Joy By Ps. Juan Mogi

JPCC Online Service (3 October 2021)

Halo JPCC! Salam sejahtera! Senang sekali bisa berjumpa walaupun lewat kebaktian online. Saya mengucapkan terima kasih kepada Pastor Jeffrey dan Angela Rachmat yang memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan firman Tuhan pada hari ini. Dan saya akan membawakan sebuah topik yaitu “Sukacita” atau “Joy”.

Berapa banyak Bapak, Ibu, Saudara yang pernah mengalami sukacita? Enak banget kan, yang namanya sukacita? Biasanya sukacita itu kalau lagi gimana sih? Hmm, naik gaji misalnya; apalagi naiknya cukup tinggi, disertai dengan bonus. Tapi biasanya setelah gaji naik, bulan pertama, kedua, lama-kelamaan sukacita itu hilang dan kita nunggu-nunggu, ”Kapan ya, gajinya naik lagi?” Tapi sebaliknya, kalau gajinya enggak naik, gimana? Kalau gajinya dipotong gimana? Hilang dong sukacitanya?

Atau mungkin contoh yang berikutnya: kita sudah lama menantikan jodoh, enggak datang-datang. Kita sudah berpikir, ”Udah, tutup buku aja!” Tiba-tiba dapat pasangan hidup, calon suami; pokoknya yang main-main di drama-drama Korea putus semuanya, keren banget! Tapi tiba-tiba setelah kita jalani dan akhirnya menikah, “Kok setelah dilihat, biasa aja ya dia?” Sukacitanya mungkin bisa hilang.

Atau contoh yang sehari-hari, saat kita naik ke sebuah benda yang namanya timbangan. Apa yang terjadi kalau timbangannya turun, walaupun cuma satu kilo, setengah kilo, senangnya minta ampun! Tapi kalau timbangannya stagnan apalagi naik terus, sukacita bisa hilang. Nah, ini yang seringkali kita sebut sukacita dari luar; keadaan di luar membuat kita bersukacita. Atau ada yang bilang begini, “sukacita di luar Tuhan”. Ada yang bilang lagi, “sukacita dunia”. Nah, definisi sukacita dengan contoh-contoh yang barusan saya sebutkan, seperti ini—Sukacita di luar Tuhan adalah perasaan senang yang berlandaskan hal-hal dari luar kita, yaitu orang, benda, tempat, pikiran, kejadian dan semuanya ini sifatnya sementara.

Dan kali ini kita akan belajar sukacita dari Galatia 5: 

Supporting Verse – Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Galatia 5:22-23 (TB)

Nah, yang kita mau bahas adalah buah Rohsukacita“. Kita sudah memasuki satu tahun delapan bulan, kurang lebih pandemi COVID-19, dan di saat-saat seperti ini kita mengalami banyak hal. Kedukaan, ditinggal orang yang kita cintai, ada yang bisnisnya mungkin menurun, tutup, ada yang dipotong gaji, ada yang enggak punya pekerjaan, ada yang menderita sakit, enggak bisa ketemu banyak orang; ada begitu banyak hal yang membuat kita enggak bisa bersukacita.

Justru di saat-saat seperti ini,ini saatnya buah Roh yang namanya sukacita itu, dimunculkan. Nah, dari kata sukacita, saya pelajari punya arti seperti ini: jadi sukacita atau “joy” atau bahasa Yunaninya “chara“, definisinya seperti ini: Perasaan senang dari dalam kita yang berlandaskan kepadaSatu, hubungan pribadi dengan Allah; Dua, Kasih Karunia Allah; Tiga, Berkat Allah; Empat, Janji Allah; Lima, kehadiran Allah; yang dimiliki orang percaya dan semuanya itu sifatnya kekal.

Nah, ini yang disebut “sukacita di dalam Tuhan” atau “sukacita karena Tuhan“. Ini definisi “joy” yang Alkitabiah. Yuk, kita bahas sama-sama. Jadi sukacitanya, ya tadi contoh-contoh yang di awal itu enggak salah; kalau berat badan turun, dapat jodoh, naik gaji, itu membuat kita bersukacita. Tapi ada sukacita yang berlandaskan kelima hal tadi;

Pertama, kita sebut hubungan pribadi dengan Allah.

Yang namanya hubungan pribadi, banyak orang menganggap remeh, “Ah, biasa kok! Ini cuma, kita anak, Dia Bapa!” Tapi ternyata hubungan pribadi itu, dahsyat sekali; itu dasar untuk kita bersukacita! Bayangkan, Bapak, Ibu, Saudara, kalau kita punya akses langsung sama Presiden Republik Indonesia. Dalam keadaan seperti ini, waktu saat-saat tertentu orang susah cari dokter, cari rumah sakit, kita punya akses khusus ke Menteri Kesehatan, ke pemilik-pemilik dari rumah sakit, tentu memudahkan, kan?

Nah, dalam perjalanan saya berteman saya ketemu orang-orang dari yang enggak terkenal sampai yang terkenal, enggak top dan top. Tapi waktu saya ketemu orang-orang tertentu yang katanya punya posisi, punya pangkat, jabatan, dan bla bla bla, mereka kasih saya akses, ”Ini kartu nama saya Pak Juan. Kalau perlu apa-apa nanti kontak saya langsung. Jangan sungkan ya!” Ada yang udah enggak pakai kartu nama, kasih “Ini catat nomor WhatsApp saya, nomor telepon saya, hubungi saya. Pokoknya anytime, you perlu, you tinggal hubungin.” Senang kan? Tapi, waktu saat saya perlu, saya lagi pikir, “Kontek jangan ya? Ah, enggak enak deh, ganggu orang deh. Belum tentu juga dia masih ingat saya!”

Atau bisa ada pemikiran-pemikiran yang lain. Tapi, kita punya Bapa di surga, yang kasih kita akses itu, setiap saat kita bisa panggil dia, ”Ya Abba, ya Bapa!” Bukankah kita sangat bersyukur, kalau punya akses di dunia, hubungan pribadi dengan orang-orang atau channel tertentu, membuat kita bersukacita; apalagi kita punya akses yang terus-menerus, dengan surga, dengan Bapa kita yang baik.

Mulai dari pandemi tahun lalu, dimulai Maret, kita mulai gereja secara online, dari teman-teman saya, pendeta-pendeta, kita masih tetap berhubungan. Tapi ada satu pastor yang secara terus-menerus itu memperhatikan saya, WhatsApp, telepon, ya pastor Saudara, Pastor Jeffrey Rachmat. Waktu tahun lalu saya bawa istri saya berobat, dia telepon, “Gimana kamu kabarnya? Istrimu gimana?” Nah terus berlanjut sampai lewat pandemi, lewat Natal, masuk tahun ini pun saya harus berangkat lagi untuk [alasan] medikal dan beliau terus tanya, ”Apa kabar?” Seringkali sembari jogging, beliau telepon, mengobrol. Bayangin, diperhatikan oleh pastornya Saudara saja, senang! Apalagi setiap kita punya akses langsung dengan Bapa di surga. Bukankah itu dasar untuk kita bisa bersukacita? Yang berikutnya dikatakan apa? Selain hubungan pribadi dengan Allah, kasih karunia Allah.

Kedua, adalah Kasih Karunia Allah.

Apa sih, kasih karunia Allah? Itu landasan kita bersukacita yaitu sebuah kasih yang sayang sama kita, pada saat kita enggak layak; enggak layak dikasihi, tapi Dia tetap sayang! Bayangilah model-model kita sebelum ketemu Tuhan; orang yang berdosa, enggak mikirin Tuhan, enggak setia, enggak tanggung jawab, hidup dalam dosa. tapi Dia tetap mau turun ke dunia, mati di kayu salib bagi saya dan Saudara. Kita yang enggak layak, dilayakkan sama Tuhan. Kita diangkat jadi anak-Nya; bayangin, model-model yang berdosa, diangkat jadi anak!

Menurut Bapak, Ibu, Saudara, Pastor Juan Mogi, baik enggak? Walaupun saya enggak tahu, Bapak, Ibu, Saudara jawab apa, yah paling enggak, oke lah ya. Nah, misalnya di sini ada Om, Tante, Bapak, Ibu yang ikut kebaktian yang anak-anaknya sudah pada menikah semua, tinggal berduaan, saya mau tanya coba, mau enggak mengangkat Pastor Juan jadi anak? Enggak usah beliin rumah, enggak usah kasih apa-apa. Cukup kasih makan aja, sudah senang Pastor Juan. “Belum tentu kan? Eh kalau nanti dia tiba-tiba berubah jadi enggak baik, gimana?” Tapi Bapa mengasihi kita saat kita masih berdosa; itu dasar kita bersukacita!

Lalu kasih karunia bicara mengenai begini: bukan hanya kita yang enggak layak dilayakkan, tapi kita yang enggak bisa, diberi kemampuan. Yang enggak bisa mengampuni, jadi bisa mengampuni. Yang enggak bisa mengasihi, jadi bisa mengasihi. Yang enggak bisa melakukan firman Tuhan, diberi kesanggupan untuk melakukan firman Tuhan. Itu yang namanya kasih karunia; itu adalah dasar untuk kita bersuka cita.

Ketiga, adalah Berkat Allah

Nah, banyak orang yang berpikir berkat itu selalu hubungannya dengan cuan; dengan nol, nol, nol, nol, nol.Nah, walaupun Pastor Jose kasih nama saya Koh Acuan, tapi waktu saya mengerti, berkat Tuhan itu enggak selalu bicara tentang cuan. Keselamatan; pernah Anda berpikir bahwa keselamatanlah berkat yang terbesar yang Tuhan beri dalam hidup kita? Ada banyak orang sudah dengar firman, tapi hatinya enggak terbuka, enggak tergerak untuk menjadikan Yesus, Juruselamat dan Tuhan.

Tapi setiap kita, hari ini, beroleh berkat yang terbesar yaitu keselamatan. Apalagi? Kesehatan; bukankah kesehatan itu adalah berkat dari Tuhan? Kepercayaan; kalau kita dipercaya jadi seorang bapa, papa, jadi suami, jadi istri, dipercaya menggembalakan, dipercayakan memimpin perusahaan, dipercayakan menjadi profesional, apa pun yang Tuhan percayakan, itu berkat yang luar biasa. Keluarga juga adalah berkat. Ada banyak dasar untuk kita bisa bersukacita.

Keempat, adalah janji Allah.

Wah, orang janji sih banyak banget! Saya nih, tahun ini hidup sudah berapa puluhan tahunlah; enggak lama lagi mendekati 50 tahun, yang janji banyak banget! Tapi enggak semuanya menepati. Tapi kita punya Tuhan yang luar biasa. Dia berjanji dan Dia menepati janji-Nya. Itu dasar untuk kita bersukacita.

Dan yang terakhir, Kehadiran Allah.

Kehadiran Allah. Dia ada di mana pun kita berada. Mata Tuhan ada di segala tempat. Dia omnipresent; Dia Maha hadir. Saat kita lagi di atas, Dia ada. Saat kita lagi di bawah, Dia ada. Saat kita lagi tertawa, Dia ada. Bahkan di saat pandemi seperti ini, Tuhan ada bersama dengan kita. Itu adalah dasar untuk kita bersukacita. Jadi kalau Bapak, Ibu, Saudara, di tengah pandemi ini enggak menemukan lagi hal-hal yang membuat kita bersukacita, renungkan lima hal ini, dasar untuk kita mengalami sukacita yang sesungguhnya. Coba kita lihat beberapa contoh di dalam firman Tuhan, misalnya dalam Matius 13 dan Roma 14.

Supporting Verse – “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi.—nah, dengar baik-baik ini. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.” Matius 13:44 (TB)

Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman,—sementara lagi makan enak, sukacita, makanan selesai, sudah kenyang,mungkin [waktu] ketemu masalah, sukacitanya hilang lagi;tapi dengar baik-baik, kerajaan Allah adalah— ….soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Roma 14:17 (TB)

Jadi orang ini, begitu ketemu kerajaan Allah, ketemu kebenaran, damai sejahtera, sukacita, dia begitu bersukacita! Dia jual semua yang dia miliki untuk dia dapatkan sukacita itu! Dahsyat! Ini bukti bahwa ada sukacita yang sesungguhnya yang tidak tergantung oleh jodoh, oleh uang, berat badan, pengalaman,tapi kebenaran.

Lanjut, contoh berikutnya.

Supporting Verse – Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” Lukas 10:20 (TB)

Keren ini! Saya tuh, waktu di awal-awal vaksin masuk yadi hati saya itu mikir,“Kapan kita bisa divaksin gilirannya? Penduduk gitu banyak!” Terus saya jalan pagi di depan kompleks, olahraga, tetangga saya bilang begini. “Pak Juan kan pendeta ya?” “Iya,” saya bilang. “Bentar lagi divaksin dong?” “Dari mana…”, saya bilang, “…bisa divaksin?” “Lho, Pak Juan enggak baca?”, katanya. “Itu kan nanti dari, apa—pemimpin negara, lalu yang pejabat-pejabat, Lalu, yang apa itu…tokoh-tokoh agama,” katanya, “pemimpin-pemimpin agama!”“Yang bener?” Enggak lama saya ada meeting di Sinode. Eh, tiba-tiba benar dikabarin, “Siap-siap ya! Tunggu SMS.”

Jadi saat itu kan, kita dengar berita orang kena COVID, kena apa…Saya lihatin—kan sudah lama enggak SMS kan— [biasanya pakai] WhatsApp kan? Terus, “Kapan nih SMS datang?” Begitu SMS datang, senangnya minta ampun! Jadi—saya juga lupa ya bulan apa saya divaksin. Kita termasuk yang pertama-pertama pendeta itu divaksin. Terdaftar [untuk] divaksin aja senang, apalagi kita terdaftar di dalam buku kitab kehidupan. Dahsyat!

Contoh yang berikutnya. Bapak, Ibu, Saudara pernah baca di [kitab] Lukas 15, ada tiga kisah, tentang domba yang hilang, tentang dirham yang hilang, tentang anak yang hilang; semuanya menggambarkan tentang orang berdosa yang hilang. Saya ambil contoh ya satu misalnya, Tuhan Yesus bilang begini: kalau ada seseorang punya 100 domba, lalu satu domba hilang, bukankah ia akan meninggalkan 99 dombanya,lalu mencari satu domba yang hilang sampai ditemukan, lalu dia menggendong di bahunya, lalu dia memanggil sahabat dan tetangga-tetangganya, saking sukacitanya dia bilang begini, “Ayo kumpul sama-sama.Aku bersukacita banget, karena yang hilang telah kembali!”

Supporting Verse – Dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Lukas 15:6-7 (TB)

Jadi ternyata, sukacita yang kita bisa alami dapat terjadi kalau kita membawa orang-orang ketemu dengan Tuhan. Justru di saat pandemi seperti ini, saat kita lihat mungkin, “Kok bisnis lagi enggak bertumbuh? Profit lagi enggak seperti biasanya?” Kita bisa pakai kesempatan ini untuk menceritakan kebaikan Tuhan, kepada orang-orang yang memerlukan.

34 tahun saya lahir baru, mengikut Tuhan. Saya mengalami sungguh-sungguh, saat saya ada di dalam krisis, enggak punya apa-apa, pelayanan juga enggak seperti sekarang ini. Tapi hal-hal kecil yang saya lakukan, membawa teman-teman saya di sekolah, di kampus, satu persatu kenal Tuhan Yesus, sukacitanya sangat luar biasa! Tapi yang menarik, ada satu contoh di dalam perumpamaan ketiga, tentang anak yang sulung. Kan ada anak sulung, anak bungsu; anak bungsu pergi meninggalkan bapanya. Sudah minta warisan, menghabiskannya, sudah—sudah parah saja, sudah enggak karuan, balik deh ke bapanya. Jadi bapanya tuh kenakan kasut, pakaikan jubah, kenakan cincin,potong lembu yang paling tambun, lalu mengadakan pesta. Nah yang sulung, waktu pulang kerja dia dengar,“Hah? Ada bunyi apa nih rame-rame begitu?”Ini dengar ya, dia ngomong begini.

Supporting Verse – Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa,—bayangin tuh, pelayanan terus sementara yang kecil, yang bungsu, foya-foya,Tapi [si sulung] enggak suka cita.Nih, denger, tragis banget apa yang membuat dia bersukacita.Kemungkinan nih, kalau kita analogikanmungkin [seperti] orang yang sudah melayani di dalam gereja.Sudah kelihatannya, sudah level volunteers, workers di gereja. tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Lukas 15:29 (TB)

Bayangin, dia selalu hadir, bersama dengan bapanya. Bapanya selalu ada untuk dia, dia punya kesempatan melayani bapanya, tapi level sukacitanya ditentukan oleh seekor anak kambing! Bayangin, sate kambing, gulai kambing, tongseng kambing, kambing guling; cuma serendah itu sukacitanya! Akhirnya bapanya bilang begini, “Nak, tenang.Apa yang aku punya, kamu punya!” Aduh, keren banget!

Contoh terakhir, Masih ingat tentang Zakheus ya; kepala pemungut cukai.Katanya badannya kecil, pendek dan kaya, kata Alkitab.Tapi waktu dia dengar tentang Yesus, dia sampai kepingin ketemu—[karena tempatnya] penuh kan, naik pohon dia. Sudah pernah bagi Anda yang mau kebaktian di JPCC, katanya mengantri kan ya, saya pernah liat antriannya panjang. Terus, “Sudah bro, kita naik genteng!”; Anda belum ada kan yang sampai manjat. Ini Zakheus nih, dia sudah lupa sama jabatannya, gengsinya, dilihatin orang, “Tuh, tuh, tuh, pejabat naik pohon! Dia naik pohon karena mau ketemu Yesus!”

Karena kekayaannya, karena pangkatnya, karena apa yang dia miliki, sudah tidak bisa memberikan sukacita lagi di dalam kehidupannya. Tapi waktu dia dengar tentang Yesus, ”Ah!”, dia bilang, “Mungkin Dia ini yang bisa menjadi sukacitaku!” Ketika Yesus sampai ke tempat itu, dikatakan seperti ini.

Supporting Verse – Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Lukas 19:5-6 (TB)

Ada kata sukacita di sini; yaitu “chara“. Jadi sukacita itu, yang kekal, yang lasting, adalah saat kita berjumpa dengan Yesus. Berubah hidupnya! Tiba-tiba lagi duduk dia berdiri, “Tuhan Yesus setengah dari milikku, aku akan kasih kepada orang miskin. Dan kalau ada yang pernah aku peras, aku kembalikan empat kali lipat. Dahsyat ya? Karena dia ketemu dengan sukacita yang sesungguhnya.

Saya akan tutup firman Tuhan dengan beberapa hal. Bagaimana sih kita bisa mengalami sukacita di dalam Tuhan? Berapa banyak Bapak, Ibu, Saudara, ingin mengalami sukacita dalam Tuhan?

Yang pertama, Menaati Firman.

Supporting Verse – Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Dengar baik-baik, ayat ke-11, Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Yohanes 15:10-11 (TB)

Jadi mentaati firman ternyata membawa hidup kita penuh sukacita, dan sukacita kita penuh. Ambil contoh, Paulus ya; Paulus itu mau ke Bitinia, mau melayani. Tapi Roh Tuhan menghalangi dia. Dan dalam sebuah penglihatan, dia diarahkan untuk pergi ke Makedonia. Jadi mau ke Bitinia, yang menghalangi siapa? Roh Tuhan! Dan dia diarahkan untuk Makedonia; mestinya jalannya mulus dong? Tapi ternyata di sana, karena dia melayani Tuhan, menyaksikan tentang pekerjaan Tuhan, ditangkap—karena ada yang enggak senang kan. Dipukuli, didera, dimasukkan ke penjara yang paling dalam.

Tapi yang luar biasa—firman Tuhan mencatat— tengah malam—tengah malam mereka berdua menyanyikan pujian dengan suara yang keras. Kenapa? Karena [supaya] sampai [semua orang] di penjara itu pada dengar! Kalau enggak salah lagunya begini, ”Allah bangkit, bersoraklah (hei) Allah bangkit bernyanyilah… Musuh dikalahkan, Umatnya dibebaskan, Allah dahsyat di tempat kudus-Nya!!”

Bayangin, dipukulin. Dipukulin! Kita jatuh dari sepeda saja sakitnya empat hari. Ini dipukuli berkali-kali dalam keadaan yang paling gelap, yang paling parah, sukacita itu tetap ada, mengapa? Karena mereka tahu, walaupun mereka dihalangi ke Bitinia, dan Roh Tuhan mengarahkan mereka ke Makedonia, mereka taat kepada firman dan mereka harus melewati masa-masa yang sulit, tapi sukacita karena Tuhan tidak pernah hilang dalam kehidupan mereka. Haleluya! Dan apa yang terjadi? Pintu-pintu penjara terbuka, terjadi gempa bumi yang besar.

Singkat kata, potong cerita; kepala penjara dan keluarganya, diselamatkan, memberi diri dibaptis. Ketaatan kita kepada firman membawa kepada sukacita. Enggak gampang untuk taat, tapi ada sukacita yang mengikutinya.

Yang kedua, dipenuhi oleh Roh Kudus;atau ada kata lain, “dibaptis oleh Roh Kudus”.

Supporting Verse – Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang — demikian kata-Nya — “telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, k tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” Kisah Para Rasul 1:4-5 TB

Tuhan Yesus bilang sama murid-murid-Nya, ”Jangan pergi dulu.”Tinggal di Yerusalem menantikan janji Bapa,untuk mereka dibaptis oleh Roh Kudus. Apa sih dibaptis Roh Kudus? Apa sih artinya dipenuhi Roh Kudus? Roh Kudus memenuhi hidup kita dan kehadiran-Nya mengubahkan kehidupan kita.

Supporting Verse – kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,[8] kamu akan menerima kuasa[8] dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria[8] dan sampai ke ujung bumi.” Kisah Para Rasul 1:8 (TB)

Kuasa itu bicara mengenai apa? Mengenai dinamit, mengenai dinamo. Sebuah kuasa membuat kita bisa dinamis, hidup dalam kebenaran. Sebuah kuasa yang membuat kita bisa mengalahkan kekuatan dari dosa, mengalahkan daya tarik dunia dalam kehidupan kita. Kita perlu dipenuhi Roh Kudus, karena saat dipenuhi Roh Kudus, kita diberi kemampuan melakukan firman, hidup dalam kebenaran, dan kita akan mengalami sukacita di dalam Tuhan.

Kembali saya berikan contoh lagi dari kehidupan Paulus. Dulu dia disebut Saulus—karena Alkitab bilang “Saulus yang disebut juga Paulus”—Nah, Saulus ini dulu kan yang suka itu tuh, menganiaya murid-muridnya Tuhan. Pokoknya jahat deh! Pokoknya dia menganiaya Tuhan; karena menganiaya murid Tuhan, artinya menganiaya Tuhan juga. Lalu dalam sebuah perjalanan ke Damsyik, dia berjumpa dengan Tuhan. Ada sebuah sinar yang datang, sehingga itu itu membuat Dia sampai enggak bisa melihat.

Supporting Verse – Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.Kita bisa lihat di Kisah Para Rasul juga ada bagian lain yang mengatakan,“Lalu Paulus yang penuh dengan Roh Kudus berkata dengan lantang.” Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Kisah Para Rasul 9:17-18 (TB)

Nah, lihat dampaknya setelah dipenuhi Roh Kudus, bagaimana Paulus dalam perjalanannya enggak mengalami hal-hal yang enak. Mau karam kapal, telanjang, dipukuli, didera berkali-kali, kelaparan, kekurangan. Wah, kita kalau baca kita rasa, “Aduh! Apa aku sanggup ya kalau jadi Paulus?” Tapi keren banget, sukacitanya enggak hilang! Saya kasih contoh dua ayat ya.

Supporting Verse – sebagai orang berdukacita,— apa pastor artinya dukacita? Ya dukacita;sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita—sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; Bagaimana coba caranya? Bingung kan? Nah itulah orang bersukacita.Mungkin sukacitanya bisa memberkati banyak orang.Karena kalau kita lagi susah, [lalu] dihibur sama orang,kan kita enggak bertanya begini, ”Bro, lu orang kaya?”Kan enggak! Yang penting sukacita dia, menghibur kita.Menular sukacita itu! Sebagai orang tak bermilik sekalipun kami memiliki segala sesuatu.Saya ulang ya ayat awalnya.

Supporting Verse – sebagai orang berduka cita, namun senantiasa bersukacita. Itu “chara”, itu “the joy of the Lord” (sukacita dari Tuhan). 2 Korintus 6:10 (TB)

Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu,—ini baca ayatnya aneh! Misalnya dalam DATE ya, lagi perkumpulan, “Siapa yang mau sharing?”“Aku mau sharing!”, dia ngomong sama DATE Leader-nya.“Yak, kamu mau sharing apa?” “Aku lagi happy banget lho.” “Eh, cerita dong! Cerita dong!”, teman-teman DATE-nya pada ngomong gitu.“Lu lagi kenapa? Lagi happy kenapa?””Aku lagi menderita banget.””Hah?”“Iya menderita. Aku sukacita banget.”Atau kalau orang lagi COVID-19 begini, bilang begini: (BERNYANYI) ”COVID-19 janganlah cepat berlalu”Perlu divaksin lagi, itu orang. Aneh kan? Lagi menderita, terus bersukacita.“Asyik, COVID-nya enggak selesai-selesai.”Aneh, tapi Paulus tulis begitu.

Supporting Verse – Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Kolose 1:24 (TB)

Melayani menderita, tapi bagi dia sukacita, karena sukacitanya tidak ditentukan dari apa yang ada di luar—pengalaman, benda, orang, keadaan—tapi karena dasar yang ada di dalam dia yaitu Tuhan Yesus.

Dan yang terakhir, saya selesai di poin yang ketiga ini.Bagaimana sih mengalami sukacita? Melewati Proses. 

Melewati proses. Buah Roh itu enggak bisa dibeli. “Kita beli aja pohonnya!”Enggak bisa, om. Buah Roh itu melewati proses. Kalau hidup kita senang terus, berat badan turun terus, kita enggak usah cari jodoh, yang mengejar kita banyak,“Oh, yang pengen sama saya lima orang, pastor!”Terus apa lagi? Gaji naik terus, bonus keluar terus;ya kita jadi sulit membedakannya.

Justru dalam saat-saat seperti ini, saat kita lagi diproses di kesehatan, di keuangan, di keluarga, apa pun penderitaan yang sedang kita alami, this is the time for us to produce this kind of fruit. Ini saatnya kita menghasilkan buah Roh yang namanya sukacita. Lewati proses ini, nikmati proses ini.

Sharing Ps. Juan – Saya sempat cerita tadi, 34 tahun yang lalu saya lahir baru. Papa saya dipanggil lewat krisis ekonomi. Dipinjam sebentar sama Tuhan, karena ini yang membuat dia enggak bisa melihat Tuhan. Dia lihat, dia orang sukses, berhasil. Kami sekeluarga ikut masuk dalam pembentukan.Tapi di momen seperti itulah, kami ketemu secara pribadi dengan Tuhan.

Tahun 1987 saya terima Yesus secara pribadi. Dibaptis Roh Kudus, mengalami lahir baru. Secara manusia nih enggak punya apa-apa. Enggak punya apa-apa, orang lagi susah! Mau makan apa besok, enggak tahu. Mau tinggal di mana enggak tau tinggal di mana. Mau sekolah saja, mesti jualan. Tapi anehnya, sukacita itu terus meluap di hati. Di momen itu saya mengerti, ”Oh ini toh, the joy of the Lord!” Saya tutup dengan satu ayat. Saya janji yang terakhir dan kita selesai.

Closing Verse – Jangan kamu bersusah hati,  sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Nehemia 8:10b (TB)

Dalam bahasa Inggris dikatakan seperti ini (KJV), Do not sorrow, for the joy of the LORD is your strength. Saya ulangi, Jangan bersusah hati, karena sukacita dari TUHAN itulah kekuatanmu. Kalau Bapak, Ibu, Saudara di rumah lagi sendiri, berdua, sekeluarga,boleh enggak kita ngomong sama-sama?

Yuk, kita declare, we pronounce, kita katakan ini, satu, dua, tiga,“ The joy of the LORD is my strength! Sukacita dari Tuhan itulah kekuatanku.”(BERNYANYI) ”T’rima sukacita surga, Itulah kekuatan bagi jiwa‘Ku dapat rasakan kasih-Nya, Di tengah badai yang bergelora”. Doa saya supaya setiap kita yang mengikuti kebaktian online pada hari ini, dipenuhi dengan sukacita dari Tuhan. The joy of the LORD is your strength. (Sukacita dari TUHAN itulah kekuatanmu)The joy of the LORD is my strength. (Sukacita dari TUHAN itulah kekuatanku), The joy of the LORD is our strength. (Sukacita dari TUHAN itulah kekuatan kita). Tuhan memberkati.

P.S : Hi Friends! I need a favor in terms of a freelancing job opportunity, please do let me know if any of you know a freelance opportunity for a copywriter (content, social media, press release, company profile, etc). My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com, Sharing is caring so any support is very much appreciated. Thanks much and God Bless!