Memaknai Kebangkitan Kristus By Ps. Jeffrey Rachmat

JPCC Online Service (16 April 2023)

Selamat datang di JPCC! Berikan terima kasih kepada teman-teman yang sudah melayani kita dengan baik. Saya juga mau welcome semua yang menyaksikan secara online, saya senang saudara bergabung bersama dengan kita semua di hari ini.

Hari Minggu Paskah kemarin kita sudah belajar tentang kebangkitan Yesus yang merupakan landasan atau dasar daripada iman kita. Kalau Dia tidak dibangkitkan, maka sia-sialah semua yang kita kerjakan.

Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa KemenanganNya atas maut dan juga bukti bahwa Dia adalah Tuhan yang selalu menepati janjiNya. Kuasa yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, biarlah kuasa tersebut bekerja dan berkarya dalam kehidupan kita.

Hari ini kita akan melanjutkan, itu sebabnya tema untuk minggu-minggu ini, kita akan bicara mengenai “At the cross” dan hari ini saya akan berikan judul sharing saya “Memaknai kebangkitan Kristus”. Kita akan mulai lebih dahulu dari Matius 16:21-26.

Ini adalah kisah di mana Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridnya akan rencana sesungguhnya daripada kedatanganNya ke dunia ini, yaitu untuk menjadi korban penebusan bagi semua orang melalui penderitaan, kemudian dibunuh dan dibangkitkan.

Opening Verse – Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.  Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.  Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Matius 16:21-26 TB

Kisah ini merupakan sebuah kejadian yang sangat menarik menurut saya disini, dan karena berbagai macam hal, saya akan membahas lebih dahulu apa yang terjadi dengan Petrus disini. Berani-beraninya dia menegur Yesus, setelah Yesus memberitahukan Rencananya bahwa Dia akan ditangkap, dibunuh dan kemudian disiksa.

Petrus mungkin berpikir bahwa ini bukan rencana yang keren, mungkin saja dia berpikir bahwa “Nggak mungkinlah Tuhan membiarkan Kamu mengalami hal seperti itu? Mana mungkin Bapamu di surga membiarkan kamu menderita seperti itu, apalagi dibunuh?”

Dan apa yang terjadi? Kemudian Yesus menegur Petrus dengan cukup keras, tetapi yang menarik sebenarnya perkataan Yesus Ini ditunjukkan kepada iblis. Dia bilang “Enyahlah iblis!”.

Menarik buat saya rupanya iblis menitipkan sebuah pemikiran kepada Petrus, karena Yesus katakan bahwa engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan oleh manusia. Pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran Allah, itu yang iblis titipkan pada pikiran Petrus, dan Petrus rupanya setuju dengan pemikiran yang dititipkan iblis tersebut. Itu sebabnya dia mengatakannya.

Kalau kita amati, Itulah yang seringkali memang dilakukan iblis yaitu menitipkan sebuah pemikiran yang bertentangan dengan rencana Allah dalam hati dan pikiran kita.  Sebetulnya, kalau saudara baca Alkitab, hal ini sudah dia lakukan dari sejak awal. Ingat Bagaimana Dosa masuk ke dalam dunia ini?

Karena iblis berkata kepada Hawa, “Sekali-kali kamu tidak akan mati pada waktu kamu memakannya, matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat”.  Maka itulah yang kemudian dipikirkan oleh Hawa dan itu juga yang merupakan tindakan daripada dia.

Yang menarik adalah bahwa beberapa ayat sebelum ayat yang baru kita baca ini, kita menemukan bahwa Petrus itu ternyata baru saja dipuji oleh Yesus.

Supporting Verse – Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: ”Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: ”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: ”Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Matius 16:13-19 TB

Itu terjadi beberapa saat sebelumnya, Petrus baru saja dipuji oleh Yesus dan kemudian dia menegur Yesus, dan dia ditegur balik sama Yesus.

Pertanyaannya sekarang, Mengapa Petrus begitu terbuka sehingga iblis bisa menitipkan pemikirannya. Apa yang terjadi dengan Petrus? Apakah dia mulai tinggi hati setelah mendapatkan pujian daripada Yesus?

Bagaimana mungkin pikiran Petrus yang baru saja mendapatkan pewahyuan yang luar biasa dari Bapa di surga dapat juga dipakai oleh iblis untuk menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan rencana Tuhan.

Seringkali kita kecewa kalau ketemu pemimpin atau hamba Tuhan yang modelnya kayak gini. Betul apa tidak? Banyak orang sakit hati nih kalau ketemu hamba Tuhan yang modelnya kayak gini karena satu kali dia menyatakan suatu pewahyuan yang sangat luar biasa, tetapi the next time, the next day, hari berikutnya, dia menyatakan sesuatu yang kemudian sangat-sangat bertentangan dengan rencana Tuhan.

Pikiran kita adalah tempat pertempuran, antara pikiran yang datangnya dari Tuhan dan pikiran yang datangnya dari si jahat. Pikiran kita itu ibaratnya kontainer, tempat penampungan informasi. Jadi, tergantung pada siapa yang menitipkan informasi. Suara siapa yang kita dengar, suara siapa yang kita simpan dalam memori kita.

Masalahnya, sering kita simpan apa saja yang kita anggap benar. Bukan apa yang menurut Tuhan benar. Saya ulangi sekali lagi, seringkali kita simpan apa saja yang menurut kita benar dan bukan apa yang menurut Tuhan benar.

Apalagi kalau kita tidak mempunyai pengetahuan akan firman Tuhan sebagai acuan atau sebagai pembanding. Kalau kita nggak punya firman Tuhan yang adalah kebenaran itu sebagai acuan atau sebagai pembanding, tidak heran kalau kita sering kali membuat pembenaran.

Kita seringkali membuat pembenaran, mencoba membenarkan kita punya pemikiran dan tindakan kita sendiri, dan bukan hidup menurut kebenaran Kristus.

Menurut saya disinilah pentingnya kalau pikiran kita itu perlu dikuasai oleh firman Tuhan, sehingga kalau pikiran kita dikuasai oleh firman Tuhan maka itu seperti filter yang kemudian menyaring semua informasi yang mencoba masuk ke dalam kontainer pemikiran kita.

Kalau Firman Tuhan itu kemudian menjadi memori, kita simpan jadi memori buat kita, maka setiap pemikiran-pemikiran apa saja bentuknya yang coba masuk ke dalam pemikiran dan hati kita, akan bisa kita counter dan cek dahulu kebenarannya berdasarkan standar firman Tuhan yang sudah kita punya dalam memori kita.

Tetapi saya juga bisa mengerti, Kalau orang tidak punya firman Tuhan yang menjaga pemikirannya, maka apa saja yang masuk dan dianggap benar, maka akan dia percayai sebagai sebuah kebenaran. Padahal itu belum tentu belum merupakan sebuah kebenaran.

Iblis selalu menawarkan pemikiran yang nyaman, enak dan comfortable, yang gampang. Jalan pintas itu selalu yang ditawarkan, dan tujuannya tetap sama dari dulu yaitu mencuri, membunuh dan membinasakan, itu tujuannya.

Yang iblis pikirkan pastinya bukan yang mendatangkan kehidupan, bukan yang mendatangkan kemerdekaan, bukan yang mendatangkan kedamaian, ketenangan apalagi keselamatan. Pemikiran yang ditawarkan iblis memang memang harus diakui sungguh enak di depan, tetapi belakangnya ditanggung sendiri.

Enak di depan tetapi tidak memikirkan konsekuensinya. Sedangkan pemikiran yang dipikirkan Tuhan itu berbeda. Itu sebabnya kenapa salah satu ciri manusia di akhir zaman menurut Paulus dalam surat yang dituliskan kepada Timotius, dia bilang salah satu ciri orang di akhir zaman itu tidak berpikir panjang.

Sedangkan pemikiran yang datangnya dari Tuhan itu utuh dari awal sampai akhir. Bisa jadi awalnya kelihatannya tidak enak, tetapi akhirnya bisa jadi gloriousdan menjadi sebuah kemuliaan. Setelah menegur Petrus, Yesus mengatakan kepada semua murid, “Setiap orang yang mau mengikut aku, dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya ia akan kehilangan nyawanya, tetapi Barangsiapa kehilangan nyawanya karena aku, ia akan memperolehnya”.

Perkataan Yesus yang ini nih tidak sering dibahas. Karena memang kedengarannya tidak enak di telinga. Bisa dengan mudah juga dilihat secara negatif dimana seolah-olah Tuhan yang baik itu senang melihat umatnya tersiksa dan menderita, tetapi sebenarnya firman Tuhan ini memberikan kepada kita kunci kehidupan yang lebih baik.

Bukan sekedar sesuatu yang sifatnya sementara tetapi yang Dia tawarkan kepada kita adalah sesuatu yang sifatnya kekal.

