JPCC Online Service (12 February 2023)
Bulan ini kita akan mempelajari tentang hubungan (relationship); semuanya katakan ‘relationship’. Nah, saya beri judul khotbah hari ini: ”Quality Relationships” (Hubungan yang Berkualitas).
Kita akan membahas dan belajar tentang hubungan yang berkualitas. Pada bulan Januari lalu kita belajar tentang mendekatkan diri kepada Tuhan. Sudah banyak sekali pelajaran berharga tentang dampak bagi kehidupan kita saat kita mendekat kepada Tuhan.
Saya sendiri sempat bilang bahwa kedekatan harus dibangun dengan intensi. Hanya karena kita rajin ke gereja bahkan rajin melayani, tidak secara langsung membuat kita menjadi dekat dengan Tuhan.
Mungkin membuat kita menjadi agamawi, tapi kedekatan dengan Tuhan harus dibangun dengan pengenalan yang mendalam tentang pribadi Tuhan dan firman Tuhan. Ada amin?
Melakukan firman Tuhan akan membuat kita merasa dekat dengan Tuhan dan mengijinkan Tuhan membuktikan kebenaran-Nya di dalam hidup kita. Hari ini dan sepanjang bulan Februari kita akan belajar tentang hubungan.
Saya akan mulai dengan mengutip sebuah pernyataan yang saya tak tahu apakah Saudara pernah mendengar pernyataan ini.
Pernyataannya adalah: kualitas hubungan relasi kita dengan seseorang atau kualitas hubungan relasi seseorang dengan sesamanya akan menentukan kualitas kehidupannya.
Kualitas dari hubungan yang kita punya akan menentukan kualitas kehidupan kita. Saya akan tulis di papan tulis yang sudah lama tidak saya pakai: Kualitas dari hubungan yang kita punya (quality of relationship) akan menentukan kualitas kehidupan kita (quality of life).
Apabila Saudara menginginkan kehidupan yang berkualitas, mau tidak mau, Saudara perlu mempertimbangkan, menyimak,dan memperhatikan hubungan yang Saudara miliki.
Fakta ini ditunjang bukan hanya oleh kebenaran firman Tuhan melainkan juga dibuktikan secara ilmiah, yang sebentar lagi saya akan paparkan kepada Saudara; fakta ilmiah berdasarkan penelitian.
Kualitas kehidupan seseorang ditentukan oleh kualitas hubungan yang dia miliki. Bukti daripada penelitian juga menunjukkan bahwa kebahagiaan, kesehatan jasmani, bahkan kesehatan otak dan memori seseorang, sangat ditentukan oleh hubungan yang dia miliki sepanjang hidupnya. Penelitian sudah membuktikan hal ini. Sebelum kita masuk ke dalam penelitian mari kita mulai dengan firman Tuhan.
Apa yang firman tuhan Katakan tentang hubungan yang kita miliki. Kejadian 2:18 (TB) memberitahukan kepada kita tentang pentingnya menjalin hubungan.
Opening Verse – TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Kejadian 2:18 (TB)
Ayat ini bukan bertujuan untuk mengingatkan supaya kita menikah atau tidak hidup melajang—semua yang masih lajang katakan ‘puji Tuhan’— melainkan untuk menyadarkan kita bahwa kita tak diciptakan untuk hidup sendirian.
Saudara tidak dirancang untuk hidup terisolasi atau sendirian. Saudara dirancang, diciptakan, untuk hidup berdampingan dengan orang lain. Kita semua saling membutuhkan.
Saudara, ayat barusan sering kali dikutip untuk mendesak orang agar menikah; misalnya orang tua yang anaknya sudah dewasa tapi belum punya pacar, “Ingat loh, Tuhan bilang tidak baik manusia sendiri saja.”
Ayat ini bukan demikian tujuannya, kenapa? Karena kesendirian bisa dirasakan bahkan di dalam pernikahan sekalipun, bukan?
Menikah tidak membuat orang tidak kesepian— semua yang sudah menikah dan masih kesepian katakan, ‘ampun’. Siapa pun bisa menikah tapi merasa kesepian di dalam pernikahannya.
