Our Daily Detox By Ps. Kenny Goh

JPCC Online Service (1 December 2024)

Selamat pagi saudara semua, mari kita berikan apresiasi kepada semua yang sudah melayani hari ini. Selamat datang di Ibadah Kedua di The Kasablanka hari ini. Apa kabar saudara semua? Kami baru saja kembali dari acara “Marriage Getaway”, bersyukur bahwa JPCC sebagai sebuah gereja begitu serius dalam menginvestasikan pernikahan pernikahan yang ada dan khususnya juga kepada para leaders. Kami percaya bahwa setiap kita yang sudah menikah punya tanggung jawab untuk terus mempertahankan keseharian pernikahan kita.

Kita akan melanjutkan seri pengajaran kita tentang “Doa“, Kami percaya bahwa doa ini seharusnya bisa dinikmati dan saudara rasakan manfaatnya, serta membantu saudara untuk mengenal Tuhan dan KehendakNya lebih lagi, dan memampukan kita untuk hidup dalam Kehendak Tuhan. Doa tidak sekedar hanya bangun pagi dan meminta-minta saja. Selama 3 minggu ini kami sudah “unpack” dari “Doa Bapa Kami” yang ada di Lukas 11.

Judul kotbah hari ini adalah “Our Daily Detox“, dan kita akan memulainya melalui ayat berikut.

Opening Verse – Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” 11:2 Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. 11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya 11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Lukas 11:1-4 TB

Mungkin murid-muridNya berpikir, bahwa setiap kali mereka melihat Yesus berdoa, doaNya selalu dikabulkan, dan mereka menjadi ingin tahu apa cara berdoa yang benar dan mengalami kehidupan doa yang efektif. Yesus mengajar bahwa ternyata ada cara dan aturan main dalam berdoa. Berdoa adalah membangun hubungan dan di dalam setiap hubungan, sadar atau tidak, setiap hubungan ada aturan mainnya, batasan yang harus dijaga, dan cara komunikasi yang harus dipelajari. Aturan di dalam hubungan digunakan sebagai sebuah konfirmasi dan bukan sebagai syarat.

Ada hal-hal yang dihormati, ada hal yang perlu dipertimbangkan, dan ada hal yang tidak boleh dilanggar disaat kita berhubungan satu dengan yang lain. Jadi, sewaktu Yesus ditanyakan tentang bagaimana cara berdoa yang benar, dia memberikan aturan main yang juga sudah kita pelajari di minggu-minggu sebelumnya.

Pertama, dimulai dengan “Bapa”, di minggu pertama. Kita belajar bahwa doa adalah sebuah dialog dengan Tuhan yang dekat dan mau membangun hubungan yang dekat dengan kita, dan ingin dikenal sebagai “Bapa”.

Kedua, kita belajar bahwa “Dikuduskanlah NamaMu, Datanglah KerajaanMu”, Melalui doa, kita ingat bahwa Tuhan itu kudus dan terpisah dari kita. Dia sempurna, suci dan berbeda dengan kita semua. Kita berdoa agar kerajaanNya datang, menyelaraskan kehendak kita dengan Kehendak Tuhan, menyatakan bahwa apapun hasil dari permintaan dan keinginan kita, yang penting bahwa Kehendak Tuhan yang terjadi dan bukan kehendak kita. Mungkin cara, nilai kita berbeda, dan disini Tuhan berurusan dengan kita agar KerajaanNya datang dan Tuhan menyatakan bahwa kita menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja di dalam hidup kita.

Di minggu lalu, kita juga belajar bahwa “Berikanlah kami setiap hari makanan kami”. Kita harus bergantung kepada Tuhan sebagai sumber kita setiap hari. Dia bukan Tuhan yang “dulu atau jkemarin” atau orang yang punya iman “dulu”, dalam artian “dulu, Tuhan bekerja, atau dulu, saya dekat dengan Tuhan”. Dia adalah Tuhan “hari ini”, atau bagi kita yang kuatir akan masa depan, doa yang Yesus fokuskan adalah berdoa agar kita diberikan makanan dan bergantung kepadaNya setiap hari.

Kita juga belajar bahwa “Makanan kami yang secukupnya”. Kita belajar bahwa banyak sekali masalah yang terjadi kepada manusia karena tidak mengenal rasa cukup.

Kalau kita datang menghampiri kepada Tuhan, ingat bahwa semua ini adalah kerangka untuk kita berdoa. Kita akui bahwa Dia adalah Bapa kita yang kudus, kita akui bahwa yang terutama adalah cara-caraNya dan kehendak Tuhan dan bukan kehendak kita. Kita berdoa agar setiap hari kita dicukupkan dan juga belajar untuk bersyukur atau “content” atas apapun yang sudah Tuhan berikan itu lebih dari cukup untuk kita.

Hari ini kita lanjutkan dan selesaikan series pengajaran tentang berdoa.

Supporting Verse – dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Lukas 11:4 TB

Kita mulai dengan bagian pertama, yaitu “Ampunilah kami akan dosa kami”.

Kata “dosa” sudah mulai jarang terdengar dalam bahasa orang kristen hari ini, seiring dengan perkembangan pengetahuan modern dan semakin kita mengenal bagian psikis dari hidup kita (prilaku dan cara kita berpikir), sehingga semua disfungsi manusia kita berikan label dan cari tahu akar permasalahannya apa.

Kita harus tahu bahwa sumber dari segala macam disfungsi dalam hidup kita, pada akarnya adalah karena dosa. Ini penting karena kita hidup di jaman dimana diagnosanya bukan lagi dosa, tetapi “pola asuh”, seperti “Oh, ini karena memang dia tidak diajari dengan benar”, atau karena “lingkungan” seperti, “Oh, ini karena dia berada di dalam komunitas yang tidak benar, makanya menjadi seperti itu”. Alkitab mengajarkan bahwa segala macam disfungsi dalam hidup kita berakar dari dosa.

Dosa kita memang sudah dihapuskan oleh Tuhan dan kita terus diperbaharui olehNya, tetapi selama kita masih ada dan hidup di dalam tubuh yang fana, dan pikiran kita masih belum disempurnakan dalam Tuhan, sadar atau tidak, kita semua berurusan dengan dosa setiap harinya. Bukan dengan hanya sekedar masalah psikologis, tetapi dosa adalah akar dari segala macam disfungsi. Itu sebabnya setiap hari Yesus katakan, disaat berdoa kepadaNya, jangan lupa deal dengan disfungsi ini.

Mengapa ini penting? Salah diagnosa bisa mengakibatkan salah preskripsi.

Kita akan mencari lain untuk memperbaiki diri kita, dengan sumber atau pengajaran lain, buku ini, atau ahli itu, untuk membereskan masalah yang ada. Padahal Alkitab mengajarkan bahwa isunya adalah dosa, dan kalau kita bisa diagnosa dengan tepat bahwa dosa adalah masalah kita dan kita perlu pengampunan, maka preskripsinya adalah Yesus.

Yesus datang tidak sia-sia untuk kita semua, karena hanya Dia satu-satunya yang bisa menghadapi dosa. Dia datang ke dunia supaya kuasa dan belenggu dosa atas hidup kita dipatahkan. Kita sehari-hari harus hidup memperbaharui cara kita berpikir untuk menaklukan dosa dengan cara berdoa meminta pengampunan kepada Tuhan, setiap hari kita masih bisa berdosa di hadapan Tuhan. Tuhan tahu betul akan kapasitas kita dan karena itu Yesus mengajarkan murid-muridNya untuk bisa deal dengan ini. Akarnya adalah dosa dan manifestasinya bisa berbeda-beda. Semua orang butuh Yesus karena kita tidak akan bisa deal dengan dosa sendirian.

Bagian berikutnya adalah “Kamipun mengampuni”.

Jujur, dari dulu saya membaca Doa Bapa Kami, saya paling tidak suka ayat ini. Jika kita membaca Firman Tuhan, cara kita membaca Firman Tuhan yang hidup adalah kita bergumul dengan hal-hal yang mengganggu kita. Mungkin ada yang berpikir bahwa awalnya begitu bagus tetapi rupanya ada disclaimer bahwa kita juga harus mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita. Ada orang-orang yang dalam kehidupan kekristenan lebih suka berurusan dengan Tuhan dibanding harus berurusan dengan orang lain.

Ada orang-orang yang berpikir bahwa yang penting itu saya bergereja, membaca Alkitab, atau memberikan persembahan dan perpuluhan, intinya hanya tentang hubungan mereka dan Tuhan saja, tetapi kalau mulai berurusan dengan orang lain, mereka tidak mau.

Untuk beberapa dari kita, atau kalau saudara seperti saya, maka dengan klausa diatas pasti kita tidak akan terkualifikasi, karena kita tidak bisa mengampuni orang yang ini dan itu. Kenapa Yesus menekankan ini saat kita berdoa dan mulai melibatkan orang lain?

Karena prinsip yang konsisten di Firman Tuhan, khususnya di perjanjian baru, berulang-ulang berkata bahwa : Hubungan kita dengan sesama sama pentingnya dengan hubungan kita dengan Tuhan.

Ini adalah penekanan yang terus diulang sampai penulis-penulis di perjanjian baru, ini adalah satu kebenaran, prinsip, dan nilai yang membedakan kekristenan dengan keagamawian. Karena agama hanya fokus bahwa yang penting adalah hubungan kita dengan Tuhan, tetapi yang Yesus ajarkan bahwa jika kita hanya fokus dengan Tuhan tetapi kita tidak fokus dengan orang di sekeliling kita, maka itu tidak baik.

Itu sebabnya di JPCC, ada komunitas bernama DATE, bukan untuk ada “Ibadah mini”, tetapi agar kita bisa berada di sebuah komunitas dan mempraktekkan esensi dari apa yang kita percayai. Dan Yesus mengajarkan bahwa ini berlaku untuk berkat kita, Kasih dan pengampunan kita. Makanya Salib itu vertical dan horizontal. Kalau hubungan kita dengan sesama sama pentingnya dengan hubungan kita dengan Tuhan, maka kita harus mengetahui masalah yang bisa menghambat kehidupan doa kita, yaitu “Unforgiveness”, atau tidak mau mengampuni orang lain.

Saat kita berdoa, maka kunci urusan Terbesar yang harus kita bereskan adalah ini. Unforgiveness, atau tidak mau mengampuni, yang membuat kita menjadi bitter itu seperti racun di dalam tubuh kita. Seperti halnya kita meminum racun sendiri dan berharap orang lain yang akan mati. Hal ini bisa merusak kehidupan pribadi kita baik secara roh, jiwa dan juga secara tubuh. Terlalu banyak penelitian yang membuktikan bahwa orang yang kepahitan itu ada pengaruh fisiologis dalam tubuhnya mereka.

Jadi ada alasan mengapa Tuhan mau untuk kita mengampuni, karena mengampuni seperti halnya setiap hari kita “membuang kotoran”, karena kalau tidak yang terjadi maka tubuh kita akan terkena racun dan menjadi “toxic”. Ini adalah cycle yang harus kita perhatika agar kita bisa terkoneksi dengan Tuhan.

Ada sebuah analogi ketika kita belajar untuk mengampuni orang lain. Setiap kali kita dikecewakan dan marah terhadap seseorang, ibaratnya seperti ada orang yang merampas sesuatu dari anda, atau ada sebuah hak yang kita tidak dapati dari dia. Contoh, kalau ada orang yang marah atau kepahitan kepada Ibunya, mungkin karena ibunya merampas masa kecil yang tidak bahagia dari dirinya. Atau karena kita yang merasa berhak punya orang tua yang lebih baik, mapan dan punya hidup yang jauh lebih nyaman dari ini. Ada sesuatu yang dirampas dari hidup kita, atau ada hak yang seharusnya kita dapatkan tetapi malah tidak didapat. Kalau ada yang dirampas, maka sikap kita adalah menuntutnya agar mereka bisa memberesi ini dengan carapun.

Pengampunan adakah keputusan untuk tidak lagi menuntut. Pengampunan adalah keputusan untuk menghapus hutang, Pengampunan adalah keputusan untuk kita menyatakan “memang sih, seharusnya dia membenarkan situasi ini”, tetapi pengampunan artinya “Saya lepaskan tuntutan itu, saya bebaskan dia dari tuntutan diri saya sendiri”. Itu artinya mengampuni.

Banyak orang yang berpikir tentunya itu tidak adil karena mungkin ini terjadi gara-gara orang tersebut yang merusaknya. Tetapi jawabannya tentu memang tidak adil, karena kalau adil namanya bukan pengampunan! Adil namanya dia sudah membenarkan, dan tidak ada hutang yang perlu dihapus atau diampuni. Pengampunan memang secara alami tidak adil, tetapi itu harus dilakukan demi keutuhan dan kesehatan kita pribadi.

Kalau dia tidak berubah, bagaimana? bukan urusan kita. Kalau dia terus seperti ini, bagaimana? mengampuni bukan berarti kita menjadi mesra lagi dengan dia. Mengampuni tidak ada urusannya dengan apa yang orang lain lakukan, mengampuni adalah apa yang kita lakukan.

Yesus mengajarkan bahwa ini komponen yang begitu penting disaat kita mau menjalin hubungan dengan Tuhan. Kabar baiknya untuk orang percaya adalah kita punya Tuhan, jadi setiap kali kita mengampuni, pengampunan adalah sebuah undangan untuk kita percaya kepada Tuhan untuk mengisi ketidakseimbangan ini, memulihkan apa yang dirampas dari kita, percaya dan bersandar kepada Tuhan bahwa apapun kesalahan yang dibuat oleh orang lain, Tuhan yang akan dan mampu sembuhkan dengan cara yang lain, bahkan mungkin tidak melalui orang tersebut.

Setiap kali kita mau mengampuni seseorang, itu adalah kesempatan untuk Tuhan bekerja di dalam hidup kita. Karena terkadang orang yang melanggar kita juga tidak mampu membayar hutangnya, apalagi jika orang tersebut sudah meninggal. Kita akan stuck dengan “unforgiveness” dan “bitterness” seumur hidup, atau kita akan mengijinkan Tuhan untuk bekerja. Tuhan menyatakan bahwa Dia lebih dari cukup.

Langkah-langkah untuk mengampuni

1. Tentukan apa yang dilanggar. Apa yang dirampas dari kita, apa yang kita inginkan dan tidak kita dapatkan.

2. Hapus Hutang. Let it go, tentu buat orang percaya tidak berhenti disana.

3. Bersandar kepada keadilan dan kebaikan Tuhan. Kita bersandar kepada keadilan dan kebaikan Tuhan. Kalau kita terus berkata “Tidak adil, tidak adil!”, sebenarnya Tuhan itu adil. Tahukah saudara bahwa Tuhan menghapus hutang kita semua, karena Dia mengampuni kita. Hutang kita dihapus bukan hanya karena Dia adalah Tuhan yang baik, Dia hapus hutang kita karena ada yang membayarnya, yaitu anakNya Yesus. Hutang kita ditanggung konsekuensinya di dalam tubuh yang berbeda, dibayar dan bahkan kita dibebaskan. Sehingga kita tidak perlu takut lagi disaat datang ke hadapan Tuhan.

Prinsip-prinsip ini Yesus ajarkan kepada murid-muridNya sebelum Dia mati di atas kayu salib. Ada sebuah surat yang ditulis Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus beberapa tahun setelahnya, ada perbedaan sebelum dan setelah Yesus disalibkan dan mereka mengerti apa signifikansi dari kematian dan kebangkitan Kristus yang diajar ke banyak gereja secara konsisten di banyak surat. Salah satu bagiannya adalah sebagai berikut.

Supporting Verse – Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Efesus 4:32 TB

Alasan kenapa kita bisa mengampuni orang lain adalah karena Allah telah mengampuni saudara dan saya supaya apapun yang Tuhan berikan kepada kita, bisa kita bagikan kepada orang lain. Dan ini menjadi bagian dari doa kita sehari-hari karena setiap harinya kita berurusan dengan manusia yang masih bergumul dengan dosa. Sebagai komunitas iman, kita harus belajar untuk saling mengampuni sama seperti Tuhan telah menghapus hutang dan dosa kita di dalam tubuh Kristus. Hubungan kita dengan sesama sama pentingnya dengan hubungan kita dengan Tuhan.

Bagian terakhir dari Doa Bapa Kami adalah “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan“.

Supporting Verse – Dan ampunilah kami masing-masing dari semua dosa kami, karena kami juga memaafkan setiap orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah biarkan kami tergoda melakukan kejahatan, tetapi selamatkanlah kami dari kuasa iblis. Lukas 11:4 TSI

Iblis masih ada dan adalah musuh kita semua, iblis mau menjatuhkan serta menghancurkan kita. Salah satu kesalahan orang kristen modern adalah menganggap bahwa iblis sudah tidak ada. Iblis ada, kuasanya memang sudah dikalahkan dan dihancurkan oleh Yesus, dan kita tidak perlu takut kepadanya. Tetapi iblis ada untuk mempengaruhi setiap keputusan kita dan mau menjerumuskan sebanyak mungkin orang untuk membuat keputusan yang buruk dengan melakukan kejahatan.

Jadi, kita harus berdoa karena ada hal-hal yang berada di luar kendali kita. Disitulah kita menyatakan, Tuhan lindungi aku dari kuasa iblis, dari hal-hal yang bisa menjebak dan menjerumuskan kita untuk menghancurkan hidup kita dan menggagalkan rencana Tuhan dalam hidup kita, dan itulah cara kita berdoa.

Mari kita review sebentar dari awal di Lukas 11.

Supporting Verse – Jawab Yesus kepada mereka: ”Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Lukas 11:2-4 TB

Doa tidak hanya sekedar meminta-minta saja, kalau kita bisa menjalani kehidupan kita dengan Tuhan melalui framework ini, setiap hari kita sadar bahwa Tuhan dekat sebagai Bapa, Dia kudus, berkuasa dan layak kita sembah. Kita sadar bahwa Kehendak Tuhan dan Firman Tuhan ini yang terbaik, lebih baik gagasan Firman Tuhan daripada ide-ide manusia. Datanglah KerajaanMu dan Jadilah KehendakMu, dan kita belajar untuk berkata, “God, I depend on you”.

Terkadang saya berpikir bahwa saya berhasil karena saya pintar atau beruntung, No! Saya sebaliknya berpikir bahwa saya ini bisa hidup bertahan karena saya bergantung kepada Tuhan setiap harinya. Dan saya mau belajar apapun jawaban doa, “Yes or No”, “Kurang atau lebih”, semua ini cukup karena Tuhan lebih dari cukup untuk kita.

Lalu kita sadar bahwa utamakan hubungan dengan Tuhan dan juga dengan sesama, belajar untuk mengampuni sesama sama seperti Tuhan menhgampuni kita, dan kita perlu Tuhan untuk melindungi kita dari segala godaan dari Iblis yang mau menjatuhkan dan menghancurkan kita. That’s how we pray eeveryday!

Saya yakin kalau kita semua mempraktekkan ini, dari mulai kata “Bapa”, saudara akan merasa dekat dengan Tuhan. Saudara akan bisa hidup dengan penuh percaya diri dan tahu bahwa aku berjalan di dalam Rencana dan Kehendak Tuhan, Amin.