Penderitaan adalah inti daripada iman Kristen, bukan hanya melalui penderitaan itu cara Kristus menjadi, tetapi juga itulah cara Dia menebus kita melalui penderitaan, dan itu juga cara utama kita untuk mau menjadi seperti Kristus dan mengalami penebusan – Tim Keller 

Itu berarti bahwa penderitaan kita, lepas daripada sakitnya, penderitaan tersebut penuh dengan tujuan dan kegunaan. Ada Purpose, tujuan dan goalnya dari our suffering. Itu yang dikatakan oleh Tim Keller.

Memang tidak populer untuk mengajarkan tentang penderitaan. Lebih enak, mudah dan lebih menarik perhatian orang untuk berkhotbah mengenai berkat. Tetapi kita harus menyatakan apa adanya, itulah realitas kehidupan. Kita ini hidup di dunia yang sudah corrupt karena dosa, dalam hidup ini ada, atau kita tidak kebal terhadap rasa sakit dan kita tidak kebal terhadap penderitaan.

Tetapi kalau kita memiliki perspektif yang benar dan dengan Tuhan di pihak kita maka kita dapat menanggung penderitaan dan rasa sakit yang mungkin sedang dialami dan mengubahnya menjadi sebuah kesaksian untuk kemuliaan nama Tuhan.

Kita harus berani untuk melepaskan apa yang baik menurut kita untuk mendapatkan apa yang jauh lebih baik yang datangnya dari Tuhan. Saya ulangi sekali lagi, Kita harus berani melepaskan apa yang baik menurut kita untuk mendapatkan apa yang lebih baik yang datangnya dari Tuhan.

Untuk melepaskan hidup yang lama dan untuk mendapatkan hidup yang baru, Itu sebabnya Yesus katakan “setiap orang yang mengikut Aku”. Ada dari sini yang mau mengikuti Yesus?

Setiap orang yang mengikut aku harus menyangkal dirinya. Artinya menyangkal dan menyingkirkan keinginan dagingnya, memikul salib. Salib itu lambang kematian, artinya belajar untuk mati supaya menuai kehidupan.

Ada yang pernah belajar mati? Siapa yang sudah menikah? Itu sarananya belajar untuk mati. Jadi, yang belum menikah, kalau belum siap untuk mati maka jangan menikah dulu. Karena menikah itu sarana untuk belajar mati supaya pernikahanmu jadi hidup.

Kalau kau tidak mau mati, maka pernikahanmu tidak mungkin bisa hidup. Engkau nggak salah, disalahin sama pasanganmu. Engkau lagi enak-enak nonton TV, tiba-tiba langsung dimarahin oleh pasaangan anda. Terus pertahanan saudara langsung naik, dan ada suara komando untuk menyerang balik, tetapi ada juga suara lain yang bilang  “Tahan dulu, yang waras, ngalah dulu”, maafkan dulu karena dia tidak tahu apa yang dia lakukan”,

Nah, kalau engkau mengikuti suara kecil itu, maka engkau aman. Kalau yang itu engkau ikuti, pernikahanmu dan suasana di rumah akan terkontrol dengan baik meskipun semua yang ada di dalam engkau mau memberontak rasanya. Nah, itulah memikul salib itu memang tidak enak tetapi ada tujuannya, supaya pernikahanmu jadi hidup.

Memang tidak mudah dan berat, susah seperti berenang melawan arus tetapi itu tandanya orang yang hidup. Kalau orang mati terbawa arus, dia tidak bisa ngelawan. Memang lebih mudah untuk mengikuti arus dunia ini. Lebih mudah memang untuk mengikuti apa kata dunia ini, dan daging kita itu lebih comfortable untuk kita mengikuti arus dunia ini.

Tetapi ujungnya bukanlah ujung yang baik buat kita, sebaliknya kalau kita mengikuti Yesus, maka kita harus berani menyalibkan keinginan daging kita dan kita pun akan ketemu ujung yang berbeda.

Supporting Verse – Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Matius 7:13-14 TB

Jalan menuju kebinasaan itu luas, sedangkan jalan menuju kehidupan itu sempit, pintunya pun sesak pula, harus mau antri, dan sabar. Beruntung kalian di JPCC setiap minggu sudah latihan. Memang lebih mudah untuk menuruti apa kata dunia ini, apa kata pop culture, apa kata manusia, daripada apa kata Tuhan.

Tetapi ujung yang satu adalah kebinasaan, sedangkan ujung yang lain adalah kehidupan yang kekal. Memikul salib, Kalau saudara memikul salib, saudara akan menderita tetapi bukanlah penderitaan yang sia-sia, tetapi penderitaannya akan membawa pada kemuliaan.

