Cukup Untuk Sehari By Ps. Jose Carol

JPCC Sutera Hall 2nd Service (24 November 2024)

Selamat Pagi semua, Apa kabarnya? Salam kepada semua yang ada di Sutera Hall Ibadah kedua dan terutama juga kepada saudara semua yang menyaksikan secara online dimanapun anda berada. Salam Sejahtera buat anda semua, Saudara bersyukur bisa berada di Rumah Tuhan dan menikmati Kebaikan Tuhan? Mari kita juga berterimakasih kepada semua yang bisa membuat Ibadah hari ini berjalan dengan baik, termasuk yang bekerja keras agar Ibadah ini bisa diikuti secara online.

Seperti tadi disampaikan, Kita sudah memasuki minggu kedua dengan seri pengajaran “Cara kita berdoa“. Minggu lalu Ps. Johannes sudah menyampaikan Firman Tuhan dengan luar biasa, memulai pengajaran dari “Doa Bapa Kami“, dimana Yesus mengajar kita berdoa, dan kita akan melanjutkannya di hari ini. Judul kotbah hari ini adalah “Cukup Untuk Sehari“.

Ada beberapa kata kunci yang akan kita pelajari dari tema hari ini, tetapi sekali lagi, kita akan mengulangi apa yang sudah kita pelajari minggu lalu. Kita berharap bahwa seri pengajaran tentang cara berdoa ini menolong saudara untuk bukan hanya mengerti apa itu berdoa tetapi juga mampu membangun kebiasaan berdoa yang sehat. Saudara bisa berdoa dengan penuh keberanian dan tentunya mempraktekkan Iman di dalam doa. Saudara bukan hanya rutin berdoa tetapi juga mengerti akan dampaknya.

Karena Kuasa doa tidak hanya mampu mengubah lingkungan eksternal kita, tetapi Doa juga dapat mengubah kondisi hati dan pikiran kita yang sedang berdoa. Doa bukan hanya mengubahkan yang di luar tetapi Doa juga mengubahkan kita dari dalam dan mengantarkan kita menjadi lebih dekat kepada Tuhan sekaligus menghadirkan kekuatan, pengharapan dan perasaan damai di dalam diri kita semua, terutama kita yang sedang bergumul dan mengalami tantangan.

Minggu lalu kita belajar tentang “Doa Bapa Kami”, apa yang Yesus ajarkan dan doa ini dimulai dengan mengucapkan kata Bapa Kami yang di Surga”.

Pertama, Kita belajar bahwa Doa seharusnya bersifat relational dan bukan transactional, dimana ada hubungan yang intim dan melandasi doa kita, bukan sekedar berkata-kata tanpa tahu dengan dan kepada siapa kita berdoa.

Oleh karena itu kalau kita tidak punya hubungan, membaca Firman dan doa pasti membosankan, ibaratnya kita sedang membaca sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kita, seperti misalnya kita sedang membaca surat cinta orang lain. Demikian juga dengan doa, kalau Kiya berdoa kepada Tuhan tanpa hubungan, maka kita juga tidak akan bisa merasakan dampak dari doa kita.

Sharing Ps. Jose – Saya tumbuh besar dari gereja yang salah satu bagian dari liturgi ibadahnya adalah berdoa, terutama berdoa syafaat, dimana disini kita berdoa bersama-sama secara kolektif, dan bisa saling mendengar doa dan suara satu sama lain. Panjangnya doa syafaat ini ditentukan oleh doa orang yang terakhir berhenti berdoa.

Sewaktu saya masih kecil, dan tumbuh besar, jujur, doa syafaat itu menurut saya salah satu bagian yang paling membosankan, karena saya harus menunggu dari banyaknya doa dari orang yang lebih tua daripada saya, dan sama sekali tidak ada urusannya dengan saya. Sementara saya hanya ingin doa itu bisa cepat selesai agar bisa makan siang tetapi semua kita harus menunggu sampai doa ini selesai.

Tentunya liturgi punya kuasa yang lebih besar karena dia yang memegang mic, tetapi kira-kira saudara bisa merasakan perasaan emosi dan kebosanan saya saat itu. Karena doa kalau dilakukan tanpa hubungan, apalagi tidak ada hubungan dengan kita tentang apa yang sedang didaoakan, maka itu akan sangat membosankan.