Kesepian juga bisa dirasakan ketika berada di tengah kumpulan orang banyak; Saudara bisa merasa sendiri, kesepian, bahkan di tengah kerumunan orang. Seperti saya pernah ceritakan bahwa Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat bunuh diri paling tinggi, karena walaupun negara dan kotanya ramai, tapi orang-orang yang hidup di tengah keramaian, merasakan kesendirian. Kenapa?
Karena tak punya hubungan berkualitas dengan dengan orang-orang di sekitarnya. Belum lagi budaya Jepang yang tidak memudahkan orang untuk membangun atau menjalin kedekatan satu dengan yang lain.
Saya pernah katakan bahwa dalam tata bahasa Jepang kalau masih dalam tahap perkenalan, cara berbicara masih sangat formal. Perlu pendekatan yang berlapis-lapis kalau kita mau membuka diri, sampai kita bisa memberi pertanyaan yang sangat pribadi misalnya apa pekerjaannya, sudah menikah atau belum, dan sebagainya.
Perlu tahap berkenalan yang panjang dengan seseorang, sebelum dia mau membuka diri dan mengizinkan kita bertanya, termasuk tentang kepercayaan atau agama dia. Itulah budaya di negara Jepang.
Berbeda dengan kita, orang Indonesia. Kita kalau sudah berkenalan 30 detik, bukan hanya namanya, kita bisa tahu daerah asalnya, anak keberapa, sudah menikah atau belum, bercerai atau tidak, menabung di mana, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, orang Indonesia punya keuntungan yaitu kita sebenarnya punya kesempatan untuk dengan lebih mudah mencurahkan isi hati, dibandingkan budaya negara lain. Manusia memang tidak diciptakan untuk hidup sendirian; itu adalah kebenaran menurut firman Tuhan.
Sementara itu, penelitian yang ingin saya kutip dan tunjukkan kepada Saudara adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harvard Medical School. Harvard Medical School sudah cukup lama melakukan penelitian ini——sudah berlangsung 80 tahun lebih, dimulai sebelum tahun 1940—Saya masih ingat saat pertama kali mengutip penelitian ini pada tahun 2016.
Saya pernah menyampaikan firman Tuhan dan mengutip hasil penelitian ini. Penelitian yang dilakukan tepatnya oleh Harvard Study of Adult Development, di mana profesor yang melanjutkan atau memimpin sekarang adalah profesor keempat yang memimpin karena programnya sudah lebih dari 80 tahun.
Sudah berganti sampai direktur keempat untuk melanjutkan penelitian di Harvard Medical School ini. Dia bernama Profesor Robert Waldinger, kalau Saudara mau cari di YouTube. Saudara akan menemukan presentasi oleh Profesor Robert Waldinger, di mana mereka melakukan penelitian atas 724 orang sebelum tahun 1940.
Pada waktu itu mereka semua berusia 19-an, masih remaja. Separuh dari 724 orang itu adalah mahasiswa Harvard, orang-orang yang punya kesempatan untuk berpendidikan lebih tinggi.
Sementara separuh lainnya adalah kelompok masyarakat yang “kurang beruntung”, yang lebih tertinggal secara keuangan dan aspek lainnya, karena berasal dari area yang paling miskin di kota Boston.
Kehidupan ke-724 orang itu diselidiki untuk membuktikan bahwa hubungan-hubungan yang dimiliki seseorang mempengaruhi hidupnya, mempengaruhi panjang umurnya, mempengaruhi kesehatannya, bahkan mempengaruhi daya ingatnya. Semuanya perlu diselidiki, tidak bisa cuma diasumsi.
Ini adalah suatu penelitian yang bisa dibilang punya umur yang terpanjang di dunia, karena penelitiannya masih berlangsung walau sudah lewat lebih dari 80 tahun. Dari 724 orang yang di awal, masih ada 60-an orang yang masih hidup dan berusia 90-an tahun.
Dari 724 orang itu sudah ada 2.000 orang lebih keturunan mereka. Dari 724 orang yang ikut diteliti, ada yang dari posisi kehidupan yang sangat tinggi kemudian merosot sampai hancur hidupnya. Demikian juga sebaliknya, ada yang tadinya datang dari latar belakang keluarga yang sangat miskin, tapi kemudian hidupnya meningkat.
Mereka berkesimpulan bahwa kualitas hubungan yang mereka miliki, menentukan kualitas kehidupan mereka. Baik itu umurnya, kesehatannya, maupun daya ingatnya.
Jadi kesimpulan penelitian mereka yang saya akan kutip sekali lagi: “Hubungan yang sehat membuat kita tetap sehat dan bahagia.”
Itulah cuplikan kesimpulan mereka setelah meneliti selama lebih daripada 80 tahun, dengan mengikuti semua orang yang menjadi responden. Ada banyak pria dari 724 orang itu yang istri-istri mereka bahkan anak-anak mereka, ikut menjadi objek penelitian.
Setiap selang beberapa lama, darah mereka diambil menjadi sumber data, otak mereka dipindai dengan MRI, supaya memberi data yang sah untuk bisa mendukung kesimpulan penelitian mereka.
Sekali lagi, penelitian ini menyatakan bahwa orang-orang yang punya hubungan yang sehat, umurnya lebih panjang, tubuhnya lebih sehat, dan daya ingatnya lebih bagus. Jadi kalau mau punya daya ingat yang baik, pastikan Saudara punya hubungan yang sehat. Ada amin?
Saya tidak tahu apakah Saudara pernah dengar seseorang berkata bahwa hubungan atau relasi itu punya nyawa; merupakan sesuatu yang hidup.
Artinya, kalau sesuatu hidup walau kondisinya tidak sehat, Saudara bisa rawat sampai kemudian pulih dan sembuh kembali, amin?
Jadi hubungan adalah sesuatu yang Saudara perlu rawat dan jaga supaya tidak mati, dan supaya berada dalam kondisi yang sehat. Kita perlu mengerti prinsip-prinsip yang harus kita aplikasikan supaya kita punya hubungan yang sehat atau berkualitas sehingga kita pun bisa punya kehidupan yang berkualitas untuk kita nikmati.
Setelah tadi ada kebenaran menurut firman Tuhan tentang hubungan, saya ingin lebih jauh lagi mengajak Saudara dengan membuka Mazmur 1:1-2 (TB) yang juga berbicara tentang hubungan dan kehidupan yang berkualitas.
Supporting Verse – Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Mazmur 1:1-2 (TB)
Mazmur berkata bahwa berbahagia— atau bahasa Inggrisnya “blessed”, seseorang diberkati atau tidak— sangat ditentukan oleh jalan orang itu, di mana orang itu berdiri maupun duduk, dengan siapa orang itu duduk; atau dengan individu seperti apa dia membangun hubungan, Dengan siapa orang itu berjalan maupun berdiri, dengan siapa orang itu duduk; atau dengan individu seperti apa dia membangun hubungan, akan pula menentukan kualitas kehidupan yang dia bangun, ada amin?
Kebahagiaan hadir— kitab Mazmur berkata—pada saat kita tidak berjalan dengan orang fasik, tidak berdiri dengan orang berdosa, dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi mendekatkan diri kepada Firman Tuhan— Firman yang adalah seorang Pribadi.
Pada saat kita mendekatkan diri kepada Tuhan dan merenungkan firman-Nya siang dan malam, maka hidup kita akan berbahagia (akan diberkati).
Sebelum kita membahas lebih jauh, pertanyaannya adalah bagaimana caranya membangun hubungan yang berkualitas?
Pertama-tama kita perlu menyamakan definisi ‘kehidupan yang berkualitas’.
Karena setiap kita punya definisi yang berbeda tentang hidup yang berkualitas. Saudara masih mengikuti? Semua bergantung kepada acuan Saudara dalam mendefinisikan “hidup yang berkualitas”.
Ada buku lain yang juga menggambarkan— saya akan sebutkan judulnya sebentar lagi—dan menjelaskan bahwa ada orang yang kualitas kehidupannya mengacu kepada hal-hal yang sifatnya ekstrinsik— di sini saya tulis dalam bahasa Inggris.
Ekstrinsik artinya segala sesuatu yang datang dari luar [diri seseorang] yang dianggap sebagai keberhasilan atau kualitas, misalnya kekayaan, ketenaran atau keterkenalan— semua ini nilai-nilai yang dianggap kualitas.
Kalau seseorang punya materi atau ketenaran yang luar biasa maupun punya citra diri atau status; ini semua sifatnya datang dari luar.
“Kalau saya punya ini maka saya akan bahagia saya bisa hidupnya berkualitas.”
Selain ekstrinsik, ada yang sifatnya intrinsik, Artinya seseorang yang memberikan definisi kualitas kehidupan dari dalam. Misalnya apa?
Dianggap relasi, hubungan yang dia miliki nilai adalah nilai yang lebih berharga. Saudara bisa mengerti perbedaannya? Atau nilai-nilai kehidupan, values dalam kehidupan, atau impact pengaruh yang seseorang berikan dalam kehidupannya atau komunitas yang seseorang miliki.
Sifatnya intrinsik dari dalam. Kalau Saudara sudah tahu definisi ‘bernilai’ atau ‘berkualitas’ bagi Saudara, tentu akan lebih mudah menentukan dengan siapa Saudara mau membangun hubungan, bukan?
Kalau Saudara menganggap arti dari berhasil, sukses, bahagia itu adalah kaya, tenar, punya status, maka Saudara akan cenderung mencari orang yang punya semua itu, untuk Saudara dekati.
Namun, kalau Saudara berkata, “Saya menghargai nilai-nilai yang datangnya dari dalam diri. Orang-orang yang jujur, yang punya nama baik, yang punya integritas, yang tulus, punya pernikahan yang sehat, punya kehidupan yang berdampak baik. Saya ingin membangun ini semua!”
Maka Saudara tentu akan memilih orang-orang yang punya nilai yang sama. Saya ingin tambahkan, saya tak berkata bahwa semua ini tidak penting, tapi ini semua adalah pengakuan yang sifatnya ekstrinsik, datang dari luar.
Namun, kalau kita cari dahulu kebenaran, maka semuanya bisa ditambahkan kepadamu. Kalau nilai-nilai kita dari dalam, maka tak masalah kalau kita dipercayakan kekayaan, karena yang akan kita cari dalam membangun relasi bukan cuma orang yang kaya. Kenapa?
Tadi kita membahas bagaimana kita membangun hubungan dengan orang-orang yang punya nilai yang luar biasa, bukan karena punya mobil dan rumah yang luar biasa. Makes sense to you?
Pada waktu Saudara punya nilai yang kuat, Saudara akan mengerti bahwa bukan hanya Saudara yang berusaha mendekati atau membangun hubungan dengan orang lain, sebab Saudara akan menyadari banyak orang yang justru ingin mendekati Saudara.
Sehingga Saudara bisa menyelidiki apakah orang itu banyak mendekati saudara karena saudara dipercayakan Tuhan kekayaan, materi, dan posisi kah?
Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka segala sesuatu juga akan ditambahkan kepadamu. Are you getting a good framework?
Nah, masalahnya adalah selama ini dunia menganggap kelimpahan materi akan menjamin kualitas hidup yang baik. Dunia menganggap ini cukup!
Kalau Saudara punya kekayaan materi, punya follower yang luar biasa, punya status yang luar biasa, then you have a quality-of-life. Masalahnya adalah firman Tuhan tidak mendukung itu, riset tidak mendukung iutu. Karena riset sudah menunjukkan bahwa bukan itu yang menjadi penopangnya.
Buku yang mendukung pernyataan saya judulnya adalah “The High Price of Materialism” (“Dampak Buruk Materiaslisme”) karya seorang penulis bernama Tim Kasser.
Tim Kasser meneliti kedua nilai ini. Sebagai dampaknya, materialisme menggerogoti hubungan seseorang yang menyebabkan banyak orang hidup di dalam depresi. Karena kalau seseorang memberikan definisi kualitas hidupnya berdasarkan apa yang ada di luar— ya status, kekayaan, ketenaran—maka tidak heran kalau banyak di antara kita jatuh dalam ketidakpastian dan depresi.
Ada banyak sekali manusia yang mengalami ketidakbahagiaan karena risiko untuk kita tidak bahagia itu lebih besar karena tergantung dari luar.
Tapi sebaliknya, kalau Saudara menaruh nilai intrinsik dalam kehidupan saudara, risiko saudara untuk sudah mengalami anxiety, depresi, kecemasan, minority complex, rasa tidak layak, tidak mampu, risiko Saudara menjadi lebih kecil.
Dan UCLA itu sudah membuktikan 74,6% responden yang mereka interview, mengatakan bahwa zaman generasi sekarang memilih atau mendahulukan semua faktor dari luar untuk dikejar. Tidak heran kalau dunia sedang mengalami anxiety, depresi, apalagi mengetahui tahun 2023 akan mengalami krisis secara global.
Tapi kalau Saudara mendekatkan diri kepada Tuhan, Saudara tidak perlu depresi karena kualitas hidup Saudara tidak berasal dan tidak bergantung kepada itu semua. Amin?
Pertanyaannya, bagaimana kita bisa membangun hubungan yang berkualitas?
Mari kita mulai pelajari empat hal yang Saudara bisa lakukan untuk membangun relasi atau hubungan yang sehat dan berkualitas.
Supporting Verse – Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,— hidup bersama, bukan hidup sendiri. Inilah acuannya kalau Saudara mau hidup bersama: menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus Filipi 2:5 (TB)
Memang membangun hubungan tak mudah, makanya banyak orang memilih hidup sendiri. Repot, memang. Oleh sebab itu Paulus katakan bahwa kalau mau hidup bersama, kita harus belajar untuk berpikir dan berperasaan seperti Kristus.
Menaruh pikiran dan perasaan seperti yang ada dalam Kristus Yesus. Pada waktu pikiran dan perasaan kita selaras dengan Kristus, maka kita menjadi dekat.
Jadi kalau Saudara mau dekat dengan Tuhan, ketahuilah pikiran dan perasaan-Nya.
Kalau suami dan istri mau dekat, harus menyelaraskan pikiran dan perasaan. Makanya, banyaklah bertukar pikiran dan berbagi perasaan. Kalau saat pacaran mau dekat, banyaklah bertukar pikiran dan berbagi perasaan. Bukan bertukar air liur (berciuman bibir). Berciuman bibir tidak akan membuat kita menjadi dekat. Mungkin dekat secara jasmani, tapi tidak secara emosional.
Sebaliknya, kalau tidak mau menjadi dekat dengan orang lain, jangan bagikan pikiran maupun perasaan Saudara. Saat ada orang, tanpa dia mengerti, kalau dia mau mendekat, Saudara mengerti bagaimana menjaga jarak, supaya Saudara tidak terbawa pemikiran dan perasaan orang tersebut. Itulah cara Saudara untuk menjaga diri.
Nah, oleh sebab itu Surat Paulus pada Filipi dia bilang kalau kita hidup bersama, kita perlu menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus yang katakan begini
Supporting Verse – yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Filipi 2:6 (TB)
Tuhan tidak eksklusif. Dia meninggalkan surga, dan tidak mempertahankan hak-Nya, status-Nya sebagai Raja, sebagai Allah.
Tapi dikatakan di ayat ketujuh.
Supporting Verse – melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.—Dia menurunkan diri-Nya menjadi setara dan sama dengan kita. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,[8] bahkan sampai mati di kayu salib. Filipi 2:7-8 (TB)
Oleh sebab itu, Paulus katakan kita mau belajar untuk hidup dengan orang lain, kita harus belajar dari cara Kristus melepaskan hak-Nya, melepaskan status-Nya, melepaskan privilege-Nya, untuk kemudian rela berkorban untuk menjadi sama dengan kita.
Nah, hubungan kualitas yang sehat, hubungan kualitas, atau hubungan yang berkualitas ini harus membutuhkan 2 pihak, enggak bisa bisa cuman satu pihak, karena dibutuhkan dua sisi untuk saling memberi di dalam hubungan yang ada.
Jadi dalam hidup kita bersama dan dalam membina hubungan yang harus yang kita ingin bina ini, kita harus rela untuk kemudian berkorban karena kasih tidak akan bisa kita buktikan tanpa pengorbanan.
Nah, hubungan yang berkualitas hanya akan di bisa dibangun oleh dua pihak yang rela untuk saling berkorban. Karena definisi daripada kasih adalah kerelaan kita untuk menguntungkan orang yang kita kasihi.
Kalau dalam hubungan kita tidak rela berkorban, kita hanya ingin mengambil, itu adalah lawan daripada kasih karena lawan daripada kasih adalah nafsu.
Nafsu adalah keinginan kita untuk menguntungkan diri sendiri, kalau perlu mengorbankan orang lain. Hubungan yang sehat adalah dua pihak yang rela saling mengasihi atau saling menguntungkan satu dengan yang lainnya, dengan kerelaan untuk mengorbankan diri sendiri.
Oleh sebab itu memang tidak jarang ditemukan kekecewaan terjadi. Disappointment, karena kita sudah terus memberi, tetapi kita merasa dimanfaatkan karena pihak yang lain hanya mengambil dari kehidupan kita.
Kekecewaan adalah penghalang terbesar untuk kita kemudian bisa berani untuk membangun hubungan dengan orang lain lagi. Jadi kasih harus menjadi pengikat yang menjadi dasar dari pada apa yang kita bangun, menjadi fondasi daripada hubungan yang berkualitas yang kita ingin bangun.
Oleh sebab itu, tidak mungkin kita bisa membangun hubungan yang berkualitas tanpa Kristus. Without Christ, we cannot love others like Christ. Kita enggak bisa, we cannot love others like Christ, without Christ. Karena Kristus Yesus katakan bahwa “Biarlah kau mengasihi sesama manusia seperti Aku mengasihi engkau. Tanpa Tuhan kita tidak bisa membangun hubungan yang berkualitas.
Tidak heran kalau di luar sana manusia saling memanfaatkan, karena tidak ada Kristus di dalamnya. Kita hanya dapat mengasihi orang lain seperti Kristus apabila Kristus ada di dalam kehidupan kita. Amin?
Nah, pertanyaannya, apa yang perlu kita tiru, kita teladani dari Kristus, kalau kita mau mengasihi seperti Kristus, dan membangun hubungan seperti Kristus.
Yang pertama, Saudara belajar untuk menerima, to accept.
Belajar untuk menerima orang lain seperti Kristus menerima kita. Saudara, salah satu hal yang Iblis ingin curi dalam kehidupan kita adalah pada waktu Iblis menuduh kita bahwa surga tidak mungkin menerima kita karena kesalahan dan dosa kita.
Pada waktu Adam dan Hawa berdosa, mereka bersembunyi karena mereka merasa malu dan merasa bersalah. Tuduhan datang yang ingin menjauhkan mereka daripada Tuhan, bisikan yang seringkali datang adalah, ”You know what, you don’t deserve it.. kamu tidak layak untuk diterima lagi menjadi anak Bapa.”
Itu yang dialami oleh anak yang hilang pada waktu dia berdosa. Dia berkata sama bapaknya,”Aku sudah tidak layak lagi dianggap sebagai anak Bapa. Jadikan aku orang upahan.”
Hal pertama yang Bapa di surga atau bapaknya tunjukkan pada anak tersebut adalah bahwa, No matter what, kamu diterima tanpa syarat, amin? Saudara, Roma 15:7 (TB) berkata seperti ini.
Supporting Verse – Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. Roma 15:7 (TB)
Kesendirian adalah kebohongan yang iblis ingin Anda percayai. Dia mau Saudara percaya bahwa enggak ada orang yang peduli, tidak ada orang yang mau menerima kamu, bahwa you’re on your own.
Padahal, nama Tuhan kita Imanuel; Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Nah, demikian juga Tuhan ini pakai kita, untuk menunjukkan pada orang lain bahwa mereka tidak sendiri.
Riset yang tadi saya jelaskan dilakukan Harvard, menunjukkan bahwa orang-orang yang berumur paling panjang, setelah otak, kesehatan, dan darah mereka diselidiki, ditemukan bahwa yang memberikan mereka rasa aman adalah kepastian bahwa ada orang-orang yang peduli terhadap mereka. Menarik sekali! Bukan karena jaminan kesehatan, fasilitas dari pemerintah, maupun tabungan.
Ternyata di dalam benak mereka, mereka tahu bahwa, “Aku punya hubungan yang dekat dengan orang-orang yang peduli kepadaku,” yang membuat hidup lebih tenang dan umur lebih panjang.
Ada banyak sekali orang tua yang karena ditinggalkan anaknya merasa tidak yakin bahwa anak-anak mereka peduli, sampai-sampai menggerogoti kesehatan mereka. Kalau Saudara masih punya orang tua dan tidak tinggal dengan mereka, pastikan mereka tahu bahwa Saudara peduli dan takkan pernah meninggalkan mereka.
Kalau Saudara sudah tergolong senior dan memasuki masa pensiun,pastikan Saudara punya teman-teman yang saling memberikan rasa aman. Waktu dulu anak saya masih kecil, saya ingat ada sepasang suami istri yang juga adalah teman di JPCC, datang kepada saya dan Hanna [istri saya] dan bilang begini: “Kalau suatu hari sesuatu terjadi kepada kami berdua, kami ingin kalian mengadopsi anak kami.
Saya bilang, “Kamu kan punya saudara kandung?” “Iya, tapi saya merasa lebih aman dan lebih tenang, kalau ada pasangan yang punya nilai-nilai yang sama, yang memelihara dan melihat masa depan anak-anak kami.”
Acceptance; when we know that there are people who are like us, yang peduli dan menerima kita apa adanya. Makes sense to you?
Yang kedua, Value. Menghargai orang lain seperti Yesus menghargai saya.
Selain kita perlu menerima orang lain seperti Kristus menerima kita, kita juga perlu menghargai orang lain sebagaimana Kristus menghargai kita.
Alkitab penuh dengan catatan tentang bagaimana Yesus menghargai orang-orang yang dibuang oleh dunia; perempuan Samaria, orang kusta. Orang-orang yang seharusnya dikucilkan, tidak boleh didekati apalagi disentuh, Yesus menyentuh mereka semua.
Dia sungguh menghargai orang-orang yang dikucilkan dan terbuang dari masyarakat. Seperti itu juga sebenarnya Tuhan telah menerima kita; Dia menerima kita bukan karena perbuatan kita melainkan karena Dia yang menciptakan kita.
Supporting Verse – Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Efesus 2:10 (TB)
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Dia menciptakan Saudara dan saya dengan rancangan dan intensi yang baik. Terlepas dari apapun yang sudah terjadi atau kita lakukan di dalam hidup, ketahuilah bahwa nilai Saudara tidak pernah turun hanya karena keasalahan dan kebodohan yang pernah kita buat.
Saudara pernah lihat ilustrasi saya mengambil uang 100 dolar? Saya bilang, “Ini uang asli!” Saya injak-injak uangnya, saya ludahi, saya remas-remas. Lalu ketika saya buka lagi, sudah berantakan. Saya tanya, “Ada yang mau?” Semua menjawab mau. Kenapa? Karena nilainya tidak turun walaupun kondisinya berbeda.
Tidak peduli apa yang terjadi atas kita dan kepada kita nilai kita tak pernah berubah karena kita diciptakan Tuhan dengan intensi yang baik. Kalau Saudara bisa melihat dunia dengan perspektif seperti itu, Saudara akan bisa menghargai dan mengasihi, membangun hubungan, tidak terpengaruh pada ini semua [hal-hal ekstrinsik]. Makanya saya pakai papan tulis supaya saya bisa tunjuk-tunjuk seperti ini.
Yang ketiga: mengampuni orang lain seperti Yesus mengampuni saya (Forgive).
Penelitian Harvard menunjukkan bahwa kesehatan bisa rusak karena konflik. Orang-orang yang waktu berumur 50-an punya hubungan yang bagus dan gampang memaafkan, waktu berumur 80, mereka tetap sehat.
Mereka yang waktu berumur 50-an menyimpan dendam dan sakit hati, waktu berumur 80, ingatan dan organ-organ tubuhnya menjadi rusak. Mau tetap sehat di hari tua? Jangan menyimpan sakit hati maupun dendam.
Melepaskan pengampunan akan menjadikan masa tua Saudara tetap sehat. Orang tertua di dunia saat ini— lahir tahun 1907, bernama Maria Branyas Morera— berkata: “The key to a long life is avoiding toxic people.”
Mau berumur panjang? Hindari orang-orang toxic, yang membuat Saudara “keracunan” sakit hati serta pikiran-pikiran yang tidak benar.
Supporting Verse – Buanglah semua sakit hati, dendam, dan kemarahan dari hidupmu. Jangan bertengkar dan saling menghina. Berhentilah melakukan segala macam kejahatan. Sebaliknya hendaklah kamu selalu baik hati, saling mengasihi, dan saling memaafkan, seperti Allah sudah mengampuni kita ketika kita percaya kepada Kristus. Efesus 4:31-32 (TSI)
Waktu Saudara melepaskan pengampunan, Saudara sedang membuat umur menjadi lebih panjang.
Supporting Verse – Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Bukan ditumpangi tangan supaya sembuh, melainkan “Saling mengaku dosa, saling mendoakan, supaya kamu sembuh.”Kemudian dikatakan: Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Yakobus 5:16 (TB)
Kita suka mengutip bagian “doa orang benar besar kuasanya”, tanpa menyadari bahwa “orang benar” di sini maksudnya bukan orang sempurna yang tak pernah berdosa. “Orang benar” adalah orang yang berdosa dan punya kelemahan, tapi berani mengaku dosa serta meminta maaf atau ampun.
Pada waktu dia mengaku dosa dan meminta maaf, dia mengalami kesembuhan. Pada saat hatinya dipulihkan, maka otoritas rohani datang ke dalam hidupnya, sehingga sewaktu dia berdoa, besar kuasanya.
Oleh sebab itu, waktu kita saling mendoakan dan saling meminta maaf, kesembuhan dan pemulihan datang, otoritas rohani pun datang ke dalam hidup kita.
Yang terakhir tapi tak kalah penting, Mempercayai orang lain seperti Yesus percaya kepada saya (Believe)
Saudara perlu belajar percaya kepada orang lain. Saya tak tahu berapa banyak dari Saudara yang pernah merasa dikhianati dan sulit untuk kembali bisa percaya kepada orang lain. Saudara perlu belajar untuk memberi kesempatan, untuk memercayai dan dipercayai oleh orang yang ada di sekitar Saudara; belajar memberi kesempatan kepada orang lain dan percaya kepada mereka.
Jangan izinkan kecewa, luka, yang terjadi dalam hidup Saudara, menghalangi Saudara untuk berani memercayai, mengampuni, menghargai, dan menerima orang lain, supaya Saudara pun bisa mempunyai hubungan yang berkualitas sehingga hidup yang Tuhan berikan bagi Saudara, tidak dicuri.
Saudara bisa menerima pesan ini dengan baik? Mari kita bangkit berdiri. Ayat terakhir yang saya akan kutip dan bacakan buat Saudara adalah Yohanes 10:10 (TB) yang berbunyi:
Closing Verse – Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Yesus bilang:— Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Yohanes 10:10 (TB)
Yesus ingin kita menerima hidup dalam kelimpahan tapi Iblis ingin mencuri kelimpahan itu dari kehidupan kita. Untuk itulah Iblis berusaha menghalangi Saudara untuk bisa menerima orang lain, bisa mengampuni orang lain, menghargai orang lain, percaya kepada orang lain.
Iblis ingin mencuri kelimpahan itu dari kehidupan Saudara dengan berusaha meyakinkan Saudara bahwa tak ada orang yang peduli kepada Saudara. Jangan izinkan Iblis mencuri kelimpahan itu dari kehidupan Saudara.
Jangan izinkan dia mencuri waktu Saudara yang berharga, karena waktu adalah mata uang paling berharga untuk dipakai dalam membangun hubungan. Jadi, beberapa minggu ke depan, luangkan waktu bukan di depan layar melainkan dengan orang lain.
Relasi yang terjadi di depan layar, tidak nyata. Pengakuan yang Saudara terima di layar, tidak nyata. Namun orang-orang di sekitar Saudara, mereka nyata. Tuhan Yesus memberkati. Semoga Saudara memiliki hidup yang berkualitas, setelah membangun hubungan yang berkualitas. Amin.
P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes