No Turning Back By Ps. Jose Carol

JPCC Online Service (29 August 2021)

Halo dan salam sejahtera kepada Saudara semua pada hari ini, minggu terakhir di bulan Agustus. Saya percaya Tuhan terus memelihara setiap Saudara di mana pun juga Saudara berada. Saya percaya Saudara dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Puji Tuhan, keadaan di kota Jakarta maupun di pulau Jawa dan Bali sudah membaik; dalam keadaan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dari mana pun juga Anda bergabung dengan kami pada hari ini, di JPCC online service, doa saya adalah Tuhan terus menjaga dan memelihara Saudara.

Masih dalam tema kita di bulan ini mengenai komitmen, saya memberi judul khotbah saya pada hari ini “NO TURNING BACK”. Saya yakin judul ini akan mengingatkan beberapa Saudara kepada sebuah lagu rohani yang sangat terkenal. Lirik yang berbunyi seperti ini: “I have decided to follow Jesus (Aku mau ikut Yesus), No turning back, no turning back. (Tidak ada kata kembali)”.

Lirik lagu ini melukiskan sebuah keputusan untuk meninggalkan cara hidup yang lama, untuk mengikuti Yesus dengan segenap hati dan komitmen untuk tidak mau lagi berbalik kembali kepada kehidupan yang lama. Saya sungguh berharap bahwa apa yang telah kita pelajari selama bulan Agustus ini telah memperlengkapi setiap Saudara dalam menjalankan kehidupan Anda masing-masing. Sehingga semua yang baik yang Tuhan sediakan dapat terjadi dan dapat Anda terima tanpa terhalang oleh sesuatu apa pun juga.

Kembali kepada judul yang saya pilih tadi, “NO TURNING BACK”. Pemikiran pertama yang saya ingin ajak Saudara renungkan pada hari ini adalah mengenai konsekuensi.

Kalau Saudara masih ingat tentang judul atau tagline yang kita pilih untuk tema ‘Komitmen’  bulan ini adalah; “Start, Strive, Repeat” (“Mulai, Lanjut, Ulangi”), mempertimbangkan konsekuensi untuk setiap fase di dalam kehidupan kita yang akan mengantarkan kita untuk menerima semua janji Tuhan dan kehidupan kita.

Di mana kita perlu menyadari bahwa sejak awal, dibutuhkan komitmen untuk start, untuk memulai sesuatu dalam kehidupan kita. Banyak sekali orang yang saya temukan, tidak bersedia untuk komit atau tidak berani untuk komit sehingga mereka sama sekali tidak pernah memulai, sehingga Saudara dapat membayangkan seberapa banyak potensi dan kesempatan yang terbuang karena tidak adanya komitmen untuk memulai.

Sebagaimana sebuah pesawat terbang yang ada di landasan pacu, dibutuhkan komitmen total sejak awal, bahkan sebelum pesawat tersebut mulai bergerak dipacu untuk lepas landas. Kemudian (kita juga perlu) komitmen untuk tetap bertahan terutama di saat segala sesuatu menjadi tidak mudah dan tidak murah untuk dijalani. Apabila konsekuensi dari tidak adanya komitmen to start, adalah menyia-nyiakan potensi dan kehilangan kesempatan; maka konsekuensi dari hilangnya commitment to strive, lebih besar lagi karena konsekuensinya bukan hanya kerugian bagi diri kita sendiri saja lagi, tetapi dampaknya tidak terelakkan juga, dan akan mempengaruhi orang lain yang ada di dalam kehidupan kita.

Saudara dapat membayangkan sebuah pesawat yang sedang melaju kencang di landasan pacu, dan di tengah-tengah upaya untuk lepas landas tersebut, kemudian sang pilot berubah pikiran. Saudara dapat membayangkan betapa besar konsekuensi, kerugian, yang akan terjadi yang harus ditanggung oleh semua penumpang yang berada di dalam pesawat tersebut.

Kemudian repeat atau commitment to follow through, sampai segala sesuatu yang kita jalani selesai. Untuk sebuah pesawat yang lepas landas pun dibutuhkan komitmen to follow through; untuk terus menghantarkan pesawat tersebut kepada ketinggian yang aman untuk memulai fase jelajah menuju tujuannya.

Apabila konsekuensi daripada tidak adanya komitmen to start adalah kehilangan potensi dan menyia-nyiakan kesempatan yang akan datang, dan tidak adanya komitmen to strive, to stay, adalah mengakibatkan kerugian yang lebih besar, yang bukan hanya bagi diri sendiri tapi bagi orang lain dalam kehidupan kita, maka tidak adanya komitmen to follow through, akan menyebabkan kerugian yang jauh lebih besar lagi.

Saudara dapat membayangkan apabila pesawat itu tidak komit to follow through hingga dia tiba di tujuan dan mendarat dengan baik, maka apabila ada sesuatu yang terjadi atas pesawat tersebut, maka kerugian tidak hanya harus ditanggung oleh semua individu yang ada di dalam pesawat tersebut, tetapi juga lingkungan yang sangat luas yang akan terdampak daripada hilangnya commitment to follow through.

Opening Verse – Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” Lukas 9:62 (TB)

Tuhan yang menciptakan kita adalah Tuhan yang berkomitmen. God is committed. Dia memulai sesuatu, maka akan terus melakukannya hingga Dia menyelesaikannya. Tuhan tidak mudah berubah, Dia tidak berubah sama sekali. Dia tidak pernah berubah pikiran, apalagi menyerah. Ada beberapa alasan utama yang terus berulang dari pengalaman saya menggembalakan yang saya temukan menjadi alasan mengapa seseorang gagal mempertahankan komitmen mereka.

Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi tiga alasan yang saya temukan paling sering muncul dan menjadi penyebab dari kegagalan seseorang mempertahankan komitmen.

Pertanyaannya, mengapa cuma tiga alasan? Tentunya, karena alasan waktu dan kemudian juga urutan satu sampai ketiga yang saya pilih ini, sebenarnya tidak mewakili faktor apa pun juga. Hanya, karena kenyamanan saya dan alur daripada penyampaian saya saja, yang menjadi penyebab saya memilih yang mana yang menjadi urutan pertama, kedua dan ketiga. Saya berharap Saudara siap untuk belajar, untuk menerima apa yang saya ingin bagikan bagi Saudara. Amin?

Penyebab pertama seseorang menyerah dan kehilangan komitmen mereka adalah pada saat segala sesuatu menjadi susah, pada saat kehidupan menjadi susah.

Manusia seringkali menyerah pada saat segala sesuatu menjadi susah, pada saat mereka menghadapi kesukaran, tantangan. Sejarah perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir mengajarkan pada kita begitu banyak hal mengenai komitmen.

Pada saat mereka mulai menghadapi kesukaran di dalam perjalanan mereka, mereka gagal untuk bertahan dan terus berjuang mengejar apa yang mereka sebenarnya inginkan. Mereka ditemukan terus-menerus bersungut-sungut, bahkan merindukan Mesir, dan sudah melupakan penyiksaan dan kesengsaraan yang mereka alami sebelumnya yang sebenarnya menyebabkan mereka memohon pada Tuhan agar membebaskan mereka.

Kadang kala bukan masalah yang harus menjadi bertambah ringan dalam kehidupan kita, tapi kita yang harus menjadi semakin kuat. Komitmen adalah salah satu faktor kunci untuk membawa kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Kekuatan sebuah komitmen diuji, justru pada masa sukar. Anda ingin mengetahui kualitas dan kekuatan komitmen seseorang di dalam hidupnya? Perhatikan bagaimana ia mempertahankan komitmennya, terutama di masa-masa sukar.

Prinsip ini berlaku di dalam kehidupan seseorang secara pribadi, sebuah pernikahan, sebuah perusahaan atau bahkan pelayanan dan gereja, maupun sebuah bangsa dan negara. Kekuatan seorang pemimpin dapat dilihat oleh komitmen dan keputusan-keputusan yang diambilnya di saat-saat yang paling sukar di dalam masa kepemimpinannya.

Greysia Polii dan Anthony Ginting tidak akan pernah menjadi pemenang medali di Olimpiade, apabila mereka berhenti pada saat-saat segala sesuatu menjadi susah, sukar, tough. Di dalam interview saya dengan Greysia Polii di tahun 2018, dia menceritakan mengenai apa yang terjadi di karirnya, dimulai dari tahun 2012, hingga pada saat 2018 itu, yang dipenuhi oleh sebuah kejadian yang berbalikan dari apa yang selama ini dia impikan.

Dari sejak kecil dia memimpikan untuk menjadi seorang juara; juara dunia, memenangkan medali dan lain sebagainya. Tapi Saudara tahu bahwa justru apa yang dia mimpikan tidak menjadi kenyataan. Realita, kesulitan yang dihadapi bertubi-tubi. Dimulai dari diskualifikasi Olimpiade tahun 2012, di London. Berulang kali kemudian cedera berat.

Dia katakan bahwa belum pernah ada di Olimpiade, orang didiskualifikasi, karena alasan yang mereka alami pada saat itu. Kemudian cedera demi cedera yang dia alami; dan belum selesai dirundung oleh kesulitan, kemudian dia kehilangan pasangan mainnya yang juga cedera dan harus pensiun dini. Saudara, boleh dikatakan bahwa semua yang dia butuhkan untuk mewujudkan mimpinya untuk menjadi kenyataan, tidak ada di depan mata. Sementara usia dia sendiri bertambah tua.

Saudara sudah tahu semua bahwa dia adalah pemenang medali emas yang tertua di cabang bulutangkis yang pernah tercatat dalam sejarah. Nah, Saudara tahu bahwa tanpa komitmen terutama di masa-masa paling sukar, saya yakin kalian semua setuju bahwa sejarah yang Greysia catat ini tidak akan pernah dapat terjadi. Oleh sebab itu saya sangat bangga melihat Greysia dan Anthony, yang berkomitmen untuk tertanam dan digembalakan di dalam D.A.T.E. di JPCC.

Dan saya yakin kalau mereka komit untuk terus bertumbuh maka yang terbaik masih ada di hadapan mereka semua. Amin? Nah, pertanyaan saya pada setiap Saudara pada saat ini adalah: What do you do, when things get tough? Apa yang kau lakukan pada saat segala sesuatu menjadi sulit dalam kehidupan Saudara? (Dalam) pekerjaan, dalam kehidupan, dalam karir; apa yang Saudara mimpikan sepertinya tidak mungkin terjadi karena segala sesuatu mustahil adanya. Komitmen adalah salah satu kunci, mempertahankannya adalah kunci yang membuka pintu untuk kita bisa mengejar apa yang kita mimpikan.

Penyebab kedua seseorang gagal mempertahankan komitmen mereka adalah harga yang harus dibayarkan menjadi semakin mahal, it becomes too costly.

Manusia sering menyerah pada saat apa yang harus dibayarkan menjadi semakin mahal. Kita sudah banyak mendengar tentang bagaimana bangsa Israel melupakan apa yang telah dilakukan Tuhan untuk membebaskan mereka dari Mesir. Izinkan saya bacakan bagi Saudara salah satu bagian Alkitab yang dicatat di dalam Yosua 24, mengenai bagaimana Tuhan mencoba mengingatkan kepada mereka, bangsa Israel, akan semua hal yang baik yang telah Tuhan lakukan bagi mereka sejak Bapa leluhur mereka, Abraham, hingga saat itu ketika mereka sedang dipimpin oleh Yosua.

Di mana kita akhirnya mengenal kalimat yang sangat terkenal yang diucapkan oleh Yosua mengenai komitmen dia dan keluarganya kepada Tuhan. Kalimatnya berbunyi seperti ini dalam bahasa Inggris: “As for me and my house (akan tetapi, aku dan seisi rumahku)we will serve the Lord (akan melayani TUHAN)”.

Seluruh kitab Yosua pasal 24 ini diberi judul “Pembaharuan Perjanjian di Sikhem”. Pembaruan covenant, commitment (perjanjian) bangsa Israel di Sikhem, dengan Tuhan. Sebagaimana sudah saya katakan tadi, di pasal ini menceritakan tentang bagaimana Yosua, berusaha untuk mengingatkan bangsa Israel kepada kesetiaan dan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan mereka, terlepas dari semua kesulitan yang harus mereka hadapi dan pengorbanan yang harus mereka lakukan. Komitmen mereka tetap akan menjadi kunci yang akan membukakan pintu yang menghantarkan mereka memasuki tanah perjanjian.

Supporting Verse – Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya. Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”. Yosua 24:13-15 (TB)

Yosua menegaskan kepada bangsa Israel akan pilihan dan komitmennya kepada Elohim. Selain reflecting strength (menunjukkan kekuatan), commitment reflects love. Komitmen untuk membayarkan harga menunjukkan kedalaman cinta kasih seseorang di dalam kehidupannya. Semakin besar komitmen seseorang untuk berkorban dan semakin mahal harga yang bersedia untuk dia bayarkan, menunjukkan seberapa besar cinta kasih yang dimilikinya. Commitment reflects love. (Komitmen merefleksikan kasih).

If you want to know how deep is someone’s love towards someone or something, check his or her commitment to sacrifice and pay the price. Apabila kita ingin tahu seberapa dalamnya cinta kasih seseorang kepada sesuatu maupun orang yang dia katakan dia cintai, maka yang harus kita periksa dan kita perhatikan adalah seberapa besar dia rela berkorban dan membayarkan harga untuk membuktikan bahwa dia mencintai apa yang dia katakan dia cintai. Pergumulan bangsa Israel dicatat di pasal sebelumnya, sebelum Yosua menantang mereka untuk memilih kepada siapa mereka mau beribadah.

Supporting Verse – Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu. Sebab jika kamu berbalik dan berpaut kepada sisa bangsa-bangsa ini yang masih tinggal di antara kamu, kawin-mengawin dengan mereka serta bergaul dengan mereka dan mereka dengan kamu, maka ketahuilah dengan sesungguhnya, bahwa TUHAN, Allahmu, tidak akan menghalau lagi bangsa-bangsa itu dari depanmu. Tetapi mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di matamu, sampai kamu binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Yosua 23:11-13 (TB)

Bangsa Israel tergoda oleh lingkungan kehidupan mereka, karena masih ada bangsa-bangsa asing yang hidup di sekitar mereka. Dan Tuhan dengan sengaja tidak langsung menghalau bangsa-bangsa itu dari hadapan mereka, tetapi membiarkan mereka semua untuk diperhadapkan dengan apa yang ada, dan menguji komitmen mereka kepada Tuhan.

Cara hidup adalah salah satu harga yang seringkali saya temukan dianggap menjadi harga yang terlalu mahal untuk dibayarkan bagi kita yang menyebut dirinya “pengikut Kristus”. Tidak jarang saya temukan seperti apa yang Yesus katakan. Dikatakan bahwa: banyak orang memilih jalan yang lebar dibandingkan jalan yang sempit, karena jalan yang lebar dianggap akan lebih cepat menghantarkan mereka kepada tujuan yang mereka inginkan.

Supporting Verse – apabila kamu melangkahi perjanjian, yang telah diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepada mereka. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu, sehingga kamu segera binasa dari negeri yang baik, yang telah diberikan-Nya kepadamu. Yosua 23:16 (TB)

kemudian mereka menjawab tantangan daripada Yosua—Lalu bangsa itu menjawab:”Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mukjizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui. Yosua 24:16-17 (TB)

Sebagaimana bangsa Israel kemudian setelah ditantang mengambil keputusan untuk mau mengikut Tuhan, melayani Tuhan, menyembah Tuhan yang telah membebaskan mereka dari kehidupan mereka yang lama, pertanyaan yang sama saya berikan pada Saudara: Bersediakah Anda mengikut Kristus apa pun yang terjadi?

Karena komitmen berarti siap menghadapi apa pun, berapa pun harganya. Di dalam sebuah relationship, perasaan dikhianati dan disakiti, sering juga dianggap menjadi harga yang terlalu mahal untuk harus dibayarkan. Pada saat mereka harus melepaskan pengampunan kepada orang atau pasangan yang mengkhianati mereka, terlalu sering saya temukan orang-orang yang kemudian berkata,

“Ini terlalu sakit! Bagaimana mungkin saya melupakan dan mengampuni? Bagaimana kalau dia mengulanginya kembali?”

Sepertinya ada harga yang terlalu mahal untuk bisa mereka mampu bayarkan demi menyelamatkan pernikahan yang mereka bangun. Di dalam sebuah janji nikah, kalimat “till death do us part”, menyingkapkan sesungguhnya bahwa sumpah ini hanya akan batal, pada saat kematian lah yang menjadi pemisah, daripada mereka yang berjanji di hadapan Tuhan.

Namun realita berbicara lain, karena banyak sekali pasangan yang salah satu pihak di antaranya menyerah pada saat mereka menemukan pasangan mereka tidak lagi setia terhadap pernikahan mereka, tidak lagi komit mempertahankan apa yang telah mereka janjikan di hadapan Tuhan. Nah, banyak juga hubungan lain selain pernikahan, yang juga tidak bisa diselamatkan karena salah satu pihak enggan untuk mengampuni. Karena pemikiran akan kemungkinan mereka akan dikecewakan kembali, setelah berulang kali mengampuni, akan menjadi harga yang terlalu mahal untuk dibayarkan.

Pertanyaan saya kembali kepada Saudara adalah: Maukah Saudara berkomitmen, berapa pun harganyauntuk menyelamatkan pernikahan, persahabatan, pelayanan, pekerjaan dan lain sebagainya? Karena dalam semua yang tadi saya sebutkan—pernikahan, persahabatan, pelayanan, persahabatan, pekerjaan—membutuhkan komitmen, karena ada harga yang harus kita bayar pada saat kita menjalin hubungan dengan siapa pun juga dalam kehidupan kita ini. Siapkah Anda berkomitmen berapa pun harga yang harus dibayar?

Penyebab yang terakhir, alasan yang terakhir, yang seringkali menyebabkan manusia menyerah dalam berkomitmen adalah pada saat mereka merasa tersesat, they feel lost.

Izinkan saya jelaskan apa artinya “tersesat” di sini. Nah, pada saat kita sedang berada di dalam sebuah perjalanan atau perjuangan yang sangat panjang yang penuh dengan tantangan dan pengorbanan, kadangkala dapat terjadi di mana kita merasa kehilangan perspektif mula-mula, mengapa kita melakukan apa yang sedang kita lakukan? Why am I doing what I am doing?

Bagaimana bisa saya ada di tempat ini, saat ini, melakukan apa yang saya lakukan? Dan seringkali kita menemukan diri kita dalam keadaan, kondisi,di mana we feel lost (tersesat). Dan banyak orang yang ditemukan dalam kondisi seperti ini, kemudian menyerah, karena mereka tidak lagi melihat tujuan (the purpose), mengapa mereka melakukan apa yang sedang mereka lakukan? Di sinilah komitmen untuk terus melangkah, dibutuhkan.

Sharing Ps. Jose – Berulang kali saya kalau sedang berolahraga, saya masih ingat, pada saat saya pertama kali mencoba mendaki gunung Rinjani, di tengah-tengah keadaan yang sangat lelah, hampir dehidrasi, sedang mencoba mendaki ”Tujuh Bukit Penyesalan” [di sana]. Bukit yang sangat amat terjal, di tengah-tengah terik panas yang ada. Saya ingat beberapa momen di mana saya bertanya pada diri saya sendiri.

“Ngapain saya melakukan ini? Ngapain saya ke sini?“ Mengapa saya harus berjuang seperti ini, membayar harga yang begitu mahal?” Tapi saya mau cerita pada Saudara bahwa saya juga tidak pernah lupa, apa rasanya pada saat kemudian akhirnya, saya berdiri di puncak gunung tersebut; di tempat di mana saya tuju. Perasaan itu tidak pernah tergantikan dengan apa pun juga. Jauh lebih dahsyat daripada rasa menyesal, pada waktu saya sedang menghadapi tantangan yang ada. Commitment to follow through. (Komitmen untuk terus melangkah).

Untuk menutup apa yang saya bagikan kepada Saudara sepanjang hari ini, saya ingin tutup dengan salah satu kisah yang ada di dalam Perjanjian Lama. Bicara soal follow through, menceritakan tentang Allah kita yang setia, Allah kita yang juga komit kepada kita dalam kehidupan kita. Cerita tentang seorang wanita yang bernama Gomer binti Diblaim dan Dicatat di dalam kitab Hosea 1; Gomer adalah seorang pelacur yang mengalami sebuah pemulihan kehidupan, karena menikah dengan seorang yang bernama Hosea bin Beeri, seorang nabi yang baik, terhormat, dan dikasihi Tuhan.

Supporting Verse – Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN.” Hosea 1:2 TB

Tuhan memerintahkan Hosea untuk menikahi seorang wanita dan memulihkan kehidupan wanita ini yang bernama Gomer. Dan kemudian dicatat di pasal-pasal berikutnya dikatakan, dari pernikahan ini lahir putra pertama mereka yang diberi nama Yizreel. Kemudian Gomer melahirkan dua orang anak lagi, yang perempuan bernama Lo-Ruhama dan yang bungsu laki-laki bernama Lo-Ami.

Di pasal kedua mulai ceritakan apa yang terjadi dalam hubungan ini dan cara hidup yang dipilih oleh Gomer. Kedua anak terakhir dari Gomer ini, sesungguhnya bukan berasal dari Hosea, tetapi berasal dari dua orang pria berbeda lainnya selain Hosea. Ada banyak detil alasan mengapa Gomer memilih kembali kepada cara hidup yang lama dan semuanya berhubungan dengan kebutuhan hidup yang sebenarnya harganya tidak sebanding dengan apa yang Hosea bersedia dan telah bayarkan untuk menebus dirinya dari kehidupan yang lama.

Kemudian , Tuhan berfirman kepada Hosea untuk kedua kalinya, untuk pergi menebus Gomer dari keberadaannya, untuk kedua kalinya. Dan pada saat itu Gomer sudah lama meninggalkan Hosea— pernikahannya—dan kembali ke dalam kehidupan masa lalunya.

Supporting Verse – Berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis.” Lalu aku membeli dia bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai. Hosea 3:1-2 (TB)

Tuhan tidak hanya meminta Hosea untuk menebus dan mempertahankan pernikahannya dengan Gomer,tapi lebih daripada itu, Tuhan meminta Hosea untuk mencintai Gomer kembali. Hubungan Hosea dan Gomer ini, selain adalah gambaran antara Tuhan Elohim dengan bangsa Israel, juga merupakan gambaran antara Tuhan dengan kita semua umat-Nya. Tidak peduli apa pun yang telah kita lakukan menyia-nyiakan cinta kasih dan pengorbanan-Nya, Dia tetap setia memegang perjanjian dan kasih setia-Nya kepada kita.

Supporting Verse – Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan. Ulangan 7:9 (TB)

Sesungguhnya Tuhan bukan hanya setia pada orang yang mengasihi Dia kembali, bahkan Tuhan setia kepada kita yang mengkhianati Dia yang menyia-nyiakan kesetiaan dan cinta kasih-Nya. Dia tidak pernah meninggalkan kita, terlepas dari apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita. Saudara dapat membayangkan, apa yang Hosea alami, atau Hosea lakukan, pada saat dia menebus Gomer.

Nah, yang perasaan seperti itu kalau Saudara menyelami, harga dan pengorbanan yang harus Hosea lakukan, untuk menebus Gomer yang memilih untuk hidup seperti itu; pengorbanan seperti itulah yang Tuhan lakukan bagi kita semua, melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Satu keputusan yang sangat penting yang harus kita perbarui hari ini adalah komitmen kita kepada Allah, komitmen kita dalam menjalani kehidupan.

Komitmen adalah hal yang sangat penting, hal yang harus kita pertahankan di dalam kehidupan kita. So, “no turning back” adalah sebuah konfirmasi atas keputusan yang pernah kita buat. Kita semua pernah membuat keputusan, tapi “No Turning Back” is a confirmation of our commitment, atas apa yang sudah kita pernah putuskan dalam kehidupan, at any circumstance, at any cost.

Doa saya adalah hari ini Saudara tidak merasa bahwa apa yang kau hadapi terlalu susah, sehingga engkau menyerah untuk komit to even to follow through. Dan juga saya berharap, Saudara tidak mengizinkan apa pun juga yang datang menghalangi Saudara yang membuat Saudara merasa bahwa apa yang Saudara korbankan terlalu mahal. Karena dibandingkan dengan apa yang telah dikorbankan bagi Saudara, dan apa yang sedang Saudara korbankan, itu jauh lebih mahal harganya.

Saya berharap Roh Kudus menginspirasi dan membuka mata Saudara untuk melihat, sehingga tidak ada seorang pun di antara Saudara yang menyerah, karena menganggap apa yang Saudara harus dibayarkan terlalu mahal, dan tidak ada seorang pun di antara Saudara yang di tengah-tengah perjalanan Saudara, fail to commit to follow through.

Saudara tidak kehilangan purpose, alasan dan fokus Saudara kepada tujuan. Seperti Paulus katakan, ”Aku telah mengakhiri pertandinganku, sehingga aku menerima mahkotaku.” Saya berharap setiap kita menyelesaikan perjalanan dan pertandingan kita,hingga di garis akhir dan kita semua menerima mahkota dan semua yang dijanjikan Tuhan bagi kita, amin? Saya berharap apa yang sedang kita pelajari ini menginspirasi Saudara, menguatkan Saudara. Terutama karena kita tahu, Tuhan terlebih dahulu mengorbankan segala-galanya bagi kita.

P.S : Hi Friends! I need a favor in terms of a freelancing job opportunity, please do let me know if any of you know a freelance opportunity for a copywriter (content, social media, press release, company profile, etc). My email is vconly@gmail.com, Sharing is caring so any support is very much appreciated. Thanks much and God Bless!