak bekerja keras menampilkan excellence, keunggulan, sikap yang unggul. Tetapi kita mencerminkan keunggulan atau sikap yang unggul. Because our excellent God lives in us. Karena Tuhan kita yang excellent, yang luar biasa, tinggal di dalam kita.

Jadi kalau kita menempel, mendekat, semakin mengenal dia, tidak bisa tidak, excellence pasti mengalir keluar dari dalam diri kita. Setiap kita ingin melakukan sesuatu, kita ingin memberikan yang terbaik.

Setiap hari kita berkata-kata, kita ingin memastikan kata-kata yang keluar dari mulut kita, tidak menyakiti orang lain. Setiap kali kita melihat dan posting “TikTok”, kita ingin memastikan ketikan kita tidak melukai dan menjatuhkan bahkan membinasakan orang lain. It’s a choice, untuk mencerminkan kemuliaan Tuhan yang tinggal di dalam kita.

Mari kita belajar lagi dari sebuah kisah kehidupan orang yang sekali lagi, bukan orang yahudi, yaitu seorang perwira Romawi yang menjadi teladan iman yang luar biasa, bahkan sampai membuat Yesus terheran-heran akan keyakinannya, akan imannya yang begitu besar.

Cerita ini ditulis di Matius ada, di Lukas ada, di Yohanes juga ada. Tetapi saya ingin membacakan kepada saudara versi yang dari tulisan Lukas.

Supporting Verse – [1] Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. [2] Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. [3] Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. [4] Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: ”Ia layak Engkau tolong, [5] sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.” Lukas 7:1-5 TB

Melalui ayat ini kita bisa mengerti bahwa ternyata si Perwira Romawi ini berbeda dengan pejabat militer Romawi lainnya. Dia begitu mengasihi orang-orang Yahudi, bahkan dia menghormati Allah dari orang Yahudi. Sampai dia ikut membantu membangun rumah ibadat mereka supaya mereka bisa beribadah kepada Allah. Menarik sekali.

Supporting Verse – [6] Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: ”Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; [7] sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. [8] Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” [9] Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” [10] Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali. Lukas 7:6-10 TB

Sungguh menakjubkan. Pada ayat 7 dan 8 tadi, perwira Romawi ini menunjukkan kerendahan hati yang sangat besar dari seorang karakteristik pejabat militer atau pejabat tinggi dari Romawi. Perwira ini seakan-akan menunjukkan kepercayaannya bahwa Yesus punya kuasa dan sanggup untuk menyembuhkan hambanya. Dan bahkan bukan hanya percaya, tetapi perwira ini juga mengerti tentang otoritas dan bagaimana kuasa dari suatu otoritas bekerja di dalam hidupnya.

Perwira ini berkata seperti yang tadi dia bilang, aku sendiri seorang bawahan, aku sanggup memberi perintah kepada bawahanku. Mereka pasti mengerjakan, karena aku ini juga berada di bawah otoritas yang lebih tinggi. Jadi Perwira Romawi ini mengerti bahwa otoritasnya didapatkan karena dia terlebih dahulu tunduk kepada otoritas yang berada di atasnya. Seperti yang pernah kita dengar dari pelajaran-pelajaran kepemimpinan.

A man of authority is a man under authority. Seseorang yang punya otoritas adalah seseorang yang sudah terlebih dahulu menempatkan dirinya di bawah otoritas orang lain. Makanya dia punya otoritas.

Inilah alasannya mengapa Yesus begitu heran. Karena perwira ini mengerti sesuatu yang tidak dimengerti oleh banyak orang Israel pada zaman itu. Yaitu bahwa perkataan Yesus punya kuasa karena penundukan DiriNya kepada otoritas Allah Bapa di Surga. Dan, itu sebabnya kenapa perwira ini tidak butuh Yesus datang mengampirinya secara fisik. Hanya perlu Yesus mengucapkan sepatah kata saja, maka dia percaya surga akan bertindak karena Yesus berkata-kata atas nama otoritas dari Allah BapaNya di surga.

Itulah sebabnya mengapa Yesus heran kepada perwira ini yang notabene adalah bukan orang Yahudi. Tetapi begitu punya iman dan keyakinan bahkan mengerti bagaimana otoritas atau kuasa dari suatu otoritas bekerja di dalam kehidupan. Perwira ini begitu “excellent” di dalam sikapnya, dalam kerendahan hatinya, dalam pengertiannya, dan dalam kasihnya kepada sesama manusia.

Bagaimana dia menunjukkan kasihnya kepada hambanya. Bahkan pria ini tidak memakai otoritasnya, jabatannya, posisinya untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Tetapi sebaliknya, dia justru memakai jabatannya, posisinya untuk membantu orang lain. Menolong orang lain. Suatu sikap kehidupan yang tidak biasa dan bahkan perlu atau patut untuk diteladani.

Terakhir, mari kita belajar dari Timotius. Ayat yang tadi kita baca, 1 Timotius 4 ayat 12. Berkata demikian:

Supporting Verse – [12] Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. 1 Timotius 4:12 TB

Pertanyaannya adalah begini, siapa Timotius? Mengapa Paulus menginstruksikan kepada Timotius untuk jangan menganggap dirinya rendah karena dia muda? Tapi harus jadi teladan bagi orang-orang yang dia layani.

Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.

Timotius adalah seorang pemuda yang menjadi murid dan rekan sepelayanan dari Rasul Paulus. Meski usianya masih muda, Timotius menjadi salah satu pemimpin muda yang dipercayakan oleh Paulus untuk melayani berbagai jemaat. Salah satunya adalah memimpin dan menggembalakan jemaat yang ada di Efesus. Sebuah komunitas orang percaya yang penuh dengan tantangan, karena mulai dari tantangan tentang ajaran sesat sampai permasalahan moral yang terjadi di situ.

Tetapi Timotius dipercayakan untuk memimpin bahkan menggembalakan jemaat yang ada di Efesus. Melalui Timotius kita bisa belajar bahwa usia dan status tidak menentukan kemampuan kita untuk menjadi teladan. Siapa saja mampu untuk punya kehidupan yang patut diteladani.

Berbicara kepada beberapa orang muda yang mungkin ada disini atau mungkin yang masih menonton secara online. Usia dan status tidak menentukan kemampuan kita. Kalau saudara mendekat, mengenal Tuhan, saudara punya potensi untuk punya kehidupan yang patut diteladani.

Saudara bisa jadi teladan di mana saja. Di keluarga saudara, di tempat sekolah saudara, di tempat kerja saudara. Saudara akan punya kehidupan yang patut diteladani karena kuncinya adalah kualitas hidup yang mencerminkan ketaatan dan iman kepada Kristus.

Supporting Verse – [5] Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. 2 Timotius 1:5 TB

Paulus bisa melihat bahwa Timotius bukan orang sembarangan, tetapi Timotius hidup berjalan di dalam imannya.

Supporting Verse – [14] Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. [15] Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. 2 Timotius 3:14 TB

Seakan-akan Paulus mendorong Timotius bahwa terus berpegang kepada kebenaran, engkau sudah, tetapi kau perlu terus berpegang pada kebenaran. Dan di sini juga menunjukkan bahwa Timotius bukan orang percaya yang hidup sendirian saja, tetapi dia terbuka untuk memberikan diri belajar dari orang lain dan juga memberikan diri untuk diteladani orang-orang lain. Memberikan dirinya untuk berada di dalam komunitas, karena memang kita diciptakan bukan untuk hidup sendiri saja, tetapi kita diciptakan untuk saling menguatkan satu sama lain.

Sama seperti kesaksian Andika tadi (This is My Story), memberikan dirinya untuk dimuridkan dan memuridkan orang lain. Belajar dari orang lain dan membiarkan dirinya juga diteladani orang lain. Itu yang Timotius lakukan. Timotius bukan orang kacangan. Paulus tahu bahwa hidupnya sudah ada di dalam kasih karunia Tuhan. Sejak awal mulai, bahkan dari keturunan sebelumnya, dari orang-orang tuanya.

Closing Verse – [15] Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. 2 Timotius 3:15 TB

Menjadi role model yang excellent, bukan soal usia, jabatan, atau latar belakang. Tetapi tentang membangun karakter yang berakar kuat di atas kebenaran Firman Tuhan. Membangun iman yang teguh dan menyatakan kasih Tuhan yang begitu “real” di dalam Kristus.

Itu sebabnya kesimpulan dari semua yang kita pelajari hari ini adalah:

Kehidupan yang patut diteladani adalah buah dari kehidupan yang berakar kuat di dalam pengenalan akan Allah.

Kita tidak mengusahakannya, kita tidak mencoba dengan keras supaya punya kehidupan yang patut diteladani, tapi kehidupan yang patut diteladani adalah buah dari kehidupan yang berakar kuat di dalam pengenalan akan Allah.

Untuk punya kehidupan yang excellent, yang patut diteladani, saudara hanya perlu mendekat dan terus mengenal isi hati dan pikiran Allah bagi kehidupan kita.

Sewaktu itu terjadi, semakin saudara mengenal dia, semakin kehidupan saudara bisa menjadi contoh bagi orang lain. Semakin kehidupan saudara patut diteladani oleh keluarga saudara, oleh anak-anak saudara, oleh istri saudara, oleh suami saudara, bahkan oleh orang tua saudara, oleh keluarga besar saudara dan bahkan di tempat kerja saudara.

Dilihat bahwa dia ini hidupnya patut diteladani padahal yang dilakukan hanya mengenal dan mendekat kepada Allah. Tapi kehidupannya bisa diandalkan. Makanya tidak heran orang-orang seperti itu di lingkungannya seringkali mendapat promosi, diminta untuk menjadi pemimpin di tempat kerjanya, di lingkungan rumahnya seringkali ditawarkan jabatan untuk menjadi kepala RT, ketua RW, bahkan jadi lurah, jadi camat, jadi wali kota, jadi bupati, menjadi gubernur, dan seterusnya

Karena kehidupannya patut diteladani. Tidak mungkin orang mencari pemimpin di lingkungan masyarakatnya, mencari pemimpin yang begini “Oh, hidup dia jelek banget, kita jadikan dia pemimpin yuk!”. Semua orang mencari pemimpin yang kehidupannya patut diteladani.

Saudara dan saya punya kesempatan itu. Tetapi bukan dengan kekuatan sendiri. Tetapi dengan mendekat dan mengenal Allah. Kalau hari ini saudara mendengarkan firman ini, saudara tidak yakin tentang kehidupan saudara patut diteladani atau tidak, caranya adalah bukan dengan mengusahakan dengan pencapaian dan seterusnya.

Caranya adalah dengan terus mendekat dan mengenal siapa Allah saudara, siapa Tuhan saudara. Mengerti apa yang menjadi kehendakNya, tahu apa yang menjadi isi hati dan pikiran Tuhan. Ketika itu saudara lakukan, saudara tiba-tiba punya kehidupan yang orang lain heran dan ingin menjadi mempunyai kehidupan seperti saudara. Kehidupan yang patut untuk diteladani.

Kalau hari ini saudara sudah hidup di dalam Tuhan, mungkin saudara perlu bergabung seperti Andika, Saudara perlu membuka diri untuk terus belajar dari satu sama lain dan membiarkan diri saudara diteladani oleh orang lain juga. Sama seperti Timotius belajar dari Paulus. Bukan karena Paulus yang hebat dan luar biasa, tetapi karena Timotius tahu Paulus bilang begini:

Follow as I follow Christ.

Ikuti aku karena aku mengikuti Yesus. Timotius tahu ujung-ujungnya dia mengikuti Kristus melalui belajar dari Paulus. Do that, maka kehidupan saudara akan menjadi kehidupan yang patut diteladani, saudara akan menjadi seseorang yang excellent, menjadi role model yang excellent bagi keluarga, masyarakat, dan ditempatkan dimanapun saudara berada.

P.S : Feel free to contribute at : https://saweria.co/316notes