JPCC Sutera Hall 2nd Service (21 September 2025)
Selamat Pagi Para Pastors, HDFs, DATE Leaders, DATE members dan juga semua jemaat yang hadir, dan juga saya mau menyapa semua yang mengikuti Ibadah ini secara online. Saya berharap saudara bisa memberikan perhatikan penuh untuk apa yang Tuhan mau bagikan kepada kita semua.
Judul kotbah hari ini adalah “Circles of Grace and Truth“. Dan saya minta bantuan dukungan saudara semua, karena kalau mengambil istilah lari, ini adalah KM ke-sepuluh yang kedua, yang pertama tadi sudah, dan yang kedua sekarang, dan masih ada dua kali lagi, jadi kalau saudara mendapatkan sesuatu bisa merespon dengan bertepuk tangan atau berkata “Amin”.
Saya pernah lari sejauh 21 KM, dan memang paling berat itu di masa pertengahan dimana saya rasanya mau balik naik “Gojek”, tetapi disaat ada yang memberikan semangat, maka itu sungguh menguatkan dan kita bisa sampai ke Garis akhir bersama-sama.
Masuk dalam minggu Ketiga dalam seri “We Are His Church”, Minggu lalu Ps. Sidney mengajarkan kita dari 1 Korintus 12:12-20 dengan judul kotbah “Shaped By Circles”. Kita diingatkan bahwa komunitas, gereja, DATE, pelayanan, dan semua orang yang ada di tempat ini tidak sempurna, tetapi merupakan rencana Tuhan yang sempurna untuk membentuk kita.
Dan yang kita percaya adalah kita semua sedang disempurnakan dengan pertolongan dan kuasa dari Roh Kudus. Coba sama-sama katakan, Kita semua adalah Work in Progress.
Dalam perjalanan, kita selalu berhadapan dengan kenyataan di dalam perjalanan kita bersama-sama dengan anggota tubuh Kristus yang lain, mungkin ada yang lemah, yang imannya sedang goyah, dan mempertanyakan banyak hal dalam hidup ini. Sehingga dia tidak semangat untuk ikutan yang namanya komunitas. Mungkin udah mulai banyak “aduhnya”, “Aduh hari ini DATE lagi ya”, atau “Aduh, pelayanan lagi, dijadwalkan lagi”, dan “aduh” banyak yang lain.
Yang tadinya semangat, yang tadinya kita nunggu-nunggu hari kapan kita nge-DATE. Ada juga yang gagal, Baik anggota atau pemimpin yang mungkin sudah berusaha sebaik-baiknya di dalam DATE.
Contoh, misalnya dikasih jadwal, untuk mengfasilitasi diskusi. Tidak taunya ada yang nanya dan susah banget, pertanyaannya teologis banget, dia gak ngerti, dan selanjutnya terjadi debat. Atau di dalam pelayanan yang mungkiha juga sudah dipersiapkan dengan luar biasa, tetapi ternyata masih juga gagal.
Dan ada juga yang jatuh di dalam dosa. Ada yang terjerat dengan kebiasaan yang salah, kebiasaan buruk, kebiasaan yang merusak dirinya, kebiasaan yang merusak kesehatannya, merusak jiwanya, dan merusak pikirannya. Ada yang jatuh juga dalam hubungan-hubungan dengan tidak sehat baik itu pertemanan atau hubungan pria-wanita. Kita padahal sudah ngomong sama dia, please, jangan lanjutin hubungan kamu sama dia. Eh, ternyata, dia tetep saja hajar. Akhirnya apa? Tidak berapa lama dia cerita, jadinya putus. Bener yang dibilang sebelumya, bahwa dia ternyata memanfaatkan saya.
Dan ada juga yang berbohong, melukai orang lain dan banyak sekali yang terjadi di dalam gereja. Nah, pertanyaannya apa respon kita saat itu terjadi?
Pertama, bisa jadi kita ambil jalan yang pertama yaitu namanya “Cancel Culture“.
Respon yang, kalau orang-orang yang tadi itu yang gagal, yang salah, yang berdosa, kita langsung menjauhi atau menghakimi? “With, Sudah lama di gereja, kok begini sih kelakuannya? Katanya DL, tapi kok begini? Katanya ini, katanya itu, Tetapi kok masih bisa jatuh juga?
Cancel culture itu maksudnya kayak tombol, unfollow dan block di media sosial. Karena kita tidak suka sama oran itu, tidak suka sama kelakuannya, makanya kita langsung block.
Nah, di gereja hal ini terjadi ketika kita pura-pura melihat orang yang, pura-pura tidak terlihat, orang yang jatuh atau malah menyebarkan gosip, mempermalukan dia, hasilnya orang itu merasa ditolak, dan semakin jauh dari komunitas.
Atau kita pilih jalur yang kedua, yaitu “Permissive Culture”.
Responnya seperti “Ya sudah lah, biarin saja, dia kan sudah gede”. Kita tidak mau menegur, tidak mau mengingatkan, karena takutnya kalau kita singgung, sungkan, apalagi dia lebih senior dan lama daripada dari kita. Akibatnya, kesalahan dibiarkan terus terjadi dan berulang, orang tersebut tidak pernah dikuatkan dan akhirnya tidak ada pertumbuhan. Dan tidak jarang beberapa dari mereka akhirnya berhenti berjalan dan mundur pelan-pelan dari gereja, Church Hurts. Akhirnya mereka kecewa, dan tidak ada pemulihan dalam hidup mereka.
Kabar baiknya, Alkitab memberikan kita jalan yang Ketiga. Mari kita lihat tangapan Yesus dalam situasi yang serupa.
Supporting Verse – [1] Tetapi Yesus pergi ke Bukit Zaitun. [2] Pada hari berikutnya, pagi-pagi benar Dia kembali ke salah satu teras rumah Allah, dan banyak orang datang kepada-Nya. Lalu Dia duduk dan mengajar mereka. [3] Kemudian para ahli Taurat dan beberapa anggota kelompok Farisi datang membawa seorang perempuan kepada Yesus. Perempuan itu tertangkap basah berbuat zina. Mereka memaksa dia berdiri di depan orang banyak itu [4] lalu berkata kepada Yesus, “Guru, perempuan ini tertangkap basah sedang berbuat zina. [5] Menurut hukum Taurat, orang seperti ini harus dilempari batu sampai mati. Tetapi menurutmu bagaimana?” Yohanes 8:1-5 TSI
Yesus sudah tahu ini bukan kejadian pertama kali akan apa yang dilakukan sama orang farisi dan ahli taurat. Kalau saudara membaca di Yohanes, Yesus itu sudah mau dibunuh beberapa kali. Yesus sudah mau dipersekusi, dicari kesalahannya biar Yesus bisa dihukum.
Pada waktu itu hukum taurat memang sangat jelas. Dosa seperti ini harus dihukum, tidak ada kompromi. Dan ahli taurat, orang farisi, membawa perempuan ini bukan sekedar menegakkan hukum, melainkan untuk menjebak Yesus. Jadi tujuannya bukan hanya wanita ini, tapi Yesus sendiri yang sebenarnya sedang dijebak. Kita lanjut.
Supporting Verse – [6] Mereka bertanya seperti itu karena mereka sudah sepakat kalau jawaban Yesus tidak sesuai dengan hukum Taurat, mereka berencana untuk menyalahkan Dia. Tetapi Yesus hanya menunduk dan menulis dengan jari-Nya di tanah seolah-olah tidak mempedulikan mereka. Yohanes 8:6 TSI
Nah, Yesus dikenal sebagai seorang Rabbi yang berteman dengan orang-orang berdosa. Ini kontras banget. Orang farisi, ahli taurat, pasti gengnya, kumpulnya sama guru-guru rohani yang tahu bahkan hukum taurat dan merasa dirinya lebih dari orang lain.
Dan para pemimpin agama tidak mengerti mengapa seorang guru rohani mau duduk makan bersama dengan banyak orang berdosa, termasuk para pemungut cukai yang dianggap sebagai pengkhianat bangsa. Mari kita lihat respon Yesus berikutnya.
Tetapi Yesus hanya menulis dengan jarinya di tanah. Memang di Alkitab tidak ditulis Yesus menulis atau menggambar apapun di tanah. Tetapi beberapa “commentary” bilang bahwa Yesus sedang menulis 10 Perintah Allah : Jangan ada Allah lain di hadapanku, Jangan menyembah berhala, Jangan menyebut nama Tuhan sembarangan, Kuduskanlan Hari Sabat, Jangan membunuh, Jangan berzinah, Jangan mencuri, Jangan berbohong, dan jangan iri hati.
Supporting Verse – [7] Ketika para pemimpin masih terus mendesak-Nya untuk memberi jawaban, Yesus mengangkat kepala dan berkata kepada mereka, “Siapa di antara kalian yang merasa dirinya tidak pernah berbuat dosa, biarlah dia yang lebih dulu melempari perempuan ini dengan batu.” [8] Kemudian Dia menunduk lagi dan menulis di tanah. [9] Mendengar jawaban Yesus itu, mereka pergi satu per satu mulai dari yang paling tua, sampai akhirnya tinggal Yesus sendiri di situ bersama perempuan itu. Dan perempuan itu masih berdiri di tempatnya. Yohanes 8:7-9 TSI
Yesus tahu bahwa tidak ada orang yang sempurna, semua manusia berdosa membutuhkan kasih karunia. Kita baca lanjut ayatnya.
Supporting Verse – [10] Yesus berdiri dan bertanya kepadanya, “Di manakah orang-orang yang menuduh engkau tadi? Apakah tidak ada yang mau menghukummu?” [11] Perempuan itu menjawab, “Tidak ada, Tuan.” Dan Yesus berkata kepadanya, “Aku juga tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang jangan berbuat dosa lagi.” Yohanes 8:10-11 TSI
Disini kita bisa melihat respon yang diberikan Yesus, yang ditunjukkan Yesus kepada perempuan ini dan sebenarnya juga kepada semua orang yang datang. Orang Farisi, ahli Taurat, dan saya percaya di belakangnya banyak juga orang-orang yang sudah berkumpul.
Jadi, apa yang mau Yesus sampaikan adalah, apa respon dia kepada setiap orang yang berdosa. Ada dua respon:
Kasih karunia, aku tidak menghukum engkau.
Kebenaran, mulai sekarang jangan berbuat dosa lagi.
Yesus menunjukkan bahwa ada jalan ketiga, bukan cancel atau permissive, tetapi Grace and Truth.
Supporting Verse – [14] Sang Firman menjadi manusia dan tinggal bersama-sama dengan kita. Sebagian dari kita sudah menyaksikan kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak satu-satunya dari Bapa. Kita mengenal semua kebaikan hati Allah kepada kita melalui Firman itu, dan Dia sangat layak untuk dipercaya. Yohanes 1:14 TSI
Yesus Kristus, Sang Firman yang adalah Allah sendiri, turun ke dalam dunia ini, menjadi manusia. sama seperti kita, untuk bisa melihat, untuk bisa merasa, melihat apa yang kita lihat, merasakan apa yang kita rasakan. Dan, Yesus juga yang menerima kita dengan kasih karunia dan kebenaran.
Supporting Verse – [8] Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, Efesus 2:8 TB
Saudara, kalau ada seseorang yang punya hutang besar banget, yang mungkin karena kesalahan dia dalam mengelola keuangan, akhirnya dia tahu bahwa saking besar hutangnya, hutangnya tidak akan lunas sampai dia dipanggil oleh Tuhan. Apa yang dipikirkan setiap hari? Kepikiran terus ya, gimana caranya? Apalagi debt collector sudah mulai datang, ditelepon, dicari, pasti hidupnya tidak tenang sekali. Pasti hidupnya penuh dengan ketakutan.
Dan pada suatu hari, ada telpon. Dan di dalam telpon itu seseorang bilang, “Hutang kamu semuanya sudah saya lunasi”. Masa? Siapa ini?. Tetapi kenapa kamu ngelunasin hutang saya?
Tidak ada alasan apa-apa, saya hanya mau saja melunasi hutang kamu. Keselamatan adalah pemberian Allah. Alkitab menyebutkan Kasih Karunia itu seperti kita punya hutang yang besar banget dan langsung dilunasi, Itu cuma-cuma dari Tuhan. Dan apa yang perlu kita lakukan adalah menerima dengan iman kita.
Iman adalah tangan kita terbuka menerima kasih karunia Allah, Bukan hanya sekedar percaya di pikiran atau secara teori, tetapi mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Karena apa yang sudah Dia lakukan bagi kita di atas kayu salib. Hidup yang dulunya berdosa, bejat, hancur-hancuran. Tetapi sewaktu Tuhan memanggil kita dan kita merespon, kita menjadi anakNya dan kita diadopsi jadi anakNya. Kita menerima keselamatan, kehidupan yang kekal. Itu suatu mujizat yang luar biasa.
Yang kadang-kadang kita kalau sudah lama menjadi orang kristen, kita bisa lupa akan hal itu. Ini adalah Sesuatu yang begitu besar dan tidak bisa kita dapatkan dari apapun dan siapapun di dunia ini. Itulah Iman, yang perlu kita lakukan adalah mensyukuri dan mengingat itu, serta hidup berdasarkan Kasih Karunia Tuhan.
Tuhan tidak mau hanya mengasihi dan menerima kita saja, tetapi Tuhan mau agar kita hidup di dalam Kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang Tuhan tetapkan, buat menjadi standar kebenaran yang tidak ditentukan oleh budaya, opini dan bahkan perasaan kita. Dan ini dinyatakan melalui Firman Tuhan. Oleh karena itu, kita harus selalu dan tetap mendengar Firman Tuhan karena disitulah kebenaran dinyatakan dan kehidupan kita diselaraskan, karena kita semua masih “Work in Progress”.
Jadi inti pesan hari ini adalah Kasih karunia dan Kebenaran akan membawa kita kepada pemulihan dan pendewasaan. Yuk kita sama-sama katakan, yang online juga sama-sama katakan, 1, 2, 3. “Kasih karunia dan kebenaran akan membawa kita kepada pemulihan dan pendewasaan”.
Jadi, saking sayangnya Tuhan sama kita, Dia tidak membiarkan kita begitu-begini saja. Dia mau kita untuk bisa semakin kenal sama Dia. Karena di dalam Dia, segala sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini ada.
Kurang lebih 20 tahun setelah Yesus naik ke surga, Paulus menulis surat ke jemaat di Galatia. Isinya sebenarnya tujuannya untuk menegur jemaah di Galatia yang sudah terlalu atau banyak banget kehidupannya balik ke hukum taurat. Paulus mau menuliskan atau memberikan pesan untuk mereka kembali mengingat Kasih Karunia Tuhan yang sudah Yesus berikan.
Dan pasal yang kelima membahas tentang hidup yang dipimpin roh. Hidup yang dipimpin roh tentu saja ada buah roh.
Apa itu buah roh? Satu buah bermacam rasa: Ada rasa Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan Diri.
Nah lalu kita masuk di pasal yang ke-6.
Supporting Verse – [1] Saudara-saudari, kalau ada di antara jemaat yang ketahuan jatuh dalam dosa, maka hendaklah anggota lain yang hidupnya dipimpin Roh Kudus membimbing dia kembali ke jalan yang benar. Tetapi lakukanlah itu dengan lemah lembut sambil tetap waspada supaya kamu sendiri tidak ikut tergoda untuk berbuat dosa. Galatia 6:1 TSI
Ada beberapa kata kunci yang kita bisa baca.
Kata kunci yang pertama adalah membimbing dia kembali.
Asal katanya atau bahasa aslinya, “Katartizo”, Artinya apa? Memulihkan, memperbaiki, merestorasi. Sama seperti nelayan yang punya jala untuk mencari ikan. Saudara bisa bayangkan jala itu besar, terjalin beberapa ikatan-ikatan tali dan sebagainya. Dan waktu ditarik, banyak ikan dikeluarkan.
Nah, setelah dipakai biasanya apa? Kusut. Dan, kadang-kadang mungkin saking berontaknya ikan yang ada, putus beberapa jalanya. Dan ini yang dimaksud adalah nelayan ini harus sabar, butuh waktu, butuh ketelitian, sehingga jala ini bisa diperbaiki dan digunakan lagi.
Demikian juga fungsi kita sebagai orang-orang yang penuh dengan roh adalah kita harus bantu untuk teman-teman kita yang memang dalam kondisi tidak baik-baik saja untuk bisa diperbaiki. Dan memang butuh waktu, kesabaran, serta butuh yang namanya ketelitian.
Kadang-kadang boleh tidak sih “member” ini, saya “taichi” ke DATE atau gereja yang lain. Tetapi kadang-kadang begitu ya, tetap aja dia ada di situ, dia setia, menguji hati kita sebagai teman dan pemimpin.
Kata kunci yang kedua adalah “Lemah lembut”.
Apa artinya lemah lembut? Artinya ada kekuatan yang dikendalikan. Bukan kelemahan yang artinya kita cuek aja, tetapi ada kekuatan yang dikendalikan. Kalau ini ilustrasinya sama seperti dokter yang sedang membersihkan luka. Luka itu kalau tidak dibersihkan, maka akan menjalar ke seluruh tubuh.
Luka apapun, bahkan sakit, saat jari kita kejepit dengan pintu, apakah yang sakit cuma jari aja? Tidak dong, semua badan kita bereaksi. Jadi, luka apapun perlu proses untuk menyembuhkan, untuk memulihkan. Sehingga saat luka itu sembuh, semua seluruh anggota tubuh bisa kembali berjalan dengan baik.
Supporting Verse – [2] Hendaklah kita semua saling menolong untuk meringankan beban saudara-saudari seiman yang mengalami kelemahan atau kesusahan. Dengan begitu kita menaati Hukum Kasih yang Kristus berikan. Galatia 6:2 TSI
Apa itu beban? Beban adalah sesuatu yang berat, menekan dan sulit untuk dipikul sendiri. Dalam musim-musim kehidupan kita, pasti akan ada beban yang rasanya gede atau besar sekali. Beban yang rasanya kita bertanya-tanya, kenapa ini terjadi dalam kehidupan saya?
Beban secara finansial, beban secara keluarga, beban banyak sekali di dalam pekerjaan serta pelayanan kita. Beban yang bukan cuma, aduh, tapi aduh berat sekali, “Boleh tidak beban tidak di saya dan di-“taichi” dari saya? Tapi beban itu akan tetap bersama dengan kita.
Nah, yang perlu kita lakukan sebagai sesama orang percaya, satu tubuh Kristus adalah “Yuk sama-sama ditanggung, Yuk sama-sama dibawa”. Saya tidak bisa kasih apa-apa, Saya cuma bisa kasih waktu saya, Saya tidak bisa tarik semuanya karena memang bukan itu tujuan Tuhan. Bukan tujuan Tuhan untuk menarik semua beban dari orang lain, ditanggungkan ke kita. Tetapi ditanggung bersama-sama.
Jadi, kesimpulannya apa dari Yohanes 1:14 dan Galatia 6:1-2? kita belajar bahwa Yesus datang dengan Kasih Karunia, dan Kebenaran. Dia menerima kita apa adanya tetapi Dia tidak membiarkan kita terus seperti itu. Makanya Dia menyatakan kebenaran. Dia menuntun kita untuk mengalami kehidupan yang lebih baik dan lebih baik.
Bukan karena kekuatan kita, tetapi karena Tuhan. Lalu, kita sebagai murid Kristus jangan berhenti menerima itu semua. Kita harus menolong orang-orang yang Lemah dan sedang berbeban berat. Kasih Karunia dan Kebenaran akan membawa kita kepada pemulihan dan pendewasaan.
Oke, Aplikasi. Apa yang bisa kita lakukan sebagai orang percaya, sebagai bagian dari tubuh Kristus, sebagai orang yang penuh roh?
Pertama adalah jadikan komunitas kita sebagai tempat yang aman.
Circles kita itu tidak pernah ada yang kebetulan. Walaupun saudara ini mungkin sedang mencari gereja atau mencari DATE, komsel, itu kayaknya sedang mencari sesuatu di sebuah aplikasi. Mencari yang dekat atau cari yang sesuai dengan preferensi. Dan sewaktu saudara menemukan itu, di dalam proses itu, saya percaya Tuhan sudah merencanakan sesuatu.
Melalui orang-orang yang bertemu dengan saudara. Yang saya tahu semuanya baik-baik, tahu Firman Tuhan, pelaku firman, Atau malah ada yang berlawanan? Semuanya unik-unik, semuanya punya karakter yang berbeda-beda dan punya latar belakang yang macam-macam. Dan kadang-kadang terjadi tension, confusion, dan terjadi keributan.
Kita belajar bahwa DATE itu, “A”-nya, artinya selain “Anointed” adalah “Accepted”. Menerima apa adanya bukan ada apanya. Dan bukan hanya DL-nya, Member dan semua komunitas yang ada belajar untuk menerima, Belajar untuk terbuka. Karena disitulah Tuhan berproses sehingga terjadi perubahan hidup semakin serupa dengan Kristus.
DATE, Ministry, pertemanan bahkan keluarga kita adalah di lingkaran-lingkaran yang memang Tuhan sudah siapkan, Tuhan sudah rencanakan untuk kita semua bisa belajar. Untuk kita semua bisa saling menguatkan, saling menolong satu dengan yang lain.
Sharing Ps. Remi – Ada masa di mana saya dan istri saya, Dina menghadapi banyak tantangan dalam hidup. Sampai akhirnya muncul kata “Aduh”, baik dalam Baik tubuh, jiwa, rohani, semuanya berat.
Bukan badannya berat, tetapi sesuatu yang kita rasakan yang berat sekali. Dan di masa-masa tersebut, saya bersyukur sekali ada DATE saya dengan para pastors, dengan para DATE facilitators yang mau mendengarkan keluh kesah kita dan mau menerima kita apa adanya.
Walaupun saya tahu, atau kami tahu, bahwa tidak ada solusi yang instan. Dalam proses tersebut, mereka menolong kita untuk tidak berhenti atau bahkan mundur. Tetapi mereka menolong kita untuk jalan pelan-pelan. Kita bisa menerima orang lain apa adanya karena Tuhan sudah menerima kita terlebih dahulu tanpa syarat.
Kasih karunia Tuhan sudah cukup bagi kita untuk kita bisa memberikan kasih kita kepada orang lain. Karena kasih KaruniaNya memulihkan.
Kedua, Berani Menyatakan Kebenaran
Diterima apa adanya tidak cukup, Kita bisa membiarkan, kita perlu terus memproses dan membantu mereka.
Supporting Verse – [15] ”Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Matius 18:15 TB
Ada beberapa orang yang mungkin berencana untuk mundur saja, tetapi sewaktu kita menyatakan kebenaran ini, bisa jadi itulah sesuatu yang perlu mereka didengar, untuk dia bisa kita dapatkan kembali.
Ada masa-masa dimana ada banyak teguran yang saya terima dari pemimpin-pemimpin saya. Dan kalau ditegur itu tentu tidak nyaman untuk diterima, walaupun saya tahu saya salah, dan sewaktu sudah dikasih tahu, kuping dan hati saya merasa panas. Tapi respon kita menentukan, Karena proses itu sama seperti luka yang sedang dipulihkan, dan memang harus dilewati.
Kita perlu mengucapkan terima kasih karena sudah diberitahukan sesuatu, dan mencoba lebih baik lagi. Tetapi disaat bersamaan, saya juga berkali-kali harus ngomong kebenaran kepada orang-orang yang saya tahu itu bukan naturalnya saya.
Karena saya orangnya itu tidak suka dengan konflik. Kalau bisa, tidak konflik, itu lebih baik. Tetapi beberapa kali, seringkali Tuhan bilang sesuatu, ngomong soal itu atau ini, sampaikan saja.
Dan ternyata benar, beberapa orang ini memang perlu mendengarkan hal tersebut, tetapi kita perlu menyampaikan dengan kasih.
Yang Terakhir, Menanggung Beban Bersama.
Apa yang kita rasakan di dunia ini tidak akan lebih mudah, akan ada banyak hal yang memang tidak bisa ditanggung sendirian, perlu bersama-sama.
Sharing Ps. Remi – Beberapa waktu lalu, sewaktu kami ada family trip ke Sumatera, di daerah Berastagi, kami sempat tracking. Sungguh enak sekali, sejuk, banyak pepohonan dan sebagainya. Lalu ada di satu jalur yang kita lihat, ada sebuah pohon yang unik.
Pohon ini, ada satu yang berdiri tegak, dan ada satu yang sebenarnya pohon itu seudah mau tumbang. Pohon itu mungkin sudah lelah. Dan Puji TuhanNya, ada pohon tegak itu yang menyangga dia, yang tadinya dua pohon yang berbeda, dan akhirnya mereka menyatu. Dan pohon yang tumbang itu, itu sampai sekarang hidup dan sudah bertahun-tahun seperti itu dan tidak mau dipisahkan.
Nah bagi kita, mungkin kita ada yang di posisi seperti pohon yang tumbang. Kita sudah merasa lelah, dan gagal lagi terus. Kita merasa banyak banget kelemahan, merasa banyak banget tidak layak, tidak mampu, tidak bisa, kita ingin tumbang.
Tetapi percayalah, dalam circle-circle yang Tuhan sudah tempatkan dalam hidup kita, ada banyak pohon-pohon yang berdiri Teguh dan tegak. Pohon-pohon itu akan mampu membantu menopang saudara, bukan karena mereka mampu dan kuat, tetapi karena ada Kasih Karunia Tuhan di dalam hidup mereka yang menolong saudara agar tidak tumbang.
Bagi saudara yang berdiri kokoh dan teguh dalam hidup ini, punya iman yang kuat, bersyukurlah. Dan bila ada pohon-pohon yang tumbang di sekitar saudara, dekati mereka, ngobrol sama mereka, dan ambil waktu sama mereka. Sehingga mereka juga bisa mengerti, mereka tahu bahwa Kasih Karunia Tuhan itu cukup bagi mereka.
So, tahun ini adalah tahun ke-19 saya di JPCC. Sampai hari ini saya sangat bersyukur, karena gereja ini bukan cuman sekedar gereja yang hidupnya di hari Minggu. Tetapi di hari-hari yang lain juga hidup. Melalui pelayanan, melalui komunitas, dan melalui DATE.
19 tahun berjalan, saya berjalan dan dekat dengan orang yang berbeda-beda. Saya punya member dan pemimpin yang berbeda-beda. Dan saya bersyukur sekali, kenapa?
Karena saya tidak hanya diterima apa adanya. Tetapi saya juga ditegur, saya juga dikasih tahu. Dan saya merasa mereka, gereja ini, adalah bentuk nyata Kasih Karunia dan Kebenaran yang Tuhan mau nyatakan di dalam Dan melalui kehidupan saya.
Apa yang ingin saya agar saudara-saudara lakukan adalah, boleh dong sekali-sekali, bilang terima kasih kepada pemimpin saudara, baik itu dalam Pelayanan, DATE, dengan para Pastors dan siapapun yang menurut saudara sudah menjadi pohon tegak yang menolong saudara untuk tidak tumbang. Say “Thank you” sama mereka, karena sekali lagi, mereka ada buat saudara, karena mereka sudah tahu, mereka sudah punya kasih karunia, dan mereka sudah punya kebenaran.