Maturity Through Community By Ps. Alvi Radjagukguk

JPCC Online Service (25 September 2022)

Salam damai sejahtera buat setiap Saudara yang bergabung dalam ibadah daring JPCC hari ini, di mana pun Saudara berada, dan kapan pun Saudara menyaksikannya.

Firman Tuhan hari ini saya berikan judul “Maturity through Community, atau Kedewasaan Melalui Komunitas.”

Opening Verse – “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 22:36-40 (TB)

Saudara mungkin mengenal perintah ini dalam berbagai istilah. Ada yang menyebutnya sebagai hukum kasih, hukum terutama, atau istilah bahasa Inggrisnya, “The Great Commandment.”

Sama seperti salib, pengabdian kita kepada Tuhan akan terlihat, baik secara vertikal dan juga horizontal. Kalau kita perhatikan garis vertikal saja, dan kita berkata, “yang penting hubungan saya dan Tuhan aman,” itu ibaratnya seperti huruf “I” yang begitu besar.

Yang ada dalam hidup kita hanya tentang “I, me, myself” atau “saya”. Kita akan menjadi orang yang egois, eksklusif, dan hanya berpusat pada diri sendiri.

Namun mungkin ada beberapa yang berkata, “yang penting saya berbuat baik bagi orang lain.” Itu akan menjadi seperti tanda minus [-] yang begitu besar.

Tak heran kalau kita merasa ada ruang yang hampa, selalu merasa berkekurangan, karena kita mengeluarkan pribadi Tuhan dari persamaannya. Namun tahukah Saudara, bahwa kehidupan kekristenan adalah kesatuan dari sisi vertikal dan sisi horizontal.

Dari sinilah kita mendapat salib yang merupakan pengorbanan Kristus. Saudara tak bisa memilih, antara yang vertikal saja atau horizontal saja, karena keduanya adalah kesatuan.

Itu sebabnya di hukum yang terutama tadi, ada frasa “yang sama dengan itu.” Bobotnya sama. Kita tak bisa memilih mengasihi Tuhan saja, atau mengasihi orang lain saja. Keduanya, sekali lagi, menjadi sebuah kesatuan.

Supporting Verse – TUHAN Allah berfirman: ”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Kejadian 2:18 (TB)

Ini bukan ayat yang bisa sembarang dinyatakan hanya untuk mendapatkan jodoh, ya. Saudara, ungkapan ‘seorang diri’ berasal dari bahasa Ibrani yaitu ‘badad,’ yang artinya “terpisah, dan terisolasi.”

Kata ‘penolong’ berasal dari kata ‘ezer,’ yang berarti “orang yang mengelilingi, menjaga, membantu, dan mengawal.”

Di awal penciptaan, pertama kali Tuhan memperkenalkan ungkapan “tidak baik” adalah waktu Dia melihat manusia dalam keadaan terpisah dan terisolasi, dan tak punya orang yang mengelilinginya untuk membantu, menjaga, dan mengawalnya.

Meskipun manusia pertama hidup dalam keintiman yang sempurna dengan Allah Elohim—hubungan secara vertikal—, tapi keterpisahan dan kondisi terisolasi dari orang lain—hubungan secara horizontal—disebut Tuhan sebagai sesuatu yang “tidak baik.”

Begitu pula di Perjanjian Baru. Ada beberapa metafora yang firman Tuhan pakai untuk menggambarkan setiap orang percaya.

Yang pertama, orang percaya digambarkan sebagai sebuah bangunan.

Supporting Verse – Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. 1 Korintus 3:10-11 (TB)

Yang kedua, metafora yang dipakai untuk menggambarkan Saudara dan saya sebagai orang percaya adalah tubuh.

Supporting Verse – Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Roma 12:4-5 (TB)

Metafora yang ketiga adalah domba.

Supporting Verse – Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Yohanes 10:14-15 (TB)

Metafora yang keempat untuk menggambarkan orang percaya adalah keluarga.

