Speak God, I am listening By Ps. Alvi Radjgagukguk

JPCC Sunday Service (17 April 2022)

Salam damai sejahtera buat saudara semua yang menyaksikan secara daring. Kelahiran, kehidupan, kematian dan bahkan Kebangkitan Yesus adalah bukti dari Kasih Allah yang begitu besar terhadap umat manusia di muka bumi ini tanpa terkecuali.

Opening Verse – Memang kasih Allah sangat luar biasa kepada orang-orang di dunia ini sehingga Dia menyerahkan Anak-Nya satu-satunya, supaya setiap orang yang percaya kepada Anak-Nya itu tidak akan binasa, tetapi menerima hidup yang kekal. Yohanes 3:16 TSI

Hari ini kita memperingati Paskah, dimana Yesus bangkit dari kematian,Kubur yang kosong bersaksi bahwa semua yang Yesus nyatakan tentang dirinya adalah benar adanya. Maut sudah dikalahkan dan hutang dosa kita semua sudah dibayar lunas. Seperti yang Yesus katakan sebelum Dia mati, “It is Done”. Tidak ada yang kita bisa lakukan, atau tidak lakukan untuk bisa menerima Kasih Tuhan yang sempurna.

Supporting Verse – Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. 1 Korintus 15:14 TB

Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. 1Korintus 15:20‭-‬22 TB

Inilah sebuah kebenaran yang begitu menguatkan dan mengokohkan iman percaya kita sebagai pengikut Kristus, karena kalau Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah semua yang kita percayai. Kalau Kristus tidak bangkit, Karya penebusan dan karya kasih Tuhan yang agung itu tidak lengkap. Dalam tema besar kita di awal Tahun “Devoted”, saya membagikan sebuah prinsip bahwa :

Pengabdian kita kepada Tuhan hanya akan sekuat keyakinan kita akan Kasih Tuhan.

Tanpa keyakinan bahwa kita semua dikasihi tanpa syarat, pengabdian kita akan cenderung transaksional. Kita akan baru mengabdi apabila Tuhan melakukan apa yang berkenan di hati kita. Keyakinan kita akan Kasih Tuhan sangat erat hubungannya dengan mendengar Suara Tuhan. Seperti yang kita pelajari sepanjang bulan ini. Sungguh topik yang menarik menurut saya, karena ada orang yang mengatasnamakan suara Tuhan untuk melakukan tindakan dan keputusan yang sebenarnya untuk kepentingan dirinya.

Kalau kita tidak dewasa dan tidak menguji apa yang kita dengar, kita akan mudah dimanipulasi oleh orang-orang yang mengatasnamakan perkataannya seperti perkataan Tuhan, ada juga yang bermaksud baik dan berpikir dengan tulus bahwa dia mendengar Tuhan berbicara kepada mereka, tetapi ternyata salah. Ada juga orang yang salah mendengar dimana artinya mereka juga masih sama dengan kita, juga masih ada dalam proses mengenal dan mendengar suara Tuhan secara terus-menerus.

Tidak ada orang kristen yang kerjaannya adalah “Professional Hearer”. Ironisnya, ada orang percaya yang sudah lahir baru tetapi malas untuk belajar mengenali dan mendengar suara Tuhan, tetapi lebih suka mencari suara Tuhan lewat orang-orang yang menurut mereka lebih sakti untuk mendapatkannya.

Sharing Ps. Alvi – Saya pernah ditanya oleh seseorang, “Kak, kakak kenapa telepon saya? Tuhan berbicara sesuatu ya tentang diri saya?”. Jawab saya, “Hey, hey, saya ini Pendeta, bukan Dukun!”

Apapun pengalaman kita, kita tidak perlu takut dan khawatir dalam proses mendengar dan mengenali Suara Tuhan karena kita semua diciptakan untuk bisa mendengar Suara Gembala yang baik.

Supporting Verse – Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Yohanes 10:3‭-‬4 TB

Kata mendengarkan disini berasal dari bahasa yunani, akouei (Greekm V.PAI-3S), yang anrtinya mendengar atau menyimak. Dari sinilah kita mendapatkan akar kata akustik. Kata kerja ini ditulis “present active indicative third person singular” (present tense), dengan artian bahwa tindakan tersebut terjadi disaat sekarang. Kata tersebut adalah kata yang aktif, subyek melakukan pekerjaan dan bukan hanya menerima tindakan. Indikatif menegaskan kebenaran dari pernyataan itu. Dengan kata lain, sampai saat ini setiap kita masih secara aktif bisa mendengarkan suara sang gembala dan pernyataan ini benar adanya. Bahkan sewaktu saudara yang ada di rumah dan mendengar hal ini, Tuhan mungkin membicarakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang saya bicarakan and that is the voice of our good shepherd.

Supporting Verse – Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Yohanes 10:4 TB

Kata mengenal disini berasal dari bahasa yunani yaitu oidaoiv (Greek, V.Pfai-3P), yang artinya sudah mengerti atau mengetahui melalui panca inderanya. Yang menarik adalah kata ini ditulis dalam bentuk “perfect active indicative”, berasal dari akar kata eidon, yang artinya be aware, become learned, be concius and realize. Kata oidaoiv yang ditulis dalam bentuk perfect tense menunjukkan bahwa sebuah tindakan sudah selesai tetapi efeknya sampai sekarang. Dalam mood indicative yartinya ini adalah situasi yang sebenarnya dan bukan yang diharapkan terjadi. Dengan kata lain, Domba-domba itu mengikuti suara sang gembala karena mereka sudah mengenali dan menyadari ini sudah pasti suara gembala saya.

Supporting Verse – … and the sheep follow him, because they have known his voice; John 10:4b (YLT)

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, Yohanes 10:27 TB

Dengan kata lain, Kualitas keluar dari kuantitas, semakin kita bergaul dan mendengarkan Firman, semakin jelas dan berkualitas suara Tuhan yang kita dengar. Kesimpulan saya dari ketiga ayat diatas, adalah bahwa Tuhan mendesign setiap kita semua untuk bisa mengenal dan terus mendengar suaraNya. Bisa dan terus, tidak karena hari minggu kita hanya mendengar suara Tuhan lewat Hamba Tuhan. Kotbah hari minggu seharusnya tidak menjadi asupan rohani satu-satunya bagi seorang pengikut Kristus.

Jangan puas dengan mendengarkan suara Tuhan lewat orang lain. Tidak mungkin saya menyuruh istri saya untuk mengatakan kepada anak saya bahwa saya mengasihi mereka, bukan? Sesegar, senyata tantangan yang kita hadapi, maka sesegar dan senyata itulah Suara Tuhan buat kita semua di hari itu, dan dalam momen itu.

Mengenal suara Tuhan adalah proses yang terjadi seumur hidup. Sama seperti proses kita memaknai Karya Salib Kristus, kita tidak hanya melakukan ini di hari natal atau paskah, it’s a life-long process. Kadang kita lupa bahwa kita ini berharga dan sangat dikasihi oleh Tuhan, tidak ada yang bisa kita lakukan atau tidak lakukan untuk bisa mendapat Kasih Tuhan.

3 Prinsip dalam mendengar Suara Tuhan dan memaknai Kasih Tuhan

  1. Rest preceds Receptivity

Istirahat dan ketenangan mendahului daya penerimaan. Pernah tidak saudara berasa meskipun pandemi bahwa tahun-tahun ini berganti begitu cepat? Karena hidup terjadi dalam ritme yang semakin lama semakin cepat, kita disuguhi dengan begitu banyak pilihan yang semakin cepat, baik, nyaman. Kita terkondisi untuk mengejar pencapaian yang lebih tinggi lagi.

Kesibukan mengurangi bahkan mematikan kemampuan kita untuk membedekan mana suara Tuhan dan mana yang bukan suara Tuhan. Busyness numb us spiritually. Kita jadi tidak sepeka yang semestinya dan mengandalkan Kasih Karunia Tuhan lagi sebab yang tadinya “It’s all about His Grace”, tiba-tiba shifting menjadi “It’s almost all about work”.

Teman sepupu dari busyness adalah restlessness, dari sekedar sibuk atau busy, akhirnya menjadi restless, resah dan gelisah karena minimnya istirahat baik secara fisik, mental atau spiritual. Raja Daud membuat suatu ekosistem yang cocok bagi domba untuk mendengar suara gembalanya.

Supporting Verse – Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Mazmur 23:2 TB

Disini, Tuhan yang membaringkan daud di ayat ini, artinya Daud mungkin tidak menyadari bahwa dia perlu beristirahat. Hal ini berlaku dalam ritme kehidupan yang terlalu cepat, karena musuh terbesar dari sukses adalah sukses itu sendiri. Hal itu akan membuat kita untuk terus mengejar kesuksesan yang lebih besar lagi. Menikah di usia muda dan tua tidak membedakan kasih Tuhan.

Tuhan mau kita menjalani hidup dari posisi istirahat daripada posisi sibuk, dari posisi ‘It is done” daripada posisi “saya terlalu sibuk”. Sebagai domba kita tidak didesain untuk hidup dalam kesibukan dan kegelisahan. Tidak heran domba yang dibaringkan di padang yang hijau bisa lebih mendengar suara gembalanya. Jadi, jangan senang jika kita dianggap orang yang sibuk. Pertanyaannya sekarang, istirahat seperti apa yang perlu kita lakukan?

Supporting Verse – “Are you tired? Worn out? Burned out on religion? Come to me. Get away with me and you’ll recover your life. I’ll show you how to take a real rest. ” Matthew 11:28‭ MSG

Itu sebabnya istirahat yang sejati hanya bisa kita temukan di dalam Yesus dan apa yang Dia sudah lakukan untuk kita. “It is Done”, bukan “so many things yet to be done”. Jadi ada orang yang sepertinya healing, tetapi bukan “real rest”, karena medianya salah. Tuhan menawarkan diriNya secara gratis untuk memberikan the real healng and rest. Kotbah hari minggu seharusnya tidak menjadi asupan utama rohani kita, karena kalau Tuhan bisa berbicara dengan gembala atau hamba Tuhan, Tuhan juga ingin lebih bisa berbicara langsung dengan kita semua.

Saya jadi teringat Kisah Maria dan Martha. Dalam cerita Martha dan Maria, Maria tidak hanya mendengarkan Yesus tetapi juga duduk dekat di kaki Tuhan sambil terus mendengarkan perkataanNya. Padahal sebenarnya bisa saja jika dalam hubungan suami istri, pasangan mendengar apa yang suami atau istri sampaikan tetapi sambil bermain Gadget.

Dalam komunikasi, harusnya ada posture dan hubungan komunikasi dua arah yang baik. Martha sebaliknya adalah orang yang sangat suka kesibukan, dalam bahasa inggris digambarkan seperti ini, “overly occupied, too busy distracted with much serving”. Hati-hati bagi yang suka dengan pelayanan, dalam kisah ini, Kesibukan membuat kita iri dengan orang lain, dan Kesibukan juga membuat kita khawatir dan menyusahkan diri. Hati-hati dengan busyness saudara. Itu sebabnya kita perlu beristirahat, belajarlah berkata tidak kepada hal-hal yang baik supaya kita bisa berkata iya kepada hal yang terbaik.

Supporting Verse – Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ”Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: ”Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Lukas 10:38‭-‬42 TB

  1. The Less the Noise, The Clearer the Voice.

Selain kesibukan, hal kedua yang menghalangi dan mematikan kemampuan kita untuk bisa mengenal dan mendengar suara Tuhan adalah Noises atau Kebisingan. Bahkan dalam istilah noise ada namanya white noise yang bisa menambah kebisingan. Kita hidup dengan begitu banyak kebisingan visual, mental dan emosional. Paling tidak ada 3 kebisingan yang perlu kita waspadai, contohnya adalah :

a. Identitas diri yang salah.

Orang yang punya identitas diri yang salah akan terjebak dalam pebuktian diri sehingga dia selalu merasa perlu untuk melakukan pencitraan, atau flexing berbagai perncapaian serta keberhasilan dirinya.

b. Penuduhan dari si jahat.

Ini kebisingan yang seringkali kita dengar, terutama setelah kita melakukan kesalahan. Ingatlah bahwa kasusnya sudah selesai dan tidak ada suara yang bisa menuduh penghukuman atas diri kita. Tuhan tentu bisa menegur, tetapi tidak akan menuduh mereka yang hidup dalam kesatuan dan diurapi olehNya.

Supporting Verse – So now the case is closed. There remains no accusing voice of condemnation against those who are joined in life-union with Jesus, the Anointed One. Romans 8:1 TPT

c. Pergaulan yang buruk.

Bila pergaulan kita membuat kita jauh dan sulit untuk mendengar suara Tuhan dan bahkan menyia-nyiakan salib Kristus dengan hidup sembarangan, ada baiknya anda perlu pertimbangkan pergaulan tersebut. Sebaliknya kalau ada orang yang mungkin terkesan “Kepo”, tetapi bisa membuat kita bisa menjadi lebih peka dengan suara Tuhan, orang-orang yang bisa membimbing kita ke dalam Tuhan inilah yang perlu kita masukan ke dalam ring 1 pergaulan kita.

Kembali ke Domba, Domba ternyata punya pendengaran yang luar biasa, dan bisa memperkuat suara yang mereka dengar. Tetapi jika mereka mendengar suara yang begitu keras dan tidak sewajarnya, mereka akan melepaskan hormon yang membuat mereka menjadi begitu panik dan stress, sulit untuk ditangani dan ditekankan. Untuk menenangkan domba, maka Gembala harus menenangkan domba dengan suara yang lembut untuk solusinya. Sama seperti dengan apa yang Tuhan lakukan kepada Elia ketika dia sedang merasa takut. Sekedar Konteks, ini terjadi setelah Elia berhasil membuktikan terhadap beberapa ratus nabi Baal bahwa dia berhasil membuktikan Hadirat dan Kuasa Tuhan, dia jadi diburu berbagai banyak orang dan membuat dirinya takut.

Supporting Verse  – Di sana Elia bermalam di dalam gua. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Elia, sedang apa kau di sini?” Elia menjawab, “Ya Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, saya selalu bekerja hanya untuk Engkau sendiri. Tetapi umat Israel melanggar perjanjian mereka dengan Engkau. Mereka membongkar mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu. Hanya saya sendirilah yang tinggal, dan sekarang mereka mau membunuh saya!” “Keluarlah dari gua itu,” kata Tuhan kepadanya, “dan berdirilah menghadap Aku di atas gunung.” Lalu Tuhan lewat di situ, didahului oleh angin yang bertiup kencang sekali sehingga bukit-bukit terbelah dan gunung-gunung batu pecah. Tetapi Tuhan tidak menyatakan diri di dalam angin itu. Sesudah angin itu reda, terjadilah gempa bumi, tetapi di dalam gempa itu pun Tuhan tidak menyatakan diri. Kemudian datanglah api, tetapi Tuhan pun tidak berada di dalam api itu. Sesudah itu suasana menjadi senyap, lalu terdengar suatu suara yang kecil lembut. Ketika Elia mendengar suara itu, ia menutup mukanya dengan jubahnya, lalu keluar dan berdiri di mulut gua itu. Maka terdengarlah suara yang berkata, “Elia, sedang apa kau di sini?” Elia menjawabnya, “Ya Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, saya selalu bekerja hanya untuk Engkau sendiri. Tetapi umat Israel melanggar perjanjian mereka dengan Engkau. Mereka membongkar mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu. Hanya saya sendirilah yang tinggal, dan sekarang mereka mau membunuh saya!” 1 Raja-raja 19:9‭-‬14 BIMK

Elia seperti ingin berkata kepada Elia, “Aku lebih tertarik kepada hatimu, bukan kepada pencapaianmu”. “Aku lebih tertarik mendengar keluh kesahmu, ketimbang mendengar apa yang sudah kau lakukan untuk aku”. “I am that close to you”.

Itu sebabnya kita perlu belajar untuk declutter, to simplify or get rid of mess, disorder and complications. Disiplinkan diri kita untuk menyingkirkan semua kebisingan yang ada secara berkala. Baik itu secara cara pikir, mental, visual, emostional dan spiritual. Karena semua itu berpotensi menhalangi suara Tuhan untuk kita. The less the noise, the clearer the voice.

  1. When God seems silent, Trust His character.

Dalam perjalanan kita mengenali suara Tuhan, akan ada saatnya bahwa sepertinya Dia “diam” dan tidak lagi sejelas itu berbicara. Disitulah kita sering berpikir bahwa mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi dalam hidup kita. Daud mengenal Tuhan secara pribadi sebagai gembala yang baik tetapi di Mazmur yang sama, Daud juga ingin pembaca belajar bahwa dalam mengikuti Tuhan sebagai gembala, seseorang masih bisa berhadapan dengan lembah kekelaman.

Supporting Verse – Yea, though I walk through the valley of the shadow of death, I will fear no evil; For You are with me; Your rod and Your staff, they comfort me. Psalms 23:4 NKJV

“Valley” menggambarkan sebuah tempat dimana kita berada dalam posisi terbawah, itu juga menggambarkan kondisi dimana kita terhimpit di sekeliling kita. Satu-satunya yang mengejar kita adalah bayangan kematian, sama seperti yang dipikirkan oleh kisah Elia diatas, satu-satunya hal yang dipikirkan adalah kematian. Daud tetapi percaya akan Karakter Tuhan, Gembalanya yang baik.

Makanya di Yohanes 10, judulnya hanya gembala yang baik, tetapi di mazmur 23 judulnya menarik, dan menjadi Gembala-ku yang baik. It’s one thing to know that Jesus is a good shepherd, and it’s another thing to know and experience that Jesus is my good shepherd. Menariknya setelah Daud menggambarkan ekosisten yang begitu deskriptif akan ekosistem yang ideal untuk domba. Dia juga menulis tentang Lembah kekelaman. Tuhan menjadi semakin dekat di dalam lembah, ada pergerakan dari kata “Ia” ke “engkau” yang menandakan pengenalan akan Tuhan semakin dekat.

Terjemahan bahasa inggris juga menandakan bahwa Tuhan akan menemani kita melalui lembah kekelaman, If God brings you to it, He will also brings you THROUGH it. Trust His Character.

Supporting Verse – Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Mazmur 23:4 TB

Gada berbicara tentang proteksi sementara tongkat berbicara tentang arahan dan tuntunan dari gembala. Domba tidak perlu mendikte gembala kapan dia harus memakai gada atau tongkatnya. Domba hanya perlu untuk percaya kepada karakter gembalanya. Tuhan mengenal kita dan tahu kapan harus menggunakan gada, atau tongkatNya. Tuhan mengenal kita seutuhnya, Dia tahu kapan Dia perlu membaringkan kita di padang rumput yang hijau, kapan perlu menuntun dan membimbing kita dengan Gada dan Tongkatnya, yang perlu kita lakukan adalah percaya dengan KarakterNya.

Di akhir hidupNya, Yesus tetap percaya dengan Kehendak BapaNya. Meskipun sepertinya BapaNya hanya diam saja.

Supporting Verse – Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: ”Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Matius 26:39 TB

Ini adalah pernyataan seseorang yang percaya dengan karakter BapaNya. Kadang-kadang doa kita hanya berhenti di bagian “agar cawan ini berlalu”.

Supporting Verse – Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ”Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Matius 27:46 TB

Pusat dari kepercayaan kita terbangun saat kita menaruh Tuhan ke dalam posisi yang semestinya. Lebih dari Daud yang melewati lembah kekelaman, Yesus melewati, dan bahkan bangkit mengalahkan maut dan tetap percaya kepada karakter dan rancangan BapaNya. Bagian dari kita semua adalah percaya kepada KarakterNya. Tuhan adalah Kasih, Dia tidak bisa, tidak mengasihi kita. Tuhan ijinkan segala sesuatu terjadi, yang setelah semuanya terjadi kita baru mengerti, justru karena Tuhan mengasihi kita, Dia perlu mengijinkan itu terjadi dalam hidup kita.

Sebagai tindak lanjut dari kotbah hari ini, saya ingin agar perkataan ini kita tanamkan dalam pikiran kita semua, dan juga perkataan ini juga yang akan menjadi judul kotbah saya hari ini. Speak, God… I am listening.

P.S : Dear Friends, I am open to freelance copywriting work. My experience varies from content creation, creative writing for an established magazine such as Pride and PuriMagz, web copywriting, fast translating (web, mobile, and tablet), social media, marketing materials, and company profile. Click here to see some of my freelancing portfolios – links.

If your organization needs a Freelance Copywriters or Social Media Specialist, Please contact me and see how I can free up your time and relieve your stress over your copy/content needs and deadlines. My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com. Sharing is caring, so any support is very much appreciated. Thanks, much and God Bless!