JPCC Online Service (5 February 2023)
Beri tepuk tangan yang paling dahsyat bagi Tuhan kita. Dia layak menerima segala puji dan kemuliaan. Dia layak menerima semua sorak sorai. Dia besar, Dia luar biasa, Dia ajaib, Dia setia, Dia baik. Tuhan! Nama Yesus di atas segalanya. Kami sungguh mengasihi-Mu, Yesus. Kami mengasihi-Mu.
Beri tepuk tangan juga buat teman-teman dari JPCC Worship, yang sudah melayani kita sejak pagi tadi. Terima kasih telah memimpin kami ke dalam hadirat Allah. Sebelum Saudara duduk, lihat ke kiri dan kanan, katakan,“Kamu keren sekali hari ini. Kamu wangi sekali!” Berikan salam satu sama lain. Ya, silakan duduk.
Wah. Bagaimana kabar Saudara? Semua dalam keadaan yang baik dan sehat? Selamat datang di JPCC.
Saya juga ingin menyambut, semua teman, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang bergabung melalui ibadah daring JPCC. Hari ini, saya banyak mendapat pesan atau permintaan langsung dari teman-teman kita yang ada di luar Jakarta.
Mereka bilang, “Tolong jangan sampai ibadah daring JPCC dihentikan,” karena mereka senang bisa terus terkoneksi dengan kita; terutama teman-teman kita yang ada di luar negeri.
Jadi, selamat datang bagi Saudara, di mana pun Saudara berada, dan jam berapa pun hari ini Saudara sedang menyaksikan secara daring. Selamat datang! Semoga hari ini, firman Tuhan yang saya bagikan kepada Saudara bisa membuat kita lebih dekat kepada Tuhan. Amin?
Pada minggu lalu saya sudah membagikan pesan saya untuk Saudara semua di Sutera hall hari ini, sebagai firman Tuhan untuk ibadah di The Kasablanka. Ada begitu banyak orang-orang yang mendatangi saya sesudah ibadah dan mengatakan bahwa pesan ini sangat membantu mereka untuk bisa punya hubungan yang lebih erat dan dekat dengan Tuhan.
Di JPCC, pada tahun 2023 ini— kalau Saudara belum tahu—tema besar kita adalah ‘Closer‘; agar kita sebagai jemaat bertumbuh, lebih mendekat kepada Tuhan; bahkan bukan sekadar kepada Tuhan, melainkan juga kepada sesama.
Agar kita punya kehidupan kerohanian yang terus bertumbuh menjadi dewasa. Yang paling penting, agar kita terus menjadi serupa dengan Kristus Yesus. Amin?
Tuhan mau kita sebagai anak-anak-Nya supaya dari hari ke hari kita ditransformasikan, diubahkan, menjadi lebih serupa dengan Kristus.
Hari ini, judul khotbah saya adalah: “Mencondongkan Hati Kepada Tuhan”.
Opening Verse – Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu. Yakobus 4:8-10 TB
Draw near to God and He will draw near to you. James 4:8 [NKJV]
Begitu banyak orang yang waktu pertama kali membacanya berpikir bahwa, “Tuhan kita itu jual mahal!” Seakan-akan, Tuhan tidak mau mendekat kepada kita kecuali kita terlebih dahulu mendekat kepada Dia.
Itu sebabnya banyak orang berkata, “Aduh, Pastor! Bagaimana, ya? Saya belum layak untuk mendekat kepada Tuhan,” dan sebagainya.
Seakan-akan hubungan yang erat dengan Tuhan adalah sesuatu yang kita dapatkan dengan kekuatan kita sendiri. Kita harus mengerti konteks dari perkataan Yakobus kepada gereja mula-mula.
Bukan maksudnya Tuhan itu jual mahal, tidak mau mendekat sebelum Saudara mendekat, melainkan berbicara tentang kondisi hati yang masih penuh dengan dosa.
“Mendekatlah kepada Allah maka Dia akan mendekat kepadamu.” Di bulan Desember kemarin, kita sudah belajar di JPCC bahwa Allah datang mendekat! Tuhan yang terlebih dahulu mendekat kepada kita. Betul?
Kita sudah belajar ini di gereja. Bahkan bisa saya katakan, dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu, kalau Saudara baca seluruh isi Alkitab, isinya adalah kisah cinta Tuhan yang mau terus mengejar Saudara dan saya sebagai ciptaan-Nya, agar kita kembali mempunyai hubungan dengan Dia.
Kita yang tadinya sudah dipisahkan oleh dosa, Tuhan terus mengejar kita. Bagaimana maksudnya? Bukan dengan usaha kita memberi begitu banyak korban sembelihan dan bakaran, melainkan Tuhan yang berkata begini, ”Aku tahu kalian tidak mampu atau sanggup untuk membayar dosa kalian sendiri.”
Sehingga Bapa di surga mengirimkan anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, untuk datang ke dunia menjadi sama dengan kita, mendekat kepada kita, dan mati di kayu salib, bagi Saudara dan saya. Sampai di sini semuanya oke?
Inilah Kabar Baik itu, yang kita sebut sebagai Injil keselamatan: bahwa kita tak perlu melakukan apapun sebab Tuhan sudah mendekat kepada kita.
Waktu Yakobus berkata,“Mendekatlah kepada Allah, maka ia akan mendekat kepadamu,” Yakobus sedang berbicara kepada gereja mula-mula yang terus memilih berbuat berdosa.
Makanya dia tulis begini, “Mendekatlah kepada Allah maka dia akan mendekat kepadamu. Hai kamu yang…— Halo? Bantu saya membacanya. Hai kamu yang berdosa, bersihkanlah tanganmu dari perbuatan jahat!
Dengarkan saya baik-baik. Hal-hal yang bisa membuat kita tidak merasa dekat dalam sebuah hubungan adalah yang kita sebut sebagai pelanggaran, kesalahan, atau masalah.
Pernahkah Saudara punya hubungan, dengan teman karib, suami istri, atau pacar, dan hubungannya terasa dingin, renggang, tanpa komunikasi, kesal satu sama lain? Kenapa? Karena ada masalah di antara kalian.
Apa pun masalahnya, kecil atau besar, selama masih ada, maka kedekatan, kehangatan, keintiman, tidak mungkin terjadi. Sampai kapan? Sampai kita mencoba untuk memecahkan masalah tersebut. Sampai kita mengakui kesalahan dan pelanggaran kita lalu meminta maaf, barulah akhirnya, hubungan yang tadinya dingin, mulai mencair. Sampai sini semuanya oke?
Ini yang Yakobus katakan,“Mendekatlah kepada Tuhan, dan Dia akan mendekat kepadamu.” Sebenarnya, Tuhan sudah menanti. Tuhan sudah terlebih dahulu mendekat kepada kita. Masalahnya, kita tidak mau mengakui pelanggaran kita.
Masalahnya, tangan kita masih kotor, sehingga Alkitab bilang, “Hai kamu yang berdosa, bersihkanlah tanganmu dari perbuatan jahat.” Kalau yang kita baca tadi, ”Tahirkanlah…” Artinya adalah dibersihkan; tangan kita dibersihkan dari perbuatan jahat. Sudah jarang kita bilang ‘tahirkan’.
”Hei, nanti kalau masih masuk rumah, “Coba tolong tahirkan tanganmu dulu ya!” “Sebelum makan tahirkan dulu tanganmu.”
Tak ada yang bilang seperti itu. Artinya, bukan kita yang mencoba dengan segala cara untuk kembali kepada-Nya, melainkan seharusnya begini, “Tuhan, ini aku, orang berdosa. Ini kesalahan dan pelanggaranku. Ampuni aku. Bersihkanlah tanganku.”
Suporting Verse – ”Dan kamu yang mendua hati… Saya ajak Saudara pikirkan, catat, dan camkan frasa ‘mendua hati’ ini; kesetiaan yang bercabang. Dan kamu yang mendua hati— firman Tuhan katakan,— …murnikanlah hatimu!— saya suka bagian ini— Pilihlah satu saja: Mengasihi Tuhan atau mengasihi dunia! Yakobus 4:8 (TSI)
Seringkali orang berpikir bahwa, ”Nah, itu dia, Pastor! Aku tidak bisa! Kalau cuma memilih Tuhan berarti kan hidupku jadi membosankan? Aku tidak bisa bersenang-senang. Tidak boleh nonton ini, tidak boleh baca itu.”
Bukan itu intinya! Memilih Tuhan atau dunia itu artinya apakah kita memilih nilai dan prinsip Tuhan atau malah memilih nilai dan prinsip kerajaan dunia. Saya yakin kita semua mengerti bahwa apa yang diajarkan oleh dunia sangat bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh kerajaan Tuhan— apalagi di zaman sekarang!
Inilah yang Yakobus sedang ingatkan kepada gereja mula-mula: “Mengasihi Tuhan atau mengasihi dunia, kamu mau pilih yang mana?” Karena kita tidak bisa hari ini datang dan bilang, “Aku mencintai-Mu, Tuhan…” “Bersama-Mu…” tapi begitu hari Senin, kita melupakan Tuhan dan melakukan semua yang Tuhan tidak mau kita lakukan. Sudah mulai hening disini.
Biasanya kalau mengomongkan dosa, gereja selalu menjadi hening. Namun, kita perlu diingatkan. Siapa di sing yang untuk tahun 2023 di awal tahun sudah bertekad, “Tahun ini, saya mau menjadi lebih sehat.” ”Tahun ini saya mau menjadi lebih keren.” ”Tahun ini saya mau jadi…” lainnya.
Kita mempunyai begitu banyak resolusi. Pertanyaan saya, berapa banyak dari Saudara yang punya resolusi begini: “Tahun 2023 ini…..akan menjadi tahun di mana saya sangat erat dan dekat dengan Tuhan.”
Ada? Cuma tiga orang di tempat ini yang mau mendekat kepada Tuhan. Siapa di sini yang mau, di tahun 2023 ini, menjadi lebih dekat dengan Allah? Jangan turunkan tangan Saudara. Seperti biasa, saya minta malaikat Gabriel, mencatat nama-nama kalian. Oke, malaikat! Sudah dapat semua namanya? Sudah? Oke. Mendekatlah.
Supporting Verse – Bertobatlah sungguh-sungguh dengan hati yang sedih, menyesal, dan meratap. Daripada bersenang-senang dan gembira— Saudara lihat? Itulah yang dikatakan “mendua hati”; memijakkan kaki, di dua tempat berbeda.Saudara maunya apa? Bersenang-senang dan bergembira? …lebih baik kamu menangisi keadaan rohanimu. Rendahkanlah dirimu di hadapan TUHAN,— rendahkan diri kita— maka Dia akan mengangkat dan menolongmu. Yakobus 4:9 (TSI)
Bukankah itu yang kita mau? Kita mau diangkat dan ditolong, tetapi tidak mau melakukan hal-hal yang tadi Yakobus katakan kepada gereja.
Dalam perikop yang baru kita baca, pada ayat ayat sebelumnya, Yakobus menggambarkan kelakuan pengikut-pengikut Yesus yang hidupnya masih didominasi— kalau Saudara baca Yakobus 4, atau Saudara baca dari awal—Yakobus menggambarkan kehidupan gereja mula-mula, yang terus-menerus memilih dibelenggu oleh dosa dan akhirnya mereka jatuh ke dalam kesombongan, keangkuhan, sifat dunia yang mendua, yang membawa mereka kepada konflik, pertengkaran, perkelahian, dan kehancuran.
Ternyata 2.000 tahun setelah Yakobus menuliskan buku dan ayat-ayat ini; 2.000 tahun kemudian pun, gereja masih mempunyai masalah yang sama. Banyak orang yang datang ke gereja, berjemaat, hanya sekadar untuk memenuhi kewajiban saja. Mereka masih berpijak kepada dua kerajaan.
“Hari Minggu aku bergereja. Hari Senin sampai Sabtu, terserah hatiku mau bilang apa.” Saya berdoa kita semua mau— dalam memulai tahun 2023 ini—untuk bertumbuh lebih dekat dengan Tuhan dan untuk itu kita perlu bertobat.
Bertobat itu tidak cuma sekali. “Oh, sudah Pastor! Dulu. 12 tahun yang lalu saya bertobat.” “Oh ya? Saya baru bertobat tadi pagi!” karena buat saya, pertobatan adalah proses yang terus berulang.”
“Bertobat” itu bukan maju ke depan [mimbar], ditumpangi tangan; bukan! Bertobat itu adalah mempunyai hati yang berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku tak mampu melalui hidup ini sendirian. Aku tidak mampu. Aku orang berdosa. Aku sudah melakukan kesalahan dan akan melakukan kesalahan lain. Itu sebabnya, aku bertobat. Aku memilih untuk mengikuti Engkau.”
Kita perlu memutuskan untuk berjalan seperti ini setiap hari dalam kehidupan kita. Tidak ada yang mengamini? Betul kan saya bilang? Saya sudah tahu. Minggu lalu juga sama di Kota Kasablanka. Begitu mengomongkan dosa, langsung, “Ini bukan JPCC! JPCC tidak pernah, mengomongkan dosa seperti ini!”
Namun, inilah kebenarannya! Kita harus bertobat! Tadinya saya mau minta Saudara colek kiri-kanan bilang, “Kamu bertobat!” Cuma, jangan. Jangan. Colek diri sendiri, “Hei! Aku harus bertobat.”
Waktu menyiapkan khotbah tentang ‘mendekat kepada Allah’ ini, saya teringat tentang Mazmur 119. Dua tokoh Alkitab yang paling saya kagumi selain Yesus Kristus adalah Raja Daud dan Rasul Paulus. Dua tokoh ini, saya sering membaca tulisan mereka.
Sebagai seorang penulis lagu, saya sangat suka kitab Mazmur. Salah satu Mazmur yang selalu saya kembali baca terutama dalam masa-masa yang “darurat”, sampai saya sebut Mazmur “911” atau Mazmur “darurat” saya, adalah Mazmur 119.
Kalau di Amerika atau di luar negeri, ”911” itu nomor telepon darurat. Jadi, saya sebut Mazmur 119 sebagai “Mazmur darurat” saya. Saya suka membaca pasal terpanjang dalam kitab Mazmur yang juga adalah kitab terpanjang. Ada 176 pasal dalam Mazmur 199.
Kalau Saudara mau mencoba untuk menghapal atau membaca Mazmur, saya anjurkan, bacalah Mazmur 119, tentang cinta kita kepada firman Tuhan dan kepada apa yang Tuhan mau kita lakukan. Izinkan saya bacakan tulisan Raja Daud dalam Mazmur 119:105-112 (TB).
Supporting Verse – Firman-Mu itu pelita bagi kakiku; Your word is a lamp unto my feet, Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.Bukan gereja, bukan kebaktian, tetapi firman Tuhan. Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukum-Mu yang adil. Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu. Mazmur 119:105-106 TB
Saudara harus mengerti bahwa Raja Daud bukan orang yang sempurna. Dia melakukan begitu banyak dosa. Dia bahkan membunuh suami orang demi mendapatkan yang dia mau, tetapi Tuhan tetap menyebutnya sebagai ’seorang yang berkenan di hati-Ku’. Dia memberi julukan itu kepada Daud karena apa? Buat saya, karena apa yang menjadi doanya, di mana dalam ketidaksempurnaannya, Daud berkata seperti ini.
Supporting Verse – hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu.Kiranya persembahan sukarela yang berupa puji-pujian berkenan kepada-Mu, ya TUHAN, dan ajarkanlah hukum-hukum-Mu kepadaku. Aku selalu mempertaruhkan nyawaku, namun Taurat-Mu—firman-Mu, undang-undang-Mu—tidak kulupakan. Orang-orang fasik telah memasang jerat terhadap aku, tetapi aku tidak sesat dari titah-titah-Mu. Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya,— Dia menyukai firman Allah! sebab semuanya itu kegirangan hatiku. Mazmur 119:107-111 TB
Itu kegirangan hatiku; Firman Allah adalah kegirangan hatinya. Berapa banyak dari kita yang bisa bilang, “Kegirangan hatiku adalah firman Tuhan?” Zaman sekarang, kegirangan hati adalah YouTube, Netflix, dan lain sebagainya. Itu yang bikin, ”Wah, aku senang!” Daud mengerti prioritas dalam kehidupanmya. Perhatikan apa yang dia tulis di dalam ayat selanjutnya. Saya mau kita baca ini bersama-sama. Satu, dua, tiga:
Supporting Verse – Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapan-Mu, untuk selama-lamanya, sampai saat terakhir. Orang yang bimbang hati kubenci— ini tentang “mendua hati— Orang yang bimbang hati kubenci tetapi Taurat-Mu kucintai. Engkaulah persembunyianku dan perisaiku; aku berharap kepada firman-Mu. Perhatikan: Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapan-Mu. Mazmur 119:112-114 (TB)
Siapa yang tahun ini mau bertumbuh lebih erat dan dekat kepada Tuhan? Angkat tangan tinggi-tinggi. Daud memberikan sebuah nasehat. Dia berkata: “Telah kucondongkan hatiku”, yang dalam terjemahan New King James Version berbunyi seperti ini.
Supporting Verse – I have inclined my heart to perform Your statutes—“statutes” itu undang-undang atau perintah— Forever, to the very end. Psalms 119:112 NKJV
Kalau Saudara mengerti, ”incline” (menanjak) arahnya ke atas, karena kalau ke bawah namanya “decline” (menurun). Biasanya orang yang naik sepeda mengetahui ini.
Perhatikan baik-baik. Untuk menanjak ke ke atas membutuhkan tenaga. Untuk turun ke bawah kita lepaskan saja. Tidak usah mengayuh, waktu naik sepeda, sudah pasti turun dengan otomatis. Betul?