Supporting Verse – Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Efesus 2:19-20 (TB)

Kesimpulannya, dari keempat metafora ini, sejak awal penciptaan, tak ada dalam benak Tuhan bahwa manusia itu dapat hidup sendirian. Tuhan mendesain sebuah ekosistem yang terbaik agar manusia dapat hidup memenuhi rancangan Tuhan, yaitu dengan mempunyai “ezer-ezer” dalam hidupnya, orang-orang yang mengelilingi, menjaga, membantu, dan mengawal seluruh perjalanan hidupnya.

Manusia tidak didesain Tuhan untuk bisa kuat, stabil, hidup optimal tanpa keberadaan orang lain. Rasul Paulus mengingatkan kita dalam suratnya kepada Timotius, muridnya.

Supporting Verse – Karena itu jauhkanlah dirimu dari segala hal yang menimbulkan hawa nafsu dan keinginan orang muda. Berusahalah keras untuk terus hidup benar, tetap percaya kepada Kristus, berbuat kasih, dan hidup damai dengan sesamamu. Perhatikan ini, Saudara. Baca sama-sama supaya yakin ya. Satu, dua, tiga. Lakukanlah semua itu bersama-sama dalam persekutuan dengan saudara-saudari yang — seperti kamu sendiri— setiap hari berdoa kepada Tuhan dengan tulus hati. 2 Timotius 2:22 (TSI)

Wow. Saudara, tujuan perjalanan kekristenan kita adalah menjadi makin serupa dengan Kristus.

Supporting Verse – Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Matius 5:48 (TB)

Kata ‘sempurna’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘τέλειος,’yang artinya “mature,” atau “completeness of Christ’s character.”Kalau saya parafrasa ayat ini, kira-kira bunyinya seperti ini: “Karena itu haruslah kamu dewasa, makin dipenuhi oleh karakter Kristus.”

Terjemahan bahasa Inggrisnya katakan demikian.

Supporting Verse – You, therefore, will be perfect— apa itu ‘perfect’?—growing into spiritual maturity both in mind and character, actively integrating godly values into your daily life, as your heavenly Father is perfect. Matius 5:48 (AMP)

Bertumbuh menjadi dewasa rohani, baik dalam pikiran dan karakter,dan dengan aktif menyatukan nilai-nilai Kristus dalam keseharian hidupmu.

Saudara, ada salah satu perikop yang dengan gamblang menggambarkan tentang cara hidup berkomunitas jemaat mula-mula—baik dari aktivitas yang dilakukan, maupun sikap yang dikembangkan. Mari kita cermati bagaimana mereka hidup dalam kedewasaan kasih dan perilaku. Kisah Para Rasul 2:41-47 (TB). Judulnya adalah “Cara Hidup Jemaat yang Pertama.”

Supporting Verse – Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah— berapa banyak?—kira-kira tiga ribu jiwa.Wah, ini sudah seperti KKR, jangkauan yang luar biasa,kebangunan rohani yang luar biasa, sampai menjangkau tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.— dan ini luar biasa— Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Kisah Para Rasul 2:41-47 (TB)

Sedikit konteks: Di Kisah Para Rasul 1, Yesus menjanjikan kehadiran Roh Kudus atas setiap orang percaya, sehingga mereka bisa menjadi saksi-saksi Tuhan.

Kisah Para Rasul 2 diawali dengan pencurahan Roh Kudus yang dijanjikan di hari Pentakosta. Lalu dilanjutkan dengan khotbah Petrus kepada orang Yahudi dan non-Yahudi tentang Yesus sang Mesias, kemudian Petrus menantang mereka untuk bertobat dan memberi diri mereka dibaptis.

Roh Kudus bekerja dengan begitu luar biasa,sehingga kira-kira tiga ribu orang memberi diri untuk bertobat dan dibaptis.

Setelah bertobat dan memberi diri dibaptis, mereka lalu masuk dalam sebuah ekosistem yang dapat menunjang perjalanan mereka menjadi seorang murid Kristus, yaitu komunitas orang-orang percaya.

Mari kita cermati ayat 42:

Supporting Verse – Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. KIS 2:42 TB

Mereka tak hanya kemudian masuk ke dalam komunitas orang percaya tersebut, tapi ada satu kata kunci, yaitu mereka bertekun dalam pengajaran dan persekutuan. Kata ‘bertekun ‘ di sini berasal dari bahasa Yunani ‘προσκαρτερέω,’yang artinya “to attend constantly, persist, persevere, continue steadfastly, stay in a fixed direction.”

Artinya mereka selalu hadir, bertahan, gigih, mereka melanjutkan, meneruskan dengan tabah, pada arah atau tujuan yang tetap, karena mereka sudah memulai perjalanan pertobatan mereka.

Kita bisa lihat di sini bahwa mereka memperkuat dasar-dasar iman mereka dengan bertekun—yang pertama— dalam pengajaran. Bicara tentang pengajaran, apa yang kira-kira terjadi? Saya jadi teringat dengan salah satu aktivitas pemuridan yang terkandung dalam “Amanat Agung.”

Supporting Verse – Yesus mendekati mereka dan berkata: ”Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Baca sama-sama dari ayat 19. Satu, dua, tiga. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Kita baca lagi ayat ke-20: dan ajarlah mereka—untuk apa Saudara?— melakukan—untuk apa?—melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Matius 28:18-20 (TB)

Di ayat ini tidak ditulis: “Ajarlah mereka untuk tahu banyak ayat Alkitab,” melainkan “Ajar mereka untuk melakukan, menaati setiap prinsip, perintah yang Tuhan sudah tulis lewat firman-Nya.“ Tujuan akhir dari proses mengajar bukanlah transfer informasi, transfer pengetahuan, melainkan transformasi kehidupan.

Itulah yang namanya kedewasaan, yang ditandai dengan perubahan pikiran dan karakter. Saudara, kedewasaan terjadi ketika ada pemutar balikan nilai-nilai internal seseorang, yang termanifestasi dalam perubahan hidupnya. Perubahan ini terjadi dari dalam ke luar. Nilai-nilai internalnya berubah, diputarbalikkan, lalu terekspresikan pada hal-hal yang terlihat dari luar.

Yang tadinya hidup berdasarkan apa yang lumrah bagi budaya atau dunia sekitarnya, sekarang prinsip, perintah firman Tuhan memegang kedaulatan tertinggi dalam hidupnya.

Yang kedua kita lihat bahwa mereka juga bertekun dalam ‘persekutuan’, yang berasal dari bahasa Yunani ‘κοινωνία’: contribution, spiritual fellowship, participation, sharing. ‘Koinonia’ ternyata lebih dari sekadar “berkumpul,” karena basisnya adalah memberi.

Itu sebabnya ada kontribusi, partisipasi, dan ada berbagi sebagai ekspresi dari sebuah persekutuan secara rohani. Bayangkan Saudara, kalau ada orang datang ke komunitas tersebut dengan mentalitas seperti ini: “Apa yang bisa saya dapat di sini?” Kayaknya “salpat” banget, bukan “saltum.” “Salpat. Salah tempat.

Saudara, jemaat mula-mula mengerti betul bahwa baptisan itu bukan tujuan akhir, melainkan permulaan dari perjalanan kedewasaan di dalam Tuhan. Itu sebabnya, Saudara, saya percaya betul bahwa pertobatan yang tidak ditindaklanjuti dengan pemuridan menghasilkan pembiaran. Dan segala sesuatu yang dibiarkan pasti akan menurun kualitasnya.

Namun penginjilan yang ditindaklanjuti dengan pemuridan, pertobatan yang diikuti dengan pemuridan menghasilkan kedewasaan,karena setiap orang adalah jiwa yang perlu masuk ke dalam perjalanan menjadi makin serupa dengan Kristus.

Saudara perhatikan tadi, bahwa Tuhan menambahkan jiwa-jiwa baru sebanyak 26 kali lipat—dari 120 menjadi 3.120 orang.Itu sebabnya setelah mereka bertobat dan memberi diri mereka dibaptis, setiap dari mereka dimuridkan di dalam komunitas.

Yang berikutnya, kita perhatikan, bahwa mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Meskipun mereka hidup sangat dekat dengan masa Yesus disalibkan, tetapi mereka tetap tidak ingin melupakan apa yang Dia sudah lakukan di atas kayu salib.

Karena bagi mereka, jemaat mula-mula, dengan memperingati pengorbanan Kristus, ini akan menjadi pengingat yang memotivasi mereka untuk memiliki sikap berbagi dan memberi.

Walaupun Roh Kudus sudah dicurahkan di hari Pentakosta, mereka terus berdoa,sebagai ekspresi ketergantungan mereka kepada kuasa Tuhan, kuasa Roh Kudus,dan bukan kepada kekuatan sendiri atau mengandalkan kebersamaan mereka. Ada beberapa atmosfer dan sikap yang dicatat lebih lanjut tentang jemaat mula-mula ini.

Supporting Verse – Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Kisah Para Rasul 2:43 (TB)

Kita lihat kehadiran kuasa Tuhan yang bekerja di tengah-tengah mereka. Terjemahan bahasa Inggris katakan demikian.

Supporting Verse – Many wonders and miraculous signs were happening through the apostles, and everyone felt great respect for God. Kisah Para Rasul 2:43 (ERV)

Di sini kita belajar bahwa karena mukjizat, tanda-tanda heran yang luar biasa yang Tuhan lakukan lewat para rasul, orang-orang yang ada di situ punya rasa kagum, rasa hormat yang begitu luar biasa buat Tuhan.

Dan rasa kagum dan hormat yang mereka miliki ini adalah bukti kehadiran kuasa Roh Kudus yang bekerja di tengah-di tengah mereka. Ingat, bahwa para rasul hanyalah alat yang Tuhan pakai untuk menyatakan kuasa-Nya.

Tuhan, lewat Roh Kudus-Nya, adalah karakter utama dalam komunitas orang percaya ini. Bukan para rasul, melainkan Tuhan, lewat Roh Kudus-Nya,yang tetap menjadi karakter utama dari cerita ini.

Dalam konteks hari-hari ini, tak jarang kita mendengar bagaimana kuasa Tuhan bekerja melalui komunitas-komunitas orang percaya. Ada anak muda, yang saya dengar ingin bunuh diri, tapi tertolong karena ia berani bercerita pada kakak Small Group Leader-nya.

Ada juga seorang wanita muda yang tak jadi melakukan aborsi karena ada dukungan yang luar biasa dari teman-teman DATE atau komunitas selnya. Secara pribadi saya juga tahu ada sebuah pernikahan yang hampir kandas, tapi akhirnya pulih, dan saat ini Tuhan terus memakai pasangan suami istri tersebut untuk memuridkan orang lain.

Saya yakin Saudara pun pasti punya cerita-cerita tentang bagaimana Roh Kudus bekerja dalam komunitas orang-orang percaya, mengubahkan, memulihkan hidup-hidup mereka. Ketika sebuah komunitas orang percaya mengizinkan kuasa Tuhan bekerja, maka banyak mukjizat dan tanda-tanda heran yang akan terjadi.

Supporting Verse – Aku [Paulus] menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. 1 Korintus 3:6-7 (TB)

Bagian kita, sebagai anggota dari komunitas orang-orang percaya tersebut, bukan untuk mengubah orang lain— itu bagian Tuhan. Perubahan juga sulit terjadi kalau tidak ada yang menanam, menyiram, merawat.

Bagian Saudara dan saya, sekali lagi, bukan mengubah hidup orang lain, melainkan terus menanam, menabur, merawat, menyiram, sehingga hal-hal tersebut bisa Tuhan pakai untuk Dia sendiri bekerja, lewat kuasa Roh Kudus-Nya,memberikan perubahan dan pertumbuhan.

Kembali ke jemaat mula-mula. Lanjut ke ayat 44:

Supporting Verse – Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. KIS 2:44-47 TB

Kita lihat di sini kedewasaan kasih terjadi dengan sangat nyata. Kedewasaan kasih sangat kental terjadi di sini. Ini yang saya yakini Saudara, bahwa hidup yang dipenuhi Roh Kudus, secara vertikal, pasti akan termanifestasi secara horizontal. Sekali lagi saya katakan. Hidup yang dipimpin, yang dipenuhi kuasa Roh Kudus, pasti akan termanifestasi juga secara horizontal kepada sesama, orang-orang di sekitar kita.

Kedewasaan kasih mereka sangat terlihat dari bagaimana mereka memperlakukan satu dengan yang lain. Bayangkan Saudara, mereka bertemu setiap hari, tidak hanya di gereja. Mereka lanjut mengunjungi rumah-rumah secara bergilir.

Kalau kita mungkin pulang gereja langsung pergi ke mall. Bayangkan ini Saudara, setiap hari, pulang dari Bait Allah, mereka mampir di rumah orang secara bergilir. Kalau pakai istilah saya, “4L (Lu Lagi Lu Lagi).”

Dan Saudara tahu, makin sering kita bertemu, makin besar kemungkinan terjadinya gesekan, kebosanan, over-familiarity—sudah terlalu kenal seperti apa orangnya, jadi lebih malas lagi untuk bertemu sebetulnya. Namun yang menarik,mereka tetap bersatu; segala kepunyaan mereka adalah milik bersama; dan juga tidak kalah luar biasanya, mereka tetap satu hati.

Selalu ada dari mereka yang menjual hartanya dan hasil penjualan itu dibagi kepada orang-orang yang memerlukan.

Saudara mungkin pernah dengar ayatnya: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Tak heran jika lebih mudah untuk mereka tetap sehati dan bersatu. Harta berbicara tentang sesuatu yang berharga bagi seseorang— bisa berupa waktu, tenaga, hati, pemikiran, telinga, atau uang.

Kalau saya bawa ke konteks hari ini, kira-kira ayat ini berbunyi seperti ini:

“Mereka menyediakan telinga bagi yang sedang berkeluh kesah.” “Mereka mengambil waktu untuk mendoakan secara langsung orang-orang yang sedang bergumul dengan sakit-penyakitnya.” “Mereka langsung menghubungi DATE Member yang tak pernah datang lagi selama tahunan, yang namanya Roh Kudus ingatkan pada mereka.”

“Mereka mengirimkan makanan kepada keluarga yang satu rumahnya sedang isoman.” Atau, “Mereka memberikan ide kepada rekan DATE yang kena PHK untuk memulai usaha kecil-kecilan.” Atau, “Mereka mentransfer sejumlah uang untuk meringankan beban finansialnya.” Luar biasa, Saudara.

Kita lanjut ke Kisah Para Rasul 2:47b (TB). Baca sama-sama, yuk.

Supporting Verse – Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Kisah Para Rasul 2:47b (TB)

Dari sini kita bisa belajar bahwa komunitas orang percaya, jemaat mula-mula, adalah komunitas yang saya sebut sebagai komunitas misional. Kata dasarnya adalah ‘misi.’ Misional artinya orang-orang yang ada dalam komunitas itu sadar bahwa setiap sikapnya, pola pikirnya, tingkah lakunya, dan perbuatannya adalah untuk menjangkau orang lain dengan pesan Injil.

Ini yang membedakan komunitas Kristus dan “klub sosial.” Sebuah komunitas Kristus pasti misional, pasti mengemban sebuah misi yang jelas, karena fokusnya tidak berhenti ke dalam saja, tapi juga ke luar. Orang-orang yang hidupnya sudah diubahkan Tuhan pasti ingin orang lain juga mengalami perubahan tersebut. Sama seperti keselamatan, hubungan dalam komunitas Kristus itu personal, tapi tidak eksklusif.

Jadi pertanyaannya sekarang, komunitas seperti apa yang jemaat mula-mula contohkan?

Apakah komunitas yang sekadar bisa ‘nyambung’, bisa mengobrol enak, satu frekuensi, suasananya nyaman, aman untuk bercerita, seru sekali,atau eksklusif?

Tentunya bukan itu semua, Saudara. Melainkan, yang menjadi benang merah dari komunitas jemaat mula-mula adalah ini: komunitas yang dewasa. Jemaat mula-mula ini adalah contoh sebuah komunitas yang holistik,yang menyentuh berbagai macam aspek kehidupan. Yang pasti komunitas ini adalah komunitas yang spiritual.

Ada pengajaran di situ, ada kebiasaan untuk mengingat karya salib Kristus, bertekun dalam doa, memuji Tuhan, dan mengizinkan Roh Kudus berkarya dalamnya. Komunitas ini juga adalah komunitas yang relasional. Ada ‘koinonia,’ persekutuan yang basisnya memberi, berkontribusi, bukan mengonsumsi. Komunitas yang holistik ini juga bersifat fisik. Ada makan bersama—senang ya kalau bicara soal makan bersama—,ada kemurahan hati dalam menjawab kebutuhan.

Tidak cuma diberi tahu, “Nanti saya doakan.” Komunitas yang holistik ini juga komunitas yang menyentuh sisi emosional. Ada sukacita, kesatuan hati, ketulusan hati,cara atau gaya hidup yang begitu menarik, sehingga mereka disukai semua orang.

Dan yang terakhir, komunitas orang percaya ini juga bersifat misional. Ada misi yang kuat untuk memberitakan keselamatan bagi sebanyak mungkin orang.

Bagi Saudara yang tertanam di JPCC— masih ingat kepanjangannya? Jakarta Praise Community Church. Sejak 23 tahun yang lalu, JPCC percaya bahwa cara terbaik untuk membangun gereja yang sehat adalah lewat komunitas yang memuridkan.

Itu pula sebabnya komunitas DATE ada sejak awal gereja ini berdiri. JPCC tak tertarik untuk membangun mentalitas mega bintang atau memperbesar “kerajaan,” tapi untuk membangun pengikut-pengikut Kristus yang setia dan dewasa. Kita tak terlalu khawatir berapa banyak penonton di YouTube, berapa banyak pengikut, atau bagaimana dinamika algoritma di media sosial.

Namun JPCC ingin selalu fokus pada berapa persen orang yang tertanam dan dimuridkan di dalam komunitas DATE.

Pertanyaannya,apa alasannya kita melakukan itu? Ini jawabannya: Karena tertanam dalam komunitas itu sangat krusial.

Tertanam di dalam komunitas itu tak dapat tergantikan oleh program, konten, acara. Tujuannya untuk setiap kita, setiap orang yang tertanam di JPCC berjalan dalam proses bertumbuh menuju kedewasaan penuh menjadi makin serupa dengan Kristus.

Itu sebabnya setiap Minggu, sadar ataupun tidak,Saudara diarahkan untuk tertanam di dalam DATE. Karena ini penting, sehingga diulang-ulang.

Kalau tidak penting, maka tidak akan diajak secara berulang-ulang. Saya ingin memberikan tantangan buat beberapa Saudara.

Yang pertama,kalau Saudara belum bergereja lokal, pilih satu saja gereja. Jangan jadi anggota “Gereja Kristen Youtube.” Tak ada gereja yang sempurna, yang ada hanya gereja yang sehat.

Yang kedua, kalau Saudara sudah memilih JPCC sebagai gereja lokal, tantangan saya buat Bapak, Ibu, Saudara, masuklah ke dalam komunitas sel— yang di JPCC dikenal dengan nama DATE—, berikan diri Saudara untuk dimuridkan.

“Tapi Pak…” Iya, saya tahu.Memberikan diri untuk dimuridkan itu memang berisiko, dan tak jarang berantakan. Namun kalau kita menjalani perjalanan kekristenan kita sendirian, itu jauh lebih berisiko dan berantakan.

Tantangan saya yang ketiga, buat Saudara yang sudah mulai tertanam di DATE, jangan hanya hadir, tapi belajar buka diri Saudara untuk dikenal dan dikasihi. Lalu Saudara juga bisa belajar untuk mulai terbuka kepada masukan dan nasihat.

Yang keempat, tantangan saya buat Saudara yang sudah menjadi DATE Member, mulai miliki mentalitas “Apa yang bisa saya berikan, kontribusikan? Bagaimana saya bisa berpatisipasi?” Ingat ‘koinonia’ tadi. Dan bukan datang dengan mentalitas “Apa yang bisa saya ambil, terima, atau dapatkan?”

Yang kelima, buat Saudara yang pernah kecewa—karena satu dan lain hal—terhadap pemuridan, komunitas, bahkan gereja, atau pemimpin gereja, hanya karena kita pernah kecewa terhadap gereja atau pemimpin atau orang gereja di masa lalu, bukan berarti kita perlu menutup diri terhadap proses.

Iblis akan selalu memakai trauma, luka itu untuk membuat kita stagnan, tak ke mana-mana. Saya tahu perlu waktu untuk kembali membangun kepercayaan. Namun kalau kita tidak membuka diri dan mengizinkan orang lain untuk memuridkan kita, maka tak akan pernah terjadi perubahan karakter menjadi makin serupa dengan Kristus.

Saya akan tutup dengan ini. Bagi Saudara yang melayani di komunitas sel, di DATE—baik sebagai Core Team, Date Leader, Date Facilitator, Head Date Facilitator, atau Saudara yang melayani di komunitas Small Group di Next Gen Ministry—baik sebagai Small Group Leader, Small Group Coach, Phase Coach, Phase Coach Coordinator, atas nama tim penggembalaan JPCC, izinkan saya katakan demikian: Terima kasih karena Saudara tidak mementingkan kepentingan diri sendiri.

Apalagi jika selama pandemi ini, Saudara terus, dengan giat, sepenuh hati, melayani Tuhan dan jemaat Tuhan, meskipun Saudara sendiri punya tantangan dan masalah yang tidak mudah.

Sekali lagi, mewakili tim penggembalaan, izinkan saya katakan, terima kasih. Dan saya ingin menyemangati setiap Saudara yang melayani di DATE maupun Small Group dengan ayat berikut ini, ayat saya yang terakhir. Yang tidur boleh bangun.

Closing Verse – Whoever serves [the congregation] is to do so as one who serves by the strength which God [abundantly] supplies so that in all things God may be glorified [honored and magnified] through Jesus Christ, to whom belongs the glory and dominion forever and ever. Amen. 1 Petrus 4:11 (AMP)

“Siapa pun yang melayani jemaat, haruslah ia melakukannya sebagai orang yang melayani dengan kekuatan yang disediakan Allah dengan berlimpah,sehingga dalam segala hal Allah dimuliakan, dihormati, dan dibesarkan melalui Yesus Kristus.”

P.S : Dear Friends, I am open to freelance copywriting work. My experience varies from content creation, creative writing for an established magazine such as Pride and PuriMagz, web copywriting, fast translating (web, mobile, and tablet), social media, marketing materials, and company profile. Click here to see some of my freelancing portfolios – links.

If your organization needs a Freelance Copywriters or Social Media Specialist, Please contact me and see how I can free up your time and relieve your stress over your copy/content needs and deadlines. My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com. Sharing is caring, so any support is very much appreciated. Thanks, much and God Bless!