There is no glory without the cross.

Tidak ada kemuliaan tanpa salib. Setiap juara dunia tahu bahwa dia tidak mungkin bisa jadi juara tanpa melalui latihan yang sangat intensif. Tidak mungkin, kita sering kali cuma senang melihat orang juara, terus melihat hadiah yang mereka terima.

Tetapi kita lupa semua training yang dia lakukan, semua disiplin yang dia lakukan, semua penderitaan yang dia lakukan, menuju kepada panggung juara tersebut. Tentu sama sekali tidak mudah, karena ada begitu banyak yang harus dia korbankan untuk dia bisa sampai ke tempat itu.

I hated every minute of training, but I said, “Don’t quit. Suffer now and live the rest of your life as a Champion – Muhammad Ali

Masih ingat ketika manusia jatuh di dalam dosa? Kita kehilangan kemuliaan Tuhan. Kita kehilangan mutunya Tuhan, kita kehilangan standarnya Tuhan, dan kita harus puas dengan standar yang diberikan oleh dunia ini.

Nah, kalau kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat kita, maka kita terekspos oleh standarnya Tuhan. Kalau kita mau ikut Tuhan, mau jadi murid Yesus, Kita harus berani melepaskan standar dunia ini dan level up untuk menuju atau mencapai standar yang Tuhan sudah tentukan bagi kita.

Kita yang harus level up dengan cara melepaskan dulu standar yang dunia ini berikan kepada kita, kemudian kita menerima standar yang Tuhan berikan kepada kita. Demikian juga pada saat kita membaca firman Tuhan, jangan berusaha membawa firman Tuhan ke tingkat dimana kita berada.

Tetapi kita harus membawa diri kita naik ke tingkat dimana firman Tuhan berada. Ada banyak orang yang yang berkata “Saya dari dulu udah begini, ya gimana?  Saya lahir udah begini”.  Firman Tuhan bilang apa? kalau Firman Tuhan bilang ini, maka saudara yang harus naik ke atas dan bukan yang menurunkan firman Tuhan ke standar saudara.

“Oh, Dari dulu saya tahunya kalau bisnis juga begini, Dari dulu saya tahunya kalau kalau pacaran itu begini”. Tetapi apa kata firman Tuhan?

Saudara yang harus naik ke atas, bukan kemudian memudarkan kebenaran supaya bisa diterima oleh dunia ini. Jangan memudarkan kebenaran supaya kemudian kita dapat diterima oleh dunia ini.

Tetapi kita yang tetap harus berpegang pada kebenaran meskipun karena itu kita dipandang kuno. Atau apapun juga yang dunia ini coba lemparkan kepada kita, karena mengikuti atau taat pada pemikiran Kristus itu memang buat dunia ini merupakan sebuah kebodohan, dan memang mereka tidak bisa mengerti pemikiran Kristus karena mereka ada di bawah.

Sedangkan pemikiran Kristus itu ada di atas, Bukankah firman Tuhan katakan “RancanganMu, bukan rancanganku, pikiranMu dan bukanlah pikiranku”, betul tidak? makanya orang dunia nggak akan pernah bisa mengerti pemikiran Kristus karena itu ada di atas istilahnya, lebih tinggi kualitasnya, memikirkan lebih dari awal sampai akhir, dan bukan cuma sekedar sesaat saja apa yang ada di depan mata.

Supporting Verse – Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: ”Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Lalu mereka memarahi perempuan itu. Tetapi Yesus berkata: ”Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.” Markus 14:3-9 TB

Di mata banyak orang, perbuatan wanita ini merupakan sebuah pemborosan, buat apa minyak yang begitu mahal yang bisa dijual 350 Dinar itu diberikan uangnya kepada orang miskin, dan dibuat cuman untuk mengurapi Yesus. Buat apa?

Rupanya dari dulu ada nih orang-orang yang kayak gini nih, yang kepo yang ngurusin urusan orang lain, padahal bukan minyak-minyak dia, betul kan ya? Dari dulu udah ada jadi jangan heran kalau sekarang juga masih ada.

Tidak apa urusannya dengan dia, apa urusannya mereka? bukan milik mereka juga tetapi mereka seolah-olah punya hak untuk memarahi wanita ini. Di mata mereka apa yang wanita ini buat adalah suatu pemborosan, buang-buang sesuatu yang mahal dan bisa diberikan uangnya kepada orang miskin.