Kalau kita tidak lakukan apa-apa, netral-netral saja secara otomatis kehidupan kita akan menurun. Sementara untuk menanjak memerlukan tenaga—memerlukan perjuangan, kalau saya bilang— untuk kita mencondongkan hati kita kepada apa yang Tuhan mau kita lakukan dan katakan. Itu jauh lebih sulit daripada kita hidup secara “que sera, sera”; apapun yang terjadi, terjadilah. Firman Tuhan tadi [Mz. 119:112] dalam terjamahan The Passion berkata :
Supporting Verse – I have determined in my heart— ada sebuah determinasi, kegigihan di dalam hati– to obey whatever you say,— semuanya katakan ‘whatever’.“Whatever You say, I will obey.” Psalms 119:112 The Passion
Whatever artinya apa? Apa pun. Whatever artinya apa pun; benar kan? Tidak dikatakan, ”Aku telah bertekad di dalam hati, untuk taat kepada hal-hal yang Kau katakan, tapi yang aku pilih-pilih saja!”
Saya mengerti kalau Saudara tidak nyaman mendengar khotbah ini. Sejak minggu lalu saya tahu khotbah seperti ini tidak akan populer. Namun, inilah kebenaran firman Allah. ”Aku telah bertekad di dalam hati…” Bisakah kita,sebagai anak-anak Tuhan yang hidup di zaman modern ini, untuk berkata, “Aku berjuang!Aku berjuang untuk menaati semua kehendak Tuhan dalam hidupku, Sampai akhir hidupku.”—dapatkan lagunya di toko-toko musik rohani terdekat.
Inilah kebenarannya. Bukankah itu yang Daud katakan? Itulah yang firman Tuhan katakan. Inilah kuncinya. Kebanyakan dari kita hidup dengan netral, bahkan cenderung malah decline (menurun).
Namun, firman Tuhan berkata…Sekali lagi ini bukan tentang keselamatan, Bapak dan Ibu sekalian. Banyak orang berpikir bahwa, ”Oh, kalau begitu supaya saya diselamatkan, saya harus bekerja keras mendapatkan keselamatan.” Tidak! Salib Tuhan sudah sempurna. Dia mati bagi Saudara.
Saudara tidak perlu menambah apa pun di kepada salib Kristus. Dia sudah mati bagi Saudara. Dia sudah memberikan darah dan tubuh-Nya bagi Saudara, sehingga dosa kita sudah dihapus oleh-Nya, tetapi perhatikan: hal bertekad dalam ketaatan adalah tentang kedekatan kita dengan Tuhan.
Artinya, bayangkan kalau kita sudah menikahi pasangan kita, tetapi sesudah menikah kita mengacuhkan dia. Kita tidak akan mendapatkan kebahagian penuh yang pernikahan bisa berikan jika kita tidak berjuang untuk membangun pernikahan kita.
Saudara bisa menangkap maksud saya? Inilah doa kami di gereja, agar kita bisa mengerti bahwa kedekatan Saudara dengan Tuhan Yesus tak bisa diatur oleh kedekatan saya dengan Tuhan.
Harus Saudara sendiri yang mempunyai pengalaman bersama Dia. “Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapan-Mu.” Merentangkan, mengulurkan. Dalam bahasa [Ibrani] asli, kata ‘incline‘ tadi artinya to stretch out (merentangkan), to extend (mengulurkan).
Tidak membutuhkan banyak energi untuk decline (menurun), tetapi membutuhkan banyak tenaga untuk bisa incline (menanjak).
Saya setiap minggu mewawancarai banyak pasangan yang mau menikah. Di JPCC, jemaat kita hampir semuanya usia ingin menikah. Ada begitu banyak pasangan yang konseling dengan saya dan biasanya saya bertanya kepada mereka,
“Tolong ceritakan kisah cinta kalian, mulainya bagaimana. Ceritakan sejarahnya seperti apa. Saya ingin sekali mendengarnya!” 99% dari semua pasangan itu bilang begini, “Pastor, Pastor! Untuk kami bisa menikah hari ini, membutuhkan perjuangan yang luar biasa!” ”99% pasti bilangnya begitu.
Tak ada satupun dari kita bilang,“Ah, biasa saja ya Pastor! Langsung saja. Kalau kami, cuek aja. Paling nanti jadi juga!” Tidak ada! Ada yang seperti itu? Dalam pernikahan saya saja sangat butuh perjuangan!
Jadi, apakah dalam hubungan kita dengan Tuhan, kita masih bisa berkata seperti yang Raja Daud katakan: “Telah kucondongkan hatiku. Aku telah bertekad.” Apapun yang terjadi! “Seberapa biasa-biasanya hubunganku dengan Tuhan, seberapa biasa atau beratnya lembah yang sedang kualami, aku condongkan hatiku, dengan bertekad dan berjuang, untuk tetap melakukan kehendak-Nya, dan bukan kehendakku.”
Sharing Ps. Sidney – Dulu saya sering bertanya kepada Etha, di awal-awal pernikahan kami. Ini 19 tahun yang lalu waktu masih tidak aman, karena baru awal-awal pernikahan. Saya tanya, “Kenapa kamu mau menikah denganku?”
Ada pria di sini yang juga begitu? Tidak ada ya? Cuma saya berarti ya? Saya suka tanya kepada Etha, ”Kenapa kamu mau?” karena saya tahu, yang mengejar dia banyak. Banyak yang lebih ganteng dari saya, saya tahu, walau suara mereka mungkin belum tentu lebih bagus dari saya, tapi…Terima kasih, terima kasih. Bukan bermaksud sombong, tapi… Hanya bercanda.
Saya suka tanyakan dia, ”Kenapa kamu mau bersama aku?”Dia selalu menjawab dengan bilang, “Karena dari mereka semua, kamu yang paling berjuang, paling gigih.”Wah! Jadi…jadi… ada pengharapan, bagi semua pria.
Itulah kebenarannya: tidak ada di dunia ini yang dapat menggantikan kegigihan. Kebanyakan dari kita tidak bertekad, berdeterminasi, untuk mencondongkan hati kita untuk menjalankan firman Tuhan, kata-kata, nasehat, dan perintah-Nya.
Jangankan melakukan firman-Nya, baca firman-Nya saja tidak mau! Nah, langsung hening lagi kan? Itu sebabnya Daud katakan, ”Aku telah mencondongkan hatiku” karena Raja Dauh tahu, itu tidak terjadi otomatis.
Untuk dekat dengan seseorang, tidak terjadi otomatis,tetapi sesuatu yang harus dengan gigih kita lakukan. Intinya, salib Kristus, pengorbanan Tuhan Yesus, memberikan kepada kita sebuah tiket untuk bisa masuk ke dalam kerajaan Tuhan.
Namun, selama kita masih hidup di dalam dunia ini, apakah hidup kita berjalan erat dan dekat dengan Tuhan? Itulah yang akan menentukan, apakah kita akan tiba di tujuan dengan baik atau dengan babak belur?
Apakah kita akan masuk ke dalam kerajaan Tuhan penuh dengan luka-luka atau penuh dengan sukacita? Kegigihan kita untuk mengejar kedekatan hubungan dengan Tuhan akan menentukan kualitas hubungan kita dengan Kristus.
Yang menentukan kualitas hubungan kita adalah apakah Saudara mau gigih, bertekad, berjuang untuk mendengarkan, betul?Kedekatan saya dengan istri akan selaras dengan kemauan saya untuk terus berjuang dengan gigih dalam pernikahan kita. Betul kan?
Ini bukan berbicara soal keselamatan,melainkan tentang hubungan yang intim, erat, dan indah dengan Tuhan. Jadi, bagaimana kita bisa mencondongkan hati kita? Bukan dengan perasaan berkata dalam hati, “Oh, aku condongkan hatiku…”Bukan, bukan. Bukan cuma dengan perkataan, tetapi ada tingkah laku kita setiap hari yang harus kita perhatikan atau yang saya sebut sebagai “tabiat” kita.
Tabiat kita sehari-hari menentukan kondisi hati kita, betul? Mengubah hati kita dimulai dengan mengubah tabiat-tabiat kita, dimulai dengan menyesuaikan tabiat kita lewat pertolongan Roh Kudus.
Kebanyakan dari kita salah karena berpikir bahwa berjalan bersama Tuhan Yesus, menjadi orang Kristen artinya berusaha memperbaiki tabiat. “Yang penting aku mencoba! Saya mencoba mengubah diri!”
Dengarkan saya baik-baik: Saudara tidak bisa mengubah hati Saudara sendiri. Yang bisa mengubah hati Saudara, hanya Dia, Sang Pencipta hati tersebut. Apakah Saudara mengerti?
Jadi, tak bisa dengan sekadar membaca buku-buku ‘self-help’ (bantuan diri), tetapi dengan mentahirkan tangan kita, menyerahkan hidup kita dan berkata, “Hidupku ini milik-Mu, Tuhan. Lakukanlah sesuai kehendak-Mu.”
Masalahnya, bukannya memusatkan hati dan pikiran kita kepada hal-hal yang ilahi, bukannya mencondongkan hati kita kepada Tuhan, bukannya mengarahkan kehendak, keinginan, kegemaran kita kepada Allah, Tuhan kita, kita malah terus mendua hati.
Dua kali tadi disebut: sekali oleh Yakobus, satu lagi oleh Raja Daud. Bimbang hati. Mendua hati. Kalau bahasa Inggris dari Mazmur 119 tadi mengatakan begini: “Orang yang bimbang hati kubenci, tapi Taurat-Mu kucintai,” atau ”I hate those with divided loyalties.” “Aku membenci orang-orang yang loyalitasnya terpecah-belah.”
Hari ini bilangnya, “Aku cinta Tuhan!” besoknya, “Aku cinta dosa.” Saya menemukan bahwa sering kali kita sebagai anak-anak Tuhan, lebih mencintai hal-hal yang seharusnya kita jauhi tetapi malah membenci hal-hal yang seharusnya bisa menolong hidup kita.
Ada sebuah cerita tentang Absalom. Absalom adalah anak Raja Daud. Saudara bisa baca di dalam 2 Samuel 18. Daud punya beberapa anak dan salah satunya bernama Absalom, yang menjadi jahat dan kemudian memberontak.
Dia membawa pasukannya untuk mengambil alih tahta ayahnya, Raja Daud. Pangeran Absalom ini menginginkan tahta ayahnya dan beberapa panglima Raja Daud— salah satunya bernama Yoab, yakni perwira perkasa Raja Daud— pergi berperang melawan Absalom.
Singkat cerita, mereka berhasil menangkap dan mengalahkan Absalom, anak Raja Daud. Bayangkan seorang anak yang ingin membunuh ayahnya karena dia menginginkan kekuasaan, menginginkan tahta Raja Daud.
Pada waktu Absalom mati di tangan perwira Raja Daud—di tangan panglimanya Yoab dan semua tentaranya— Raja Daud mendengar kabar bahwa anaknya Absalom, sudah mati. Firman Tuhan menceritakan bahwa Daud meraung-raung ketika menangis.
Yah, karena memang ini anaknya, Daud berkata begini, “Andaikan aku saja yang mati! Seharusnya bukan Absalom yang mati!”Waktu Panglima Yoab, yaitu jenderalnya yang baru berperang melawan Absalom mendengar bahwa Daud malah meraung-raung menangisi Absalom, ini yang terjadi.
Supporting Verse – Yoab pergi menghadap raja dan berkata, “Pada hari ini Baginda memalukan anak buah Baginda, padahal— perhatikan— padahal merekalah yang telah menyelamatkan nyawa Baginda, nyawa putra-putri Baginda, istri dan selir Baginda. Perhatikan. Baginda mengasihi orang-orang yang membenci Baginda, tetapi Baginda membenci orang-orang yang mengasihi Baginda! Mengasihi mereka yang membencimu, dan membenci mereka yang mengasihimu. Dengan jelas Baginda memperlihatkan bahwa para perwira dan para prajurit Baginda sama sekali tidak berarti bagi Baginda. Malahan nampaknya Baginda akan sangat senang seandainya pada hari ini Absalom masih hidup dan kami semua mati! 2 Samuel 19:5-6 (BIS)
Pertanyaan saya kepada kita semua, juga kepada diri saya, “Apakah masih ada hal yang seharusnya kubenci tapi malah kucintai? Apakah kita malah sebaliknya, mencintai hal-hal yang ingin menghancurkan hidup kita? Berapa banyak dari kita yang tahu bahwa dosa akan menghancurkan hidup kita?
Berapa banyak dari Saudara yang tahu? Tidak semuanya? Oke, tidak mengapa. Pertanyaannya, kenapa kita tidak bisa melepaskannya? Seperti Yoab berkata kepada Raja Daud, ”Kenapa kamu membenci mereka yang seharusnya kamu cintai, mereka yang mencintaimu, Engkau malah sebaliknya, mencintai dia yang ingin menghancurkanmu?”
Inilah pertanyaan bagi kita semua: apakah Saudara mencintai hal-hal yang seharusnya Saudara benci dan membenci hal hal yang seharusnya Saudara cintai?
Sebelum saya bisa mendekat dan mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan, saya harus meninggalkan semua hal yang Tuhan tidak suka. Sering kali, kita tidak mau melakukan itu. Kita tidak akan bisa mencintai kedekatan kita dengan Tuhan, tidak akan bisa merenungi firman Tuhan, tidak akan bisa menikmati berkomunitas dalam sebuah gereja dan lingkungan yang takut akan Tuhan, kalau kita belum membenci semua dosa dan tabiat yang kita tahu akan menhancurkan kita.
Saya tulis di sini, “Bagaimana kita bisa bilang bahwa kita mencintai Yesus, kalau kita mencintai hal-hal yang Yesus benci?”
Kalau saya mencintai seseorang, mencintai istri saya, saya tidak akan lakukan hal-hal yang istri saya bilang dia tidak suka. Sederhana memang, tetapi inilah kebenarannya.Kalau istri kita bilang, “Tolong jangan lakukan itu!” kita akan bilang, “Aku tak akan melakukannya!” karena kita menyayangi dia.
Lalu kenapa dalam hubungan kita dengan Tuhan sampai hari ini, kita terus mencintai semua yang seharusnya kita benci dan juga membenci kita, dan kita malah membenci semua yang mencintai kita? Dua hal, Dua hal yang harus kita terus condongkan. Kita harus terus, bertekad, berjuang, dengan aktif dan sengaja mengarahkan hati kita.
Yang pertama adalah mencondongkan hati dalam keyakinan kita.
Mencondongkan hati dalam keyakinan kita. Kenapa saya katakan demikian? Rasul Paulus adalah salah satu tokoh dalam Alkitab yang sangat saya kagumi. Dia selalu memakai kata ‘yakin‘ dalam tulisannya.
Supporting Verse – Akan hal ini aku— semuanya baca bersama, satu, dua, tiga— Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. Filipi 1:6 (TB)
Rasul Paulus sering berkata, ”Aku sepenuhnya yakin.” Kenapa kita harus mencondongkan hati di dalam keyakinan kita? Karena saya menemukan selama 30 tahun berjalan bersama Tuhan: bahwa ada banyak orang yang sekadar tahu tetapi mereka tidak percaya. Ada banyak orang yang percaya tetapi mereka tidak yakin. Ada begitu banyak orang-orang Kristen yang pada saat mengalami masalah hidup, mereka menyalahkan Tuhan, atau mempertanyakan dan meragukan Tuhan.
Orang yang tahu belum tentu percaya. Orang yang percaya belum tentu yakin. Kedewasaan rohani kita akan terlihat dari keyakinan kita akan apa yang Tuhan katakan. Itu sebabnya Rasul Paulus katakan, “Aku yakin!Akan hal ini aku yakin sepenuhnya.”
Perhatikan. Kalau Saudara lihat dalam kitab Kejadian,waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, iblis tidak mencobai dan menggoda mereka, dengan dosa seperti membunuh. Iblis tidak mencobai Adam dan Hawa untuk membunuh. Iblis tidak mencobai Adam dan Hawa untuk mencuri atau berbohong.
Namun, kalau Saudara baca dalam kitab Kejadian, Iblis mencobai Adam dan Hawa dengan mempertanyakan dan membuat ragu tentang apa yang Tuhan katakan. Bukankah itu yang Iblis lakukan?
“Adam, Hawa, memangnya benar kalau kamu makan buah ini, nanti Tuhan akan….?”
Ini selalu menjadi taktik dan strategi Iblis dalam kehidupan kita. Saudara mungkin bilang, “Ah, aku enggak berdosa kok. Aku enggak membunuh atau mencuri!” Ya, tetapi Saudara meragukan Tuhan!
Selama pandemi ada banyak orang yang berkata begini, “Kenapa Tuhan begini? Katanya Tuhan baik?” Saudara pasti pernah tidak yakin akan kasih Tuhan. Tuhan sudah membuktikan kasih-Nya bagi Saudara. Dia mengerjakan bagian-Nya. Dia sudah membuktikanya. Dia bahkan sudah turun ke dunia, mati bagi Saudara.
Bahkan pada saat kita masih berdosa, Dia sudah membuktikan cinta-Nya bagi kita. Masalahnya, justru kita tidak kunjung yakin. Itu sebabnya, kita selalu jatuh dalam dosa. Itu sebabnya kita tidak mau berjuang dan bertekad, untuk mencondongkan hati kita kepada Tuhan dengan penuh keyakinan.
Supporting Verse – Sebab aku yakin bahwa tidak ada musuh yang dapat pisahkan kita dari kasih Allah— baik musuh itu mematikan kita, atau membuat kesusahan waktu kita masih hidup. Saudara lihat? Dan malaikat-malaikat Tuhan maupun semua roh-roh jahat tidak mampu mencegah Allah supaya Ia berhenti mengasihi kita. Kita tidak perlu takut lagi terhadap ancaman dalam waktu sekarang, maupun yang akan datang, atau semua kuasa Iblis. Karena biarpun kuasa berada setinggi langit atau di bawah bumi, tidak ada— semuanya katakan ‘tidak ada’— kuasa dalam semua penciptaan Allah yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang kita temukan dalam Tuhan kita Kristus Yesus. Roma 8:38-39 (AMD)
Kedekatan saya dengan orang-orang di sekeliling saya, kedekatan saya dengan Tuhan, didasari pada rasa aman dan yakin bahwa memang mereka menyayangi saya. Betul?
Keluarga saya sangat yakin akan cinta saya kepada mereka. Anak-anak saya, sejak mereka kecil dan mulai mengerti kata-kata, saya katakan kepada mereka, “Kamu tahu kan, Daddy sayang kamu.” Saya juga tanya, “Kamu tahu Daddy sayang kamu?” Sekarang mereka sudah besar dan bilang, “Iya, iya Dad. Tahu kok! Aku tahu.”
Namun, lebih baik mereka “terlalu yakin” bahwa saya mencintai mereka, daripada mereka bimbang dan bertanya, “Daddy sayang tidak ya, sama aku?”
Keyakinan itu; bahwa Daddy mereka sangat menyayangi mereka yang membuat mereka bisa dekat dengan saya. Mereka tahu bahwa saya mencintai dan bangga akan mereka. Sekarang, itulah yang saya rasakan bersama Tuhan. Itulah yang saya yakini bersama Tuhan.
Itu sebabnya, sampai hari ini kalau orang bertanya, “Pastor, Tuhan belum sembuhkan penyakit Pastor?” ”Belum.” Kenapa Pastor tidak kecewa ya?” “Karena saya sangat yakin bahwa Tuhan mengasihi saya.”
Sangat yakin. Tak ada yang dapat memisahkan. Tidak kematian, penyakit, maupun kesusahan. Tak ada yang dapat memisahkan saya dari kasih Allah.
Dia sudah membuktikannya kepada saya. Tugas saya adalah untuk yakin. Saya yakin sepenuhnya. Itu sebabnya saya tulis dalam lagu “Jujur”:
♪ ‘Ku kan berserah ♪♪ ‘Ku tau aku tak sendiri ♪ ♪ ‘Ku yakin Kau mengasihiku ♪♪ Bahkan di dalam api pun ♪ ♪ ‘Ku kan menyembah-Mu ♪
Yakin! Aku yakin! Di tengah badai kehidupan apa pun, yakinlah, Dia mengasihi engkau, John. Dia mengasih engkau, Martha. Dia mengasihi engkau Tinny.
Dia mengasihi engkau, tanpa terkecuali. Pada saat Saudara meragukannya, maka Iblis bisa masuk ke dalam hidupmu. “Sebab aku yakin!” kata Rasul Paulus.
Yang kedua, mencondongkan hati dalam pengenalan.
Mencondongkan hati untuk mengenal Yesus. Mengenal Dia. ‘Mengenal’ itu artinya mengerti isi hati-Nya. Kalau kita kenal seseorang, kita tahu apa yang dia pikirkan, betul?
Pada saat orang bilang, “Eh, tahu tidak, si Randolph orangnya seperti itu?” “Tidak! Aku kenal Randolph. Dia tak mungkin seperti itu!”
Jadi, condongkan hati untuk mengenal Allah dan isi hati-Nya, untuk terus mengenal Yesus meskipun sepertinya situasi di sekitar kita tak bisa dimengerti.
Di kebaktian yang pertama tadi sesudah kebaktian selesai, ada seorang anak berumur 16 tahun mendatangi saya dan saya kenal ayahnya. Beberapa hari yang lalu ayahnya baru saja meninggal dunia karena kecelakaan.
Dia berumur 16 tahun, seumur anak perempuan saya, Chelsea. Dia bilang, “Pastor, boleh doakan saya?” Saya mengucapkan pertanyaan yang konyol, “Apa kabar?” Dia baru saja kehilangan ayahnya malah saya tanya, “Apa kabar?” dan dia bilang, “Sangat berat, Pastor. Saya tidak mengerti. Bolehkah berdoa untuk saya?”
Waktu saya berdoa dia mulai menangis dan dia… “Doa saya adalah bahwa kamu tahu…kamu tahu, kamu yakin, seperti doa Rasul Paulus, Aku berdoa agar kamu dan semua umat Allah akan menerima kuasa untuk kebesaran kasih Kristus,’” itulah doa saya untuknya.
“Saya berdoa agar engkau tahu bahwa Dia mencintai kamu. Saya berdoa agar engkau tidak pernah lupa, di tengah-tengah ketidak pengertian, dalam situasi dan musim yang berat ini, engkau tahu, betapa Tuhan sangat mengasihi-Mu.”
Rasul Paulus berkata, “Aku berdoa agar kamu dan semua umat Allah akan menerima..”—apa? Baca sama-sama dengan saya,akan menerima apa?—”…kuasa.”
Artinya mengenal Tuhan tidak bisa dengan kekuatan kita sendiri. Ada kuasa yang kita harus minta. “Akan menerima kuasa untuk mengerti kebesaran kasih Kristus. Aku berdoa agar kamu dapat mengerti betapa lebar, betapa panjang, betapa tinggi, dan betapa dalamnya kasih itu.”
Kasih Kristus lebih besar daripada pengertian manusia, amin?Kedalaman kasih Kristus lebih besar daripada pengertian manusia. “Aku berdoa,” Rasul Paulus katakan, ”Supaya kamu dapat mengetahui, dapat mengenal kasih itu, sehingga kamu dipenuhi dengan segala sesuatu yang mau diberikan-Nya kepadamu.
Kuasa-Nya yang bekerja,” — balik lagi pernyataan itu,—“Dengan kuasa-Nya yang bekerja..” Saudara tahu berapa banyak dari kita yang gagal setelah berkata, “Oh, tahun ini aku mau lebih dekat dengan Tuhan.” “Oh, aku mau baca firman lebih rajin.”
Kenapa kita sering gagal? Karena kita memakai kuasa diri sendiri dan bukan kuasa dari Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “Dengan kuasa-Nya yang bekerja di dalam kita, Dia dapat melakukan lebih banyak daripada yang kita minta atau yang kita pikirkan.”
Kita pasti senang, ”Wah, Tuhan akan melakukan lebih dari yang aku minta. Lebih dari yang aku pikirkan!” Bukan itu intinya!
Pertanyaannya adalah sudahkah Saudara yakin? Apakah Saudara yakin, di tengah pencobaan dan kesulitan di dalam hidup, seperti Raphael, anak yang berumur 16 tahun tadi, “Yakin, Tuhan sayang kamu? Kamu yakin tidak?”
”Yakin, Pastor. Yakin. Pasti.” ”Oke, bagus!” Jangan lepaskan itu!Baik saat Saudara putus dengan pacar, kehilangan pekerjaan, bingung mau bayar utang, atau rekening kosong, dan lain sebagainya, apakah Saudara berkata, ”Kok Tuhan kayak gini sih?” Saudara tak yakin, Tuhan mencintai Saudara.
Saudara tidak yakin bahwa Dia, yang memulai dalam hidup Saudara, akan menyelesaikannya sampai pada akhirnya. Itulah yang saya pegang erat, dalam hidup ini. Apapun yang terjadi, saya tahu Dia mengasihi saya.
Apakah Saudara gigih untuk mengenal Tuhan dan pribadi-Nya?Banyak orang yang berkata, ”Oh, Pastor! Aku tidak bisa mendengar suara Tuhan!” Saya tulisnya di catatan saya begini,” Kalau Saudara tidak bisa mendegar Tuhan, maka bacalah Tuhan.”
Jangan bilang, “Oh, aku tak bisa mendengar suara Tuhan,” kalau untuk membuka Alkitab saja, Saudara tidak mau. Apakah ini oke, JPCC? Saya terlalu barbar kepada Saudara?
Inilah kebenaran firman Tuhan. Bagaimana kita membangun pengenalan akan Tuhan? Dua hal.
Sederhana saja. Kedekatan dibangun dengan sengaja.
Pastor Jose Carol mengatakan beberapa minggu yang lalu, kedekatan dibangun dengan kesengajaan; secara intensional. Kesengajaan itu adalah masalah prioritas, Bapak dan Ibu sekalian, karena kalau benar-benar mengasihi seseorang, kita akan mencari jalan, berjuang dengan gigih untuk bisa mengenal dia, betul?
Makanya dulu waktu pendekatan saat pacaran kalian semua perjuangannya hebat. Saya selalu bilang, sehabis menikah jangan berhenti berjuang! Ini kutipan yang sering saya baca,
“If it is important to you, you will find a way. If it is not, you will find an excuse.”
Jika itu penting bagi Saudara, Saudara akan mencari jalan. Apa pun yang terjadi, Saudara akan mencari jalan. Jika tidak penting, Saudara akan mencari alasan demi alasan.
Pertanyaan saya, seberapa pentingkah Tuhan Yesus dalam hidup Saudara? Kalau Tuhan Yesus memang benar-benar prioritas, Saudara akan mencari segala cara untuk terus menerus mengejar hadir-Nya,terus-menerus mengenal Dia.
Inilah tema dari semua lagu yang saya tulis selama 25 tahun terakhir: untuk mengejar hadirat Tuhan, untuk mengenal Dia, lebih dari semua yang saya kenal.
Yang kedua, kedekatan dibangun dengan mengulurkan tangan.
Mengulurkan tangan dan hati kita. Kita sering berpikir bahwa, “Oh, kalau mau dekat harus ada orang lain yang terlebih dahulu mendekati kita.”
Saya menyadari, di dalam hidup saya, saya tidak mungkin bisa bertahan sampai hari ini kalau saya tidak pernah mau mengeluarkan tangan meminta pertolongan.
Itu sebabnya tadi waktu kita bernyanyi: “Engkau yang bertindak memberi pertolongan” Memang Tuhan yang bertindak, tetapi Saudara yang harus meminta pertolongan. Itulah arti kata ‘incline‘ dalam bahasa aslinya [Ibrani] yaitu untuk mengulurkan tangan.
Makna dari, “Aku mencondongkan hatiku” adalah “Aku mengulurkan tangan kepada Allah.” “Aku mengulurkan tangan kepada komunitas gereja.”
Saudara harus sadar, Saudara tidak sendirian di tempat ini. Saudara mungkin datang sendirian ke kebaktian hari ini. Saudara yang sedang menyaksikan ibadah daring saat ini, walau mungkin sedang sendirian di rumah di apartemen, di manapun Saudara berada; tapi sebenarnya Saudara tak sendirian!
Itu kenapa kita semua ada di sini. Supaya apa? Supaya saat Saudara berkata, ”Tolong, tolong!” kami ada, Tuhan ada, bersama Saudara. Kalau Saudara mau mengenal, ulurkanlah tangan Saudara.
Firman Tuhan mengatakan: “Mendekatlah kepada Allah, dan Dia akan mendekat kepadamu.” Namun, hal yang kita lakukan adalah membersihkan tangan kita, bertobat. Kalau kita masih mendua hati, firman Tuhan tadi katakan, pilih satu. Mulailah hidup dengan nilai hidup dan prinsip kerajaan Tuhan.
Tutup Alkitab Saudara, waktu saya habis. Sudah melewati waktu, bahkan. Saya rasa, ini adalah pesan penting untuk awal tahun ini. Ini adalah sebuah firman yang penting bagi kita. Tahun ini kami berdoa bahwa kita sebagai satu gereja dan juga Saudara secara pribadi, bisa bertumbuh lebih mendekat kepada Tuhan.
P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes