Healed Together By Ps. Kenny Goh

JPCC Online Service (27 Agustus 2023)

God is alive! Dia hidup dan hadir di tengah kita, dan saya yakin siapa yang mencari Dia akan menemukan MukjizatNya. Hari ini kita akan membahas topic “Healed Together”, atau sembuh bersama-sama. Hari ini, saya akan melakukan sesuatu yang berbeda, dimana kita akan melakukan sedikit workshop. Hampir 3 tahun lalu, saya membagikan kesaksian tentang bagaimana saya sendiri mengambil langkah untuk menghadapi depresi dengan judul kotbah “Saved Place”.

Saya sangat senang untuk bisa membuka diri, dan ingin share tentang apa yang saya pelajari melalui hal itu. Kita sudah pelajari di minggu sebelumnya bahwa Kehendak Tuhan bagi kita adalah kesembuhan, kesehatan serta keutuhan yang terjadi secara jasmani atau tubuh, jiwa dan roh kita. Jadi, penting untuk kita belajar bagaimana kita bisa berfungsi sebagai satu Tubuh Kristus, di dalam satu komunitas agar kita bisa mengalami kesembuhan bersama di dalam komunitas.

Mungkin ada beberapa dari saudara yang berpikir seperti ini.

  • “Koq ribet ya? harus melibatkan orang lain dalam proses healing ini. Kenapa sih saya ga bisa mengalami kesembuhan dalam kesendirian saja?”
  • Atau mungkin ada yang berkata, “Saya ini sakit dan hancur karena ulah orang lain, lebih baik saya menjauhi orang lain daripada saya disakiti lagi!”
  • Atau bisa juga “Sangat beresiko untuk saya terbuka dan membagi beban saya kepada orang lain! Belum tentu mereka bisa handle, menerima dan menangani isu saya, terutama akan “sakit” saya ini.

Saya bukan pakar kejiwaan atau psikologi, dan saya hanya bisa share apa yang saya pelajari selama beberapa tahun ini. Saya akan mengutip sedikit banyak dari seseorang bernama Dr. Henry Cloud, seorang psikolog yang sangat cinta Tuhan.

Kitab Kejadian mencatat bahwa Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Kita akan lihat sebuah kerangka, ada 4 esensi dimana setiap manusia belajar untuk berfungsi, disebut sebagai Essetial Function (Fungsi Esensi setiap Manusia).

Ada 4 esensi dimana setiap manusia belajar untuk berfungsi.

1. Bonding.

Fungsi pertama manusia adalah Bonding. Bonding adalah ikatan hubungan, ini unsur dalam sebuah hubungan. Kita diciptakan untuk punya hubungan, tidak harus sendirian saja. Kita diciptakan untuk menerima dan memberikan kasih dari dan kepada orang lain. Saat kita bonding, maka kita akan menemukan meaning atau arti dalam hidup kita.

Setiap dari kita mungkin bertanya apa arti hidup kita. Sebenarnya the meaning of life adalah untuk punya relationship dengan satu dan yang lainnya. Tidak usah jauh-jauh mencari jawaban filsafat, orang-orang yang menemukan arti dalam hidup adalah orang-orang yang punya hubungan yang kuat antara satu dengan yang lain.

Kita sering mendengar banyak orang berkata “Saya berjuang dan rela menderita demi keluarga saya / istri saya / suami saya / anak-anak saya. Selau fokusnya “demi” seseorang. Jadi, arti hidup kita ditentukan oleh bonding kita, demi Tuhan contohnya, dan demi satu sama lainnya. Bonding penting untuk kita berfungsi sebagai manusia. Disitulah kita menemukan makna dan arti kehidupan.

2. Boundaries atau Batasan.

Setelah kita bonding, dan saudara kepentingan dan urutannya sesuai. Pertama, semenjak kita lahir, kita semasa bayi akan belajar bonding dengan Ibunya terlebih dahulu. Seiring berjalannya waktu, dia akan merasa aman, dan dia akan belajar untuk mempunyai batasan.

Batasan dimana dia mulai sadar, dia akan merasakan perbedaan antara dia dengan orang tuanya, mempunya kepribadian sendiri. Semenjak kita belajar akan adanya batasan, Kita juga akan belajar untuk “Say No” atau tidak.

Dari kecil seharusnya kita belajar untuk say no, karena ada banyak orang, termasuk saya sendiri yang tidak bisa melakukan hal itu. Hal ini penting, kita harus belajar untuk punya batasan yang jelas sebagai orang percaya. Kemampuan untuk punya batasan dalam hidup kita akan memenuhi kebutuhan kita untuk punya tujuan atau purpose dalam hidup kita.

Bahkan di dalam Firman Tuhan, Dia pun juga menyatakan secara jelas akan diriNya (Aku Tuhan yang seperti ini contohnya). Tuhan-pun punya boundaries dan batasan, ada line yang tidak boleh kita cross sebagai orang percaya.

3  Managing Expectations (Good or Bad)

Mengelola ekspektasi kita akan hal yang baik dan juga hal yang buruk. Semakin kita dewasa, Kita sadar dan belajar bahwa dunia ini tidak sempurna. At some point, Bahkan kita juga akan belajar bahwa diri kita dan orang tua kita juga tidak sempurna, tetapi adanya ketidaksempurnaan itu bukan berarti kita semua menjadi 100% jelek.

Sebaliknya hanya karena seseorang terlihat cantik atau ganteng, bukan berarti mereka sempurna. Karena setiap orang ada yang baik dan yang buruk juga, kita hidup untuk memanage ekspektasi itu. Karena itu bahaya jika ada dari kita yang berpikir :

“Wah, Pastor ini kotbahnya begitu bagus, pasti dia cinta Tuhan banget ya! Seandainya saya bisa berteman dengannya”

Hati-hati saudara, karena itu tidak menggambarkan pemikiran yang dewasa. Karena setiap hal baik yang kita lihat juga pasti ada sisi buruknya. Tetapi hal itu tidak membuat kita menjadi oranh yang sinis, tetapi membuat kita dalam mengelola ekspektasi.

Mengelola ekspektasi juga berbicara tentang menerima realita dan belajar untuk mengampuni. Itu fungsinya, dan kalau kita bisa memanage ekspektasi, maka kebutuhan manusia yang terpenuhi adalah satisfaction atau kepuasan.

4. Taking Responsbility or Adulting.

Belajar untuk Menerima Tanggung Jawab. Disinilah seseorang menjadi dewasa. Tanggung jawab berarti mengambil kuasa, dia punya kuasa dan mengerti bahwa “Ini adalah bagian saya, yang mampu dan bisa saya lakukan”.

Itu adalah tanggung jawab, Ada banyak orang yang sudah berusia tetapi tidak bisa melakukan tanggung jawab. Mereka sering merasa “Ah, saya korban saja nih, I am just the victim”.

Tetapi kalau mereka bisa berkata “Tidak, saya bisa melakukan sesuatu dan saya punya kekuatan, maka saya akan mengambilnya”. Itulah seseorang yang dewasa. Yang terpenuhi saat seseorang bertanggung jawab, menggunakan kemampuan dia untuk melakukan sesuatu, maka yang terjadi adalah adanya kepenuhan aau fulfilment. Dia menggunakan apa yang ada dalam dirinya (talenta, kemampuan, kesempatan, dll) untuk melakukan sesuatu.

Ini adalah crash course tentang 4 fungsi esensi seorang manusia. Pada saat manusia jatuh dalam dosa, setiap dari kita mengalami disfungsi dari 4 area ini. Setiap dari kita mengalami semua ini dalam takaran yang berbeda baik itu di latar belakang keluarga, pengalaman, budaya, lingkungan dan lain sebagainya.

Sharing Ps. Kenny – Sewaktu saya mengalami depresi beberapa tahun yang lalu, saat mengambil sesi konselimg dengan seorang psikolog, saya temukan bahwa saya punya kekurangan di issue bonding meskipun saya mengenal begitu banyak orang dan jago berkomunikasi.

Tetapi ternyata saya kesulitan membangun hubungan yang intim dan dekat dengan orang lain, dan itu menyebabkan ada disfungsi serta gejala-gejala yang menyebabkan saya mengalami depresi, saya tidak menemukan arti di dalam hidup saya. Istri saya tahu akan hal ini, dan mengerti bahwa kami harus berjuang dan bertumbuh bersama untuk mengatasi hal ini.

Kita belajar beberapa minggu lalu bahwa “hati” di dalam Firman Tuhan disebut “Lev” atau “Levab”, dan pada saat jauh dalam dosa, “Lev” menjadi hancur, dan Tuhan mau agar kita bisa merestorasikan hati kita dari dalam ke luar.

Dosa merusak hubungan kita dengan Tuhan, diri sendiri dan juga dengan orang lain, dan ini membuat kita kehilangan identity, meaning, purpose, satisfaction and fulfilment. Makanya kita sering dengar “Hurt people hurt other people”.

Orang yang sakit cenderung menyakiti orang lain tetapi hari ini kabar baiknya saya juga percaya dan yakin bahwa “Healed people can help heal other people”, orang yang disembuhkan bisa membantu menyembuhkan orang lain.

Opening Verse – Hendaklah kalian saling membantu menanggung beban orang, supaya dengan demikian kalian mentaati perintah Kristus. Galatia 6:2 BIS

Kata saling disini begitu menarik, karena di dalam Alkitab utamanya di perjanjian baru, ada begitu banyak kata “saling” dan juga “satu sama lain”. Ungkapan ini tertulis sebanyak 100 kali di dalam perjanjian baru, dan sekitar 59 dari ayat tersebut merupakan sebuah perintah khusus yang mengajarkan bagaimana untuk berhubungan antara satu dengan yang lain.

Contoh : Kasihilah satu sama lain, Hormati satu sama lain, Saling membangun satu sama lain, dan seterusnya.

Supporting Verse – Jadi memang ada banyak anggota, tetapi tubuh hanya satu. Oleh sebab itu, mata tidak dapat berkata kepada tangan, “Saya tidak memerlukan engkau!” atau kepala berkata kepada kaki, “Saya tidak memerlukan engkau!” Sebaliknya anggota-anggota tubuh yang dianggap lemah itu, kita perlukan sekali; dan anggota-anggota yang kita anggap tidak begitu berharga, justru adalah anggota-anggota yang kita berikan lebih banyak penghargaan. Anggota-anggota tubuh yang tidak kelihatan cantik, malah lebih kita perhatikan. Anggota-anggota tubuh yang sudah kelihatan bagus, tidak memerlukan perhatian kita. Allah sudah menyusun tubuh kita sebegitu rupa sehingga anggota-anggota yang kurang berharga diberikan lebih banyak penghargaan. Dengan demikian tubuh itu tidak terbagi-bagi; masing-masing anggota memperhatikan satu sama lain. Kalau satu anggota menderita, semua anggota lainnya menderita juga; kalau satu anggota dipuji, semua anggota lainnya turut bergembira. Saudara semuanya bersama-sama adalah tubuh Kristus dan kalian masing-masing pula adalah anggota dari tubuh itu 1 Korintus 12:20-27 BIS

Artinya kita sebagai umat manusia, sebagai orang percaya, kita tidak diciptakan untuk hidup sendirian dan perlu satu dengan yang lain.

Dosa mengisolasikan manusia dan membawa penderitaan. Namun hubungan yang baik dan benar akan membawa kesembuhan, pemulihan, dan pertumbuhan.

Itu sebabnya kita percaya bahwa setiap dari kita perlu mempunyai komunitas yang cinta Tuhan. Kita disini membangun komunitas untuk hidup sehari-hari di dalam Tuhan. Tetapi seringkali banyak yang tidak mengerti bagaimana membantu orang yang mengalami kesakitan, dan khususnya secara mental atau mengalami trauma.

Ada 5 proses untuk membantu kesembuhan bagi orang lain di dalam Komunitas (The Task of Healing in Groups).

1. Comfort the Hurting

Supporting Verse – Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, 1:4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami , sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. 2 Korintus 1:3-4 TB

Untuk menghibur orang yang sedang sakit, tahukah saudara bahwa kita dihibur oleh Tuhan untuk bisa menghibur orang lain. Untuk banyak orang, termasuk saya sendiri. Saya dulu tidak mengerti cara menghibur seseorang, dulu jika ada orang yang curhat kepada saya, baik itu dalam hal patah hati atau kekecewaan lainnya, saya pikir dan selalu menyuruh atau menyemangati mereka seperti ini : “Ayo, jangan bersedih! Jangan menangis lagi, Tuhan itu baik loh, SEMANGAT!!”