Sepengetahuan saya, orang-orang yang mikirnya seperti ini belum tentu suka memberi kepada orang miskin. Merupakan sebuah kebodohan menurut mereka tetapi di pandangan Yesus, apa yang dilakukan wanita ini merupakan sesuatu yang sangat baik. Orang-orang yang pikirannya dipenuhi pemikiran dunia ini tidak bisa mengerti pemikiran daripada Kristus.

Supporting Verse – Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” Tetapi kami memiliki pikiran Kristus 1 Korintus 2:14-16 TB

Tahukahsaudara bahwa kita ini dipanggil untuk membuat perbedaan di dunia ini, bukan untuk menjadi orang aneh. Beda itu bukan berarti aneh, tetapi kita dipanggil untuk menjadi orang benar. Orang benar itu adalah orang yang hidupnya merdeka, bebas dari dosa, orang yang hidupnya berdamai dengan Tuhan dan berdamai dengan diri sendiri, orang yang tenang meskipun ada di tengah badai, dia tetap tenang karena dia tahu sumber kekuatan dia datangnya dari mana.

Dia tahu pengharapan apa yang dia punya di dalam Kristus, orang yang benar itu adalah orang yang hidupnya dicemburui. Dicemburui ini a good way oleh orang-orang berdosa, problemnya adalah di zaman sekarang ini banyak orang Kristen yang mau dua-duanya, dunia mau, ikut Yesus juga mau.

Yesus adalah kebenaran, Dia datang ke dunia ini bukan untuk menyetujui apa yang dunia ini lakukan tetapi Dia challenge their thinking, supaya mereka sadar akan kesalahan mereka.

Kebenaran datang untuk menginsyafkan dunia akan dosa, Dosanya mendatangkan belenggu, keterikatan dan maut tetapi kebenaran datang untuk menunjukkan jalan yang mendatangkan kemerdekaan.

Untuk setiap orang yang mau ikut Yesus, Dia tunjukkan jalan yang harus ditempuh yaitu dengan menyangkal diri, memikul salib dan melepaskan cara hidup yang lama untuk mendapatkan cara hidup yang baru. Yesus tahu bahwa semuanya ini tidak bisa dilakukan dengan kekuatan kita sendiri dan itu sebabnya Roh Kudus diutus untuk diam di dalam kita, untuk menolong kita, memampukan kita untuk mengikut Yesus sehingga kualitas hidup kita ini sesuai dengan standar yang Tuhan mau.

Solusinya simple. Konsentrasi kita bukan di memikul salib, konsentrasi kita bukan di menyangkal diri, konsentrasi kita bukan melepaskan nyawa kita, tetapi konsentrasi kita adalah hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Itu konsentrasi kita.

Closing Verse – Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging n berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging –karena keduanya bertentangan–sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Galatia 5:16-17 TB

Jadi, konsentrasi kita, doa kita yang seharusnya menjadi doa kita setiap hari adalah “Roh Kudus, pimpinlah hidupku”, selama saudara mengikuti pimpinanNya, saudara tidak akan menuruti keinginan daging.  Saudara berani untuk mati terhadap keinginanmu sendiri.

Suara Roh Kudus yang lembut itu, setiap kali memberikan petunjuk tetapi masalahnya setiap kali kita berantem ingin mengikuti, kita tahu kita harus ikut, tetapi kadang-kadang kita sisipkan suara itu, kita nggak mau dengar suara itu, kita mau melakukan kehendak kita sendiri.

Selama kita membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh Kudus maka kita tidak akan menuruti keinginan daging. Selama kita taat pada suara Roh Kudus maka kita dapat menyangkal diri kita dan memikul salib kita, berani kehilangan apa yang ditawarkan dunia ini yang sifatnya sementara untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik yang sifatnya kekal.

Jadi apa yang kita pelajari hari ini?

Pertama, pikiran kita adalah tempat pertempuran. Makanya perlu kita isi dengan kebenaran firman Tuhan senantiasa.

Yang berikutnya untuk mengikuti Yesus, Kita harus berani menyangkal diri, memikul salib, mati terhadap keinginan diri sendiri, mengedepankan kehendak Tuhan lebih daripada kehendak kita sendiri.

Menyerahkan hidup yang lama untuk mendapatkan hidup yang baru dan itu semua kita lakukan dengan cara hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus. Demikianlah kita memaknai dan menghidupi kebangkitan Kristus dalam hidup kita karena Yesus sendiri sudah memberikan teladan buat kita. Amen. 

P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes