JPCC Sutera Hall 2nd Service (14 July 2024)
Di minggu sebelumnya kita sudah belajar bahwa “We are owners of nothing but we are stewards of everything”, kita bukan pemilik apapun tetapi kita adalah pengelola dari segala hal.
Opening Verse – Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Mazmur 24:1 TB
Setiap sumber daya kita adalah milik Tuhan dan untuk kepentingan Tuhan. Adalah sebuah kehormatan bagi saya yang mengikuti perkembangan JPCC selama 25 tahun ini, dimana JPCC dengan setia mengelola semua sumber daya yang ada termasuk yang terbesar adalah JemaatNya yang dipercayakan disini. Ps. Jeffrey begitu mengerti akan hal ini, bahwa dia bukan pemilik dari semua jemaat yang ada disini dan bisa berkata seperti ini.
Jangan pakai orang untuk membangun pelayanan tetapi pakai pelayanan untuk membangun orang – Ps. Jeffrey Rachmat
Bersyukurlah kalau saudara semua bisa tertanam di gereja ini, dan oleh karena itu selama 25 tahun ini kami tidak pernah berhenti mengingatkan betapa pentingnya untuk bertumbuh, dan untuk bertumbuh itu kita tidak bisa melakukannya dalam kesendirian. Kita perlu orang-orang lain.
Itu sebabnya DATE bukanlah salah satu program tetapi DATE itu juga merupakan gereja itu sendiri. Bahkan anak-anak sekarang sejak kecil disini diingatkan bahwa Kehidupan Kristen atau “Christian Life” is like a “Cross”, dimana kita hidup secara vertical dengan Tuhan dan secara horizontal dengan sesama. Tidak ada yang bisa bertumbuh dalam kesendirian
Lewat semua inisiatif, fasilitas dan pelayanan baik di hari minggu atau di hari lainnya, JPCC ingin memfasilitasi setiap orang untuk membangun kedewasaan rohani bersama Tuhan. Itu sebabnya tema ini menjadi begitu penting. Kalau kita belum mengerti tentang pengelolaan, atau stewardship, ada 3 jebakan pemilik.
Ada 3 jebakan dalam stewardship yang perlu kita ketahui
1. Apa yang dimiliki dan dicapai akan melekat kepada identitas diri
Apa yang kita miliki seharusnya tidak menjadi sumber identitas diri kita. We are what God said about us, dan Itu sebabnya Tuhan menentang Raja Nebukanedzar yang menjadikan keagungannya dan kekuasaannya menjadi penyebab kebesaran kota Babel.
2. Tidak pernah mengenal kata cukup, karena selalu ingin lebih
Orang yang masuk ke jebakan ini merasa perlu untuk mempunyai posisi, materi dan jabatan yang lebih tinggi untuk mempertahankan harga dirinya, dan itu sebabnya kata flexing hari-hari ini menjadi begitu marak. Biasanya sih, orang yang suka flexing itu sebenarnya tidak sekaya itu. Jadi, selama kita masih merasa terlalu memiliki apa yang Tuhan percayakan kepada kita, maka jangan kaget kalau Tuhan akan terus memproses kita sampai kita mengerti bahwa Tuhan adalah pemilik segalanya.
3. Melakukan pembuktian diri demi mendapatkan penerimaan.
Akhirnya semua sumber daya yang Tuhan titipkan dipakai untuk pembuktian diri. Kalau kita lihat hidup Yesus dimana Allah Bapa memberikan afirmasi bahwa Dia adalah AnakNya yang dikasihiNya dan berkenan kepadaNya, bahkan sebelum Yesus memulai pelayanan apapun.
Hari-hati dengan 3 jebakan ini, sebenarnya tanggung jawab untuk mengelola dan menjadi stewardship sebenarnya sudah diberikan sejak awal.
Supporting Verse – TUHAN Allah mengambil dan menempatkan manusia di dalam Taman Eden untuk merawat dan mengurus taman itu. TUHAN berkata kepadanya, “Aku mengizinkan kamu untuk makan buah dari setiap pohon di taman ini sepuasnya. Hanya satu yang tidak boleh dimakan, yaitu buah dari pohon yang mampu memberikan pengetahuan untuk membedakan hal yang baik dan yang buruk. Janganlah kamu makan buah itu. Karena jika kamu memakannya, kamu pasti mati pada hari itu juga!” Kejadian 2:15-17 TSI
Tuhan taruh Adam di sebuah taman yang begitu luar biasa indah untuk dirawat dan diurus. Stewardship dan Pengelolaan sudah ada sejak saat itu, bahkan sebelum mereka, manusia pertama sudah jatuh dalam dosa.
Dalam keintiman sempurna bersama Tuhan Pencipta, tanggung jawab untuk mengelola sudah diberikan dan selayaknya kita lihat sebagai hak istimewa, privilege dan bukan sebuah beban.
Hari ini kita akan belajar tentang perikop dimana Yesus mengajar tentang sebuah perumpamaan terpanjang di Injil Matius. Salah satu tema inti dari Injil Matius adalah tentang pemuridan dan itu sebabnya Injil ini juga diakhiri dengan sebuah Amanat Agung.
Dengan kata lain, perumpamaan ini ditulis kepada murid Kristus untuk diaplikasikan dalam keseharian hidupnya, perumpamaan ini juga diajar Yesus kepada MuridNya di atas Bukit Zaitun dengan konteks perumpamaan-nya berbicara tentang menunggu kedatangan Yesus yang kedua kali di bumi ini. Perumpamaan ini berbicara tentang Majikan bersama dengan pegawai yang setia dan kurang setia.
Supporting Verse (Amanat Agung) – Karena itu, pergilah dan ajarlah orang-orang dari setiap suku-bangsa supaya mereka menjadi murid-Ku. Baptislah mereka sebagai orang yang mengikut Aku, Bapa-Ku, dan Roh Kudus. Dan ajarlah mereka untuk setia melakukan semua yang sudah Aku ajarkan kepada kalian. Yakinlah bahwa Aku akan selalu menyertai kamu bahkan sampai akhir zaman.” Amin. Matius 28:19-20 TSI
Supporting Verse (Perumpamaan) – “Keadaan kalian yang menantikan kerajaan Allah bisa digambarkan seperti cerita ini: Ada seorang kaya yang bersiap-siap pergi ke luar negeri. Sebelum berangkat, dia berkata kepada beberapa pegawainya, ‘Aku akan menitipkan kepadamu masing-masing sejumlah keping uang perak. Kembangkanlah itu sebagai modal usaha dengan segala kemampuanmu.’ Lalu dia membagikan uang itu kepada para pegawainya menurut kemampuan mereka masing-masing. Pegawai yang pertama menerima 150 kilogram keping perak. Pegawai yang kedua menerima 60 kilogram perak. Dan pegawai yang ketiga hanya menerima 30 kilogram perak. Kemudian orang kaya itu berangkat. Pegawai pertama yang menerima 150 kilogram perak segera pergi menggunakan uang itu sebagai modal berdagang. Dia mendapat untung 150 kilogram lagi. Demikian juga pegawai kedua yang menerima 60 kilogram. Dia mendapat untung 60 kilogram lagi. Sedangkan pegawai ketiga yang menerima 30 kilogram pergi menggali lubang di tanah, lalu menyembunyikan modal itu di dalam lubang supaya aman. “Sesudah waktu yang lama, orang kaya itu pun pulang. Lalu dia memanggil para pegawainya untuk meminta laporan tentang hasil usaha mereka masing-masing. Pegawai yang pertama datang dan menyerahkan 300 kilogram perak dengan berkata, ‘Waktu itu Tuan mempercayakan 150 kilogram perak kepada saya. Sekarang lihatlah! Saya sudah mengusahakan uang itu menjadi dua kali lipat.’ “Lalu tuannya menjawab, ‘Bagus! Kamu pegawai yang baik dan setia! Karena dalam tanggung jawab yang kecil kamu bisa dipercaya, maka saya akan memberikan tanggung jawab yang besar kepadamu. Mari masuk ke pesta kedatanganku dan ikut bersukacita bersamaku.’ “Kemudian pegawai yang kedua datang dan menyerahkan 120 kilogram perak dengan berkata, ‘Waktu itu Tuan mempercayakan 60 kilogram perak kepada saya. Sekarang lihatlah! Saya sudah mengusahakan uang itu menjadi dua kali lipat.’ “Tuannya menjawab, ‘Bagus! Kamu pegawai yang baik dan setia! Karena dalam tanggung jawab yang kecil kamu bisa dipercaya, maka saya akan memberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi kepadamu. Mari masuk ke pesta kedatanganku dan ikut bersukacita bersamaku.’ “Kemudian pegawai yang ketiga datang juga dan berkata kepada tuannya, ‘Tuan, saya tahu Tuan orang yang keras hati, yang selalu berusaha mengambil keuntungan dari usaha orang lain. Contohnya, Tuan menuai di mana Tuan tidak menanam, dan mengambil hasil di mana Tuan tidak pernah menabur. Karena itu saya takut dan berpikir, “Jangan sampai aku merugikan tuanku!” Jadi saya mengamankan modal itu di dalam tanah. Lihat, ini uang Tuan.’ “Jawab tuan itu kepadanya, ‘Kamu pegawai yang jahat dan malas! Kamu tahu bahwa saya mengambil banyak keuntungan dari usaha orang lain, termasuk mengambil hasil di mana saya tidak pernah menanam atau menabur. Maka seharusnya kamu menyimpan modal saya itu di bank, supaya mereka menjalankannya dan saya bisa mendapatkan uang itu kembali bersama dengan bunganya.’ “Lalu kata orang kaya itu kepada para pegawainya yang lain, ‘Karena itu, ambillah 30 kilogram tadi dari dia dan berikan kepada pegawai yang pertama tadi, yang sudah memegang 300 kilogram perak. Buanglah pegawai yang tidak berguna ini ke luar, ke dalam penjara yang paling gelap. Orang-orang yang berada di situ akan selalu menangis dan sangat menderita.’” Lalu Yesus menyimpulkan perumpamaan-Nya, “Setiap orang yang setia mengerjakan apa yang dipercayakan Allah kepadanya akan diberi lebih banyak lagi, sampai dia berkelimpahan. Tetapi setiap orang yang tidak setia mengerjakan apa yang dipercayakan kepadanya, maka apa pun yang masih ada padanya akan diambil.” Matius 25:14-30 TSI
Tahukah saudara bahwa Tuhan mempercayakan apa yang menjadi milikNya kepada setiap orang sesuai dengan kemampuannya masing-masing?
Kata Talenta berasal dari bahasa yunani adalah “talavtov”, secara harafiah bukan seperti talenta atau bakat alamiah yang kita kenal hari ini tetapi melainkan adalah sebuah ukuran berat yang dijadikan mata uang. Terakhir di tanggal 11 Juli 2024, saya ketahui bahwa 1 gram perak dihargai seharga 16 ribu rupiah.
Jaman itu ditambah inflasi sampai hari ini, maka kira-kira perhitungannya menjadi seperti ini.
5 Talenta = 150 kg perak atau seharga 2.4 Miliar
2 Talenta = 60 kg perak atau seharga 960 juta
1 talenta = 30 kg perak atau seharga 480 juta.
Dalam kehidupan sehari-hari saat ini, talenta juga melingkupi kesehatan, kebenaran Firman Tuhan yang kita catat dan ikutin, prinsip Kerajaan Allah dalam usaha kita, hubungan suami istri dan teman-teman kita, beserta waktu, potensi, pekerjaan, bisnis, pelayanan, serta semua hal dan materi yang kita miliki dalam hidup.
Supporting Verse – Pegawai pertama yang menerima 150 kilogram perak segera pergi menggunakan uang itu sebagai modal berdagang. Dia mendapat untung 150 kilogram lagi. Demikian juga pegawai kedua yang menerima 60 kilogram. Dia mendapat untung 60 kilogram lagi. Sedangkan pegawai ketiga yang menerima 30 kilogram pergi menggali lubang di tanah, lalu menyembunyikan modal itu di dalam lubang supaya aman. Matius 25:16-18 TSI
Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari perumpamaan diatas, terutama Dari Hamba yang pertama dan setia.
Pertama, adalah Ketaatan. Hamba yang pertama dan kedua melakukan tanggung jawabnya dengan taat. Mereka segera pergi untuk berdagang dan mengusahakannya.
Kedua adalah Kegigihan. Hamba yang pertama dan kedua bekerja dengan gigih tanpa memikirkan apa imbalan yang akan didapat olehnya. Tidak dicatat bagaimana prosesnya mereka bisa mencapai keuntungan 100%, tetapi Kegigihan mereka begitu bertolak belakang dengan Hamba yang ketiga.
Supporting Verse – “Sesudah waktu yang lama, orang kaya itu pun pulang. Lalu dia memanggil para pegawainya untuk meminta laporan tentang hasil usaha mereka masing-masing. Matius 25:19 TSI
Perumpamaan ini berbicara tentang menunggu kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Sewaktu Tuhan datang kedua kali ke bumi ini, sadar atau tidak, Dia akan meminta pertanggungjawaban terhadap semua sumber daya yang ada di tangan kita dan apa yang kita sudah lakukan akan hal itu.
Ada beberapa prinsip yang bisa kita pelajari dari stewardship
1. Stewardship is a test of Faithfulness
Pengelolaan adalah sebuah ujian dari kesetiaan.
Supporting Verse – Pegawai yang pertama datang dan menyerahkan 300 kilogram perak dengan berkata, ‘Waktu itu Tuan mempercayakan 150 kilogram perak kepada saya. Sekarang lihatlah! Saya sudah mengusahakan uang itu menjadi dua kali lipat.’ “Lalu tuannya menjawab, ‘Bagus! Kamu pegawai yang baik dan setia! Karena dalam tanggung jawab yang kecil kamu bisa dipercaya, maka saya akan memberikan tanggung jawab yang besar kepadamu. Mari masuk ke pesta kedatanganku dan ikut bersukacita. Matius 25:20-21 TSI
“Kemudian pegawai yang kedua datang dan menyerahkan 120 kilogram perak dengan berkata, ‘Waktu itu Tuan mempercayakan 60 kilogram perak kepada saya. Sekarang lihatlah! Saya sudah mengusahakan uang itu menjadi dua kali lipat.’ “Tuannya menjawab, ‘Bagus! Kamu pegawai yang baik dan setia! Karena dalam tanggung jawab yang kecil kamu bisa dipercaya, maka saya akan memberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi kepadamu. Mari masuk ke pesta kedatanganku dan ikut bersukacita bersamaku.’ Matius 25:22-23 TSI
Kata yang dipakai oleh si majikan bukanlah “hambaku yang baik dan briliant”, atau “you are such an entreprenaur”, tetapi Dia berkata bahwa “hambaku atau pegawaiku yang baik dan setia”. Dia tidak fokus akan nilai pengembangan keeping perak, tetapi Dia fokus akan motivasi di balik apa yang dilakukan kedua hambaNya, karena motivasi mereka akan menggambarkan karakter mereka.
Kata yang dipakai oleh si majikan bukanlah “hambaku yang briliant”, tetapi dia berkata bahwa “hambaku yang baik dan setia”. Dia tidak fokus akan nilai pengembangan keeping perak, tetapi Dia fokus akan motivasi di balik apa yang dilakukan kedua hambaNya.
Kata setia di bahasa yunani adalah “Mistos“, dengan artian reliable, faithful, fullness of faith, typically of believing the faith God imparts. Orang yang setia dapat diandalkan karena bisa dipercayakan tanggung jawab mulai dari hal-hal yang kecil.
Makanya di Amsal dikatakan, “Orang yang setia, siapa yang mendapatkannya?”, Hari gini mendapatkan ART yang setia juga susah sekali bukan? Orang yang penuh dengan iman adalah orang yang setia, orang yang setia dengan pasangan maka akan berikan kepada pernikahannya. Begitu juga di dalam pekerjaan, orang yang beriman kepada perusahaannya, maka dia akan setia disana, termasuk juga kepada Tuhan.
Tidak heran kedua Hamba ini dikatakan sebagai Hamba yang setia, Hamba yang pertama dan kedua bekerja dengan gigih tanpa memikirkan apa imbalan yang akan didapat olehnya. Iman mereka selaras dengan tindakan nyata mereka. Kedua hamba ini percaya dengan karakter MajikanNya, diekspresikan dengan perbuatannya dengan mengerjakan talenta yang dipercayakan oleh Tuan atau MajikanNya dengan segera dan gigih meskipun belum tahu imbalannya apa. Mereka taat melakukan arahan TuanNya lebih dulu dan baru mereka mengalami karakter TuanNya.
Supporting Verse – Saudara-saudari, kalau seseorang berkata, “Saya percaya penuh kepada Kristus,” tetapi dia tidak melakukan apa pun yang menunjukkan keyakinannya itu, berarti ucapannya hanya omong kosong belaka. Kita tidak diselamatkan berdasarkan ucapan seperti itu saja! Yakobus 2:14 TSI
Sama halnya dengan keyakinan kepada Kristus: Kalau keyakinan itu tidak dinyatakan lewat perbuatan, berarti itu bukan benar-benar keyakinan. Tentu akan ada yang tidak setuju dan berkata, “Saya tidak seperti kamu! Saya percaya penuh tanpa harus membuktikannya dengan perbuatan.” Kepada orang seperti itu, saya menjawab, “Bagaimana saya bisa tahu kalau kamu benar-benar percaya jika kamu sendiri tidak pernah membuktikannya? Saya yakin orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus akan membuktikannya lewat perbuatan!” Yakobus 2:17-18 TSI
Kalau kita bilang Yesus adalah Sumber, “Alpha dan Omega”, maka apakah pengelolaan kita menunjukannya?
Kalau kita bilang Yesus adalah Penyediaku, maka apakah betul cara kita mengelola selaras dengan iman yang kita perkatakan?
Berdasarkan perumpamaan ini, Kesetiaan adalah menggunakan setiap hal yang Tuhan percayakan demi kepentingan atau keuntungan Tuhan yang didorong oleh keyakinan akan Karakter Tuhan.
Dua hamba yang pertama tidak menanyakan keuntungan apa yang akan didapatkan, tetapi yang penting untuk mereka adalah arahannya sudah dilipatgandakan.
Kadang-kadang kita baru mau taat kalau kita tahu bahwa setelah melakukan itu, untungnya apa untuk kita. Kalau demikian halnya, maka mengikuti Tuhan tidak perlu Iman.
Berdasarkan perumpamaan ini, Iman memang beresiko, tetapi itu bukan menjadi rasionalisasi kedua hamba yang pertama untuk tidak menjalankan sesuai dengan kepentingan Tuhan, orang yang setia adalah orang yang memiliki Iman percaya kepada Kristus yang dinyatakan dalam pengelolaan yang sesuai dengen kehendak Dan agenda Kristus.
Jadi ketika kita misalnya mendapatkan promosi, kita mungkin merasa kaget sebentar dan langsung berpikir bahwa promosi ini selain untuk kita nikmati, sebenarnya Tuhan mau pakai saya untuk apa?
Sharing Ps. Alvi – Suatu hari saya pernah diberkati dalam jumlah yang cukup besar. Di salah satu Ibadah gereja, ada sebuah desakan dari Tuhan dimana ada Hamba Tuhan menganjurkan untuk memberikan persembahan yang biasanya tidak dilakukan di JPCC. Dia anjurkan bahwa kita memberikan persembahan sebagai bentuk “Unusual Response” dengan memberikan “Unusual Offering”, Kita tahu bahwa orang-orang di Alkitab adalah orang-orang biasa dengan respon yang tidak biasa.
Saya langsung merasa bingung, dan tiba-tiba pura-pura lupa akan sisa berkat yang baru saya dapatkan. Saya langsung menanyakan kepada Istri saya, dan dia berkata juga untuk memberikannya. 10 bulan setelahnya kami ternyata menuai 400% dari apa yang kami tabur sebelumnya.
harus memberikan persepuluhan saat Ibadah. 10 bulan setelahnya kami menuai 400%.
Stewardship is an invitation to experience a deeper relationship with God. Pengelolaan adalah undangan untuk mengalami hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan.
Dari perumpamaan diatas, Frase untuk “ikut bersukacita bersama” merupakan motivasi utamanya untuk memberikan ujian kesetiaan adalah bukan untuk sebuah keuntungan, tetapi adalah untuk sebuah hubungan.
Oleh sebab itu setiap kali kita diundang untuk mengelola sumber daya, alami Tuhan dan kenalin KarakterNya disana.
Supporting Verse – “Kemudian pegawai yang ketiga datang juga dan berkata kepada tuannya, ‘Tuan, saya tahu Tuan orang yang keras hati, yang selalu berusaha mengambil keuntungan dari usaha orang lain. Contohnya, Tuan menuai di mana Tuan tidak menanam, dan mengambil hasil di mana Tuan tidak pernah menabur. Karena itu saya takut dan berpikir, “Jangan sampai aku merugikan tuanku!” Jadi saya mengamankan modal itu di dalam tanah. Lihat, ini uang Tuan.’ “Jawab tuan itu kepadanya, ‘Kamu pegawai yang jahat dan malas! Kamu tahu bahwa saya mengambil banyak keuntungan dari usaha orang lain, termasuk mengambil hasil di mana saya tidak pernah menanam atau menabur. Matius 25: 24-26 TSI
Padahal TuanNya tidak meminta dia untuk memakai modal Pribadi, jadi seharusnya adil kalau Dia berharap ada tuaian yang bisa ditabur. Kalau sang tuan memang jahat, tidak mungkin Dia mengundang semua hambaNya untuk berpesta bersamaNya. Kata malas disini berasal dari bahasa yunani “okvnros” dengan artian penakut, menganggur, menunda, lamban dan menyusut.
Supporting Verse – “Lalu kata orang kaya itu kepada para pegawainya yang lain, ‘Karena itu, ambillah 30 kilogram tadi dari dia dan berikan kepada pegawai yang pertama tadi, yang sudah memegang 300 kilogram perak. Buanglah pegawai yang tidak berguna ini ke luar, ke dalam penjara yang paling gelap. Orang-orang yang berada di situ akan selalu menangis dan sangat menderita.’” Lalu Yesus menyimpulkan perumpamaan-Nya, “Setiap orang yang setia mengerjakan apa yang dipercayakan Allah kepadanya akan diberi lebih banyak lagi, sampai dia berkelimpahan. Tetapi setiap orang yang tidak setia mengerjakan apa yang dipercayakan kepadanya, maka apa pun yang masih ada padanya akan diambil.” Matius 25:28-30 TSI
Rupanya ujian dari kesetiaan itu pada ujungnya adalah Tuhan mau kita hidup berkelimpahan. Sang pemilik akan menambahkan kepercayaan ketika kita mengelola dan mengusahakan sumber daya yang dipercayakan demi keuntungan sang pemilik.
Kalau kita menganggap semua punya kita masih milik kita, maka tidak heran akan kita pakai untuk keuntungan kita saja, tetapi jika kita mengerti bahwa semua yang ada di tangan kita itu adalah titipan Tuhan, maka kita bisa bertanya “Bagaimana agar semua yang Tuhan taruh disini, bagaimana cara saya mengelolanya agar itu menjadi keuntungan Kerajaan Surga, bukan keuntungan saya atau keluarga saya saja, tetapi bagaimana Kerajaan Surga yang diperbesar di muka bumi melalui sumber daya ini, itu seharusnya yang kita tanyakan.
Stewardship is an opportunity for an enlarged capacity, Pengelolaan adalah kesempatan untuk memperbesar kapasitas.
Setiap kali kita diberikan kesempatan untuk mengelola, kerjakan dengan setia maka kapasitas yang lebih besar akan menunggu kita semua. Sewaktu wadahnya diperbesar, kita tidak perlu meminta berkat yang lebih besar karena berkat itu akan mengikuti kita semua. Tetapi kadang kita meminta sebaliknya. Oleh karena itu perbesar kapasitas kita bahkan meskipun kita tidak mengerti disaat menjalaninya. Sayapun dulu sempat mengalami narasi seperti itu dalam hidup saya.
Closing Verse – “Setiap orang yang bisa dipercaya dalam hal-hal kecil juga akan bisa dipercaya dalam hal-hal besar. Dan setiap orang yang tidak jujur dalam hal-hal kecil juga tidak akan jujur dalam hal-hal besar. Jadi, kalau kamu ternyata tidak bisa dipercaya untuk mengurus harta duniawi dengan jujur, maka Allah tidak akan mempercayakan harta surgawi kepadamu. Dan kalau ternyata kamu tidak bisa dipercaya untuk mengurus harta yang sebenarnya bukan milikmu tetapi milik Allah, maka kamu tidak akan diizinkan memiliki apa pun di surga. Lukas 16:10-12 TSI
Jangan sampai itu tidak terjadi dengan kita. 3 Prinsip hari ini. Stewardships is a test of faithfulness, Stewardship is an invitation to experience a deeper relationship with Him, and Stewardship is an opportunity for an enlarged capacity.
Lalu apa yang harus kita perbuat?
1. Serahkan apa yang Tuhan taruh di tangan kita kembali kepada Tuhan, Akui Dia sebagai pemilik utama baik itu dalam pernikahan kita, dan semua aspek kehidupan kita.
2. Kenali dan alami Karakter Tuhan dalam mengelola setiap sumber daya, karena cara kita menggunakan sumber daya itu adalah ekspresi Iman percaya kita kepada kedaulatan dan kebaikan hati Tuhan. Taat karena percaya dan bukan karena melihat.
3. Kembangkan apa yang Tuhan titipkan di tangan kita. Cara terbaik untuk mempertahankan sesuatu adalah dengan menjalankan dan melipatgandakannya. Berhenti mengandalkan kemampuan, pendidikan dan jam terbang kita, dan mulai andalkan hiknat dan kemampuan Tuhan karena Dia adalah Tuhan yang baik.
P.S : Mau info aja bahwa aku baru2 ini join supplier daging untuk Restoran dan B2C bernama Beli Babi, Bli! (BBB). Bagi yang tertarik, Feel free to visit our retail store (utk area Alsut, Tangerang, dan sekitarnya) ya : https://tokopedia.link/SZAWN1pxNGb