Selain Doa yang sifatnya relasional, Doa juga merupakan sebuah dialog dan bukan Monolog.

Setiap dari kita punya koneksi yang langsung kepada Tuhan, dan itu adalah hubungan Pribadi yang kita miliki. Dan kalau kita mengalami Kuasa doa seperti itu, kita pasti akan mendapatkan pengharapan dan menerima tuntunan dan Tuhan yang akan menjawab doa kita.

Beberapa waktu yang lalu, kami sedang berdoa karena rumah kami rusak dan kami harus melakukan renovasi karena adanya kerusakan di rumah, dan istri saya merasa begitu malas untuk pindah saat proses renovasi ini terjadi. Pagi itu kita sepakat setelah 5 tahun menunda, Istri saya akhirnya mau untuk pindah, dan di hari itu kemudian dia mulai berhubungan dengan seseorang via WhatsApp.

Orang itu bercerita bahwa di apartment dia, ada tenant yang baru keluar. Tuhan mendengar doa kami dengan begitu cepat, dimana orang ini saat itu sedang mencari Tenant baru dari apartmentnya. Tuhan seringkali menjawab doa kita dan banyak di antara kita tidak menyadari bahwa Tuhan bericara kepada kita. Jadi, doa adalah Dialog dan bukan monolog.

Doa juga adalah kesempatan kita meninggikan Tuhan. Di dalam Doa Bapa Kami, dikatakan bahwa “Dikuduskanlah NamaMu”, kita memuji dan menyembahNya.

Ada sebuah Akronim yang diberikan Ps. Johannes dari kata “PRAY” yang artinya adalah Praise (Ada pujian di dalam doa kita), Repent (Mengakui kesalahan kita), Ask (Permohonan doa kita) and Yield (Penyerahan diri kita). Karena meminta dan berserah harus berjalan bersama-sama. Doa adalah menyelaraskan keinginan dan kehendak kita dengan keinginan dan kehendak Tuhan. Doa bukan cuman sekedar memaksakan kehendak kita tetapi adalah kesempatan kita menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak dan keinginan Tuhan.

Saya temukan bahwa ada banyak di antara kita yang berdoa tetapi sebenarnya kita bukan ingin menyelaraskan kehendak kita dan berserah kepada Tuhan, tetapi sebaliknya memaksakan keinginan dan kehendak kita kepada Tuhan.

Sharing Ps. Jose – Saya masih ingat dulu disaat diputuskan saat pacaran, setelah itu saya sadar bahwa itu terjadi atas kesalahan saya dan saya mencoba memperbaiki diri saya, dan disaat meminta kesempatan untuk bisa kembali dengan dia, tetapi dia tidak memberikan itu. Disaat itu terjadi, saya berdoa kepada Tuhan karena percaya bahwa “doa orang benar besar kuasanya”, dan juga berpuasa makan dan minum selama beberapa hari. Di hari Ketiga, ada teman hamba Tuhan yang berkata bahwa saat itu sepertinya saya tidak berpuasa untuk mencari kehendak Tuhan, dan saat itu hanya “mogok makan” dan memaksakan kehendak saya kepada Tuhan.

Orang yang berpuasa mencari Kehendak Tuhan, menyelaraskan diri dan siap menerima apapun Kehendak Tuhan atas dirinya. Sementara orang yang “mogok makan”, tidak terima yang lain kecuali apa yang dia mintakan saja kepada Tuhan.

Saya bersyukur Tuhan mengirim seseorang untuk menyatakan kebodohan dan kekonyolan saya saat itu. Karena kalau tidak, saya yakin bahwa saya tidak akan menerima jawaban yang lebih baik yang Tuhan sediakan bagi saya sekarang. Berapa sering kita lihat orang yang memaksakan kehendak kita dengan Tuhan atau bahkan sampai mengancam Tuhan jika Dia tidak menjawab doa kita?

Hari ini kita mau belajar bahwa doa adalah menyelaraskan keinginan dan kehendak kita dengan keinginan dan kehendak Tuhan. Kita akan melanjutkan bagian selanjutnya dari Doa Bapa Kami.

Opening Verse – [11] Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya Matius 6:11 TB

Oleh karena itu judul kotbah hari ini adalah “Cukup untuk Sehari”. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kita diajar untuk hanya meminta makanan kita secukupnya hari ini, bukan karena Surga kelabakan karena permintaan kita kalau kita meminta lebih dari secukupnya.

Ada banyak alasan yang perlu kita pelajari mengapa Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk meminta secukupnya.

Pemikiran pertama karena Tingkat kedalaman hubungan dan tingkat pengenalan kita akan siapa Dia akan sangat mempengaruhi tingkat penyelarasan kehendak kita dengan KehendakNya.

Seberapa kita mengenal Tuhan dan punya kedalaman hubungan dengan Tuhan, yang akan menentukan tingkan penyelarasan kehendak kita dengan kehendakNya. Semakin kita tidak mengenalNya, semakin sulit untuk menerima apa yang Tuhan berikan terutama kalau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Sementara semakin kita tahu dan intim dengan Tuhan maka semakin mudah jika kita terus memperdalam hubungan kita dengan Tuhan, jadi, Siapa Tuhan bagi saudara? Who is “He” to you? Apakah kita punya Iman bahwa Tuhan mampu mencukupi kebutuhan kita semua?

Saya suka dan selalu ingat akan Ketiga sahabat daripada Daniel disaat mereka dipojokkan dengan kondisi dan tuntutan kehidupan di Babilonia. Mereka adalah orang yahudi yang harus menyesaikan diri dengan kehidupan yang tidak sesuai dengan cara hidupNya Tuhan. Mereka menolak itu semua, dari awalnya cara makan sampai akhirnya menolak menyembah dewanya orang Babilonia dan mendapat ancaman kematian. Mereka akan dilempar ke dapur perapian, dan tentunya mereka berdoa dan berharap agar bisa diluputkan dari api, apalagi mereka melakukan ini karena kebenaran.

Sejarah dan Kebenaran mencatat bahwa Mereka tidak diluputkan oleh “api” tetapi mereka disertai melewati api tersebut. Sepenuhnya berbeda dari apa yang mereka harapkan. Seringkali Tuhan tidak meluputkan kita dari api tapi Dia berjanji, “Immanuel” tidak akan pernah meninggalkan kita melewati api. Daniel tahu bahwa Tuhan bisa menyelamatkan dirinya, dan tidak akan tunduk kepada tuntutan dan permintaan orang yang memenjarakannya.

Saya suka dengan kata-kata mereka sebelum dilemparkan ke dapur perapian.

Supporting Verse – [17] Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; [18] tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Daniel 3:17-18 TB

Kami tahu bisnis kami bisa maju tanpa bermain “curang” atau “menipu”, Kami tahu karir kami bisa maju tanpa harus “menjilat”, tetapi kalaupun tidak, kami tidak akan kompromi untuk melakukannya. Kami tahu Tuhan kami bisa, tapi kalaupun tidak, yakinlah Saudara bahwa “Jehovah Jireh” mampu memenuhi semua kebutuhan saudara?

Tetapi jika Tuhan betul mampu, Mengapa Tuhan meminta kita untuk hanya meminta secukupnya? Mengapa kita tidak boleh meminta lebih dan seperti main cicil-cicilan? Saya temukan bahwa bukan Tuhan yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan kita jika Tuhan ingin memberikan sekaligus, tetapi mungkin kitalah yang kesulitan untuk memahami jawaban Tuhan, terutama jika jawabanNya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita yang perlu waktu setiap hari untuk menyesuaikan diri.

Supporting Verse – [32] Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Roma 8:32 TB

Dengan kata lain, ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa sebagai orang percaya bahwa pengorbanan yang tertinggi saja, pengorbanan akan AnakNya yang tunggal untuk menyelamatkan kita dan memenuhi kebutuhan kita saja sudah Dia lakukan, apalagi kebutuhan kebutuhan yang lain? Apa lagi yang Tuhan tidak akan lakukan untuk kita?

Hanya seringkali Pergumulan kita adalah jarak dan perbedaan antara apa yang kita minta dan harapkan dengan apa yang Tuhan sediakan. Karena jaraknya seringkali tidak terlihat, seperti pengalaman saya diatas dimana setelah sekian lama, saya bisa bersyukur doa saya tidak dijawab oleh Tuhan dulu tentang pasangan hidup.

Pada saat jawaban Tuhan tidak sesuai dengan kehendak kita, maka kitalah yang perlu waktu untuk berproses untuk menerima jawaban yang datang daripada Dia. Kita yang perlu berproses dan menyelaraskan serta menyesaikan diri.

Percayakah kita bahwa Tuhan adalah Bapa yang baik? Karena dalam penggembalaan saya, banyak saya temukan keraguan sebenarnya kepada keberadaan Tuhan yang baik. Perlu waktu bagi kita untuk mendapatkan perspektif akan kebaikan Tuhan, karena kita perlu waktu untuk mengerti, karena perspektif kita dan Tuhan punya ketinggian yang sangat jauh berbeda, seperti langit dan bumi.

Supporting Verse – [8] Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. [9] Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. Yesaya 55:8-9 TB

Pemikiran berikutnya, kenapa Tuhan mengajar kepada kita ntuk meminta makanan secukupnya hari ini, ada kata kunci “setiap hari”, yang menarik disini. Tuhan mengajarkan kita untuk meminta setiap hari, karena apa yang terjadi secara rutin tidak bisa digantikan dengan yang lain, apalagi menjadi setiap bulan atau setiap tahun.

Supporting Verse – [3] Berikanlah kami setiap hari makanan yang kami perlukan. Lukas 11:3 TSI

Apa yang harus kita lakukan setiap hari, harus kita lakukan setiap hari. Contohnya, kita perlu makan setiap hari, tidur dan olahraga setiap hari, dan membuang sisa pembakaran di tubuh kita setiap harinya. Masalah akan muncul kalau apa yang harus terjadi setiap hari ini tidak terjadi.

Hari ini kita akan belajar sampai meminta makanan secukupnya setiap hari dan Minggu depan kita akan belajar melepaskan Pengampunan setiap hari, karena kalau kita tidak melakukannya dalam hidup kita, kehidupan rohani kita akan bermasalah.

Apa yang dilakukan secara rutin memang tidak spektakuler, seringkali kita lebih suka hal yang spektakuler tetapi terkadang tidak sehat. Ada beberapa hal yang harus kita bangun setiap hari, seperti halnya kerohanian kita.

Ada sebuah Kisah di dalam perjanjian lama dimana Tuhan berurusan dengan Bangsa Israel yang sudah keluar dari Mesir dan sebelumnya Tuhan telah melakukan banyak mukjizat yang spektakuler untuk membebaskan mereka. Sampai akhirnya mereka tiba di padang gurun.

Supporting Verse – [2] Di padang belantara itu, umat Israel bersungut-sungut terhadap Musa dan Harun. [3] Kata mereka, “Lebih baik kalau TUHAN membunuh kami ketika kami masih di Mesir, daripada kalian berdua membawa kami ke padang belantara ini dan membiarkan kami mati kelaparan! Setidaknya, di Mesir kami tidak pernah kekurangan roti dan daging!” [4] Maka TUHAN berkata kepada Musa, “Aku akan memberi kalian makanan dari surga seperti hujan turun dari langit. Setiap hari, umat itu harus keluar mengumpulkan makanan secukupnya untuk sehari. Aku hendak menguji apakah mereka mau menuruti perintah-Ku atau tidak. Keluaran 16:2-4 TSI

Betapa menyedihkan apa yang mereka katakan. Dari kisah ini, yang mau dibangun adalah ketaatan mereka dan belajar bergantung kepada Tuhan, bukan kepada roti atau makanan yang Tuhan berikan. Karena yang menjamin kehidupan mereka adalah Tuhan dan bukan makanan atau roti mereka.

Supporting Verse – [11] TUHAN berbicara kepada Musa, [12] “Aku sudah mendengar keluhan umat Israel. Katakanlah kepada mereka, ‘Sewaktu matahari terbenam, kamu semua akan makan daging, dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti. Dengan demikian, kamu akan tahu bahwa Akulah TUHAN, Allahmu.’” [13] Sore itu juga, burung puyuh berdatangan begitu banyaknya hingga menutupi perkemahan mereka. Pada pagi harinya, turunlah embun di sekitar perkemahan. [14] Ketika embun itu sudah menguap, tampaklah di permukaan tanah sesuatu yang tipis seperti sisik dan halus seperti tetesan embun beku pada musim dingin. [15] Melihat itu, umat Israel bertanya-tanya satu sama lain, “Apa ini?” Karena mereka tidak mengetahui benda itu. Lalu kata Musa, “Inilah makanan yang TUHAN berikan kepada kita. [16] TUHAN memerintahkan agar kalian masing-masing mengumpulkan sebanyak yang dibutuhkan, yaitu dua liter untuk setiap anggota keluarga.” [17] Maka umat Israel melakukannya. Ada yang mengumpulkan banyak, dan ada yang mengumpulkan sedikit. [18] Walaupun begitu, ketika mereka menakarnya, ternyata yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan, dan yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan. Masing-masing mengumpulkan sejumlah yang mereka perlukan. [19] Musa berkata kepada mereka, “Jangan sisakan sedikit pun untuk besok.” [20] Namun, beberapa di antara mereka tidak taat kepada Musa. Mereka menyisakan sebagian makanan itu sampai pagi. Ternyata sisa makanan itu menjadi berulat dan berbau busuk. Musa pun memarahi mereka. Keluaran 16:11-20 TSI

Makanan diatas tidak tahan sampai besok karena Surga tidak punya bahkan pengawet. Tuhan biarkan itu rusak karena Tuhan mau melatih ketaatan dan ketergantungan kepada Tuhan. Kadangkala Tuhan tidak Kasih kita semua yang kita minta dan butuhkan karena Tuhan mau mengajarkan kepada kita akan kepercayaan kepadaNya. Setiap hari, Tuhan selalu menyediakan yang baru, dan tidak pernah lupa akan kebutuhan kita, dan ini menunjukkan kepedulian dan konsistensi Tuhan kepada kita semua.

Jadi, Membangun kerohanian dan kekuatan Iman perlu dibangun setiap hari. Kita harus punya “Iman dan Kebaikan Tuhan yang hari ini” dan bukan “Iman dan Kebaikan Tuhan yang kemarin”. Karena banyak orang yang menghidupi seolah-olah Tuhan hanya bekerja di masa lampau kehidupan kita. Tetapi Tuhan masih bekerja di dalam kehidupan kita setiap harinya.

Supporting Verse – [22] Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, [23] selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! Ratapan 3:22-23 TB

Kekuatan Iman harus dibangun setiap hari. Selain membangun Iman, Kita perlu menghadapi kekuatiran hidup dan cemas setiap hari. Menghadapi kekuatiran hidup perlu dipraktekkan setiap hari, karena disitulah kita belajar percaya kepada kesetiaan dan kebaikanNya, dan disitulah kita belajar membangun iman percaya kita setiap hari.

Supporting Verse – [34] Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Matius 6:34 TB

Yang terakhir, Kita perlu belajar mencukupkan diri setiap hari.

Kita perlu belajar untuk berkata cukup agar segala kepuasan datang dalam hati kita, kita bisa merasakan puas. Karena seringkali kita terjebak untuk membandingkan apa yang kita punya dengan orang lain.

Apapun yang Tuhan ijinkan kita kelola, bersyukurlah akan hal itu. Sewaktu kita melakukan yang terbaik, Saudara akan terhindarkan dari jerat seperti tadi dikatakan, jerat yang ingin menjebak saudara melakukan apa yang seharusnya saudara tidak lakukan sehingga saudara harus menanggung konsekuensi daripada apa yang tidak seharusnya saudara lakukan.

JPCC, Doa saya adalah agar kita bisa membangun kehidupan kita bersama dengan Tuhan, sehingga setiap hari melalui Iman dan kerohanian kita, segala kekuatiran bisa kita lewati, dan saudara bisa menikmati dengan rasa syukur dan rasa cukup. Tuhan selalu menyediakan lebih daripada cukup.

Closing Verse – [6] Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. [7] Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. [8] Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. [9] Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. [10] Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. 1 Timotius 6:6-10 TB