JPCC Sutera Hall 2nd Service (27 April 2025)
Apa kabar semuanya? Tentunya Selamat pagi bagi saudara semua yang hadir secara on-site di Sutera Hall. Selamat Pagi, Siang dan Malam juga buat saudara semua yang bergabung secara online dengan “timezone” yang berbeda-beda. Semoga kebaikan Tuhan yang sama dan ada di tengah-tengah kami dapat dirasakan dalam kehidupan anda semua. Terima kasih juga kepada semua Tim volunteers yang sudah melayani dengan luar biasa hari ini.
Kalau saudara pertama kali bergabung di kebaktian ini, Selamat datang dan Welcome to the family! Semoga saudara tidak merasa asing walaupun pertama kali hadir disini. Memasuki apa yang kita pelajari dan kita sudah tiba di bagian akhir pembelajaran kita tentang seri pengorbanan, yaitu judulnya “Not my will, but Yours“.
Saya tahu bahwa topik ini bukan topik yang sebenarnya populer untuk diajarkan di kalangan gereja. Biasanya kalau bicara soal berkat, kesembuhan dan mukjizat, kita lebih suka mendengarnnya. Kita semua suka tentang apa yang bisa kita terima as we like to “receive”, tetapi bicara tentang “giving”, “sacrifice” atau pengorbanan tentu tidak popular, meski menariknya pengorbanan itu adalah fondasi dari Kekristenan. Dan minggu lalu kita memperingati pengorbaan terbesar yang pernah kita terima.
Opening Verse – [16] Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16 TB
Karena Kasih, Bapa memberikan AnakNya. Yesus rela untuk meninggalkan kemegahan surgawi, datang dalam kesederhanaan duniawi dan rela berkorban untuk menebus kehidupan kita di atas kayu salib.
Itu sebabnya di atas kayu salib, Yesus bilang sudah selesai atau dikenali dengan kata “Tetelestai“, kata ini adalah istilah “commerce” dan legal di jaman itu, untuk adanya transaksi yang melibatkan hutang sampai lunas, akan didapatkan stempel “Tetelestai” disana. Begitu juga jika ada orang yang melakukan kesalahan dan divonis hukuman, begitu dia bebas menjalankan hukumannya, ada stempel “Tetelestai” atau lunas.
Jadi sewaktu Yesus mengatakan ini di atas Kayu Salib, artinya dosa, hukuman dan hutang atas pelanggaran kita, semuanya Yesus yang tanggung, dan semua ini sudah selesai, dan Yesus melakukan itu semua karena Dia mengasihi kita.
Dia tidak hanya mati, apalagi dianggapnya mati konyol oleh Iblis, tetapi di hari Ketiga, Dia bangkit dan membuktikan bahwa Maut tidak berkuasa atas DiriNya dan menampakan diri kepada begitu banyak saksi mata yang melihatNya.
Judul kotbah hari ini adalah “Broken but Blessed“, Hancur namun diberkati, sebuah perspektif yang tidak gampang dicerna. Kita sering berpikir bahwa diberkati ini biasanya karena kita mendapatkan sesuatu. Tetapi dua kata ini sungguh paradoks karena bagaimana mungkin kita bisa merasa diberkati saat kita sedang remuk atau hancur? How can we be broken but blessed? Bagaimana merasa beruntung padahal kesehatan sedang tidak baik-baik saja?
Baik itu dalam bisnis, pekerjaan atau kesehatan kita. Saya harap kotbah ini dapat memerdekakan kita serta mengubah perspektif kita sehingga hidup kita tidak lagi sebagaimana banyak orang yang hidup dunia ini, begitu “self-centered” dan hanya tentang apa yang bisa mereka dapatkan dalam hidup. Sehingga kita tidak lagi menjadi orang kristen yang “self-centered”, dan fokusnya hanya untuk mendapatkan bagi diri sendiri saja.
Saya berharap saudara semua bisa grow beyond that. Bagaimana mungkin hancur tetapi merasa diberkati? Mari kita lihat ayat berikut.
Supporting Verse – [7] Tetapi meskipun kita diberi harta rohani yang indah itu, kita hanyalah seperti bejana-bejana tanah liat. Dengan begitu, nyatalah bahwa kuasa yang luar biasa itu berasal dari Allah, bukan dari diri kita sendiri. 2 Korintus 4:7 TSI
Disini dikatakan bahwa kita diberikan harta yang sangat berharga, tetapi tempat kita menyimpang harta itu, yaitu kita, hanyalah terbuat dari bejana tanah liat yang biasa, dan bukan keramik yang istimewa. Kenapa Pengorbanan Kristus yang begitu berharga ditempatkan dalam kehidupan kita yang begitu sederhana dan fana?
Sehingga disaat kita begitu hancur, mengalami tantangan dan bisa bertahan, kita bisa menyadari bahwa kekuatan itu bukan dari kita, tetapi karena Tuhan yang ada di dalam kita.
Supporting Verse – [8] Karena itu, biarpun kami sering ditindas dari segala arah, kami tidak hancur! Biarpun kami sering tidak tahu jalan keluar dari masalah yang kami hadapi, kami tidak pernah putus asa! 2 Korintus 4:8 TSI
Bagi kita yang sedang tidak berdaya, mengalami tantangan dan masalah baik dalam kesehatan atau finansial serta belum punya solusinya, tetapi hari ini kita bisa berkata bahwa kita hanyalah sebuah “vessel”, dan ada Kuasa kebangkitan di dalam saya dan Kuasa itulah yang akan memberikan saya kekuatan untuk tidak menyerah. I may be helpless but I am not going to be hopeless.
Keadaan saya mungkin tidak berdaya karena beban yang begitu besar, bahkan dalam masalah medis, ada Dokter yang mungkin berkata bahwa tidak ada harapan, tetapi somehow, there is hope inside of you. Dan saudara tahu bahwa itu bukan karena saudara, tetapi saudara tahu bahwa karena ada Kuasa Tuhan yang bekerja di dalam kita, dan itu yang membuat kita tidak menyerah dan putus pengharapan, karena pengharapan dan sumber kekuatan kita ada di dalam Kristus.
I may be broken, but I am blessed by God.
Supporting Verse – [9] Biarpun kami dianiaya, kami tetap yakin bahwa Allah tidak akan meninggalkan kami. Dan biarpun kami sering dipukuli serta dibanting, Allah selalu menolong kami sehingga kami tidak sampai mati. 2 Korintus 4:9 TSI
Kotbah yang populer adalah kalau Tuhan menyertai kita, kita tidak akan dianiaya, usaha kita tidak akan rugi, dan kita tidak akan pernah sakit dan mengalami penderitaan. That would be ideal, But I don’t think that is Christianity, terutama “Mature Christianity”. Tetapi bukan itu yang Tuhan inginkan.
Kekristenan yang dewasa adalah orang-orang yang bisa hidup taat dan melepaskan kehendaknya untuk dikendalikan oleh Tuhan, dan bisa berkata bahwa “Kita mungkin dianiaya dan mengalami ketidakadilan, tetapi kita tidak akan membalas dan sebaliknya mengampuni, karena kita percaya bahwa Tuhan setia dan pembela kita yang adil.”
Penyiksaan dan Kematian Yesus sebenarnya adalah kehancuran terburuk yang bisa dialami oleh seseorang. The Ultimate Sacrifice, dipukuli dan dibanting sampai mati. Pengorbanan Yesus yang begitu tragis dan parah ini, pada saat bersamaan adalah kemenangan dan berkat terbesar yang bisa kita terima, terutama saat kita sadar bahwa Yesus berkorban dan mati untuk kita.
Kehidupan yang Tuhan tantang untuk kita hidupi adalah berani juga untuk melakukan langkah yang sama, berani juga untuk berkorban dan tidak menyerah terhadap tantangan yang ada. Ini cenderung paradoks, karena kita cenderung mencari kenyamanan.
Banyak dari kita ke gereja untuk mencari breakthrough, kesembuhan, berkat dan mukjizat dan berapa sering kita lihat anak-anak Tuhan yang terjebak pada waktu apa yang mereka doakan dan harapkan belum terjawab dan mereka memilih untuk kecewa.
Sering kita temukan ada banyak yang kecewa dan mengeluarkan statement sebagai berikut.
“Katanya Tuhan baik, kalau Dia baik mengapa…?”, pertanyaan yang tidak jarang kita temukan bahwa ada orang percaya yang memilih untuk tidak dewasa dan stuck dengan filosofi dan pemikiran mereka bahwa “Tuhan seharusnya seperti ini…”
Padahal Kebenaran tidak menjanjikan seperti itu. Tuhan tidak pernah berjanji, bahwa kita tidak akan melewati air, tetapi Dia berjanji bahwa disaat engkau melewatkan air, air tidak akan menghanyutkan engkau. Tuhan tidak akan meluputkan kita dari perapian, tetapi Tuhan akan menyertai engkau melewati dapur perapian. Tuhan berjanji bahwa Dia akan selalu menyertai kita, itu adalah JanjiNya.
Supporting Verse – Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Yesaya 43:2 TB
Saya bersyukur bahwa sepanjang bulan ini, JPCC memilih untuk mengajar kepada kita semua, kebenaran yang akan mendewasakan kita semua agar menjadi orang-orang yang bisa dipakai Tuhan untuk menjadi berkat dimanapun kita berada.
Sacrifice is at the very heart of a Christian life. Pengorbanan adalah inti daripada Kekristenan, tidak bisa diluputkan dan diabaikan.
Other people are going to find healing in your wounds Your greatest life messages and your most effective ministry will come out of your deepest hurts – Rick Warren.
Bukan berarti Tuhan mau melukai atau sengaja mengecewakan kita agar kita dipakai untuk memberkati orang lain, bukan itu intinya, tetapi karena Tuhan mengijinkan hidup di dalam dunia yang hidup dalam dosa dan kehancuran, luka dan kegagalan ini tidak terelakkan, selain kita adalah manusia yang work in progress untuk bertumbu menjadi dewasa, kita juga hidup dalam sistem yang bersentuhan dengan dunia yang sedang menghadapi kehancuran, oleh karena itu sering kita katakan bahwa “Even bad things happen to good people”.
Seperti halnya dengan anak perempuan kami yang suka dan rajin bermain sepakbola dan dia tidak akan bisa menghindari adanya resiko dari mengalami cedera, itu adalah resiko mengijinkan bermain olahraga yang sarat cedera.
Sewaktu Tuhan berkata kepada BapaNya agar tidak meminta untuk mengambil kita dari dunia ini, tetapi berdoa agar Bapa menyertai kita di dunia ini. Yesus berdoa agar Bapa menyertai kita karena Yesus tahu betul bahwa kita akan mengalami kesakitan di dunia ini. Kita akan mengalami kesakitan, tetapi Tuhan akan menyertai kita melewati Luka itu sehingga disaat kita “broken”, kita masih bisa menjadi berkat, “blessed”.
Luka, duka dan kehancuran kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Jadi Pengorbanan, kesengsaraan, kegagalan dan penderitaan yang kita hadapi bisa menjadi berkat bagi orang lain. Kalau Yesus mengorbankan hidupNya untuk kita semua karena KasihNya di Yohanes 3:16, maka di ayat berikut sebaliknya adalah tantangan kita untuk menunjukkan Kasih melalui Pengorbanan kita.
Supporting Verse – [16] Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. 1 Yohanes 3:16 TB
Di ayat ini, adalah tantangan Tuhan kepada kita semua untuk berkorban. Kita “wajib” menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Ini bukanlah pilihan, dan menjadi tantangan Tuhan untuk kita semua.
Menarik sekali, Kata “nyawa” yang diserahkan disini, bahasa yunaninya adalah “Psyche” yang artinya bukan hanya nafas atau nyawa secara badani, tetapi juga jiwanya, pikiran, kemauan, dan termasuk semua talenta dan skills yang ada dalam hidup kita, jadi kita ditantang untuk memberikan seluruh diri kita untuk orang lain, termasuk juga talenta, ide dan pikiran kita. Semakin kita berani memberi, semakin kita akan tidak akan berkekurangan.
Itu sebabnya konsep itu merupakan paradoks, karena dunia mengajarkan untuk mempertahankan, menahan dan jangan berbagi dan Tuhan sebaliknya menantang kita untuk memberikan hidup kita.
Itu sebabnya juga seringkali pertanyaan yang diberikan kepada orang Kristen adalah apakah kita tidak bodoh untuk melayani dan memberikan hidup kita disaat kita sedang mengalami kesibukan dan kesusahan dalam hidup kita.
“Untuk apa melayani sewaktu kamu sedang sibuk banget, baru menikah dan sedang membangun bisnis baru, kamu sendiri perlu fokus, masa Kasih waktu dan tenaga untuk melayani di gereja… Jangan-jangan gereja hanya memanipulasi karena mereka butuh tenaga volunteer yang gratis agar bisa irit biaya”
Atau “Tidak bodoh untuk memberi ke gereja karena saat ini cicilan rumah saja sudah mepet?”
Tetapi menariknya Yesus sendiri justru mengajar dan mengingat persembahan 2 peser janda yang memberikan semuanya, tetapi sebaliknya persembahan orang kaya yang nilai nominalnya jauh lebih berharga bahkan sama sekali tidak dihimbau oleh Yesus.
Hal ini juga berlaku dalam kesaksian dan pengampunan yang kita berikan kepada orang lain.
Supporting Verse – [13] Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Yohanes 15:13 TSI
“True Love” justru bisa dilihat disaat kita melakukan pengorbanan. Jadi, Pengorbanan adalah bukti Kasih. Sacrifice is the proof of love.
Tuhan menuntut kita untuk berkorban karena kita menunjukkan Kasih dan Kasih yang sejati punya Kuasa untuk menyembuhkan, memulihkan, dan menutupi banyak kesalahan dalam semua hubungan baik itu di pernikahan dan keluarga. Kasih yang sejati terlihat disaat dibuktikan oleh Pengorbanan.
Mari kita lihat pengorbanan yang Tuhan minta kepada Abraham untuk membuktikan bahwa dia benar-benar mengasihi Tuhan.
Supporting Verse – [2] Firman-Nya: ”Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” [3] Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Kejadian 22:2-3 TB
Bayangkan, seorang ayah yang sudah puluhan tahun menunggu kehadiran seorang anak, dan diminta untuk mempersembahkan anaknya yang merupakan “anak perjanjian”.
Mungkin Abraham saat itu bukan hanya bangun pagi, tetapi juga tidak bisa tidur karena harus mengorbankan Ishak. Tetapi justru itu yang diminta Tuhan untuk membuktikan Kasih dan pengorbanannya.
Supporting Verse – [7] Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: ”Bapa.” Sahut Abraham: ”Ya, anakku.” Bertanyalah ia: ”Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” [8] Sahut Abraham: ”Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Kejadian 22:7-8 TB
Ada yang menafsirkan bahwa itu adalah pernyataan Iman dari Abraham, atau mungkin dia tidak tahu harus berkata apa kepada Ishak.
Supporting Verse -[9] Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. [10] Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. [11] Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya: ”Abraham, Abraham.” Sahutnya: ”Ya, Tuhan.” [12] Lalu Ia berfirman: ”Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Kejadian 22:9-12 TB
Alkitab berkata bahwa Tuhan bisa membaca hati, tetapi kenapa Tuhan tega dan mengijinkan Abraham sejauh itu dan harus menunggu sampai detik itu baru Dia menyuruh Abraham untuk berhenti?
Belum lagi biasanya disaat korban mau dikasih, korban itu diikat dibawah dulu dan baru diangkat ke Mezbah untuk disembelih. Abraham yang sudah setua itu, umur seratusan, menurut tafsiran saya tentunya dia tidak akan mampu melakukan itu, dan pasti jika seandainya diikat di bawah, Ishak itu mungkin akan memberontak dan punya kekuatan fisik yang kemungkinan besar yang jauh melebihi Abraham.
Tetapi mengapa Ishak tidak berontak? Menurut saya Abraham menyuruh Ishak naik sendiri ke Mezbah, dan bayangkan apa yang ada di pikiran Ishak selain memercayai ayahnya.
Menurut saya 3 hari perjalanan antara Abraham dan anaknya itu adalah pembelajaran prinsip parenting yang baik, sehingga Ishak bisa tumbuh besar menjadi orang yang percaya dengan Tuhan karena melihat Ayahnya berani percaya meskipun dia tidak mengerti.
Karena ada banyak hal yang ayahnya melakukan dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata selain mungkin diungkapkan dengan air mata, seperti disaat Ishak bertanya dimana binatangnya, dan Abraham hanya bisa menangis dan berkata, “Tuhan akan menyediakan”.
Tuhan mengijinkan semua ini terjadi karena ada sesuatu yang Tuhan kerjakan di balik sesuatu, “Now I know, bahwa engkau mengasihi Aku”.
Bagaimana mungkin kita bisa hancur tetapi tetap merasa diberkati? How can we be broken but blessed?
Supporting Verse – [1] Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Roma 12:1 TB
Biasanya binatang disaat ditaruh di atas altar sudah mati, tetapi Paulus bilang bahwa kita diminta untuk mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang hidup, artinya disini kita punya pilihan.
Jadi, tidak terpaksa diikat dan tidak terpaksa ditaruh di atas altar. Itu adalah Ibadah yang sejati. Kenapa Tuhan meminta untuk mempersembahkan hidup kita?
Karena kematian yang membuat kita mati atas mimpi, emosi, kehendak dan ego kita, adalah awal dari keselamatan dan kehidupan yang baru. Kematias atas apapun juga, mimpi kita, emosi kita, apapun yang kita rela korbankan, kematian itu adalah awal dari sebuah kehidupan. Segala sesuatu yang mati masuk dalam dimensi berikutnya.
Supporting Verse – “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji gandum saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Yohanes 12:24 TB
Sewaktu Yesus mati, Iblis berakhir bahwa dia menang. Padahal kematian Yesus adalah awal dari keselamatan dan kehidupan yang kekal. Berapa sering perspektif hidup kita seringkali mempertahankan hidup kita sedemikian rupa karena kita merasa segala sesuatu ada disini, dan kita perlu perjuangkan mati-matian supaya ini hidup karena kita tidak punya kepastian akan apa yang ada di balik kematian.
Sharing – Suatu kali ada seorang DATE Leader yang sharing bahwa dia bersyukur karena dia sudah sembuh dari kanker payudara. Dan saya katakan bahwa Tuhan percayakan kamu untuk hidup lebih lama dalam kehidupan yang susah ini, karena jika dia tidak sembuh, artinya dia masuk dalam kematian dan keluar dalam kemenangan dan dipercayakan kehidupan yang lebih indah. Kematian adalah awal dari kehidupan yang baru, dan dimensi yang baru, “magic door” untuk kita masuk dalam kekekalan. Hanya orang percaya yang punya kepastian akan kemenangan di balik kematian yang tidak takut kepada kematian.
Hari ini ada banyak dari kita yang perlu dimerdekakan dari pemikiran bahwa segala sesuatu yang paling berharga ada di kehidupan yang kasat mata saja, tetapi kehidupan yang lebih berharga justru ada di balik kematian. Kematian Yesus bukan akhir dari segala sesuatu, tetapi permulaan dari kehidupan yang baru. Tidak ada pelipatgandaan tanpa kematian.
Apa lagi yang akan menjadikan kehidupan kita yang broken, but blessed?
Supporting Verse – Dialah yang menguatkan kami sehingga kami sanggup menghadapi setiap penderitaan. Dengan begitu, kami pun bisa menguatkan orang lain yang juga mengalami berbagai penderitaan. Mereka dikuatkan ketika kami bersaksi tentang cara Allah menguatkan kami. 2 Korintus 1:4 TSI
Saya akan berikan beberapa pemikiran yang akan menolong saudara untuk punya perspektif yang sehat.
Supporting Verse – Karena seperti Kristus menderita di dunia ini, kita yang melayani Dia juga menderita. Dan semakin besar penderitaan kita, semakin besar pula kekuatan yang Dia berikan sehingga kita bisa menguatkan orang lain. Bila kami dibuat menderita, itu untuk menguatkan kalian dan demi keselamatan kalian, supaya kalian bertahan dengan sabar waktu mengalami penderitaan seperti kami. Sebaliknya, bila kami dikuatkan, itu juga supaya kalian dikuatkan dan diselamatkan. Dan kami sama sekali tidak kuatir tentang kalian, sebab kami tahu bahwa kalau kita sama-sama mengalami penderitaan, pasti kalian juga akan dikuatkan oleh Allah Bapa kita, sama seperti yang kami alami. 2 Korintus 1:5-7 TSI
4 ayat ini akan memberikan saudara perspektif tambahan akan “Why We can be Broken but Blessed”
Pertama, Our brokenness leads to personal and deeper experience with God.
Dari ayat keempat, Sewaktu kita mengalami kesulitan dan menderita, itu membuat kita mengalami pengalaman yang lebih dalam bersama Tuhan yang nanti akan bisa membantu dan menolong orang lain juga sedang mengalami kesulitan, untuk mereka juga bisa mengalami Tuhan. Tuhan tidak ingin menyiksa kita, tetapi kesulitan kita bisa menjadi alat di tangan Tuhan. Perlu kedewasaan dan hubungan yang “relational” dengan Tuhan, dan bukan hubungan yang “transactional”. Karena kita ikut Tuhan bukan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi kita ikut Tuhan karena kita bersyukur akan apa yang Tuhan sudah lakukan dalam hidup kita.
Kedua, God’s power is made perfect in our Brokenness
Supporting Verse – Karena seperti Kristus menderita di dunia ini, kita yang melayani Dia juga menderita. Dan semakin besar penderitaan kita, semakin besar pula kekuatan yang Dia berikan sehingga kita bisa menguatkan orang lain. 2 Korintus 1:5 TB
Justru sewaktu kita sedang remuk, broken dan lemah, Kuasa Tuhan menjadi sempurna dan paling efektif bekerja.
Supporting Verse – Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 2 Korintus 12:9 TB
but He has said to me, “My grace is sufficient for you [My lovingkindness and My mercy are more than enough—always available—regardless of the situation]; for [My] power is being perfected [and is completed and shows itself most effectively] in [your] weakness.” Therefore, I will all the more gladly boast in my weaknesses, so that the power of Christ [may completely enfold me and] may dwell in me. 2 Corinthians 12:9 AMP
Ketiga, Our brokenness can be used to bless others.
Closing Verse – Bila kami dibuat menderita, itu untuk menguatkan kalian dan demi keselamatan kalian, supaya kalian bertahan dengan sabar waktu mengalami penderitaan seperti kami. Sebaliknya, bila kami dikuatkan, itu juga supaya kalian dikuatkan dan diselamatkan. Dan kami sama sekali tidak kuatir tentang kalian, sebab kami tahu bahwa kalau kita sama-sama mengalami penderitaan, pasti kalian juga akan dikuatkan oleh Allah Bapa kita, sama seperti yang kami alami. 2 Korintus 1:6-7 TSI
Kehancuran, kelemahan dan keterbatasan kita bisa dipakai untuk memberkati orang lain. JPCC, it’s been a great month. Saudara siap dipakai oleh Tuhan, untuk menjadi alat dan menjadi berkat bagi banyak orang? Tidak hidup hanya mementingkan diri saja, tetapi ingin agar hidupnya dipakai Tuhan untuk memberkati banyak orang.