Itu bukan menghibur, saudara. Menghibur adalah seperti ini, disaat seorang yang bercerita sedang menangis, saudara katakan : “Hey, I am here for you. Kamu boleh sedih, aku ada disini, dan jika kamu butuh apa-apa, kapan saja, aku ready”

Katakan bahwa kita ada bersama dengan mereka, katakan bahwa jika mereka butuh apapun, kita siap untuk membantu mereka. Tanyakan apakah ada yang perlu dikirim sesuatu seperti makanan contohnya, Comfort and Soothe them, tell them that everything is going to be okay. Lakukan ini agar dia tidak mengalami kesendirian. Jadi, di dalam DATE dan komunitas, ciptakan suasana yang aman agar orang itu bisa dihibur.

2. Validation

Supporting Verse – Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Ibrani 4:15‭-‬16 TB

Tuhan turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, dan kalau Tuhan merasakan, maka kita-pun perlu belajar untuk melakukan itu kepada orang lain. Itulah Validasi, Validasi berarti menghargai dan tidak menyangkal realita dan perasaan yang sedang dialami.

Validasi bukan seperti ini, “Ah, kamu orang kristen koq sedih? Kamu tidak seharusnya bersedih atau down!”

Itu bukan validasi dan sangat damaging. Sebaliknya Validasi adalah seperti ini : “Saya tahu dan mengerti kamu sedih”, atau “Saya tidak bisa membayangkan kalau jadi seperti kamu itu, rasanya seperti apa, pasti sedih dan down banget, it’s okay”

Di bagian inilah, kita berkata “It’s okay to not be okay”, hargai apa yang mereka share, hargai kesedihan dan kebingungan mereka dan tidak apa-apa bagi mereka untuk mengalami kebingungan dan kesedihan. Puji Tuhan bahwa ini baru step kedua saja, ada step lanjutan yang perlu kita teruskan.

3. Assesment

Supporting Verse – Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. 1 Tesalonika 5:11 TB

Assesment untuk kita bisa menasihati, menganalisa dan menilai situasi secara bersama. Assesment adalah menganalisa dan menilai situasi bersama. Jadi, Ini bukan step pertama tetapi step ketiga. Kadang-kadang sesi 1 dan 2 tidak terjadi dalam satu sesi DATE, kadang butuh waktu berminggu-minggu dan sampai bertahun-tahun, ketahuilah bahwa setelah sesi penghiburan dan validasi, akan ada waktunya untuk perlu diperlengkapi selanjutnya dengan sesi assesment.

Pisahkan antara gejala dan akar masalah. Depresi, kehampaan, dan kesedihan berlebihan adalah sebuah gejala. Gejala itu tidak bisa kita tindak lanjuti, sebaliknya yang perlu kita cari tahu adalah masalahnya. Sewaktu saya mengalami depresi seperti kesendirian dan ketidakhampaan, itu semua adalah gejala.

Issuenya adalah 4 hal yang saya bagikan diatas, baik itu issue di dalam bonding, boundaries, managing expectations, atau taking responsibilities. Cari tahu akan permasalahannya apa dari 4 hal diatas.

4. Strength to take Ownership

Supporting Verse – Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Yakobus 5:16 TB

Menarik, karena diawali oleh mengaku dosa dan berakhir dengan kuasa. Kekuatan atau Kuasa untuk mengambil Tanggung Jawab. Jadi, setelah diketahui dan diassses issuenya apa, masalahnya apa, dan sebagai komunitas, kita perlu mengajak dia untuk mulai bergerak mengubah sesuatu dan mengambil langkah-langkah yang perlu dilakukan setelah 3 sesi sebelumnya. Menarik sekali, karena diawali dengan mengaku dosa dan berakhir dengan kuasa.

Sharing Ps. Kenny – Dalam sesi konseling saya, setelah sesi assesment dengan psikolog, dia mengatakan bahwa progress saya tergolong cepat. Dijelaskan karena saya setiap kali datang, dan di sesi selanjutnya saya selalu mengerjakan “PR” yang diberikan olehnya.

Bagi saudara yang sebelumnya belum pernah mengikuti sesi konseling, lupakan image yang ada bahwa kita sebagai pasien hanya tiduran di sofa saja, dan berserah kepada psikolog sambil curhat kepada si psikolog. Nyatanya, akan selalu ada “PR” yang perlu kita kerjakan setelah sesi assesment yang sudah selesai dilakukan untuk menyelidiki masalah yang ada.

Karena masalahnya kebanyakan orang stuck selama bertahun-tahun di sesi penghiburan dan sesi validasi, tanpa adanya keberanian untuk melangkah dan melakukan sesuatu. Kita harus melangkah untuk mengalami perubahan, ada steps yang perlu kita ambil.

5. Emotionally corrective experiences

Supporting Verse – Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12:2 TB

Berubahlah oleh pembaharuan budi kita, dengan cara kita berpikir, the renewal of the mind. Emotionally corrective experiences adalah Menciptakan pengalaman-pengalaman baru untuk mengubah perasaan emosi yang kita asosiasikan dengan pengalaman itu. Bahasa simplenya adalah mengatasi trauma.

Contohnya, ada orang yang belum pernah pacaran karena takut ditolak, dan kemudian disaat dia berani mencoba, dia ternyata ditolak. Dia mengalami trauma, dan saudara harus mengikuti proses baik itu untuk menghibur dia, memberikan validasi, asses issuenya dan memberikan strength.

Dan di sesi terakhir, kita harus bisa membantu dan memberitahukan dia bahwa “Hey, hanya karena kamu ditolak sama si Doi, bukan berarti semua orang akan menolak kamu! Jangan dasari pengalaman kamu berdasarkan apa yang sudah terjadi, ada pengalaman baru lagi yang siap menanti kamu”

Kita harus membantu dia di dalam satu keluarga dan komunitas untuk menciptakan pengalaman-pengalaman yang baru untuknya, untuk dia bisa mengasosiakan hal-hal yang baru, itulah Emotionally Corrective Experiences.

Jadi 5 hal, Hibur terlebih dahulu, Berikan Validasi, Lakukan Assesment bersama untuk mengetahui akar masalahnya, dan selanjutnya membantu dia untuk mengambil tanggung jawab dan menciptakan pengalaman-pengalaman yang baru untuk memperbaharui pengalaman emosionalnya.

Ada riset yang membuktikan bahwa orang yang menghadapi trauma dengan baik biasanya karena 3 hal.

Pertama, dia dibersarkan di keluarga yang sehat. Keluarga sehat bukan berarti sempurna, tetapi adalah keluarga yang bisa menjalani 4 fungsi diatas dalam kita mendidik dan membantu satu sama lain, yang selanjutnya akan menciptakan hubungan yang aman secara emosional.

Kedua, orang bisa menghadapi trauma dengan baik karena dia mampu memproses trauma dengan terus membagi beban dan perasaan melalui hubungan yang kuat melalui pertemanan dan komunitas yang “real”. Resilience kita akan trauma menjadi lebih tinggi.

Ketiga, orang bisa menghadapi trauma dengan baik karena dia menganut kepercayaan iman yang sangat kuat.

Untuk kita semua sebagai orang percaya, ini bukan sekedar kepercayaan belaka. Kita punya Tuhan yang begitu mengasihi kita dan mau mempunyai bonding dengan kita. Tuhan yang mau kita belajar batasan. Tuhan yang mau kita untuk bertanggung jawab, Tuhan mau untuk kita terus bertumbuh karena dosa mengisolasikan manusia dan membawa penderitaan, namun hubungan yang baik dan benar membawa kesembuhan, pemulihan dan pertumbuhan.

We need to healed together, itulah Karunia dan Anugerah yang Tuhan berikan kepada kita semua sebagai satu komunitas dan Tubuh Kristus. Jadi, jika kita takut untuk membuka diri dan ditolak, jangan karena saudara mengalami satu kekecewaan sebelumnya, bukan berarti saudara akan terus dikecewakan ke depannya. Take that step untuk kita bisa healed together.

P.S : If you like our site, and would like to contribute, please feel free to do so at : https://saweria.co/316notes