JPCC Online Service (10 April 2020)
Hari ini kita memperingati Kematian Yesus di atas Kayu Salib. Salib adalah bukti pengorbanan Yesus yang menunjukkan KasihNya bagi kita semua. Bulan ini kita akan berbicara mengenai Ketaatan atau Obedience.
Mari kita mengingat perjalanan Yesus dalam hal ketaatan.
Opening Verse – “Ketika Yesus hidup di bumi, Ia berdoa kepada Allah dan meminta pertolongan Allah. Hanya Allah yang dapat menyelamatkan-Nya dari kematian, dan Yesus berdoa kepada Allah dengan tangisan yang keras dan air mata. Dan Allah menjawab doa Yesus karena Yesus rendah hati dan melakukan semua yang dikehendaki Allah. Yesus adalah Anak Allah, tetapi Ia menderita dan belajar untuk taat melalui penderitaan-Nya.” Ibrani 5:7-8 AMD
Judul Firman Tuhan hari ini adalah Belajar Taat lewat penderitaan. Yesus pun belajar untuk taat melalui penderitaan yang dialami olehNya. Jika Yesus saja belajar mengenai ini, jangan kita kaget jika Tuhan memakai metode yang sama untuk mengajar kita tentang ketaatan.
Sebagai Anak Allah, Yesus tidak luput dari proses belajar tentang ketaatan, sampai Dia mati di Kayu Salib. Oleh karena itu, kalau kita bicara Salib, Salib adalah puncak ketaatan Yesus terhadap BapaNya.
Ada satu benang merah dalam ketaatan yaitu penyerahan harkat. Lewat penderitaanNya, Yesus belajar taat dengan menyerahkan beberapa HakNya.
Ada 5 Hak yang Yesus serahkan dalam proses ketaatan, yaitu :
1. Hak untuk Dimengerti
Supporting Verse – “Sesudah Yesus bersama kami sampai ke satu taman yang bernama Getsemani, Dia berkata kepada kami, “Kalian duduk di sini dulu, karena Aku mau pergi berdoa.” Lalu Dia menyuruh Yakobus dan Yohanes— yaitu kedua anak Zebedeus, dan Petrus ikut bersama-Nya. Waktu itu Yesus merasa sangat sedih dan hati-Nya sangat tidak tenang. Lalu Dia berkata kepada mereka, “Hati-Ku sangat sedih sekali, seperti mau mati rasanya. Kalian tetap tinggal di sini dan sadar terus dengan-Ku sambil berdoa.” Matius 26:36-38 TSI
“Sesudah berdoa seperti itu, Dia kembali kepada ketiga murid-Nya itu dan melihat mereka sedang tertidur. Lalu Dia berkata kepada Petrus, “Ternyata satu jam saja kalian tidak sanggup sadar terus dengan-Ku sambil berdoa!” Matius 26:40 TSI
Lewat cerita ini, kita belajar bahwa di salah satu momen terendah dalam HidupNya, Yesus berharap bahwa tiga murid kesayanganNya bisa mengerti kesedihan dan keputus-asaanNya. Tetapi kenyataannya, tiga kali Yesus berdoa, tiga kali pula ketiga orang terdekatnya tertidur.
Perasaan Yesus tentu disepelekan, kalau kita pernah merasa disepelekan oleh orang terdekat kita, maka ketahuilah bahwa Yesus juga pernah mengalaminya.
2. Hak untuk Memahami Rencana Bapa sebelum Dia Taat
Supporting Verse – “Lalu Dia pergi sedikit lebih jauh dari mereka, lalu sujud dan berdoa. Kata-Nya, “Ya Bapa-Ku, kalau bisa, janganlah biarkan Aku menjalani penderitaan ini! Tetapi janganlah terjadi seperti yang Aku kehendaki, melainkan jadilah seperti yang Engkau kehendaki.” Matius 26:39 TSI
“Seorang malaikat datang kepada-Nya dan menguatkan-Nya. Yesus sangat menderita secara batin sehingga Ia makin sungguh-sungguh berdoa. Keringat-Nya seperti darah menetes ke tanah.]” Lukas 22:43-44 BIMK
Rasa sakit mendalam yang Yesus alami diatas adalah bukti bahwa Dia juga bergumul dengan sulitnya menjadi Taat. Tetapi yang luar biasa adalah Yesus memilih untuk Taat dengan Sempurna, Taat kepada Kehendak Bapa dan bukan kepada pengertianNya sendiri.
3. Hak untuk dibela oleh orang yang kita perjuangkan.
Supporting Verse – “Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.” Yohanes 6:71 TB
Ternyata Yudas juga dimilih Yesus sejak awal, dan dipercayakan untuk menjadi bendahara. Meskipun Dia tahu bahwa Yudas adalah seorang pencuri dan akan mengkhianati Dia. Yesus seperti memberi kesempatan kepada Yudas untuk berubah.
Saya yakin Yesus dengan sengaja memilih Yudas, agar kita tahu bahwa orang yang selama ini begitu kita perjuangkan ternyata bisa mengkhianati kita. Orang-orang bisa jadi adalah pasangan kita, rekan bisnis kita dan juga orang terdekat kita.
Yesus belajar menyerahkan haknya untuk dibela oleh orang yang dia perjuangkan, orang ini justru malah mengkhianati DiriNya.
4. Hak untuk membalas.
Supporting Verse – “Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.” Lukas 23:34 TB
Di momen-momen terakhirNya, Yesus masih memikirkan orang lain dan bukan diriNya sendiri. Tidak mudah bagi kita untuk memutuskan bahwa orang yang bersalah kepada kita tidak perlu membayar upah kesalahan mereka.
Tetapi Yesus bahkan meminta ampun kepada BapaNya bagi orang yang menyalibkan DiriNya. Inilah Pengampunan tingkat tinggi.
5. Hak untuk tidak ditinggalkan oleh BapaNya
Supporting Verse – “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Matius 27:46 TB
Di dalam KetaatanNya, Yesus belajar untuk meninggalkan HakNya untuk tidak ditinggal sendirian oleh BapaNya. Bayangkan bagaimana Yesus bergumul dalam menjalankan ketaatanNya sebagai Anak Bapa.
Tetapi ini Benang Merahnya, Yesus rela menanggung sengsara agar Manusia memiliki pengharapan dalam menghadapi penderitaannya.
Yesus rela menanggung semua sengsara dan rasa sakit agar kita punya pengharapan dalam penderitaan kita. Kalau Yesus rela dan sudah mencontohkannya kepada kita, Dia juga tidak akan meninggalkan kita.
Ada Tiga Janji Yesus didalam Proses kita belajar untuk taat dalam penderitaan :
1. Yesus mengerti Penderitaan Kita
Sharing Ps. Alvi – Disaat saya sedang menghadapi suatu burn-out beberapa waktu lalu, dalam percakapan dengan seorang teman saya, dia berkata bahwa “Pasti ga mudah ada di posisi Kak Alvi”. Kontan setelah statement itu, saya menangis karena saya merasa ada seseorang yang mengerti apa yang saya alami.
Tahukah anda, bahwa ketika kita dengan tulus ingin memahami orang lain, maka disaat mereka terluka, kitapun juga akan merasa terluka.
Saya yakin ada sebuah kekuatan dan penghiburan ketika ada seseorang mengerti apa yang kita sedang alami, ada Kekuatan yang membangkitkan kita, penghiburan yang begitu menyegarkan bahkan meskipun masalahnya masih ada.
Yesus menjalani dan mengalami semua penderitaan disaat Dia belajar untuk taat. Yesus sangat amat mengerti penderitaan dan rasa sakit yang kita alami, Dia tidak pernah meremehkan rasa sakit kita, meskipun Dia tahu bahwa Dia dapat memulihkannya. Dia memvalidasi perasaan kita. Itu sebabnya salah satu kalimat paling pendek di Alkitab mengandung pernyataan yang begitu mendalam.
Supporting Verse – “Lalu Yesus menangis.”
Yohanes 11:35 BIMK
Meskipun Dia tahu bahwa Lazarus akan bangkit, Dia memilih untuk mengidentifikasikan dirinya dengan perasaan yang sama dengan Maria dan Martha, itu sebabnya Dia menangis.
Jika karena Pandemi ini kita kehilangan orang yang kita kasihi, pekerjaan atau bahkan penghasilan. Ketahuilah bahwa Yesus menangis bersama dengan kita.
2. Yesus ingin menguatkan kita dalam penderitaan.
Supporting Verse – “Terpujilah Allah!— yaitu Bapa dari Tuhan kita Kristus Yesus, Bapa yang penuh belas kasihan, dan Dia yang selalu menguatkan kita! Dialah yang menguatkan kami sehingga kami sanggup menghadapi setiap penderitaan yang kami alami. Karena dengan kami kuat, kami bisa menguatkan orang lain yang mengalami bermacam-macam penderitaan. Mereka dikuatkan ketika kami bersaksi kepada mereka bagaimana Allah sudah menguatkan kami lewat penderitaan yang kami alami.” 2 Korintus 1:3-4 TSI
Di momen-momen seperti sekarang, Kekuatan Tuhan sangat amat dapat kita rasakan dalam penderitaan kita.
Supporting Verse – “Memang penderitaan yang kita alami sekarang ini, hanya untuk sementara saja. Tetapi karena Allah selalu sangat baik hati, Dia sudah memanggil kita melalui Kristus untuk ikut ambil bagian dalam kemuliaan-Nya untuk selama-lamanya. Sesudah kita menderita untuk sementara waktu saja, Dia sendiri akan menolong, menguatkan, memulihkan, dan memberikan semangat yang baru kepada kita. Dialah yang berkuasa sampai selama-lamanya! Amin.” 1 Petrus 5:10-11 TSI
Inilah Janji Tuhan dimana Dia akan menolong, menguatkan dan memulihkan, dan juga memberikan semangat yang baru.
3. Kita bisa mengekspresikan rasa sakit kita kepada Yesus.
Yesus bisa mengerti dan mengidentifisikan diriNya dengan rasa sakit kita, Dia juga akan menguatkan kita. Jangan lupa bahwa kadang disaat kita mengalami penderitaan, kita suka tidak mengakui hal itu.
Berani mengakui rasa sakit dan penderitaan kita adalah sebuah tindakan yang rohani dan bukan karena kurangnya Iman. Karena disaat kita melakukan ini, pengakuan kita akan membantu kita untuk mendekat dengan Tuhan, dan memicu kesadaran kita bahwa kita adalah manusia terbatas, dan juga mengubah perspektif kita akan perkara-perkara yang kekal.
Sayangnya mata kita lebih mudah fokus kepada hal-hal yang nampak oleh mata jasmani kita, padahal hal-hal yang lebih penting dan kekal sebenarnya tidak terlihat oleh mata jasmani kita.
Supporting Verse – “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” 2 Korintus 4:17-18 TB
Dari Ayat Rasul Paulus ini, Anehnya Rasul Paulus sebenarnya sudah mengalami begitu banyak hal dan penderitaan dalam hidupnya. Dia pernah dipenjara, disiksa, dipukuli, dan banyak hal lain. Tetapi semua penderitaan yang dia alami tetap dia sebut sebagai penderitaan yang ringan.
Cara kita melihat akan menentukan respon kita. Saya yakin Rasul Paulus bisa bercerita diatas kepada Jemaat Korintus karena matanya tidak fokus kepada penderitaannya, tetapi matanya fokus kepada kemuliaan kekal yang melebihi segalanya dan jauh lebih besar dari penderitaannya.
Ada beda antara mengeluh dan meratap, complaining and lamenting. Keluhan adalah tuduhan terhadap Tuhan yang menyangsikan karakterNya. Ratapan adalah seruan kepada Tuhan berdasarkan keyakinan kepada karakterNya – NT Wright
Setiap kali kita mengalami hal yang negatif dalam hidup, itu adalah waktu yang tepat untuk menyaksikan KarakterNya dalam hidup kita.
Sharing Ps. Alvi – Beberapa dari anda tentu tahu bahwa Ibu saya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dia mengalami penderitaan beberapa tipe penyakit kanker dalam hidupnya, dan tanpa saya sangka saya menangis setiap hari selama 6 bulan setekah dia meninggal.
Di masa-masa inilah, saya meratap kepada Tuhan, saya tahu bahwa Tuhan baik. Tetapi saya berseru kepadaNya, mengapa yang saya alami ini sepertinya tidak terasa baik. Saya tidak memungkiri bahwa hati saya sakit. Saya semakin sedih disaat mendengar begitu banyak orang yang bersaksi bagaimana Tuhan bekerja melalui Ibu saya.
Saya berseru kepada Tuhan, dan ini juga yang menjadi doa saya saat itu. “Tuhan, saya ingin mengalami KasihMu seperti yang belum pernah saya alami sebelumnya”.
Saya tahu bahwa hanya KasihNya yang bisa memulihkan saya, dan saya belajar bahwa jauh lebih baik untuk tidak mengerti daripada tidak percaya.
Seorang Hamba Tuhan yang kehilangan anaknya karena bunuh diri berkata demikian.
“Other people are going to find healing in your wounds. Your greatest life messages and your most effective ministry will come out of your deepest hurts” – Ps. Rick Warren
Saya tidak tahu apa yang anda semua alami hari-hari ini, hari-hari ini tentu penuh dengan penderitaan dan rasa sakit baik secara relasional, finansial dan secara fisik. Tetapi ketahuilah bahwa Yesus mengerti penderitaan kita semua, Dia ingin menguatkan kita semua dalam penderitaan kita. Kita selalu bisa mengeskpresikan rasa sakit kita dengan meratap kepadaNya.
Ini adalah doa dan harapan saya buat kita semua, bahwa “God can always turn our pain into a gain, our misery into a ministry, our tragedy into triumph”.
Itu sebabnya hari ini kita memperingati penderitaan Yesus di kayu salib yang memberikan pengharapan, dan kemenangan untuk kita semua.