JPCC Kota Kasablanka Service 1 (8 Maret 2020)
Kita masih akan belajar tentang tema bulanan kita hari ini yaitu Holiness atau Kekudusan. Judul kotbah saya hari ini adalah “A Purifying Journey” atau Perjalanan Permunian dan Pengudusan.
Opening Verse – “Tuhan berfirman kepada Musa: “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus.” Imamat 19:1-2 TB
Ketika Tuhan menjalin hubungan dengan Bangsa Israel, dia mengatakan kepada Musa untuk memberikan instruksi ke Bangsa Israel bahwa mereka harus kudus sebab Tuhan adalah Tuhan yang kudus. Pada saat Tuhan memanggil Tuhan untuk membangun hubungan denganNya, Dia tidak ingin agar manusia hanya bertahan untuk bersekutu denganNya, dan mengalami kesulitan untuk bertemu denganNya.
Sepanjang tahun ini, kita belajar mengenai kehadiran Tuhan dan ruang maha kudus atau tabernakel dimana ada tantangan dan ketakutan yang dialami oleh Imam Besar dan Bangsa Israel untuk masuk dalam Takhta Suci.
Tuhan adalah Tuhan yang kudus sementara kita bergumul dengan dosa. Di dalam perjanjian lama, kita sering temukan bahwa bangsa israel menghampiri Takhta Suci dengan penuh ketakutan karena jika mereka tidak suci, mereka bisa langsung mati di tempat.
Karena Anugerah Kristus dalam hidup kita, tanpa perlu membawa korban sembelihanpun semua dari kita diijinkan untuk memasuki HadiratNya tanpa rasa takut untuk mati di tempat.
Namun meski kita bisa menghampiri Hadirat Tuhan tanpa rasa takut, banyak di antara kita yang masih merasa kesulitan untuk hidup di dalam kekudusan.
Di dalam definisi tentang kekudusan, dalam bahasa ibraninya adalah Qodes yang berarti kudus dan berbeda dengan segala sesuatu yang umum dan kotor.
Ada kata sifat turunan dari Qodes, yaitu Qados yang artinya something that is set apart. Sesuatu yang dipisahkan.
Kekudusan juga berbicara tentang dipisahkan dari sesuatu yang biasa. Dosa dan kekudusan terpisahkan seperti jurang. Tidak mungkin kita bisa masuk dalam kekudusan tanpa anugerah Tuhan.
Dalam perjanjian baru, Kata Suci memakai kata “Hagiaso” dari bahasa yunani dan kata “Hagio” yang berarti kudus atau suci. Mereka semua yang mengakui Yesus sebagai Tuhan disebut sebagai orang-orang yang suci.
Kalau Suci atau Kudus begitu mulia dan murni, siapa yang bisa hidup suci? Apalagi di masa perjanjian lama dimana ada begitu peraturan yang perlu ditaati untuk bisa masuk dalam Hadirat Tuhan.
Bahkan di dalam Perjanjian Baru dimana kita sudah menerima Kasih Karunia Tuhan, Siapa yang bisa hidup suci atau kudus?
Saya pernah bertemu seseorang yang bekerja di dalam bidang pekerjaan yang menyulitkan dirinya untuk menjaga kekudusan. Pagi ini saya ingin menolong kita semua agar kita bisa mengalami kemerdekaan dan diberkati oleh Tuhan.
Ada dua definisi tentang kekudusan yang ingin saya jelaskan hari ini.
Supporting Verse – “Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki — tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku –. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” Di atas Ia berkata: “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” — meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat –. Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.” Ibrani 10:3-14 TB
When he added, “I’m here to do it your way,” he set aside the first in order to enact the new plan— God’s way—by which we are made fit for God by the once-for-all sacrifice of Jesus.” Hebrews 10:10 MSG
“Every priest goes to work at the altar each day, offers the same old sacrifices year in, year out, and never makes a dent in the sin problem. Hebrews 10:11 MSG
Ibrani mengatakan bahwa setiap tahun persembahan yang mereka lakukan tidak bisa meluputkan mereka dari dosa.
Apa yang Yesus lakukan untuk kita adalah Justifikasi atau Pembenaran. Dia membenarkan kita karena kita tidak bisa berubah dari orang berdosa menjadi orang kudus, Salib adalah Justifikasi kita.
Apa yang diberikan oleh Justifikasi atau Pembenaran? Hal ini terjadi satu kali saja, dari orang yang berdosa dan dibuat menjadi orang yang kudus dan benar.
Justifikasi memberikan kita identitas, menjadi orang percaya yang suci dan benar, dan hal ini tidak dikarenakan karena kita mengubah perilaku kita, tetapi dikarenakan oleh pengorbanan Yesus untuk kita di atas kayu salib.
Supporting Verse – “Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, Tuhan, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku.” Imamat 20:26 TB
Hubungan kita dengan Tuhan adalah Relational, Dosa berbicara mengenai immorality atau hal tidak bermoral, infidelity atau ketidak-setiaan, dan impurity atau ketidaksucian.
Supporting Verse – “Mereka harus mengajar umat-Ku tentang perbedaan antara yang kudus dengan yang tidak kudus dan memberitahukan kepada mereka perbedaan antara yang najis dengan yang tahir. Di dalam sesuatu perkara mereka harus bertindak sebagai hakim dan mereka harus menghakiminya menurut peraturan-peraturan-Ku; mereka harus berpegang pada hukum-hukum-Ku dan ketetapan-ketetapan-Ku pada hari-hari raya-Ku dan menguduskan hari-hari Sabat-Ku.” Yehezkiel 44:23-24 TB
Selain manusia ada hari suci dan khusus yang dipisahkan untukNya, makanya dinamakan Holy days, bukan Holidays.
Supporting Verse – It was a perfect sacrifice by a perfect person to perfect some very imperfect people. By that single offering, he did everything that needed to be done for everyone who takes part in the purifying process. Hebrews 10:14 MSG
Salib membenarkan kita, dan juga membawa kita masuk ke dalam sebuah proses bernama sanctification atau purifying journey, sebuah proses dimana kita terus dimurnikan.
Ibaratnya baju adalah hidup kita, dan sudah begitu kotor dan rusak. Tetapi suatu hari Tuhan mengambil baju (saya) ini, dan memisahkan ini dari masa lampau saya. Saya menjadi orang benar, Dia mengasihi saya dan mulai membersihkan saya seajack hari pertama saya menjadi milikNya.
Jangan ijinkan Iblis mencuri proses ini hanya karena kita merasa kita belum sempurna. Kita adalah work in progress dan perlu terus dimurnikan.
Seperti halnya baju kita yang begitu kotor dan perlu dicuci berkali-kali sampai bersih.
Apa yang perlu dimurnikan? How to live life in a pure holiness? Sanctification (journey)
Supporting Verse – “Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” 2 Korintus 6:16-18 TB
Pada waktu Tuhan mengatakan kita untuk Keluarlah dan Pisahkanlah diri kita, Dia tidak menganjurkan kita untuk pindah ke planet lain, tetapi yang dimaksud adalah memisahkan dan bukan terisolasi, separated vs isolated.
Keluar disini berbicara tentang karakter dan perilaku, karakter dan perilaku kita tidak boleh sama dengan orang di sekitar kita.
Supporting Verse – “Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan. Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.” Roma 6:19-22 TB
Setiap hari dan setiap saat kita harus menyerahkan pikiran dan tubuh kita untuk menjadi Hamba Kebenaran.
Seperti baju saya yang sedah dibersihkan, setiap hari ad apencemaran yang terus ditinggalkan, dan tinggal tunggu waktu dimana kita semakin hari semakin murni dan bisa mulai melihat dengan jelas apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita dan bisa terlihat oleh orang di sekeliling kita.
Supporting Verse – “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” Yohanes 17:17 TB
Kalau kita senantiasa membiarkan Firman, yang merupakan air dalam kehidupan kita, Firman ini akan membersihkan dan menguduskan kita. Karakter kita. Pilihan kehidupan kita menjadikan kita Hamba Kebenaran.
Supporting Verse – “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” 2 Timotius 2:4-6 TB
Ada 3 figur yang dipakai Tuhan sebagai Ilustrasi akan kehidupan yang bisa kita bangun.
Soldier : Dedication to Purpose. Prajurit berbicara mengenai dedikasi tentang tujuan.
Athlete : Dedication to Lifestyle. Atlit berbicara mengenai dedikasi tentang gaya hidup seperti yang dijelaskan minggu sebelumnya oleh Ps. Jeffrey tentang Pelatnas.
Farmer : Dedication over Time. Petani berbicara mengenai tentang waktu.
Ketiganya menggambarkan 3 hal yang berbeda, purpose, lifestyle dan time. Motivasi kita untuk kudus bukan untuk lari dari dosa, kita mau kudus bukan untuk terima Yesus dan keselamatan.
Justru kita menerima Yesus yang membawa kekudusan dan keselamatan. Motivasi kita menjadi kudus karena ada tujuan yang lebih mulia daripada hidup di dalam dosa.
Fokus kita adalah apa yang ada di depan dan bukan yang ada di belakang. kita fokus dengan mengapa Tuhan ingin kita hidup lebih baik, seorang atlit tahu batas dalam menjaga gaya hidupnya, petani tahu apa yang dia tabur tidak akan langsung dia tuai, dia menunggu dengan sabar dan disiplin akan hasil tuainnya.
Kekudusan adalah sebuah perjalanan yang memerlukan ketekunan, jadi janganlah menyerah dan tidak layak karena rasa malu dan rasa bersalah.
Kita layak bukan karena apa yang kita lakukan, tetapi kita layak karena siapa kita di hadapan Tuhan. Selama kita jujur dalam hubungan kita kepadaNya, tentu perlu waktu dan dedikasi untuk meninggalkan pola hidup yang lama.
Ada banyak orang merasa tidak layak dan tidak mau mencoba lagi.
Closing Verse – “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.” 2 Timotius 2:20-21 TB
Saya percaya setiap kita dirancang dan direncanakan oleh Tuhan untuk pekerjaan dan perbuatan yang mulia dimanapun kita berada, ijinkan Firman untuk mengubah karakter, perilaku dan cara hidup kita semua, fokus dengan apa yang Tuhan janjikan dan ingin lakukan dalam hidup kita dan ubah serta disiplin perilaku dan pola hidup kita serta bertekunlah dalam waktu dan kita akan temukan bahwa diri kita tidak akan lagi berada dimana kita pikir kita berada dan lari dariNya.