Online Service (29 January 2023)
Mari kita mulai dari kitab Roma 3:23 (TB). Saya berharap Saudara tak hanya mendengar, tapi juga mencatat firman Tuhan ini, supaya bisa mempelajarinya kembali.
Opening Verse – Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, Roma 3:23 TB
Ada yang belum pernah berdosa, di sini? Angkat tangan tinggi! Ada? Tidak ada! Semua pernah berdosa. Saya pikir kalau Saudara angkat tangan, pada saat itulah Saudara berdosa, karena artinya berbohong, ya?
Semua orang telah berdosa, kata firman Tuhan. Kita semua tahu bahwa ini bukan sebuah informasi baru. Bahwa semua orang telah berbuat dosa, kita semua tahu. Namun, yang menarik buat saya dari ayat ini adalah apa yang ditulis oleh Paulus selanjutnya.
Dikatakan bahwa ada yang hilang akibat manusia berbuat dosa, yaitu kemuliaan Allah. Untuk memperjelas tentang apa yang dimaksudkan, saya ingin pakai terjemahan bahasa Inggris, dalam New Living Translation.
Supporting Verse – For everyone has sinned; we all fall short of God’s glorious standard. Roma 3:23 (NLT)
Pada saat saya membaca ayat ini saya menjadi lebih mengerti bahwa karena dosa, manusia jadi kehilangan standar Tuhan. Kualitas dan mutu dari Tuhan yang mulia itu, hilang dari kita.
Akibatnya, kita jadi puas dan menerima saja standar, kualitas, atau mutu, yang dunia ini sampaikan kepada kita dalam setiap area kehidupan. Kita jadi puas dan menerima apa saja yang dunia ini tawarkan kepada kita.
“Oh, dalam bisnis, semua melakukan itu! Ya, kita juga lakukan seperti itu!” Itu standar dunia ini.
Kalau berpacaran pun demikian! “Semua orang melakukan hal yang sama! Kalau semua orang melakukannya, kenapa kamu tidak?” Itu standar di dunia ini yang harus kita terima.” Jadi seorang pemimpin, penghibur, politikus pun juga demikian.
Apa pun standar yang dunia berikan, kita merasa puas dengannya, tanpa kita tahu bahwa ada standar yang lebih tinggi, tanpa kita tahu ada kualitas dan mutu yang lebih tinggi, yang berasal dari Tuhan.
Kita tak tahu bahwa kita bisa mencapai standar yang lebih tinggi dan jauh lebih baik, tanpa harus berbuat dosa. Dosa punya sifat mengurangi hal-hal baik yang seharusnya menjadi bagian kita.
Kita tahu, bukan Tuhan yang berbuat dosa, melainkan manusia. Bukan Tuhan yang menjauh dari kita, melainkan kita, manusia, yang menjauh dari Tuhan.
Masalahnya adalah menjauh dari Tuhan membuat dosa semakin merajalela dalam kehidupan manusia, dan membuat manusia semakin tak mampu untuk keluar dari jerat dosa, dan Alkitab mengatakan upah dosa adalah apa? Maut!
Di JPCC, kita sedang membahas tema besar kita untuk tahun 2023 yaitu “Closer” atau “Mendekat”; tentunya mendekat kepada Tuhan. Bukan supaya kita semua menjadi manusia yang super religius, yang kalau terinjak kakinya bilang, “Haleluya!” Kalau terantuk sedikit bilang, “Puji Tuhan!”
Bukan! Bukan seperti itu. Melainkan, supaya kita mengerti mengapa kita perlu mendekat kepada Tuhan; apa untungnya mendekat kepada Tuhan, apa ruginya kalau kita jauh dari Tuhan?
Supaya kita mengenal siapa Tuhan kita sesungguhnya, bukan hanya apa yang Dia bisa berikan ke dalam kehidupan kita. Supaya kita juga bisa mengerti untuk apa kita diciptakan; mengapa kita ini ada di dalam dunia ini.
Beberapa waktu yang lalu saya sudah sampaikan bahwa God is love, God is light, and God is life. Tuhan itu kasih, Tuhan itu terang dan Tuhan itu adalah hidup.
Pertama, Tuhan itu Kasih, Saya mau mencoba mereview kembali, mulai dari 1 Yohanes 4:8 (TB), dikatakan.
Supporting Verse – Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. 1 Yohanes 4:8 TB
Allah adalah ‘kasih; kata ‘kasih‘ di sini, dalam bahasa aslinya adalah ‘agape’. Menurut salah seorang penulis, ’agape’ adalah salah satu kata dalam Perjanjian Baru yang paling sulit untuk diterjemahkan karena artinya yang begitu mendalam.
Agape bukan cinta atau kasih yang biasa kita lihat didemonstrasikan di dunia ini. Agape adalah cintanya Tuhan. Agape adalah kasih yang tanpa syarat; tanpa balas jasa.
Definisi saya tentang kasih agape adalah mencintai orang yang sama sekali tak layak maupun pantas untuk dicintai. Itulah kasih agape; mencintai orang yang sama sekali tak layak atau pantas untuk dicintai.
Tentu saja kalau Saudara bertanya, “Bisakah kita mencintai orang yang tak layak atau tak pantas untuk dicintai?” Jawabannya pasti, tidak! Kalau Saudara tak pernah merasakan kasih agape dari Tuhan, maka Saudara juga tak akan bisa memberikan kasih agape kepada orang lain.
Kasih agape Tuhan hanya bisa Saudara temukan, saat Saudara bertemu dengan Yesus. Saudara hanya bisa mendapatkan kasih Tuhan, kalau Saudara bertemu dengan Yesus dan kalau Saudara berdiam di dalam Yesus.
Pada saat itulah Saudara bisa merasakan kasih yang tanpa syarat. Saudara bisa merasakan betapa besarnya kasih Tuhan, meskipun tahu bahwa Saudara tak layak mendapatkannya.
Saudara sudah berdosa sedemikian hebatnya, hidup Saudara bejat luar biasa, bahkan mungkin tak ada orang yang suka dengan Saudara karena kebandelan Saudara sudah kelewatan.
Namun, kasih agape Tuhan berbicara soal kasih yang tetap diberikan kepada orang yang tak pantas maupun layak dikasihi sekalipun. Di luar Tuhan, kalau kita jauh dari Tuhan yang adalah kasih, maka yang kita kenal adalah kasih yang penuh dengan syarat.
“Aku mengasihimu kalau…” Atau, “Kalau kamu cinta padaku, buktikan dong!” Cinta yang penuh dengan keinginan untuk menguntungkan diri sendiri.
Yang berikutnya, Tuhan itu terang.
Supporting Verse – Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. 1 Yohanes 1:5-7 TB
Untuk menjelaskan secara sederhana, begini: terang membuat segala sesuatu menjadi jelas. Betul, kan? Kenapa saya bisa jelas melihat Saudara, Saudara bisa jelas melihat saya? Karena adanya terang. Terang membuat segala sesuatu menjadi jelas.
Terang, dengan demikian, memberikan sebuah kepastian. Halo? Kalau kita punya kepastian maka kita bisa mengambil keputusan dengan cermat. Kita bisa mengambil keputusan dengan benar karena kita punya sebuah kepastian, dan keputusan-keputusan yang kita buat akan menentukan masa depan kita.
Jadi, Saudara lihat, keuntungan kalau kita hidup di dalam terang adalah kita jadi punya masa depan yang cerah. Namun, di luar terang, kalau Saudara hidup dalam kegelapan, segala sesuatu menjadi tidak jelas. Betul atau tidak?
Karena tidak jelas, sulit untuk mendapatkan sebuah kepastian. Karena kita tidak punya kepastian, maka kita membuat keputusan dengan keraguan. Karena kita ragu, kita tidak punya masa depan yang cerah, masa depan kita suram.
Tahukah Saudara bahwa kegelapan tidak perlu Saudara undang? Betul atau tidak? Saudara tidak perlu mengundang kegelapan. Ketidakhadiran terang dalam hidup Saudara, membuat Saudara otomatis berada di dalam kegelapan.
Saudara tidak perlu mengundang kegelapan. Banyak orang bilang begini: “Tapi hidup saya tidak terlalu berdosa.. Untuk apa saya serius dengan Tuhan? Yah, saya juga berdosa, tapi kecil-kecilan. Dibandingkan dia, dosanya sangat besar!”
Pertanyaannya bukan seberapa jauh atau seberapa gelap, hidup Saudara, melainkan apakah ada terang atau tidak di dalam hidup Saudara. Apakah ada terang di dalam kehidupan Saudara?
Saya tidak heran, kalau kita kehilangan standar dari Tuhan dalam segala hal yang kita lakukan, karena saat kita melakukan sesuatu di dalam gelap tentu jauh lebih sukar dibandingkan melakukan sesuatu di dalam terang. Betul atau tidak?
Kualitasnya tentu tidak bisa sebagus kalau kita melakukannya di dalam terang.Tidak heran jika dalam gelap kita kehilangan standarnya Tuhan.
Yang ketiga, God is life, Tuhan itu adalah hidup.
Supporting Verse – Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Yohanes 1:4 TB
Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. 1 Yohanes 5:11-12 (TB)
Kalau kita mempunyai Yesus, maka kita mempunyai hidup. Dan bukan hanya hidup yang sekarang kita jalani, tetapi hidup yang sampai pada kekekalan.
Supporting Verse – Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang,— kata Yesus— supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Yohanes 10:10 (TB)
Supaya Saudara bisa berbagi. Halo? Tidak hidup untuk dirimu sendiri. Dia datang untuk membuat hidupmu lebih berarti. Yesus datang bikin hidup lebih hidup. Itu salah satu maknanya.
Jadi mendekat kepada Tuhan membuat hidup kita ada di dalam kasih yang tanpa syarat. Membuat hidup kita menjadi lebih berarti, menemukan tujuan hidup kita, bahwa hidup ini bukan untuk diri kita sendiri, hidup ini untuk berbuah. Kita diciptakan untuk menjadi produktif.
Pertama kali Tuhan menciptakan manusia Dia katakan, “Be fruitful and multiply.”
Tuhan mau kita ini produktif, Tuhan mau kita ini menghasilkan buah Tuhan mau hidup kita ini bukan buat diri kita sendiri, tetapi menjadi berkat buat banyak orang. Itu sebabnya kita diberi potensi, diberi talenta dalam kehidupan.
Tahukah Saudara, talenta itu bukan buat Saudara sendiri? Talenta Saudara, selalu untuk orang lain. Nah, hidup di luar Tuhan adalah hidup yang dipenuhi ego dan hasrat mencari keuntungan diri sendiri, tanpa arah dan tujuan yang jelas, terjebak dalam rutinitas yang ada, tidak tahu mengapa mereka ada di dunia ini dan untuk apa. Hidup tanpa mengerti apa tujuan hidupnya.
Kabar baiknya adalah,Tuhan mau berdamai dengan kita; itu kabar baik! Sudah sejak semula— dengarkan ini— inisiatif perdamaian selalu datangnya dari Tuhan.
Meskipun Tuhan adalah pihak yang “dirugikan”, pihak yang “disakiti”, tetapi Dialah yang mengambil inisiatif untuk berdamai dengan manusia.
Sulit untuk dimengerti! Biasanya kan apalagi kalau Saudara mengikuti berita hari-hari ini, jika ada orang berselisih, biasanya pihak yang bersalahakan mencari jalan untuk bisa berdamai dengan pihak yang disakiti. Pihak yang menyakiti korban selalu mencari jalan untuk bisa berdamai dengan korban yang disakiti, supaya dia enggak dihukum, cari jalan damai. Betul atau tidak?
Tetapi kita lihat di sini, bukan manusia berdosa yang berinisiatif, tetapi Tuhan—pihak yang “disakiti”, pihak yang “dirugikan”—Dia yang mengambil inisiatif untuk berdamai dengan manusia. Itulah demonstrasi kasih Tuhan.
Meskipun Dia yang disakiti dan dirugikan, meskipun Dia yang menjadi “korban”, Dia lebih dahulu menawarkan perdamaian. Halo? Itu yang luar biasa dari Tuhan kita. Itulah demonstrasi kasih-Nya, dan ini dilakukan-Nya dengan perantaraan Yesus Kristus.
Damai akan sulit terwujud kalau pihak yang dirugikan atau yang disakiti tidak mau memaafkan pihak yang merugikan atau yang menyakiti. Apa artinya? Tanpa pengampunan, pendamaian tidak bisa terjadi.
Supporting Verse – Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 2 Korintus 5:18-19 TB
Puji Tuhan! Itu hebatnya Tuhan kita! Dia yang lebih dahulu mengambil inisiatif. Dia yang lebih dahulu berusaha untuk melakukan perdamaian dengan manusia, dengan tidak memperhitungkan pelanggaran atau dosa-dosa kita.
Nah, pertanyaannya sekarang: Dari pihak Tuhan sudah jelas sikap-Nya, bagaimana dengan pihak kita? Apa yang harus kita lakukan? Sebab perdamaian tidak bisa dilakukan sepihak, harus dua belah pihak. Betul atau tidak?
Tuhan sudah tawarkan perdamaian kepada kita, meskipun Dia tidak bersalah. Dia sudah menawarkan, menawarkan perdamaian kepada kita.
Apa respons Saudara dan saya? Apa respons kita? Nah, untuk menolong Saudara merespons dengan baik, saya mau Saudara baca kisah tentang anak yang terhilang.
Kisahnya ada di Lukas 15:11-24 (TB). Di dalamnya kita juga bisa melihathal-hal yang tadi sudah kita bahas. Kita baca ayatnya.
Supporting Verse – Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang—apa? —jauh. Jadi dia jauh dari Bapanya. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Sebetulnya harta itu milik bapanya, iya kan? Dia minta harta itu diwariskan kepadanya, kemudian dia habiskan begitu saja. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai—apa? —melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lukas 15:11-16 (TB)
Saudara bisa lihat betapa anak ini kualitas hidupnya turun drastis, begitu dia jauh dari Bapanya. Kualitas hidupnya turun drastis, turun terus sampai dia ada di tempat yang paling bawah.
Kerja di kandang babi, yang notabene buat orang Yahudi bukan sesuatu gambaran yang baik. Begitu melaratnya dia, hingga saat dia lapar mau makan ampasnya babi pun, dia tidak bisa. Pada titik itulah dia merasakan kejamnya dunia ini. Halo?
Dia merasakan kejamnya dunia ini. Orang-orang yang ada di sekitar dia, bahkan majikannya pun, masa bodo dengan dia. “Bodo amat! Kan bukan hidup gue. Itu hidup elu sendiri, gue enggak peduli!”
Bukankah itu yang seringkali dilakukan oleh orang dunia? Saat kita banyak uang, banyak yang mendekati kita. Saat seseorang sukses, banyak yang mau mendekat. Saat orang itu enggak punya apa-apa, hartanya habis, semua pun pergi darinya. “Bodo amat! Bukan hidup gue kok.” Gitu kan? Anak tersebut mengalami kejamnya dunia yang tidak mengenal kasih agape.
Supporting Verse – Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Lukas 15:17 (TB)
Dia ingat bahwa makanan pembantu Bapanya saja kualitasnya jauh lebih baik daripada yang dia makan sekarang. Halo?Makanan—dia ingat betul— makanan pembantu rumah tangga bapaknya saja, kualitasnya jauh lebih baik daripada apa yang dia dapatkan di kandang babi.
Itu baru makanan pembantunya, belum makanan bapaknya. Halo? Sang anak menyadari, di kandang babi itu tidak ada yang memperhatikan dia. Semua orang mempunyai sikap masa bodo. Dia dihantui dengan kesepian, tidak ada sukacita sama sekali.Dia sungguh sendirian, hatinya pedih.
Supporting Verse – Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Lukas 15:18-19 (TB)
Lucu; dia pergi dari rumah itu sebagai anak, dia pulang, mau jadi seorang upahan. Jelas identitasnya terganggu. Jelas dia sudah enggak tahu siapa dirinya lagi.
Supporting Verse – Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu—perhatikan— tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.Ayahnya bukan langsung ingat semua kesalahan anaknya, halo?Ayahnya tidak langsung ingat semua kesalahan anaknya, begitu anaknya muncul. Tetapi hatinya [tergerak oleh belas kasihan]. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu— bayangkan. Siapa yang lebih dulu mendekat? Bapanya yang berlari mendapatkan dia. merangkul dan mencium dia.— Bayangkan, ini anak baru kerja di kandang babi. Parfumnya tentu berbeda, betul? Tapi bapa itu merangkul, mencium anaknya, lalu: Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Sang Bapa seolah-olah tidak menghiraukan permintaan anaknya itu. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubahi yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan—apa?— bersukacita. Satu kata atau perasaan yang mungkin sudah lama tidak ada: yaitu sukacita. Kemudian dikatakan: Sebab anakku ini telah—apa? —mati. Lukas 15:20-23 (TB)
Jadi, di pandangan Bapanya, pada saat dia menjauh, itu istilahnya apa? Mati. Tetapi sekarang apa?
Supporting Verse – dan menjadi hidup kembali. Kapan anak itu ‘hidup kembali’? Pada saat dia kembali kepada Bapanya, dia menjadi hidup kembali. …ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka—apa?—bersukaria. Lukas 15:24 (TB)
Bayangkan, dalam waktu singkat… Saya enggak tahu berapa lama perjalanan dia dari kandang babi kembali ke rumah Bapanya; saya enggak tahu berapa lama perjalanannya. Bayangkan, kalau itu semalam, semalam sebelumnya, ia masih merasa kesepian, pedih hati, sendirian, tidak ada yang memperhatikan, menyesali keadaan, enggak punya apa-apa.
Makan saja enggak bisa. Besok paginya—kalau itu sehari perjalanan— besok paginya, saat balik ke rumah bapaknya, ia diterima, dirangkul, mendapatkan identitas dan martabatnya kembali, mendapatkan kembali status dan otoritasnya, diberi cincin,diberi sandal atau sepatu, karena pada saat menjadi budak, budak enggak pakai sepatu.
Sekarang dia kembali, dia dikasih sepatu, karena dia bukan lagi budak. Meskipun dia mau datang sebagai seorang budak, tetapi Bapanya bilang, “Tidak! Jika kamu kembali ke rumahku, jika kamu kembali ke rumahku, pakai sepatu, karena kamu adalah anak-Ku.”
Dia bahkan langsung makan steak! Ya betul kan? “Sembelihlah anak lembu tambun!” [kata ayahnya]. Malam sebelumnya, makan ampas babi aja enggak dikasih.
Standar hidup si anak sudah begitu turun jatuh ke bawah, tapi begitu pengampunan datang, begitu pendamaian diberikan, bisa langsung makan daging panggang. Penuh sukacita, halo?Identitasnya dikembalikan.
Namun, apa yang dia lakukan [sebelum semua itu terjadi]?
Pertama, anak itu sadar akan keadaannya.
Masalahnya, tidak banyak orang sadar bahwa dia sudah jauh dari Tuhan. Tidak banyak orang sadar bahwa dia sedang hidup di dalam dosa. Tidak banyak orang sadar bahwa dia terjerat dalam dosa.
Kalau dia sadar betapa jauhnya dia dari Tuhan, kalau dia sadar bahwa dengan usahanya sendiri dia tidak bisa keluar dari jerat dosa, kalau dia sadar betapa rendah dia hidup selama ini, sudah mentok sampai titik yang paling bawah, kalau dia sadar, itu sudah satu poin yang baik.
Namun, sadar saja enggak cukup. Berapa banyak orang sadar, ”Wah, gue kelebihan berat badan nih!” Tapi sadar doang, enggak ngapa-ngapain, apakah akan ada perubahan? Enggak ada perubahan, ya kan?“
“Gua sadar nih… kalau gue jahat sama bini gua, atau sama anak-anak gue.” Tapi kalau sadar saja dan enggak ngapa-ngapain, tidak akan ada perubahan sama sekali.
Kita membaca bahwa anak ini, bukan cuma sadar saja, dikatakan kemudian, ”dia bangkit dan kembali kepada Bapanya.” Itu yang namanya bertobat.
Bertobat bukan cuma sadar, tapi kemudian bangkit kembali ke jalur yang benar, putar arah! Putar arah, kembali kepada Bapa, pulang kepada Tuhan. Itu yang benar!
Supaya apa? Supaya bisa dipulihkan identitasnya. Supaya bisa dikembalikan martabatnya. Supaya bisa diberikan otoritas.
Supporting Verse – “Barangsiapa yang menerima Dia diberikan-Nya kuasa sebagai anak Allah,” Yohanes 1:12 TB
Status anak itu dikembalikan ia kembali menjadi seorang ahli waris. Pertanyaannya, apakah dia layak mendapatkan semuanya itu? Sama sekali tidak!
Di sinilah kita melihat kasih karunia Allah. Kasih agape dari Allah dinyatakan. Kasih yang tanpa syarat. Bapanya tetap mencintai, meskipun anaknya tidak pantas atau tidak layak untuk dicintai. Anak itu masih diterima, itu semua karena kebaikan Tuhan.
Bayangkan, yang tadinya jauh sekarang dekat. Yang tadinya gelap, sekarang ada dalam terang. Hubungan dengan Bapa yang tadinya putus kini pulih kembali. Itu yang namanya transformasi kehidupan. Hidup tidak akan sama lagi. Tidak mungkin sama.
Inilah yang menggetarkan hati saya: jika karena dosa kita kehilangan kemuliaan Allah, kita kehilangan standarnya Tuhan, kita kehilangan kualitasnya Tuhan, kita kehilangan mutunya Tuhan, kini saat kita diperdamaikan kembali dengan Tuhan, pelanggaran kita tidak diperhitungkan dan kita diampuni oleh Dia, kita sekarang terekspos dengan standarnya Tuhan.
Kualitasnya Tuhan kini bisa kembali terlihat dalam hidup kita. Kita terekspos dengan apa? Dengan mutunya Tuhan. Kita tahu bahwa, hey, there’s more in life ada yang lebih dari yang dunia ini tawarkan.
Ada kemungkinan yang lain, ada standar yang jauh lebih tinggi, daripada yang ditawarkan dunia ini. Kita bisa hidup tanpa perlu berbuat dosa. Halo?
Kalau kita hidup dalam kebenaran. Bagi saya itu sungguh luar biasa. Saudara bisa berbisnis tanpa perlu menuruti apa kata orang dunia tentang bisnis. Saudara bisa berbisnis dalam kebenaran. Saudara bisa menjadi seorang ayah melebihi standar yang diberikan oleh dunia ini, Saudara bisa menjadi seorang istri melebihi standar atau mutu yang diberikan oleh dunia ini.
Itu sebabnya Kepada setiap orang yang menerima [Yesus], Roh Kudus diberikan. Untuk apa? Untuk menolong, untuk menghibur, untuk memimpin kita.
Karena “Tuhan itu adalah Roh” maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar.
Artinya apa? Kalau kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, kita akan diubahkan. Saya coba jelaskan dengan satu ilustrasi.
Ilustrasi – Saudara tahu personal trainer? Pelatih kebugaran pribadi. Kalau Saudara pergi ke pusat kebugaran, Saudara mau punya bentuk badan tertentu, Saudara bisa minta dibantu oleh seorang personal trainer.
Tiap pelatih kebugaran ini akan membuat rencana program latihan untuk orang yang dibantu, dan rencana untuk tiap orang tidak sama karena kondisi badan tiap orang berbeda-beda. Betul atau tidak?
Seperti itulah karya Roh Kudus dalam hidup kita.Apa tujuan yang mau dicapai? Supaya kita bisa hidup sesuai standar Tuhan yang mulia.
Saya tahu banyak orang sudah gonta-ganti personal trainer, tetapi badannya tetap tidak berubah. Kenapa? Karena dia lebih galak dari personal trainernya. Betul? Disuruh A, “Enggak mau!” Disuruh B, “Lu aja. Gue udah capek! Gila lu, dari tadi gue disuruh latihan terus. Enggak mau ah!” Ya, udah, personal trainer-nya juga bingung. “Orang ini bagaimana sih? Maunya apa?”
Makanya kita juga lihat banyak orang yang percaya Kristus, sudah punya Roh Kudus dalam dirinya, tapi hidupnya enggak pernah berubah. Ya, karena enggak mau taat sama Roh Kudus. Kalau mereka mau taat dan mereka bergaul dengan Roh Kudus, pasti akan ada buah roh yang keluar dari hidupnya. Halo?
Kalau Saudara bergaul erat dengan saya, sama seperti istri saya, hidup bertahun-tahun dengan saya, bergaul erat dengan saya, otomatis Saudara jadi tahu, apa yang saya suka dan yang saya enggak suka.
Apa yang nilainya tinggi buat saya, apa yang nilainya rendah buat saya. Saudara jadi tahu, apa prioritas saya, sehingga Saudara juga akan tahu, apa yang bisa Saudara harapkan dari saya dan Saudara juga tahu jelas, ”Kalau yang ini jangan harapin dia deh! Dia bukan orang yang tepat untuk itu.”
Demikian juga kalau kita bergaul dengan Tuhan. Kalau kita bergaul dengan Tuhan, get closer, makin dekat dengan Dia, kita bisa tahu, Tuhan itu sukanya apa sih? What He loves, apa yang Dia cintai. Apa yang Dia benci. “Loh, Tuhan bisa benci?” Bisa.
Supporting Verse – Ada tujuh perkara yang dibenci TUHAN, dan tidak dapat dibiarkan-Nya: Sikap yang sombong, mulut yang berbohong, tangan yang membunuh orang yang tak bersalah, otak yang merencanakan hal-hal jahat, kaki yang bergegas menuju kejahatan, saksi yang terus-terusan berdusta, dan orang yang menimbulkan permusuhan di antara teman. Amsal 6:16 (BIS)
Tuhan enggak suka semua itu. Jadi kalau Saudara dekat dengan Tuhan, jangan lakukan hal-hal tersebut. Saudara cari ribut namanya. Betul kan?
Sama halnya saya dengan istri saya. Setelah sekian lama, hampir 25 tahun, saya tahu apa yang dia suka, apa yang dia enggak suka. Kalau saya terus-menerus melakukan apa yang dia enggak suka, kan cari ribut namanya.
Nah, kalau Tuhan enggak suka, ya jangan dilakukan, sesederhana itu! Kalau kita bergaul dengan Tuhan, kita juga tahu apa yang Dia nilai tinggi,apa yang Dia mau lihat, apa yang Dia hargai. Firman Tuhan katakan, Tuhan itu suka dengan iman.
Kalau kita punya iman, Dia suka. Baca aja firman Tuhan.“Melihat iman mereka,” atau “Melihat imannya, tergeraklah hati Yesus.” Dia menghargai iman. Dia menghargai kesetiaan.”Kalau kamu setia pada perkara kecil,” kata-Nya, kepadamu akan Kuberikan perkara besar.” Berarti Tuhan senang dengan kesetiaan kita.
Tuhan suka orang yang memberi dengan sukacita, demikian firman Tuhan. Jadi, kalau mau bergaul dengan Tuhan, jangan pelit. Karena Dia suka orang yang memberi dengan sukacita. Tuhan menghormati kerendahan hati.Kan Dia enggak suka dengan orang sombong. Berarti Dia menghormati kerendahan hati.
Nah, ngapain juga Saudara sombong kalau Saudara jadi anak Tuhan? Saudara harusnya jadi orang yang rendah hati. Tuhan mencintai keadilan. He loves justice. Kita juga harus cinta apa yang Tuhan cinta.
Tuhan cinta, Tuhan senang, dengan obedience, ketaatan. Dia lebih suka ketaatan kita daripada persembahan kita. Kita bisa mengetahui apa yang Tuhan suka dan apa yang Dia tidak suka, apa yang Dia hargai, apa yang Dia tidak hargai, apa yang Dia nilai tinggi dan apa yang tidak, sehingga kita juga tahu apa yang kita bisa harapkan dari Dia dan apa yang tidak kita harapkan dari Dia.
Saya berharap saya sudah memberi cukup alasan mengapa kita perlu hidup dekat dengan Tuhan, dan kita akan belajar banyak di tahun ini, karena saya yakin bahwa kalau kita sungguh-sungguh hidup bergaul dan menaati Dia, maka transformasi kehidupan akan terjadi. Amin.
P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes



