JPCC Online Service (18 June 2023)
Selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan selamat malam buat Bapak dan Ibu yang bergabung juga secara live streaming dan online, Welcome to church! Apa kabar semuanya? Kita masih dalam tema bulanan “I love my Church“, bahwa ini adalah gerejaNya Tuhan, Berapa banyak saudara yang merasa sangat diberkati bahwa saudara menjadi bagian dari sebuah komunitas yang bernama JPCC ini?
Kalau saudara merasa diberkati, Can you believe it, bahwa sebentar lagi di bulan depan, July 2023, gereja kita akan berulang-tahun yang ke-24! Waktu berjalan begitu ceptnya dan itu sebabnya Tema kita bulan ini masih “I love my Church”, dan kita sudah belajar sebelumnya bahwa gereja itu bukanlah sebuah gedung, bahwa gereja bukanlah sebuah institusi atau organisasi tetapi gereja adalah perkumpulan orang-orang, saudara dan saya, sebuah komunitas yang dipanggil keluar dari yang gelap untuk masuk ke dalam yang terang.
Artinya, kita, saudara-saudara dan saya adalah orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan keluar dari kehidupan kita yang penuh dengan dosa dan kegelapan, dan kita bisa masuk ke dalam terangNya kebenaran Tuhan.
Opening Verse – Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu. Efesus 1:22-23 TB
Artinya, kita sebagai gereja, tuhan mau agar kita mengalami kepenuhan di dalam Dia, Artinya kita penuh, kita whole, dan kita diisi dengan karakter daripada Kristus, dengan kasihNya Kristus dengan iman yang berasal dari pada Kristus.
Gereja adalah sebuah komunitas yang mewakili Kerajaan Allah di dunia.
Kita dipanggil untuk merepresentasikan Yesus Kristus di dunia, Saudara datang ke gereja bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban setiap hari minggu tetapi agar kita sebagai gereja dan komunitas, saudara dan saya menjadi perwakilan kerajaan Tuhan di dunia.
Artinya, kemanapun kita pergi, jika ada orang-orang yang belum mengenal siapa Yesus Kristus, atau yang belum mengenal seperti apa sih itu kerajaan Tuhan? They simply have to look at you, melihat kehidupan saudara dan saya dan mereka bisa berkata begini “Oh, ternyata karakter Kristus itu seperti kamu”, atau “Oh, ternyata kerajaan Tuhan itu saya bisa dapatkan dari melihat cara kamu hidup”.
Karena sejujurnya di zaman sekarang ini, kebanyakan orang akan berkata “Oh, jangan lihat saya kalau mau melihat kebenaran Firman Tuhan”, atau “Wah, jangan lihat saya, lihat-lihat pendeta saya saja, lihat Pastor Jeffrey dan keluarganya”, “Lihatlah pernikahan dari kehidupan Pastor Jose saja”, jangan saya, biarkan saya bersembunyi di balik salib Kristus saja.
No, no, no! Saudara dan saya sebagai gereja, kita dipanggil untuk menjadi perwakilan kerajaan Tuhan di bumi. Artinya, semua orang bisa melihat Yesus melalui kehidupan saudara dan saya.
Sejak Minggu lalu kita membahas salah satu dari lima nilai di gereja kita JPCC. 5 nilai kita adalah :
- Spirit-led, kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus.
- Maturity, kehidupan yang dewasa.
- Excellent
- Honoring
- Relevant
Supporting Verse – Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Roma 8:14 TB
This is the Truth! Kita tidak bisa berkata bahwa kita adalah anak Allah tetapi kita hidup dengan kemauan kita sendiri. Kita belajar minggu lalu bahwa Tuhan mau agar hidup kita dipimpin, dituntun oleh Roh Kudus yang ada dalam kita.
Itu sebabnya untuk kita itu penting untuk kita mengenal pribadi Yesus, kita mengenal pribadi Roh Kudus yang memimpin kita sehingga saudara dan saya bukan sekedar mendengar firman Tuhan di hari minggu saja tetapi yang paling penting adalah saudara dan saya taat kepada tuntunan dan pimpinan daripada Roh Kudus. We obey and trust in His leading in our life.
Supporting Verse – Percayalah kepada TUHAN dengan sepenuh hatimu dan jangan mengandalkan pemikiranmu sendiri. Mintalah kehendak-Nya dalam setiap langkah hidupmu, maka Dia akan menuntunmu ke jalan yang benar. Amsal 3:5-6 TSI
Itu kuncinya! KehendakNya Tuhan yang kita minta dan bukan kehendak kita maka sesudah kita minta kehendakNya Tuhan, maka Dia akan menuntun saudara dan saya ke jalan yang benar. Doa saya adalah yang kita minta adalah kehendak Tuhan.
Berapa banyak dari kita yang frustrasi, marah dan kecewa sama Tuhan serta berkata “Pastor, Kenapa Tuhan enggak menjawab doa saya?” dan saya selalu menjawabnya “Mungkin, mungkin yang kamu doakan dan minta adalah kehendakMu dan bukan kehendakNya Tuhan”.
Minggu ini kita akan belajar tentang nilai JPCC yang kedua yaitu tentang Maturity atau Kedewasaan. Kedewasaan secara rohani, masih ada 3 values lagi akan kita ajarkan sampai nanti kita akan merayakan ulang tahun JPCC yang ke-24.
Nah, kita sudah belajar di gereja kita bahwa tujuan dari setiap makhluk hidup adalah kedewasaan, bukan untuk sekedar kita bertambah umur. Itu bukan tujuan kita hidup, atau bukan juga sekedar menjadi besar secara jasmani. Tetapi yang menjadi dewasa itu adalah tujuan kita karena hanya kedewasaan dan kematanganlah yang akan menentukan apakah kita bisa berbuah atau tidak.
Pohon yang dewasa, pohon yang matang itu yang akan berbuah, bukan sekedar bertumbuh. Kita juga belajar bahwa kedewasaan itu tidak bisa dilihat dari sekedar usia biologis seseorang. Di Indonesia, kita ada pepatah bahwa “Menjadi tua itu pasti. menjadi dewasa itu pilihan, menjadi dewasa itu keputusan”.
It’s steps and decisions after decisons, bukan sekedar kita tua, karena banyak orang yang “tua” belum tentu dewasa dan bahkan saya menemukan banyak yang masih muda usianya tetapi sudah dewasa.
Dan ini juga berlaku dalam usia pernikahan kita atau relationship kita, orang yang menikahnya sudah lama belum tentu pernikahannya dewasa. Maturity is a choice, kedewasaan seseorang juga tidak bisa dilihat dari seberapa besar dia bisa mencapai sesuatu tanpa bantuan orang atau independent, bahwa dia mandiri.
Orang yang mandiri belum tentu dia orang yang dewasa. Orang yang berkata “I’m a self-made man or woman”, kedewasaan seseorang tidak bisa dilihat dari seberapa ia dianggap berpengaruh oleh masyarakat. Karena jujur, banyak influencer di dunia maya, di internet belum tentu mereka berdampak di dunia nyata.
Nah, kalau dalam konteks rohani kedewasaan seseorang itu tidak bisa dilihat dari berapa besar pengetahuan alkitabnya. Banyak tahu ayat firman Tuhan itu tidak sama dengan menuruti, melakukan dan mentaati firman Tuhan.
It’s not about Knowledge. Kedewasaan seseorang juga tidak bisa dilihat dari sekedar perilaku agamawinya. “Oh, karena dia ngomongnya bentar-bentar haleluya atau shalom, belum tentu dia dewasa”, atau seberapa rajinnya beribadah atau hadir di acara-acara rohani, KKR dan lain sebagainya.
Seseorang juga tidak bisa dilihat dewasa dari sekedar seberapa sering ia mengalami manifestasi kehadiran Roh Kudus karena dipimpin oleh Roh Kudus adalah sebuah pilihan yang kelihatan dalam kehidupan seseorang, bukan cuman sekedar dia berbahasa roh dan lain sebagainya.
Kedewasaan rohani seseorang juga tidak bisa dilihat dari banyaknya berapa banyaknya dia pelayanan atau karunia rohani daripada seseorang. But the goal of following Jesus, tujuan kita mengikuti Tuhan.
Kalau kita bisa dibilang dewasa, tujuannya apa? Karena pada saat kita bisa dilihat bahwa kita semakin serupa dengan Kristus Yesus. Bukankah itu tujuan daripada kita semua orang percaya? Tujuan kita kan bukan untuk datang ke gereja setiap hari Minggu, tetapi tujuan kita adalah supaya kita menjadi serupa dan segambar dengan Yesus Kristus.
Jadi pertanyaan yang harus selalu kita tanyakan, introspeksi diri kita adalah : Apakah saya sudah bertumbuh menjadi lebih dewasa dalam Kristus? Apakah kedewasaan rohani saya terbukti dan yang ini penting, dapat terlihat dalam kehidupan saya? Apakah saya secara konsisten meskipun lamban menjadi lebih seperti Kristus dalam keseharian saya? That’s the question!
Ps. Jeffrey mengajarkan beberapa minggu yang lalu, kalau saudara masuk ke gereja, masuk dalam sebuah komunitas yang disebut Eklesia, atau gereja ini, you can come as you are, saudara boleh masuk dengan apa adanya, dengan semua kelemahan saudara, dengan semua dosa saudara, dengan semua keberadaan saudara, Tuhan Yesus akan mencintai saudara tetapi here’s the thing : “We can come as we are but we cannot stay as we are”.
Kalau kita mau masuk ke dalam hadirat Tuhan, saudara mau bertumbuh berjemaat, Kalau saudara mau masuk dalam komunitas yang dibawa dari gelap kepada yang terang dan saudara berkata “Oh, tetapi aku mau hidup saya tetap begini-gini aja”. There’s something wrong about your walk with God.
Sidney yang umur 17 tahun sewaktu pertama kali berjumpa dengan Tuhan Yesus seharusnya sekarang di umur yang 50 menjadi Sidney yang sudah berubah, tidak bisa dikenali lagi oleh orang-orang yang mengenal saya di pada zaman dulu. Karena apa? Karena saya mau kehidupan saya diubahkan untuk menjadi lebih serupa dengan gambar Tuhan.
Jadi apa sebenarnya menjadi dewasa secara rohani itu? what is this spiritual maturity? Sangat interesting bahwa kata “dewasa”, kata “mature” di dalam Alkitab adalah kata yang sama dengan kata “sempurna” atau “perfect”.
Supporting Verse – Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Matius 5:48 TB
May you be perfect as God, the Father is perfect! Namun kita mempunyai cara pemikiran tentang sempurna yang salah. Karena di dalam Alkitab, kata sempurna dalam bahasa aslinya adalah “teleios” yang artinya adalah mature, sempurna.
“Jadilah engkau sempurna” di dalam Alkitab itu artinya engkau complete, whole, complete di dalam Kristus Yesus, complete di dalam karakterNya Tuhan Yesus. Engkau menjadi penuh di dalam Dia.
Kalau saya boleh parafrase, “Karena itu haruslah kamu semakin dewasa, semakin dipenuhi oleh karakter Kristus Yesus sama seperti BapaMu itu sempurna.”That’s the Goal!
Supporting Verse – You, therefore, will be perfect [growing into spiritual maturity both in mind and character, actively integrating godly values into your daily life], as your heavenly Father is perfect. Matthew 5:48 AMP
Karena ketika kita bertumbuh, kalau kita bertumbuh menjadi dewasa di dalam Kristus, orang-orang di sekeliling kita, keluarga kita, teman-teman di sekolah, di kampus dan lain sebagainya, orang-orang di sekeliling kita akan semakin mudah melihat pribadi Kristus dalam kehidupan saudara.
Ini bukan hanya tugas daripada para Hamba Tuhan atau para pemimpin gereja tetapi ini adalah tugas semua kita sebagai gereja dan jemaat yang mature. Apakah parameter kedewasaan seseorang, Bagaimana kita bisa menilai atau mengukur kedewasaan seseorang?
Saya belajar bahwa orang yang sudah lahir baru, orang-orang yang sudah memiliki pengalaman bersama dengan Tuhan Yesus, kehidupannya akan terlihat kedewasaannya akan terlihat dari perilaku mereka terhadap orang lain. Kedewasaan bisa diukur dari cara kita melayani, berhubungan dengan satu dengan yang lainnya.
Supporting Verse – Oleh karena semuanya itu, Saudara-saudariku, pikirkanlah hal-hal yang kita alami bersama karena kita bersatu dengan Kristus! Dia selalu menguatkan dan menghibur kita, karena Dia mengasihi kita. Dan kita menikmati persaudaraan karena Roh Kudus tinggal dalam diri kita masing-masing. Itulah sebabnya kita saling memperhatikan dan saling mengasihi. Berdasarkan semua hal itu, saya mendorong kalian untuk selalu hidup rukun dan sehati, saling mengasihi, serta bekerja sama dengan kompak. Dengan begitu kamu semua akan membuat saya semakin bersukacita. Apa pun yang kamu lakukan, janganlah mementingkan kepentinganmu sendiri atau menonjolkan diri. Utamakanlah kepentingan setiap saudara seiman lebih daripada kepentinganmu sendiri, dan tetaplah rendah hati. Janganlah kamu hanya sibuk memikirkan keperluanmu sendiri, tetapi pikirkanlah juga keperluan orang lain. Jadi hendaklah kamu mengikuti sikap Kristus Yesus! Filipi 2:1-5 TSI
Tujuan kita adalah hidup kita diubahkan menjadi serupa dan segambar dengan Dia. Bukan sekedar datang ke gereja di hari Minggu saja, dan kita kelihatan bisa terukur kedalaman serta kedewasaan kita dari cara kita berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Orang yang sudah mengalami kekuatan, penghiburan dan persatuan dengan Kasih Kristus Yesus akan sangat terlihat dari perilakunya secara relasional, secara hubungan mereka dengan orang lain. Mereka akan saling memperhatikan, saling mengasihi, mereka akan hidup rukun, sehati dan bekerja sama.
Orang-orang yang dewasa tidak mementingkan kepentingan sendiri dan menonjolkan diri, dan ini susah di zaman sekarang ini. Orang-orang yang dewasa mengutamakan kepentingan orang lain lebih daripada kepentingan diri sendiri dan tetap menjadi rendah hati. Orang-orang yang dewasa tidak sibuk memikirkan keperluannya sendiri tetapi juga keperluan orang lain.
Spiritual Maturity involve a shift, ada suatu perubahan from “self centerness menjadi selflessness” ada sebuah shift yang mengubah kita yang tadinya kayak anak kecil yang hidupnya selalu “me, me, me” dan pada saat kita dewasa, kita menjadi lebih selfless, melihat kebutuhan orang lain di sekeliling kita. That’s what church is all about.
Itu adalah kerinduan kami di JPCC, agar kita mempunyai jemaat yang demikian, mempunyai jemaat yang dewasa, yang lebih mementingkan orang lain dibandingkan diri sendiri. Pertumbuhan manusia dari bayi sampai dia dewasa itu ada grafisnya. Sewaktu bayi kita dependence, kita bergantung kepada orang lain, kita bergantung kepada Ayah atau Ibu kita, kita bergantung kepada orang lain untuk memberikan kita makan.
Dependence – Independence – Interdependence.
Ketergantungan – Kemandirian – Saling Bergantung
Dari dependence, kita berubah menjadi independence. Dulu waktu saya remaja saya berpikir bahwa tujuan saya besar adalah agar saya mau mandiri, saya mau independence, bahwa saya bisa melakukan segala sesuatu sendiri tetapi setelah saya menjadi lebih dewasa, Saya belajar bahwa Tuhan menginginkan kita menjadi orang-orang yang interdependence, yang artinya bahwa saya tidak bisa hidup tanpa orang lain dalam hidup saya.
Untuk saya bisa maju, untuk saya bisa bertumbuh, untuk saya bisa menjadi orang yang lebih baik lagi, menjadi seperti Kristus, Saya butuh orang-orang lain dalam kehidupan saya.
Pertanyaan saya, kita ada di fase yang mana saat ini?
Karena gereja yang dewasa adalah gereja yang saling saling mengasihi satu dengan yang lain, saling mengutamakan satu dengan yang lain. Artinya orang yang dewasa mengutamakan orang lain.
Kedewasaan hanya bisa terlihat dalam konteks hubungan. Itu sebabnya, ini doa saya. This is our call to action, Kalau saudara belum bergabung dalam sebuah komunitas kecil di gereja kami yang kita sebut sebagai DATE. Kalau saudara mau bertumbuh dewasa, Mari bergabunglah dalam DATE, masukkan diri saudara ke dalam sebuah komunitas kecil.
Jangan lari, Jangan lari dari ketidaknyamanan dan semua gesekan yang ada. We cannot survive by ourselves, kita harus selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mendewasakan kita. Di DATE, Kita bisa belajar untuk mementingkan kebutuhan orang lain, untuk bisa melihat apa yang bisa kita kerjakan demi kebaikan orang lain.
Kedewasaan juga bisa dilihat dari keluhan saudara dan saya, artinya begini, Mari kita berhenti komplain tentang betapa tidak sempurnanya gereja kita, tidak ada gereja yang sempurna di dunia ini. Daripada kita ngedumel, when you see you problem. Can we just be a part of the solution? Bukankah itu tingkah laku daripada orang yang dewasa? mulailah melayani, mulailah berkontribusi, If you see a problem, be part of the solution.
Supporting Verse – Ibaratnya, waktu kita masih kecil, kita berbicara, berpikir, dan membuat keputusan seperti anak kecil, tetapi waktu kita sudah dewasa, kita berhenti melakukan hal yang kekanak-kanakan. 1 Korintus 13:11 TSI
Anak kecil tuh biasanya berbicara dulu baru berpikir. Orang yang masih belum dewasa atau kekanak-kanakan itu selalu lebih gampang ngomong daripada mikir. Beberapa waktu yang lalu ada kasus, ada seorang ibu-ibu yang ternyata dia guru, yang dengan cepatnya dia mengetik dan mengucapkan kata-kata yang menghina anak seseorang dan waktu ditangkap, dia cuma bilang, “Aduh, saya nggak nyangka, Saya cuman iseng”.
Isengnya membuat dia masuk ke dalam masalah. Orang dewasa mengerti bahwa setiap perkataan itu punya kuasa. Orang dewasa itu mikir dulu, baru komen, dan ini termasuk ke dalam sosial media kita.
Supporting Verse – Ibaratnya, waktu kita masih kecil, kita berbicara, berpikir, dan membuat keputusan seperti anak kecil, tetapi waktu kita sudah dewasa, kita berhenti melakukan hal yang kekanak-kanakan. Amsal 18:20-21 BIMK
Yang Kedua, kita baca juga bahwa anak kecil selalu berpikir seperti anak kecil. Anak kecil itu selalu berpikir tentang dirinya sendiri dan anak kecil jika kemauannya tidak dituruti oleh orang tuanya, apa yang terjadi?
Mereka marah-marah, saya bisa melihat kedewasaan seseorang dari cara mereka mengendalikan amarah mereka. Bukan berarti kita tidak boleh marah. Firman Tuhan bilang “Tetapi dalam kemarahanmu, janganlah engkau berdosa” Kita harus menjadi dewasa.
Yang Ketiga, tadi ditulis bahwa anak kecil membuat keputusan seperti anak kecil. Anak kecil itu kalau buat keputusan selalu impulsif, tidak mikir panjang. Orang dewasa yang selalu berpikir panjang.
Kemarin saya bahas dengan teman saya bahwa di zaman sekarang banyak orang-orang muda selalu ngomongnya “Tapi kan YOLO, Pastor! You only live once! Kita kan cuman muda sekali, bolehlah saya mabok-mabukan, bolehlah saya begini. bolehlah saya party sampai subuh, FOMO (Fear of Missing Out). “Waduh, semua orang udah ngerjain dan semua orang kayak gitu juga sih”.
Anak-anak kecil tidak berpikir panjang dan tidak berpikir bahwa apa yang mereka kerjakan bisa membawa dampak bagi orang lain. Hanya orang dewasa yang berpikir demikian. Artinya, orang yang dewasa berhenti mengikuti sifat kekanak-kanakannya, kedewasaan rohani artinya kita berhenti, meninggalkan sifat kekanak-kanakan kita.
Supporting Verse – Saudara-saudari, dulu saya tidak bisa berbicara kepada kalian seperti kepada orang yang sudah dewasa rohani. Saya terpaksa berbicara seperti kepada orang duniawi yang dikuasai naluri yang berdosa, karena saat itu kalian masih seperti bayi rohani dalam hal mengikut Kristus. Ajaran yang saya sampaikan ibarat susu, bukan makanan keras, karena dulu kalian belum bisa menerima makanan orang dewasa. Bahkan sekarang pun kalian belum siap untuk makanan rohani yang dewasa sebab kalian masih dikuasai oleh naluri yang berdosa. Dengan keadaan kalian yang saling iri hati, bertengkar, dan terpecah belah, itu bukti bahwa kalian belum lepas dari naluri berdosa. Kalian masih hidup seperti orang duniawi. Nyatanya, di antara kalian ada yang berkata, “Saya pengikut Paulus,” dan yang lain berkata, “Saya pengikut Apolos.” Ketika kalian berkata seperti itu, terbukti bahwa kalian masih dikuasai oleh naluri yang berdosa! 1 Korintus 3:1-4 TSI
3 kali Rasul Paulus katakan “naluri yang berdosa” yang selalu membuat kita terjatuh dalam dosa, Naluri berdosa itu mempunyai kaitan dengan apa yang kita konsumsi, apa yang kita masukkan, apa yang kita makan dalam sehari-harian kita. Jika kita masih makannya itu makanan yang lunak, masih mudah untuk kita jatuh dalam naluri kita yang berdosa, tetapi jika kita sudah bisa memakan makanan yang keras, kehidupan kita akan menjadi lebih dewasa untuk bisa mengikuti apa yang Tuhan minta.
Contohnya, zaman sekarang ini berapa banyak dari kita jemaat yang datang ke gereja lebih senang mendapatkan suapan firman Tuhan yang kita dapatkan dari
pendeta-pendeta yang ada di atas mimbar dibandingkan saudara mau membuka firman Tuhan, Alkitab saudara setiap hari dan mempelajari Firman Tuhan, serta mengalami kebaikan Tuhan dalam kehidupan saudara.
Berapa banyak dari kita yang masih memilih-milih, “Oh kalau untuk saya, jika pendeta ini yang khotbah maka saya senang”, seakan-akan ini semua hanya untuk kesenangan kita dan bukan untuk memuliakan Tuhan, Naluri dosa ada kaitannya dengan apa yang kita makan sehari-hari.
Pertanyaan saya, Apakah makanan saudara masih hal-hal yang gampang dikunyah yang soft seperti susu? atau saudara bisa berkata “Aku sudah dewasa karena aku sudah bisa makan makanan yang lebih keras”.
Supporting Verse – Masih banyak yang ingin saya kemukakan mengenai hal ini, tetapi bagaimana Saudara dapat memahaminya kalau Saudara bersikap masa bodoh? Sudah lama Saudara menjadi orang Kristen, dan seharusnya Saudara sekarang mengajar orang lain. Namun Saudara masih tetap membutuhkan seorang pengajar untuk mengulang asas-asas pokok dalam firman Allah. Saudara seperti bayi yang hanya minum susu, dan belum dapat mengunyah makanan. Orang yang masih hidup dari susu, belum maju dalam hidup kekristenannya dan tidak tahu banyak tentang perbedaan antara yang benar dan yang salah. Ia orang Kristen yang masih bayi! Saudara tidak akan dapat mengunyah makanan rohani dan memahami hal-hal yang lebih dalam mengenai firman Allah, kalau Saudara belum menjadi orang Kristen yang lebih baik dan belajar membedakan yang benar dari yang salah dengan melakukan hal-hal yang benar. Ibrani 5:11-14 FAYH
Bagaimana kita bisa melatih diri kita membedakan yang mana yang benar dengan yang salah?
Gampang kok, belajar untuk taat melakukan hal-hal yang benar.
Supporting Verse – Dilihat dari waktu, semestinya kalian sudah bisa menjadi guru, tetapi sampai sekarang kalian masih perlu diajar tentang dasar-dasar Firman Allah. Kalian masih seperti bayi yang hanya bisa minum susu dan belum bisa makan makanan keras. Ibrani 5:12 TSI
Minggu lalu saya membawakan analogi tentang navigasi Ilahi atau the divine navigation, di mana Roh Kudus yang memimpin kehidupan kita itu bagaikan GPS yang membawa kita untuk sampai ke tujuan kita.
Sewaktu saya membaca ini, Berapa banyak dari kita yang memang sampai tujuan tetapi sampai tujuannya terlambat bertahun-tahun dan hidupnya sudah babak belur karena mereka tidak mau taat dengan apa yang Tuhan katakan dalam kehidupan mereka.
Berapa banyak dari kita yang sudah bergereja yang sudah datang ke kebaktian demi kebaktian kita sudah hafal semua lagu-lagu JPCC worship dan lain sebagainya tetapi kehidupannya masih muter-muter di situ-situ aja, hidupnya masih aja jatuh ke dalam dosa yang sama.
Karena apa? Karena kita mengambil rute yang tidak seharusnya kita ambil. Roh Kudus sudah katakan belok kiri dan kita masih mau bandel untuk lurus, dan kita marah sama Tuhan karena kita tidak sampai-sampai ke tujuan,
Kata kuncinya adalah “Mintalah KehendakNya”, maka Dia akan menuntun jalan ke tempat yang benar. Orang yang dewasa terlatih untuk membedakan dan melakukan yang benar dari yang salah, maybe it’s not popular, mungkin yang harus kita lakukan itu tidak sama dengan apa yang teman-teman kita lakukan but it’s okay! Karena itu yang Tuhan mau kita kerjakan.
Mungkin tidak sekeren apa yang teman-teman kita lakukan, mungkin saudara jadi FOMO, tetapi dalam hidup saya ini yang saya temukan, kalau saya ngikut aja apa katanya Tuhan, “Everything’s Gonna be okay, Everything is gonna be okay”.
Bukan berarti hidup kita mulus, tidak sama sekali tetapi Tuhan selalu memegang kendali dalam kehidupan kita, membuat keputusan yang mencerminkan Kristus dan ini yang kita sebut kebijaksanaan. Kedewasaan dan kebijaksanaan itu tidak bisa dipisahkan, orang yang bijaksana adalah orang yang dewasa, orang yang dewasa adalah orang yang bijaksana.
Kita harus melatih diri kita untuk membuat keputusan demi keputusan berdasarkan kehendak Tuhan dan bukan berdasarkan kemauan kita dan yang saya temukan juga dalam dalam keputusan kita, dalam kita mengikuti Tuhan, saya memperhatikan orang-orang yang dewasa adalah orang-orang yang bisa merespon dengan benar pada saat mereka mengalami pergumulan.
Beberapa kali saya bertemu dengan orang-orang yang saya tahu hidup mereka tidak susah, ada yang istrinya sedang kanker stadium 4 dan mereka berkata “Tuhan tetap baik”.
Orang yang dewasa mempunyai Respon yang berbeda dalam pergumulan kehidupan mereka, orang dewasa itu nggak marah-marah kepada Tuhan saat mereka tidak mendapatkan kemauan mereka. Itu yang saya katakan minggu lalu, milikilah keyakinan yang sangat luar biasa akan rencana Tuhan sehingga kita tidak harus marah lagi pada saat keadaan hidup kita tidak seperti yang kita bayangkan.
Nobody is called to perfection but every follower of Chris is called to progression.
Tidak ada seorangpun dari kita yang dipanggil untuk sempurna, tidak ada yang sempurna, Hanya Tuhan Yesus yang sempurna. Tetapi kita dipanggil kita dipanggil untuk berkembang, untuk maju.
Bahwa Sidney yang 19 tahun lalu menikah dengan Etha, menjadi seorang suami yang lebih baik lagi dalam 19 tahun yang lebih menyerupai Kristus, Saya bisa menjadi seorang ayah yang lebih baik lagi. Saya bisa menjadi seorang student, ayah, ibu atau anak yang lebih baik lagi dari sebelumnya, lebih menyerupai Kristus Yesus.
Artinya, dewasa dengan mengutamakan orang lain, dewasa dengan berhenti mengikuti sifat kekanak-kanakan kita dan terus melatih diri untuk bisa membedakan dan melakukan yang mana yang benar dan yang mana yang salah, yang mana yang asli kebenaran Firman Tuhan, yang mana yang palsu, bisa membedakan yang mana Kehendaknya Tuhan dan yang mana kemauan, selfishness of my own flesh.
Marilah kita menjadi jemaat yang dewasa, JPCC. Marilah kita menjadi jemaat yang bijaksana dalam setiap keputusan kehidupan kita.
Closing Verse – Untuk menjadi bijaksana, pertama-tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada Tuhan. Jika engkau mengenal Yang Mahasuci, engkau akan mendapat pengertian. Amsal 9:10 BIMK
P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes