JPCC Online Service (27 February 2022)
Masih dalam tema besar, “DEVOTED”, kita akan membahas tentang hubungan di minggu terakhir di bulan ini. Pesan Tuhan hari ini, saya beri judul “Berakar dan Berdasar Dalam Kasih.”
Saudara, masih ingat momen-momen awal Saudara mengenal Tuhan secara pribadi?
Awalnya, kekristenan hanyalah agama. Lalu Saudara mulai mengerti dan mengalami secara pribadi, bahwa kekristenan adalah mengenai sebuah hubungan, lebih dari hanya pengetahuan dan kebiasaan agamawi.
Saudara mulai kenal Tuhan secara pribadi lewat firman-Nya yang tertulis, bukan hanya lewat pesan yang dikhotbahkan setiap kebaktian Minggu. Makin Saudara mempelajari firman Tuhan, makin Saudara sadar bahwa firman Tuhan berfungsi untuk membantu hidup Saudara menjadi makin serupa dengan Kristus, bukan untuk menilai apalagi menghakimi hidup orang lain.
Saat kekristenan telah menjadi sebuah hubungan dua arah, kehidupan doa Saudara jadi menyenangkan karena terjadi komunikasi dua arah. Saudara mulai menyadari bahwa Tuhan tak hanya berbicara kepada orang-orang di zaman dulu saja; melainkan berbicara dengan berbagai cara kepada manusia, secara pribadi, bahkan sampai sekarang.
Saudara menemukan dan mengalami kasih tanpa syarat dari Yesus Kristus, yang selama ini Saudara cari di sumber-sumber yang salah dan sementara. Kasih Saudara kepada Tuhan pun makin kuat dan dalam, karena saudara tahu bahwa kasih yang sejati ternyata bukan sekadar konsep, melainkan sebuah pengalaman pribadi yang berkesinambungan.
Membangun hubungan dengan Tuhan pun menjadi sebuah gaya hidup sehari-hari, bukan hanya rutinitas dan kewajiban agamawi yang dilakukan di hari ibadah saja. Membangun hubungan dengan Tuhan menjadi sebuah kesenangan, bukan keharusan. Setelah Saudara menerima dan mengalami kasih Tuhan secara pribadi, Saudara mulai mengerti bahwa mengasihi Tuhan perlu diwujudkan dengan mengasihi orang lain.
Saudara mulai meneruskan kasih yang Saudara terima kepada jiwa-jiwa yang perlu kasih Tuhan. Saudara juga mulai hidup melebihi agenda dan kepentingan diri sendiri. Namun, di tengah perjalanan iman Saudara bersama Tuhan, sesuatu yang tidak berkenan di hati, mulai terjadi pula.
Mulai ada doa yang sepertinya tidak secepat dulu, dijawab olehTuhan, bahkan ada doa-doa yang Tuhan jawab dengan kata “tidak“. Tuhan mulai terasa jauh dan tidak sebaik biasanya. Saudara mulai mengalami kejadian-kejadian yang menunjukkan bahwa melayani manusia itu merepotkan dan tak jarang mengusik kenyamanan.
Belum lagi, banyak gesekan tak penting yang membuat hidup makin ribet, sehingga melayani Tuhan menjadi suatu beban dan bukan lagi menjadi sebuah hak istimewa atau kehormatan. Mungkin pernah, Saudara berkata kepada Tuhan seperti ini, “Jujur, Tuhan, kalau mengabdi kepada-Mu malah membawa kesusahan dan ketidaknyamanan, bahkan datangnya bertubi-tubi, sepertinya lebih enak kalau kekristenan hanya sebagai agama!”
Ditambah dengan melihat hidup orang lain yang tidak sesaleh Saudara bahkan orang-orang yang tidak kenal Tuhan sama sekali, hidupnya malah terlihat lebih asyik dan lebih seru. Saudara, kita mulai lupa, bahwa hadiah terbesar yang seorang manusia bisa dapatkan adalah keselamatan yang diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan, melebihi semua status, kesuksesan, dan kenyamanan apa pun.
Opening Verse – Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Efesus 2:8-10 (TB)
Kita mengerti bahwa keselamatan adalah karena kasih karunia oleh iman. Keselamatan adalah sesuatu yang tidak layak kita terima, tetapi tetap diberikan Allah kepada manusia. Kita mengerti bahwa kita tidak diselamatkan karena usaha atau perbuatan baik kita, tapi kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan atau perbuatan baik.
Walau pada awalnya dimulai dengan kasih karunia Tuhan, banyak hal yang terjadi, secara pelan namun pasti, memindahkan fokus kita dari kasih karunia Tuhan kembali kepada usaha manusiawi kita, kepada perbuatan-perbuatan kita. Karena kita dikelilingi begitu banyak hal yang terlihat penting di berbagai media, sebenarnya semua itu mengondisikan kita untuk fokus pada diri sendiri, fokus pada ego pribadi kita.
Lalu, karena membanding-bandingkan pencapaian dan kepemilikan di usia tertentu, yang awalnya kerja keras, naik intensitasnya menjadi susah payah. Padahal kita tahu kebenaran di dalam Amsal 10:22 (TB).
Supporting Verse – “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” Amsal 10:22 (TB)
Terlepas dari kondisi pandemi yang dampaknya masih terasa sampai saat ini, tidak sedikit orang yang hidup dalam “budaya kerja tanpa henti” (hustle culture) yaitu gaya hidup yang menempatkan karir sebagai prioritas terutama, sehingga aspek-aspek penting lain dalam hidup sering kali diabaikan.
Bahkan tidak jarang yang akhirnya mengorbankan kesehatan, kerohanian, keuangan, dan hubungan pernikahan atau keluarga. Sayang sekali, Saudara, ketimbang kita sadar akan kasih Tuhan, hari-hari ini, jauh lebih alami bagi kita menjadi sangat sadar akan usaha manusiawi kita.
Tahukah Saudara, bahwa orang yang terlalu sadar diri akan berfokus kepada dirinya sendiri? “Semuanya tentang diriku, bukan tentang orang lain, bukan tentang Allah.”
Orang yang terlalu sadar diri akan berusaha semaksimal mungkin untuk tampil sesempurna mungkin di hadapan orang lain. Capek sekali hidup seperti itu, Saudara! Secara otomatis, orang-orang seperti ini hampir selalu berpikir, “Apa untungnya buat saya?” sehingga lebih sulit untuk berpikir tentang bagaimana berkontribusi ke dalam hidup orang lain, karena sudah menjadi terlalu sadar akan diri sendiri.
Dalam khotbah saya bulan lalu, “THE GOOD SHEPHERD”, saya menyampaikan sebuah prinsip bahwa pengabdian kita kepada Tuhan hanya akan sekuat keyakinan kita akan kasih Tuhan. Masih ingat prinsip itu, Saudara?
Pengabdian kita kepada Tuhan, hanya akan sekuat keyakinan kita akan kasih Tuhan. Karena motivasi terbaik untuk mengabdi kepada Tuhan, adalah kasih, bukannya karena mau mendapat berkat atau mukjizat Tuhan. Pertumbuhan keyakinan akan kasih Tuhan terjadi dengan subur ketika kita sebagai domba-Nya mengenal Sang Gembala yang Baik, dengan makin dalam dan makin personal. Bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu, atau pun berdasarkan khotbah dan perjalanan hidup orang lain saja.
Kedalaman hubungan tidak bisa dibangun, Saudara, kalau kita sudah menjadi terlalu familiar, terlalu terbiasa dengan Tuhan, sehingga tak ada lagi rasa kekaguman atau ekspektasi untuk makin mengenal kasih Tuhan. Keintiman hubungan juga tak bisa terjadi kalau kita mendasari pengenalan akan Tuhan di atas pewahyuan orang lain, padahal Tuhan menciptakan kita untuk bisa mengenali suara-Nya, sama seperti domba yang mampu mengenal suara gembalanya.
Pengabdian tanpa pengenalan adalah seperti hidup dalam hukum Taurat,yang berlandaskan usaha manusia, sehingga membuahkan iman yang transaksional.
“Kalau aku sudah melakukan kewajiban agamawiku, maka aku berhak dong, Tuhan, menerima ini dan itu, dari Engkau?”
Pengenalan tanpa pengabdian berpotensi untuk menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan. Ketika kita hidup seenaknya atas nama kasih karunia, kita sebetulnya belum sungguh-sungguh memahami betapa luar biasanya kasih Tuhan. Saudara,pemahaman dan keyakinan kita akan kasih Kristus adalah sesuatu yang sangat esensial untuk punya hidup kekristenan yang sehat dan untuk punya pengabdian yang kuat.
Kita harus betul-betul memahami dan meyakini kasih Kristus! Sayangnya, pada kenyataannya, tidak jarang kita lupa bahwa kasih Tuhan tetap sama besarnya dalam kondisi, situasi, dan keadaan apa pun. Sama besarnya.
Kalau kasih Tuhan bisa berubah-ubah, berarti Dia tak berbeda dengan manusia, yang kasihnya sering berubah-ubah tergantung pada apa yang sedang dialami atau tergantung pada perasaan.
Itu sebabnya ketika Rasul Paulus berada dalam penjara, dia menulis surat kepada jemaat di Efesus, agar tak berfokus kepada penderitaannya karena Injil, melainkan kepada kasih Kristus. Menurut saya, Rasul Paulus adalah orang yang sungguh mengerti dan yakin tentang kasih Kristus, karena kalau dia tidak betul-betul mengerti kasih Kristus, tak mungkin dia sampai menulis empat dari tiga belas suratnya, justru ketika dia ada dalam penjara karena memberitakan Injil keselamatan kepada jemaat di Efesus, Filipi, Kolose dan secara khusus kepada Filemon. Mari kita lihat suratnya kepada jemaat di Efesus, judulnya “Doa Paulus”.
Supporting Verse – Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Efesus 3:14-21 (TB)
Amin.Saudara, doa Paulus ini ditujukan kepada jemaat di Efesus, tetapi doa ini juga berlaku bagi kita para pengikut Kristus.
Di ayat 16-17a, Paulus pertama-tama berdoa agar Tuhan menguatkan dan meneguhkan kita oleh Roh Kudus dalam batin kita, sehingga Kristus diam dalam hati kita.
Ayat tersebut katakan, ”Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu.”
Kemudian dalam ayat 17b-19a, doa Paulus yang kedua adalah bahwa setelah kita berakar dan berdasar dalam kasih Kristus, kita mampu memahami dimensi-dimensi kasih Kristus. Saudara, kata “berakar” dan “berdasar” berasal dari bahasa Yunani, kata kerja yang memakai bentuk “present participle”.
Supporting Verse – dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Efesus 3:17b-19a (TB)
Sekali lagi, kata “berakar” dan “berdasar” tadi— yang menjadi judul pesan hari ini—berasal dari bahasa Yunani, kata kerja yang memakai bentuk “present participle” yaitu tindakan yang sudah terjadi di masa lampau, tapi memiliki efek yang berkelanjutan sampai hari ini.
Artinya, sebagai orang percaya, kita sudah berakar dan berdasar di dalam kasih, tetapi ini bukan peristiwa sekali untuk selamanya, melainkan proses yang terus-menerus berkelanjutan seumur hidup. Dengan kata lain, seberapa kita berakar dan berdasar dalam kasih Kristus adalah sebuah kondisi yang perlu terus diusahakan, sebab kalau tidak diusahakan dan dirawat, akan berpotensi menurunkan kualitasnya.
Tidak heran, jika hari-hari ini, banyak orang yang melupakan kasih Kristus, atau, kasih Kristus tidak lagi menjadi fokus utamanya. Berakar, yang adalah sebuah istilah agrikultur, berbicara tentang kedalaman. Akar yang dalam tidak akan pernah kekurangan asupan yang baik yang dibutuhkan untuk bertumbuh dan berbuah.
Pertanyaannya, kapankah akar pohon bertumbuh makin dalam?
Yaitu ketika musim kemarau datang, akar-akar pohon itu terkondisi untuk masuk lebih dalam demi mendapatkan air supaya dapat bertahan hidup. Akar pohon kehidupan kita, Saudara, akan dipaksa untuk bertumbuh semakin dalam, ketika kita mengalami masa-masa kering layaknya di padang gurun. Namun, kita tetap memilih untuk percaya bahwa Tuhan selalu mengasihi kita, bahwa kasih Tuhan yang selalu sama dan yang tetap besar itu lebih dari cukup untuk membawa kita melewati musim kering ini.
Kata “berdasar” merupakan sebuah istilah arsitektur, yang berbicara tentang kekokohan. Jika dasarnya kokoh,maka tidak akan gampang digoyahkan atau dihancurkan.
Pertanyaannya, kapankah akar pohon diuji kekokohannya?
Sewaktu angin, hujan, dan banjir melanda. Saudara, suka atau tidak, tantangan dan masalah akan datang, untuk menguji kekuatan fondasi kehidupan kita. Hanya mereka yang hidup di dalam kasih Tuhan yang sempurna yang bisa terus bertahan dan mengatasi setiap tantangan dan masalah yang datang.
Bahkan kejatuhan dan kegagalan hidup tidak akan bisa menggoyahkan imannya karena dia tahu bahwa Tuhan tetap mengasihi dia dengan kasih yang sempurna. Yang menarik, Saudara, dalam struktur tata bahasa Alkitab, ada gaya penulisan yang disebut “kiasme” yang secara sederhana berarti sebuah pola pengulangan yang terstruktur untuk menyampaikan poin tertentu.
Agar lebih mudah dipahami, saya akan tampilkan sebuah gambar yang menunjukkan pengulangan pola A-B-C-D-E dalam salah satu terjemahan Alkitab bahasa Inggris.
- Saudara bisa lihat bahwa ayat 14 diulangi di ayat 21c.
- Ayat 16a diulangi di ayat 21b.
- Ayat 16b diulangi di ayat 20.
- Ayat 17 diulangi di ayat 19.
Ayat 18 adalah satu-satunya ayat yang tidak diulangi. Saudara bisa mencermati pengulangan ini untuk melihat bahwa poin “F” menjadi inti atau kunci dari perikop itu, dan poin F adalah ayat ke-18 dari Efesus 3, yang berbunyi:
Supporting Verse – Aku berdoa,— bagian dari doa Paulus— supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus. Efesus 3:18 TB
Orang yang hidupnya berakar dan berdasar dalam kasih Tuhan akan memiliki pengertian yang makin mendalam tentang keempat dimensi kasih Tuhan.
Dimensi yang Pertama, Kasih Kristus itu sangat lebar, mampu menutupi semua dosa kita dan menjangkau setiap keadaan hidup kita, sehingga semua pada akhirnya hanya akan mendatangkan kebaikan.
Waktu kita meragukan pengampunan dan pemeliharaan Tuhan, kita sebetulnya sedang mempersempit jangkauan kasih Tuhan itu. Kasih Tuhan begitu lebarnya, sehingga diberikan kepada seluruh umat manusia, di dunia ini. Saudara pasti kenal ayat ini.
Supporting Verse – Memang kasih Allah sangat luar biasa kepada orang-orang di dunia ini,—termasuk buat setiap Saudara yang sedang mendengarkan hari ini—sehingga Dia menyerahkan Anak-Nya satu-satunya, supaya setiap orang yang percaya kepada Anak-Nya itu tidak akan binasa, tetapi menerima hidup yang kekal. Yohanes 3:16 (TSI)
Dimensi yang kedua, kasih Kristus itu amat panjang, seperti yang dicatat oleh nabi Yeremia
Supporting Verse – Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. Yeremia 31:3 (TB)
Saudara, kekal artinya tak berawal dan tak berujung atau berakhir. Bahkan, waktu kita masih berdosa dan membenci Tuhan, Dia sudah sangat mengasihi kita. Kasih Tuhan ini akan terus berlanjut sampai kepada kekekalan. Demikianlah panjangnya kasih setia Tuhan.
Dimensi yang ketiga, kasih Kristus begitu tinggi, sanggup membawa kita ke surga.
Supporting Verse – …dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, Efesus 2:6 (TB)
Saudara, dimensi yang keempat, kasih Kristus itu teramat dalam, sehingga Dia rela turun ke tempat yang paling rendah, yaitu kematian.
Supporting Verse – melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri,[7] dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.[8] Dan dalam keadaan sebagai manusia,[8] Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,[8] bahkan sampai mati di kayu salib. Filipi 2:7-8 (TB)
Jadi, kasih Tuhan begitu panjang, begitu lebar, begitu tinggi, dan begitu dalam. Alamilah kasih Tuhan ini, Saudara. Kita lanjutkan dengan ayat 19b.
Yang ketiga, Paulus berdoa supaya kita dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Supporting Verse – Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi[19b] di dalam seluruh kepenuhan Allah. Efesus 3:19b TB
Saudara, saya teringat pengajaran Dr. A. R. Bernard beberapa tahun lalu. “We are spiritual beings mastering the human experience.”
Pada hakikatnya kita adalah makhluk rohani yang sedang mendalami atau mempelajari pengalaman manusiawi. Itu sebabnya, kita tak bisa mencerna semua kejadian dalam hidup kitadengan pikiran duniawi, melainkan harus memakai lensa rohani, yaitu dengan hidup berakar dan berdasar dalam kasih Kristus, bukan berdasar kepada usaha manusiawi kita.
Saya ingin lengkapi pesan Tuhan hari ini dengan menawarkan tiga langkah yang dapat membantu kita membangun hidup yang berakar dan berdasar dalam kasih kristus. Karena sekali lagi, sebagai pengikut Kristus yang sejati, kita perlu mengerti bahwa pengabdian kita kepada Tuhan hanya akan sekuat keyakinan kita akan kasih Tuhan.
Jangan sampai akar kita berhenti bertumbuh atau malah membusuk, karena tenggelam dalam kenyamanan atau karena kita merasa berhak. Jangan sampai juga fondasi kita tergoyahkan, tergoncangkan, karena datangnya kesulitan dan masalah dengan bertubi-tubi.
Diperlukan sebuah disiplin mental, yaitu saat kita secara sengaja berusaha untuk membangun hidup yang berakar dan berdasar dalam kasih kristus. Agar mudah diingat, saya akan berikan sebuah kerangka pikiran berdasar apa yang kita katakan waktu mengajari anak atau keponakan kita, setiap kali mereka menerima kebaikan dari orang lain.
Biasanya kita ajarkan, “Ingat, jangan lupa bilang terima kasih.”
Jadi, ada tiga kata kunci: ‘ingat’, ‘terima’, dan ‘kasih‘.
Yang pertama, ‘ingat’ akan kasih Tuhan.
Saudara, dalam proses kita berakar dan berdasar dalam kasih Tuhan, kita perlu Roh Kudus untuk menguatkan batin kita, karena prosesnya sering terjadi di luar kemampuan manusiawi kita.
Itu sebabnya, doa Paulus yang pertama adalah agar Tuhan menguatkan dan meneguhkan kita oleh Roh Kudus, dalam batin kita, sehingga Kristus diam dalam hati kita. Perhatikan: menguatkan dan meneguhkan, oleh Roh-Nya.
Kekuatan Roh Kudus inilah yang memampukan kita untuk bisa berpegang teguh dalam iman, berakar makin dalam, berdasar makin kuat, dalam kasih Kristus. Kita tak akan bisa mengerti betapa penuhnya kasih Tuhan tanpa kekuatan dari Roh Kudus. Saya ulangi, Saudara dan saya pasti tak akan bisa mengerti atau menyelami betapa penuhnya kasih Tuhan, tanpa kekuatan dari Roh Kudus. Memahami dan mengingat kasih Tuhan membutuhkan campur tangan Roh Kudus, karena itu tidak terjadi secara alami.
Bukankah natural atau alami untuk kita mengeluh dan bersungut-sungut? Itu sebabnya, adalah supranatural untuk bisa mengucap syukur di tengah keadaan—yang secara manusiawi— sangat sulit untuk disyukuri. Daripada merenungkan besarnya masalah, atau menghayati pedihnya sakit hati, atau membayangkan suramnya masa depan yang tidak terlihat, kita selalu bisa memilih untuk mengingat betapa panjang, betapa lebar, betapa tinggi, dan betapa dalam kasih Tuhan bagi hidup kita.
Supporting Verse – Tetapi dalam semua hal, kita mendapat kemenangan sempurna melalui Kristus yang sudah menyatakan kasih-Nya yang luar biasa kepada kita. Mari kita baca bersama dari kata “karena” dalam ayat ke-38. Karena saya yakin bahwa semua yang memusuhi kita tidak dapat menghentikan kasih-Nya bagi kita,—amin!—baik orang yang menyakiti kita selama hidup maupun yang membunuh kita.— atau ego kita, saya tambahkan— Para malaikat dan semua roh jahat pun tidak mampu menghentikan Allah untuk mengasihi kita. Maka kita tidak perlu takut lagi terhadap tuduhan atau ancaman, baik pada zaman sekarang maupun yang akan datang, atau dari semua penguasa kegelapan Karena semua ciptaan Allah, baik kuasa di langit yang paling tinggi maupun di bagian bumi yang paling rendah, tidak dapat menghentikan kasih Allah kepada kita, sebab kita sudah bersatu dengan Penguasa kita Kristus Yesus. Roma 8:37-39 (TSI)
Katakan, “Amin”. Saudara, sepertinya Tuhan ingin berkata kepada beberapa dari Saudara, “Lepaskan pengampunan!” Stop nursing and rehearsing your pain. Start remembering how God has forgiven you. Berhentilah merawat dan mengulangi rasa sakitmu. Mulailah ingat bagaimana Tuhan telah mengampuni engkau tanpa syarat.
Langkah yang kedua untuk membangun hidup yang berakar dan berdasar dalam kasih Tuhan—setelah yang pertama: “ingat” akan kasih Tuhan—yang kedua, “terima”-lah kasih Tuhan.
Setelah kita mengingat betapa luar biasanya kasih Tuhan bagi kita, kita perlu kembali menerima kasih Tuhan itu atas hidup kita, lagi dan lagi. Berhentilah mengandalkan kekuatan sendiri yang terbatas dan memang sudah terbukti selalu gagal. Izinkan kasih Tuhan kembali mengubah hidup kita dari dalam ke luar.
Kasih Tuhan itu lebih kuat daripada kekerasan hati kita. Berhenti membatasi kasih Tuhan yang panjang, lebar, tinggi, dan dalam itu dengan pengertian kita yang terbatas. Kita lanjutkan ke Doa Rasul Paulus yang kedua.
Supporting Verse – Aku berdoa, supaya kamu …dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Efesus 3:18-19 TB
Saudara, izinkan Tuhan mengobrak-abrik pola pikir kita tentang kehidupan kekristenan yang berbasis pada hak dan kewajiban. Izinkan Tuhan mengasihi kita dengan cara yang hanya Dia bisa lakukan. Di hari-hari ke depan, harapkan Tuhan untuk menyatakan kasih-Nya dengan cara yang melampaui pengetahuan dan pengalaman kita selama ini. Bahkan, kalau pun Saudara sudah menjadi orang Kristen selama berpuluh-puluh tahun.
Supporting Verse – and [that you may come] to know [practically, through personal experience] the love of Christ which far surpasses [mere] knowledge [without experience], that you may be filled up [throughout your being] to all the fullness of God [so that you may have the richest experience of God’s presence in your lives, completely filled and flooded with God Himself]. Ephesians 3:19 AMP
Mungkin kita perlu mengubah narasi doa kita, dari “Tuhan, aku mau mengasihi-Mu lebih lagi,”—yang boleh-boleh saja, tapi sebetulnya lebih terfokus pada usaha kita untuk mengasihi Tuhan.— Ubah narasi doa kita menjadi: “Tuhan, aku mau mengalami kasih-Mu lebih lagi. Aku terima kasih-Mu atas hidupku.”
Doa seperti ini berfokus pada kasih Tuhan. Saudara, ketika saya mengalami kelelahan mental dalam pekerjaan dan pelayanan beberapa tahun lalu, di saat yang bersamaan saya bergumul dengan kehilangan mama saya. Di saat saya memproses rasa duka, ini yang saya doakan berulang kali, “Tuhan, aku mau mengalami kasih-Mu seperti yang belum pernah aku rasakan dan alami sebelumnya.” Pelan tapi pasti, kasih Tuhan memulihkan saya. Yang kedua tadi, “terima”-lah kasih Tuhan.
Yang terakhir— belum ada yang tidur, ‘kan? Berikan, atau teruskanlah, kasih Tuhan.
Pemahaman kita akan kasih Tuhan tidak akan terjadi secara progresif dalam kesendirian atau terisolasi dari orang percaya lainnya, karena kasih itu kita simpan bagi diri sendiri. Sebagai orang percaya, secara individu, kita mengetahui kasih Tuhan secara sebagian saja. Namun, jika kita tersambung dengan orang percaya lainnya, pengetahuan dan pengalaman kita akan kasih Tuhan, akan berlipat ganda.
Rasul Paulus menulis dalam doanya yang kedua, di Efesus tadi.
Supporting Verse – Aku berdoa, supaya kamu— kata kuncinya ini:—bersama-sama dengan segala orang kudus, bukan sendirian. Efesus 3:18 TB
Bersama-sama dengan orang percaya lainnya, proses kita mengenali dan memahami keempat dimensi kasih Tuhan ini menjadi berlipat ganda.
Supporting Verse – Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. 1 Yohanes 4:11-12 (TB)
Jadi, isu pentingnya sekarang, bukan lagi, “Apakah Saudara sudah tertanam di komunitas sel di gereja lokal Saudara masing-masing?”
Isu pentingnya sekarang, adalah ini, Saudara, “Apakah saya mengizinkan kasih Tuhan bekerja lewat hidup saya?”
Sehingga, setiap kali ada pertemuan komsel, atau pun tatap muka pribadi, Saudara sadar akan pentingnya memberikan dan meneruskan kasih Tuhan yang Saudara sudah alami secara pribadi, kepada orang percaya lainnya. Saudara, kita selalu bisa bertumbuh dalam pengenalan akan kasih Tuhan. Kita tidak akan mampu sepenuhnya mengenali kasih Tuhan, karena kasih Tuhan itu melampaui segala pengetahuan.
Namun, kita selalu punya potensi untuk mengenal kasih itu lebih dan lebih lagi. Itu sebabnya, kita harus terus-menerus merindukan sebuah pengenalan yang makin dalam dan makin pribadi tentang kasih Tuhan, selama kita hidup.
Rasul Paulus mengakhiri doanya,dengan sebuah kerinduan yang luar biasa:
Closing Verse – that you may be filled up [throughout your being] to all the fullness of God [so that you may have the richest experience of God’s presence in your lives, completely filled and flooded with God Himself] Ephesians 3:19b AMP
Aku berdoa supaya kamu dapat dipenuhi seumur hidupmu dengan seluruh kepenuhan Tuhan, sehingga kamu dapat memiliki pengalaman terkaya akan kehadiran Tuhan dalam hidupmu, seutuhnya dipenuhi dan dibanjiri dengan pribadi Tuhan sendiri.
P.S: Dear Friends, I am open to freelance copywriting work. My experience varies from content creation, creative writing for an established magazine such as Pride and PuriMagz, web copywriting, fast translating (web, mobile, and tablet), social media, marketing materials, and company profile. Click here to see some of my freelancing portfolios – links.
If your organization needs a Freelance Copywriters or Social Media Specialist, Please contact me and see how I can free up your time and relieve your stress over your copy/content needs and deadlines. My contact is 087877383841 and vconly@gmail.com. Sharing is caring, so any support is very much appreciated. Thanks, much and God Bless!