Worship In The Valley By Ps. Alvi Radjagukguk

JPCC Sutera Hall 2nd Service (20 July 2025)

Sadar atau tidak, setiap dari kita menyembah sesuatu atau seseorang. Siapa yang mengambil waktu terbanyak dalam agenda kita maka ada indikasi bahwa kita menyembah sesuatu itu. Siapa yang mengambil porsi terbesar dalam sumber day waktu, tenaga dan pikiran kita, ada indikasi bahwa dialah yang sebenarnya kita sembah. Jadwal kita, dan sumber day kita merefleksikan siapa yang kita berikan nilai atau bobot tertinggi dalam hidup kita. Narasi siapa yang kita pilih untuk dengarkan, maka dialah yang kita berikan nilai dan bobot tertinggi dalam hidup kita.

Jadi pertanyaannya, Who has the final say in your life? Siapa yang memiliki suara terakhir dan menentukan kehendak kita?

Siapa yang menentukan, “Ini kehendakku, ini mauku, apakah Tuhan meminta?”

1. Penyembahan bukanlah tentang siapa yang menyembah tetapi Penyembahan adalah tentang Pribadi yang kita sembah. Penyembahan juga bukan tentang preferensi, sepertinya misalnya “lagu ini, lagu itu, siapa yang WL, ngangkat atau tidak, dalam atau tidak?”.

Dari ayat perenungan kita minggu lalu, kisah seorang wanita Samaria yang bertemu dengan Yesus, kita belajar prinsip bahwa penyembahan yang sejati berporos dari hidup yang dipuaskan dan bersumber kepada Kristus.

Opening Verse – [23] Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Yohanes 4:23 TB

Di jaman itu, kegiatan wanita kalau mau menimba adalah sesuatu yang dilakukan bersama dan jarang dilakukan di tengah hari secara sendirian. Karena rasa hausnya di kehidupan tidak bisa bisa dipuaskan oleh 5 suami serta teman atau pasangan “Teman Tapi Mesra”nya, dosa dia tidak bisa memuaskan dahaganya.

Yesus bilang bahwa jika wanita itu minum dari sumur Yakub ini, dia tidak akan haus lagi untuk selamanya dan terpuaskan dahaganya.

Suka atau tidak, ada orang-orang yang dalam hidup kita bisa mengambil “kehidupan” kita disaat bertemu dengan mereka, hadiratnya lebih “keras” daripada hadirat Tuhan. tetapi bayangkan apabila dalam peran kita sebagai seorang suami, istri, kakak, adik, mertua atau menantu, kita bisa memberikan air kehidupan kemanapun kita berada. Tentu menyenangkan sekali, bukan?

2. Penyembahan yang sejati tidak hanya lahir dari hati yang dipuaskan dalam Kristus, tetapi melalui persatuan dengan Roh Kudus.

Supporting Verse – [23] Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Yohanes 4:23 TB

Artinya kita tidak bisa menjadikan Tuhan dengan nilai dan bobot tertinggi tanpa bantuan dan adanya intervensi Roh Kudus. Jadi, jangan kaget dalam ekspresi penyembahan kita, kadang kita tidak tahu narasi apa yang kita sampaikan, Roh Kudus membantu kita dengan munculnya kata-kata dan bahasa baru seperti “Bahasa Roh”, disaat itu terjadi, kita sedang membangun bahasa batiniah kita, “pray in the spirit” disaat kita tidak tahu apa yang bisa kita doakan. Roh Kudus adalah seorang pribadi dan Dia bisa kita ajak bicara.

Mungkin bagi kita yang belum mengalami kepenuhan Roh Kudus, mintalah agar kita bisa dipenuhi olehNya.

3. Penyembahan yang sejati tidak hanya lahir dari hati yang dipuaskan dalam Kristus, tetapi melalui persatuan dengan Roh Kudus, dan sesuai dengan ajaran yang benar dari Kristus

Artinya kita tidak bisa menyembah Tuhan tetapi kita tentukan sendiri ekspresi penyembahan yang kita mau.

Kata menyembah di Yohanes 4 datang dari kata “proskuneo”, dengan artinya “mencium”. Kita tidak akan mencium orang yang tidak kita kenal, bukan? Itu sebabnya fokus daripada penyembahan kita adalah pengenalan dan bukan pelaksanaan. Itu sebabnya penyembahan kita hanya akan sekuat dan sedalam pengenalan kita akan Firman Tuhan dan Pribadi Roh Kudus.

Penyembahan sejati akan terlihat disaat kita tidak punya alasan untuk menyembah, bukan di dalam momen kemenangan atau gunung keindahan, tetapi justru di dalam lembah, kesesakan, keputusasaan, kekecewaan, kelemahan dan kekacauan. Sewaktu di dalam lembah, siapa yang kita berikan ruang dan bobot berlebih dalam hati dan pikiran kita? Disitulah akan terlihat siapa yang kita sembah, perasaan kita atau hadirat Tuhan?

Feelings are misleading, yang namanya perasaan seringkali menyesatkan, kita tidak bisa memilih dan menentukan perasaan kita, it comes and go, kabar baiknya Hadirat Tuhan tidak ditentukan oleh perasaan kita. Itu sebabnya dikatakan bahwa dimana dua-tiga orang berkumpul atas namaKu, Tuhan hadir. Dia tidak terusik dengan ketidak-aktifan kita dalam Ibadah penyembahan.

Supporting Verse – [20] Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Matius 18:20 TB

Kabar baiknya, ada sebuah contoh di Alkitab bagaimana penyembahan bisa membawa perubahan yang ilahi. Mari kita baca di ayat berikut dan ini juga bisa dibahas dalam sesi “OIA” di DATE kita masing-masing dalam beberapa waktu ke depan.

Supporting Verse – [18] Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: ”Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.” Seketika itu juga keluarlah roh itu. Kisah Para Rasul 16:18 TSI

Kalau Rasul Paulus saja bisa habis kesabarannya, maka ada harapan untuk para pemimpin gereja seperti saya dan anda para DATE Leaders disini. It’s okay kalau kesabaran kita habis, tetapi ceritanya belum selesai disana. Sebelum saya lanjutkan, kalau ART atau pembantu kita kerasukan, pakailah juga ayat diatas, karena Kuasa yang ada di dalam diri kita semua sebagai orang percaya sama kualitasnya.

Sharing Ps. Alvi – Saya dulu sewaktu masih menjadi DATE Leader, ada sebuah DATE setelah saya multiplikasi dan memulai DATE baru, sebagai pemilik apartment dan saat itu ada seorang newcomer DATE yang membawa seorang temannya ke DATE kami. Di tengah pembicaraan kami semua, tiba-tiba orang ini mengeluarkan suara-suara yang “mengagetkan” dan kerasukan. Saya mencoba melakukan sesi pujian penyembahan dan orang ini malah semakin mendekati saya dan ingin mencekik saya. Singkat cerita, kami berdoa sampai jam 3 pagi untuk mengusir setan yang ada. Jadi, jangan takut karena Roh Tuhan yang ada di dalam diri kita lebih besar dari apa yang ada di dunia ini.

Supporting Verse – [19] Tetapi waktu para majikannya melihat bahwa sumber penghasilan mereka sudah tiada, mereka menangkap Paulus dan Silas lalu menyeret mereka berdua ke tempat pertemuan umum di pasar untuk menghadap pejabat-pejabat kota. [20] Lalu di hadapan para pejabat, majikan-majikan itu berkata, “Dua orang Yahudi ini mengacaukan penduduk kota kita! [21] Mereka mengajarkan adat istiadat orang Yahudi yang tidak pantas untuk kita lakukan sebagai warga negara Romawi!” [22] Orang banyak juga ikut mempersalahkan kedua rasul itu. Lalu para pejabat itu merobek-robek pakaian Paulus dan Silas sampai mereka telanjang, lalu memerintahkan supaya mereka berdua dipukuli dengan tongkat. [23] Sesudah dipukuli sampai babak belur, mereka dimasukkan ke dalam penjara. Pejabat-pejabat kota menyuruh kepala penjara untuk menjaga mereka dengan ketat. [24] Karena perintah itu, maka kepala penjara memasukkan Paulus dan Silas ke dalam ruangan yang paling dalam dan aman dalam gedung itu. Kemudian kaki mereka dipasung. Kisah 16:19-24 TSI

Sebagian besar warga di Filipi tidak percaya dan bukan pemeluk agama Yahudi dan sebaliknya percaya kepada dewa, ilmu sihir dan ramalan Kuasa setan. Oleh karena itu pada saat setan diusir dari peramal, akibatnya banyak majikan-majikan yang kehilangan pernhasilannya. Bayangkan jika kita menjadi Paulus dan Silas saat itu. Mereka dipukul babak belur, diseret dan dipermalukan di depan umum, dipenjara di dalam ruangan paling aman, kaki Paulus dan Silas juga dipasung tetapi mereka masih juga takut jika Paulus dan Silas kabur. Paulus dan Silas ditangkap karena melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tetapi lihat apa respon Paulus dan Silas saat itu.

Supporting Verse – [25] Tetapi kira-kira tengah malam, Paulus dan Silas berdoa serta menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Allah, dan para tahanan yang lain ikut mendengarkan mereka. Kisah 16:25 TSI

Lihat apa yang terjadi setelah mereka berdoa dan menyanyikan pujian kepada Tuhan

Supporting Verse – [26] Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang hebat sehingga batu-batu fondasi penjara itu terguncang. Semua pintu penjara terbuka, dan semua rantai para tahanan terlepas. Kisah 16:26 TSI

Saya jadi berpikir, narasi doa dan doa seperti apa yang membuat Tuhan menggerakkan surga hanya untuk menyelamatkan mereka? Kalau mereka mau mulai bernyanyi disana, sepertinya KuasaNya tidak mungkin sampai berdampak seperti itu. Jadi pertanyaan saya, apa jangan-jangan mereka sudah memulai kebiasaan berdoa dan menyanyikan pujian sebelum insiden ini dicatat?

Jadi mereka sudah mengalami dan mengenal kebenaran dulu sebelum mereka mempraktekannya dan memberitakannya kepada orang lain. Penderitaan jasmani dan jiwani tidak mereka responi secara jasmani dan jiwani, tetapi justru ditanggapi secara rohani. Penyembahan itu akan menyadarkan bahwa kita tidak berperang di area jasmani atau jiwani, tetapi kita sedang berperang di area rohani. Penyembahan yang sejati tidak bisa terlepas dari pengalaman kita akan Roh Kudus dan pengenalan Firman Tuhan. Doa dan pujian yang mereka naikkan tidak hanya menguatkan iman percaya mereka tetapi juga berdampak kepada orang lain. Kesimpulannya, mereka pasti sudah memulai gaya hidup berdoa dan menyembah sebelum mereka mengalami lembah kekelaman.

Apakah doa dan penyembahan sudah menjadi gaya hidup kita? Bangun itu justru sebelum kita memasuki lembah kekelaman. Atau perkuat itu justru disaat kita ada di lembah kekelaman.

Ada sebuah studi dari “The Journal of biblical foundations of faith and learning”, yang menemukan berbagai manfaat dari penyembahan kepada fungsi sistem saraf manusia. Dikatakan bahwa orang yang meluangkan waktu 12 menit setiap hari dalam penyembahan dan doa, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dan peningkatan penerapan pemikiran dan perasaan untuk bisa berempati dan mengasihi. Akibatnya, mereka yang meluangkan waktu 12 menit untuk doa dan penyembahan ini menjadi pribadi yang lebih menyenangkan, lebih pemaaf dan bisa mempercayai orang lain.

Dampak psikis yang terukur seperti penurunan depresi, penurunan kecemasan, rasa nyeri dan sakit fisik yang kronis, gangguan stress pasca trauma sudah di-identifikasi dan dapat ditelusuri hubungannya kepada satu tindakan yang dilakukan setiap hari yaitu penyembahan. Bicara tentang rasa sakit dan nyeri yang kronis, saya jadi teringat displin rohani mama saya, Tante Yanti yang menderita kanker selama 13 tahun, payudara dan paru-paru. Dia bangun setiap pagi di jam 4, dan bernyanyi, memuji dan menyembah Tuhan, dan selama 13 tahun, kanker hanya menjadi sebuah nama dan bukan realita. Doa dan penyembahan yang dilakukan setiap hari itu menjadi terapi yang sangat mujarab.

Set your 12 minutes a day to pray and worship. Hati-hati dengan list Spotify kita karena itu akan menentukan kadar Iman kita. Karena Iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus.

Supporting Verse – [17] Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Roma 10:17 TB

Apakah lagu yang kita dengarkan itu lagu yang membangkitan Iman atau sebaliknya? Suara siapa yang kita dengar setiap harinya? Mari kita lanjutkan ceritanya.

Supporting Verse – [27] Lalu kepala penjara itu terbangun. Waktu dia melihat pintu-pintu penjara sudah terbuka, dia mencabut pedangnya hendak bunuh diri, karena dia mengira semua tahanan pasti sudah kabur. [28] Tetapi Paulus berteriak keras-keras kepadanya, “Jangan, Pak! Jangan bunuh diri! Kami semua masih ada di sini.” [29] Mendengar itu, kepala penjara menyuruh budaknya mengambilkan pelita, lalu berlari ke dalam dan dengan gemetar bersujud di depan Paulus dan Silas. [30] Kemudian dia mengantar mereka berdua ke luar dan bertanya, “Bapak-bapak, apa yang harus saya lakukan supaya saya diselamatkan?” [31] Lalu jawab mereka, “Percayalah kepada Tuhan Kristus Yesus, maka kamu akan diselamatkan. Ajaklah juga semua orang di rumahmu untuk percaya.” [32-34] Malam itu juga, kepala penjara itu membawa Paulus dan Silas ke rumahnya, membersihkan luka-luka mereka, dan memberi mereka makan. Lalu mereka menyampaikan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus kepadanya dan semua orang yang tinggal di rumahnya. Kemudian dia bersama yang lainnya dibaptis, dan mereka semua bergembira karena mereka sudah percaya kepada Allah. Kisah 16:27-34 TSI

Respon penyembahan kita di dalam kekelaman tidak hanya menguatkan iman kita, tetapi juga bisa memberikan keselamatan dan pengharapan bagi orang lain. Will you allow your valley to be used by God not only for you, but also for others?

Karena orang yang menyembah Tuhan, hidupnya tidak hanya tentang dirinya, tetapi hidupnya juga untuk orang lain. Orang yang menyembah Tuhan dan menghadapi kekelaman, narasinya bukan seperti ini “Tuhan, kenapa situasi saya seperti ini!?”, tetapi narasinya sebaliknya seperti ini, “Tuhan, setelah aku melewati lembah ini, engkau mau pakai ini untuk siapa? Engkau mau pakai pengalaman pribadiku bersama dengan Engkau untuk siapa?”.

Itu sebabnya lebih baik kita tidak mengerti daripada tidak percaya. Yang kita butuhkan adalah kedamaian dan bukan kejelasan. Kita tidak perlu mengerti, tetapi kita hanya perlu percaya saja. Penyembahan sejati tidak didasari oleh perasaan, namun keyakinan akan karakter Tuhan.

Saya akan tutup dengan 3 pemikiran yang bisa kita lakukan dan jadikan respon disaat mengalami lembah kekelaman dalam hidup kita

1. Sadari bahwa Tuhan mengijinkan kita berada di lembah untuk menghukum kita, tetapi untuk mengalami Dia lebih lagi.

Beda antara tahu tentang Tuhan dan mengalami Tuhan. Kekuatan Iman kita tidak ditentukan dari seberapa kita tahu tentang Tuhan, tetapi disaat kita mengalami Tuhan secara langsung, sebuah personal experience. Daud mengalami Tuhan sendiri, Dia mengenal karakter Tuhan justru di dalam lembah kekelamannya.

Supporting Verse – [1] Mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. [2] Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; [3] Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. [4] Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Mazmur 23:1-4 TB

“Gada” disini artinya penjagaan, dan “tongkat” artinya adalah bimbingan. Di dalam kekelaman kita, siapa yang kita ijinkan untuk menjaga dan mengarahkan hidup kita? Tuhan jadi “personal” buat Daud justru di dalam lembah kekelaman. Dari “Ia”, dimana Dia sekedar tahu tentang Tuhan, menjadi “Engkau”, dimana dia mengalami Tuhan. Kemenangan terbesar mama saya bukanlah kesembuhan tetapi karena Dia mengalami Tuhan selama 13 tahun.

2. Jangan ikutin perasaan, Deklarasikan Iman kepada situasi dan lembah kita.

Mengakui rasa sakit, kekecewaan dan kesedihan itu bukanlah tanda kelainan dan melainkan adalah tindakan rohani, karena kejujuran kita membuat kita sadar bahwa kita ini adalah manusia dan bisa mendekatkan kita dengan Tuhan. Kejujuran akan kepedihan kita akan memindahkan fokus dari keterbatasan manusiawi kita kepada kebesaran dan kedaulatan Tuhan.

Ada beda antara mengeluh dan meratap. Keluhan adalah tuduhan terhadap Tuhan yang menyangsikan karakterNya. Sementara Ratapan adalah seruan kepada Tuhan yang berdasarkan kepada keyakinan akan karakter Tuhan. Bukan kepada perubahan keluarga, nominal atau portfolio, tetapi keyakinan akan karakter Tuhan. Kitab Mazmur adalah kitab yang sarat dengan ratapan, bahkan ada juga Kitab Ratapan.

Closing Verse – [1] Akulah orang yang melihat sengsara disebabkan cambuk murka-Nya. [2] Ia menghalau dan membawa aku ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya. [3] Sesungguhnya, aku dipukul-Nya berulang-ulang dengan tangan-Nya sepanjang hari. [4] Ia menyusutkan dagingku dan kulitku, tulang-tulangku dipatahkan-Nya. [5] Ia mendirikan tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan. [6] Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati. [7] Ia menutup segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat. [8] Walaupun aku memanggil-manggil dan berteriak minta tolong, tak didengarkan-Nya doaku. [9] Ia merintangi jalan-jalanku dengan batu pahat, dan menjadikannya tidak terlalui. [10] Laksana beruang Ia menghadang aku, laksana singa dalam tempat persembunyian. [11] Ia membelokkan jalan-jalanku, merobek-robek aku dan membuat aku tertegun. [12] Ia membidikkan panah-Nya, menjadikan aku sasaran anak panah. [13] Ia menyusupkan ke dalam hatiku segala anak panah dari tabung-Nya. [14] Aku menjadi tertawaan bagi segenap bangsaku, menjadi lagu ejekan mereka sepanjang hari. [15] Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan, memberi aku minum ipuh. [16] Ia meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan kerikil; Ia menekan aku ke dalam debu. [17] Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan. [18] Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada Tuhan. [19] ”Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu.” [20] Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku. [21] Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: [22] Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, [23] selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! [24] ”Tuhan adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. Ratapan 3:1-24 TB

Perhatikan ada perubahan narasi dari ayat ke 17. Dari “Ia” berubah menjadi “Engkau”. Firman Tuhan yang kita baca dan renungkan akan menentukan kadar Iman yang kita deklarasikan. Jangan bosan untuk terus menerapkan “OIA” dalam perenungan Firman Tuhan.

3. Jadikan penyembahan sebagai gaya hidup dalam keseharian kita.

Masukan ke dalam agenda kita, 12 menit setiap hari, coba lakukan selama tiga bulan dan lihat perubahan yang akan terjadi dalam hidup kita.